Você está na página 1de 5

1.

Glaucoma akut
a. Riwayat klinis
i. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak
ii. rasa nyeri
iii. pusing dan mual
iv. melihat lingkaran warna warni disekeliling cahaya.
v. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
vi. pada glaucoma primer sudut tertutup: nyeri pada mata beberapa jam pada
mata dan hilang setelah tidur sebentar, pelangi di sekitar cahaya (halo)
b. Pemeriksaan mata
i. Pemeriksaan tajam penglihatan
ii. Tonometri. Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola
mata normal berkisar antara 15-21 mmHg.
iii. Gonioskopi. Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar
humor akueus. Dengan gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut
tersebut, apakah terbuka, sempit atau tertutup ataukah terdapat abnormalitas
pada sudut tersebut.
iv. Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa
mengukur CDR. CDR yang melebihi 0,5 menunjukkan peningkatan tekanan
intraokular yang signifikan.
v. Pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis
dan menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang
akan berkurang karena peningkatan TIO akan merusakan papil saraf optikus.
c. Diagnosis
i. Glaucoma akut adalah suatu keadaan yang terjadinya karena hambatan
pengaliran cairan bola mata sehingga menyebabkan pandangan menjadi
buram. Cairan mata yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui
pupil sehingga mendorong iris ke depan, mencegah keluarnya cairan bola
mata melalui sudut bilik mata. Ini adalah mekanisme blockade pupil.
d. Diagnosis banding
i. Keratitis
ii. Ulkus kornea
iii. uveitis
e. Terapi sebagai doctor umum
i. .Obat-obatan (pengobatan darurat dan jangka pendek)
1. Miotik: untuk melepaskan iris dari jaringan trabekulum sehingga sudut
mata bilik depan akan terbuka
2. pilocarpin 2%, tetes mata setiap menit 1 tetes selama 5 menit lalu
disusul 1 tetes tiap jam sampai 6 jam
ii. Carbonic Anhidrase Inhibitor: untuk menurunkan pembentukan aquous humor
1. asetazolamid, 250 mg per tablet, 2 tablet sekaligus, disusul tiap 4 jam
1 tablet sampai 24 jam
iii. obat hiperosmotik: untuk meningkatkan daya osmotik plasma
iv. larutan gliserin 50 % secara oral, dosis 1-1,5 gram/ kgBB (0.7-1,5 cc/kgBB
atau 1 cc /kgBB), diminum sekaligus
v. mannitol 20 %,per infus 60 tetes per menit
vi. morfin: untuk mengurangi sakit dan mengecilkan pupil disuntikan 10-15 mg
2. Ulkus kornea
a. Riwayat klinis
i. Gejala subjektif berupa eritema kelopak mata dan konjungtiva, sekret
mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, bintik putih
pada kornea pada lokasi ulkus, mata berair, silau, nyeri. Infiltat yang steril
dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan
tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
ii. Gejala objektif berupa injeksi siliar, hilangnya sebagian jaringan kornea, dan
adanya infiltrat, adanya hipopion
b. Pemeriksaan mata
i. Pemeriksaan tajam penglihatan
c. Diagnosis
i. Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
dari jaringan kornea. Dikenal dua bentuk tukak pada kornea yaitu sentral dan
marginal (perifer). Tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik,
alergi, autoimun dan infeksi oleh stafilokokus aureus (biasanya), h. influenza
dan m. lacunata.
ii. Penyebab lain adalah defisiensi vitamin A, lagoftalmus akibat parese N VIII,
lesi N III atau neurotrofik dan ulkus Mooren.
iii. Penyebab dari ulkus kornea adalah seperti bakteri, jamur, akantamuba dan
herpes simpleks.
d. Diagnosis banding
i. Keratitis bakterialis
ii. Glaucoma akut
iii. Konjunctivitis
e. Terapi sebagai doctor umum
i. Agen immunosuppresif sistemik
1. Methotrexate 7.5-10 mg per oral seminggu sekali dimakan bersama
asam folat 1 mg per hari.
2. Azathriopine 2 mg/kg/hari
3. Siklofosfamid 2 mg/kg/har
4. Siklosporin A 3-5 mg/kg/har
ii. Agen topical
1. Sikloplegik (salep mata atau tetes mata atropin 1%)
2. Agen immunosupresif (siklosporin topical 0,5% in alpha-siklodextrin
qid)
3. Tetes mata gentamycin (14 mg/ml) atau tobramycin (14mg/ml)
bersama dengan cephazoline (50mg/ml), setiap setengah hingga satu
jam untuk beberapa hari pertama kemudian dikurangi menjadi per dua
jam . Setelah respon yang diinginkan tercapai, tetes mata dapat
diganti dengan Ciprofloxacin (0.3%), Ofloxacin (0.3%), atau
Gatifloxacin (0.3%).
4. Anti jamur
a. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal
amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml,
Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole
b. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal,
Natamicin, Imidazol
c. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
d. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa,
berbagai jenis anti biotik
5. Anti Viral
a. Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan
streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik
spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat
indikasi.
b. Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A,
PAA, interferon inducer. Perban tidak seharusnya dilakukan
pada lesi infeksi supuratif karena dapat menghalangi
pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media
yang baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya.
3. Endoftalmitis
a. Riwayat klinis
i. Nyeri hebat
ii. Kelopak merah dan bengkak
iii. Kelopak sukar dibuka
iv. Konjungtiva kemotik dan merah
v. Kornea keruh
vi. Bilik mata depan keruh yang kadang-kadang disertai hipopion
b. Pemeriksaan mata
i. Reflex pupil warna putih.
c. Diagnosis
i. Endoftalmitis adalah peradang berat dalam bola mata biasanya disebabkan
oleh trauma, pemebedahan, sepsis (endogen). Yang ditemukan adalah radang
supuratif dalam bola mata yang akan meberikan abses dalam badan kaca.
Penyebabnya adalah jamur dan kuman yang massuk karena trauma tembus
atau memlaui peredaran darah.
ii. Bakteri penyebab tersering adalah stafilokokus, streptokokus, pseudomonas
dan basilis saptilis.
iii. Jamur penyebab adalah aktinomises, aspergilus, fitomikosis sportrikum dan
kokidioides.
d. Diagnosis banding
i. Glaucoma akut
ii. Ulkus kornea
iii. Uveitis
e. Terapi sebagai dokter umum
i. Antibiotic topical dan sistemik ampisilin 2g/hari
ii. Kloramfenikol 3g/hari
iii. Sikloplegik 3 kali sehari tetes mata
iv. Basitrasin topical atau metisilin subkonjucntiva dan IV: stafilokokus
v. Penisislin G (topical, subkonjunctiva dan IV): pnemokokus, streptokokus dan
stafilokokus
vi. Gentamisin, tobramisin dan karbesilin (topical dan subkonjunctiva):
pseudomonas
4. Trauma tembus bola mata
a. Riwayat klinis
i. Tajam penglihatan yang menurun
ii. Tekanan bola mata menurun
iii. Bilik mata dangkal
iv. Bentuk dan letak pupil yang berubah
v. Terlihatnya ada rupture pada kornea atau sclera
vi. Terdapat jaringan yang di prolapse seperti cairan mata, iris, lensa, badan
kaca, atau retina
vii. Konjunctiva kemotis
b. Terapi sebagai dokter umum
i. Antibiotika topical dan mata dituutp dan segera dikirim pada dokter mata untuk
pembedahan.
5. Trauma kimia (asam dan basa)
a. Riwayat klinis
b. Pemeriksaan mata
c. Diagnosis
i. Bahan asam seperti bahan anorganik, organic (asetat, forniat) organic
anhidrat ( asetat).
ii. Trauma asam akan menyebabkan pengendapan atau penggumpalan protein
superficial apabila konsentrasi tinggi.
iii. Jika asam dapat bereaksi dengan alkali, maka kerusakan akan lebih dalam.
iv. Trauma basa: keadaan gawat pada mata karena dapat menembus kornea,
bilik mata depan sampai jaringan retina. Keadaan ini dapat menghancurkan
jaringan kolagen kornea.
v. Pemebentukan kolagenase dapat menambah kerusakan kornea.
vi. Klasifikasi Thoft (trauma basa):
1. Derajat 1: hiperemi konjunctiva + keratitis pungtata
2. Derajat 2: hiperemi konjunctiva + hilang epitel kornea
3. Derajat 3: hiperemi + nekrosis konjinctiva dan lepasnya epitel kornea
4. Derajat 4: konjunctiva perilimal nekrosis 50%
d. Diagnosis banding
e. Terapi sebagai dokter umum
i. Trauma asam: irigasi jaringan yang terkena dengan secepatnya untuk
menghilangkan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma.
ii. Trauma basa: irigasi dengan garam fisiologik secepatnya minimal 60 minit
iii. Trauma basa: sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk mengikat basa. EDTA
diberikan setelah seminggu.
6. Hifema
a. Riwayat klinis
i. Nyeri di mata
ii. Epifora dan blefarospasme
iii. Penurunan penglihatan
iv. Bila duduk, terlihat hifema di bagian bawah bilik mata depan
v. Iridoplegia dan iridodialisis
b. Pemeriksaan mata
c. Diagnosis
d. Diagnosis banding
e. Trauma sebagai dokter umum
i. Pasien tidur ditempat yang ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi
koagulasi, dan mata ditutup
ii. Pada anak yang gelisah dapat diberikan obat penenang.
iii. Bila tejadi penyulit glaucoma: asetazolamid
iv. Rujuk apabila terdapat tanda-tanda imbibisi kornea, glaucoma sekunder,
hifema penuh dan berwarna hitam atau setelah 5 hari tanda-tanda hifema
tidak menghilang
7. Korpus allienum konjunctiva dan kornea
8. Trauma radiasi sinar las
9. Ablatio retina

Você também pode gostar