Você está na página 1de 101

Anggi Yudi Chemical Engineering

Selamat datang Di Anggi Yudi Chemical Engineering. Blog ini membahas tentang
pelajaran yang di pelajari pada program studi Teknik Kimia. dan membahas ilmu
pengetahuan terbaru. Apabila ada kejanggalan mohon di maafkan..

Pengetahuan

Praktikum PIK I dan II

Proses Industri Kimia I dan II

Kimia Fisika

Intrumentasi Analitik

Thermodinamika I

Pencegahan Korosi

Teknik Pengolahan Limbah Industri

Operasi Teknik Kimia

Utilitas

E-Book

Teknik Reaksi Kimia

Prakaktikum OTK II

Daftar Isi

Friday, 31 May 2013

LAPORAN PRAKTIKUM BIODIESEL

ABSTRAK

Kebutuhan akan bahan bakar minyak dalam negeri juga meningkat seiring
meningkatnya pembangunan. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari
campuran mono alkil ester dari rantai panjang asam lemak yang dipakai sebagai
alternative bagi bahan bakar dari mesin diesel. Pada praktikum dalam proses
industri kimia ini hasil yang didapatkan, yaitu: berupa hasil rendemen sebesar 87,16
%, kadar air biodisel sebesar 9,91 %, gliserol yang dihasilkan sebesar 5,9318 gram,
dan dengan menggunakan temperatur 60 0C selama satu jam. Dalam praktikum ini
dapat dsimpulkan bahwa untuk mendapatkan biodiesel dengan rendemen yang
tinggi yaitu dengan menggunakan temperatur 60 0C selama satu jam.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkil ester dari
rantai panjang asam lemak yang dipakai sebagai alternative bagi bahan bakar dari
mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui sepetri minyak nabati atau lemak
hewan.

Biodiesel merupakan bahan bakar dari proses transesterifikasi lipid untuk


mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang lemak
bebas. Setelah melewati proses ini tidak seperti minyak nabati langsung biodiesel
memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel dari minyak bumi dan dapat
menggantikan mingak bumi dalam banyak kasus. Namun biodiesel lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum.

Bahan bakar nabati bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat
pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin
Diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan
implementasi dua macam bahan bakar tersebut, bukan hanya untuk
menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu
solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.
Oleh sebab itu pada kali ini kami akan mencoba untuk menbuat minyak biodiesel
dari minyak goreng murni sehingga nantinya diharapkan mahasiswa dapat
membuat biodiesel ataupun memahami prinsip kerjanya untuk dapat
diimplementasikan dikehidupan nantinya.

1.2. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada praktikum kali ini adalah hanya sampai pada proses
pembuatan biodiesel dari minyak goreng murni dan tidak sampai pada uji kualitas
dari biodiesel itu sendiri.

1.3. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini anta lain :

1) Mahasiswa dapat mempelajari proses pembuatan biodiesel

2) Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh temperature dan waktu


transesterifikasi terhadap rendemen

3) Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh katalis pada pembuatan biodiesel

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Biodiesel

Biodiesel pertama kali dikenalkan di Afrika selatan sebelum perang dunia II sebagai
bahan bakar kenderaan berat. Biodiesel didefinisikan sebagai metil/etil ester yang
diproduksi dari minyak tumbuhan atau hewan dan memenuhi kualitas untuk
digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel. Sedangkan minyak yang
didapatkan langsung dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak
(oilseed), yang kemudian disaring dan dikeringkan (untuk mengurangi kadar air),
disebut sebagai minyak lemak mentah. Minyak lemak mentah yang diproses lanjut
guna menghilangkan kadar fosfor (degumming) dan asam-asam lemak bebas
(dengan netralisasi dan steam refining) disebut dengan refined fatty oil atau
straight vegetable oil (SVO).

SVO didominasi oleh trigliserida sehingga memiliki viskositas dinamik yang sangat
tinggi dibandingkan dengan solar (bisa mencapai 100 kali lipat, misalkan pada
Castor Oil). Oleh karena itu, penggunaan SVO secara langsung di dalam mesin
diesel umumnya memerlukan modifikasi/tambahan peralatan khusus pada mesin,
misalnya penambahan pemanas bahan bakar sebelum sistem pompa dan injektor
bahan bakar untuk menurunkan harga viskositas. Viskositas (atau kekentalan)
bahan bakar yang sangat tinggi akan menyulitkan pompa bahan bakar dalam
mengalirkan bahan bakar ke ruang bakar. Aliran bahan bakar yang rendah akan
menyulitkan terjadinya atomisasi bahan bakar yang baik. Buruknya atomisasi
berkorelasi langsung dengan kualitas pembakaran, daya mesin, dan emisi gas
buang.

Pemanasan bahan bakar sebelum memasuki sistem pompa dan injeksi bahan bakar
merupakan satu solusi yang paling dominan untuk mengatasi permasalahan yang
mungkin timbul pada penggunaan SVO secara langsung pada mesin diesel. Pada
umumnya, orang lebih memilih untuk melakukan proses kimiawi pada minyak
mentah atau refined fatty oil/SVO untuk menghasilkan metil ester asam lemak (fatty
acid methyl ester - FAME) yang memiliki berat molekul lebih kecil dan viskositas
setara dengan solar sehingga bisa langsung digunakan dalam mesin diesel
konvensional. Biodiesel umumnya diproduksi dari refined vegetable oil
menggunakan proses transesterifikasi. Proses ini pada dasarnya bertujuan
mengubah [tri, di, mono] gliserida berberat molekul dan berviskositas tinggi yang
mendominasi komposisi refined fatty oil menjadi asam lemak methil ester (FAME).

Konsep penggunaan minyak tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pembuatan bahan


bakar sudah dimulai pada tahun 1895 saat Dr. Rudolf Christian Karl Diesel (Jerman,
1858-1913) mengembangkan mesin kompresi pertama yang secara khusus
dijalankan dengan minyak tumbuh-tumbuhan. Mesin diesel atau biasa juga disebut
Compression Ignition Engine yang ditemukannya itu merupakan suatu mesin motor
penyalaan yang mempunyai konsep penyalaan di akibatkan oleh kompressi atau
penekanan campuran antara bahan bakar dan oxygen didalam suatu mesin motor,
pada suatu kondisi tertentu. Konsepnya adalah bila suatu bahan bakar dicampur
dengan oxygen (dari udara) maka pada suhu dan tekanan tertentu bahan bakar
tersebut akan menyala dan menimbulkan tenaga atau panas. Pada saat itu, minyak
untuk mesin diesel yang dibuat oleh Dr. Rudolf Christian Karl Diesel tersebut berasal
dari minyak sayuran. Tetapi karena pada saat itu produksi minyak bumi (petroleum)
sangat melimpah dan murah, maka minyak untuk mesin diesel tersebut digunakan
minyak solar dari minyak bumi. Hal ini menjadi inpirasi terhadap penerus Karl Diesel
yang mendesain motor diesel dengan spesifikasi minyak diesel.

Bahan bakar nabati bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat
pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin
Diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan
implementasi dua macam bahan bakar tersebut, bukan hanya untuk
menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu
solusi kebangkitan ekonomi masyarakat

2.2 Keuntungan Biodiesel

Keuntungan lain dari biodiesel antara lain :

1. Termasuk bahan bakar yang dapat diperbaharui.

2. Tidak memerlukan modifikasi mesin diesel yang telah ada.

3. Tidak memperparah efek rumah kaca karena siklus karbon yang terlibat
pendek.

4. Kandungan energi yang hampir sama dengan kandungan energi petroleum


diesel.

5. Penggunaan biodiesel dapat memperpanjang usia mesin diesel karena


memberikan lubrikasi lebih daripada bahan bakar petroleum.

6. Memiliki flash point yang tinggi, yaitu sekitar 200OC, sedangkan bahan bakar
petroleum diesel flash pointnya hanya 70 OC.

7. Bilangan setana (cetane number) yang lebih tinggi daripada petroleum diesel

Biodiesel tergolong bahan bakar yang dapat diperbaharui karena diproduksi dari
hasil pertanian, antara lain : jarak pagar, kelapa, sawit, kedele, jagung, rape seed,
kapas, kacang tanah. Selain itu biodiesel juga bisa dihasilkan dari lemak hewan dan
minyak ikan. Penggunaan biodiesel cukup sederhana, dapat terurai
(biodegradable), tidak beracun dan pada dasarnya bebas kandungan belerang
(sulfur).

2.3 Perkembangan Biodiesel

Peningkatan kebutuhan energi (BBM) yang sangat tinggi dewasa ini mendorong
industri-industri pengeboran dan pengolahan minyak untuk meningkatkan produksi
mereka. Peningkatan ini akan terus terjadi setiap tahunnya seiring dengan
pengembangan teknologi yang semakin maju dan jumlah penduduk yang semakin
meningkat. Sayangnya, BBM yang tetap menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan
tersebut merupakan energi tak-terbarukan. Hal ini berdampak besar bagi
ketersediaan energi tersebut di masa depan. Oleh karena itu, penelitian mengenai
energi alternatif yang terbarukan serta penerapannya berkembang pesat dalam
beberapa tahun terakhir ini.
Biodiesel adalah suatu energi alternatif yang telah dikembangkan secara luas untuk
mengurangi ketergantungan kepada BBM. Biodiesel merupakan bahan bakar berupa
metil ester asam lemak yang dihasilkan dari proses kimia antara minyak nabati dan
alkohol. Sebagai bahan bakar, biodiesel mampu mengurangi emisi hidrokarbon tak
terbakar, karbon monoksida, sulfat, hidrokarbon polisiklik aromatik, nitrat
hidrokarbon polisiklik aromatik dan partikel padatan sehingga biodiesel merupakan
bahan bakar yang disukai disebabkan oleh sifatnya yang ramah lingkungan. Di
beberapa negara, biodiesel telah diproduksi dan dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Pada tahun 2008 produksi biodiesel Amerika Serikat mencapai 700 juta gallon.
Sebagian besar bahan baku yang digunakan dalam produksi biodiesel di negara-
negara tersebut adalah minyak kedelai, minyak kanola, minyak kelapa sawit, dan
minyak biji bunga matahari. Namun, penggunaan bahan baku tersebut menjadi
kendala baru bagi pemenuhan kebutuhan pangan. Selain itu, minyak jarak yang
telah dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut secara ekonomi belum
layak untuk dikembangkan lebih lanjut dalam skala besar disebabkan oleh
diskontinuitas suplai. Oleh karena itu, pencarian bahan baku baru untuk biodiesel
sangat diperlukan.

2.4 Pembuatan Biodiesel

Biodiesel dapat berupa metil ester ataupun etil ester tergantung dari jenis alkohol
yang digunakan. Tetapi yang paling sering diproduksi adalah metil ester karena
metanol mudah didapat dan tidak mahal.

Reaksi kimia yang terjadi pada pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut :

+ 3CH2OH 3RCOCH3

trigliserida alkohol biodiesel gliserol

Kondisi proses produksi biodiesel dengan menggunakan katalis basa adalah :

1. Reaksi berlangsung pada temperatur dan tekanan yang rendah (150F dan 20
psi).

2. Menghasilkan konversi yang tinggi (98%) dengan waktu reaksi dan terjadinya
reaksi samping yang minimal.
3. Konversi langsung menjadi biodiesel tanpa tahap intermediate.

4. Tidak memerlukan konstruksi peralatan yang mahal.

Secara umum, pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut :

Katalis dan stearin dimasukkan ke dalam reaktor, kemudian dialirkan metanol hasil
destilasi ke bagian bawah reaktor. Katalis yang umum digunakan adalah natrium
hidroksida (kaustik soda). Campuran bereaksi pada temperatur 150F selama 1
sampai 8 jam dengan pengadukan yang kuat. Katalis yang ditambahkan harus
cukup untuk mengkatalis reaksi dan juga bereaksi dengan asam lemak bebas. Jika
kandungan asam lemak bebas terlalu tinggi (lebih dari 0,5 % - 1 %), atau jika
terdapat air dalam reaksi, sabun akan terbentuk dengan terlebih dahulu
membentuk emulsi dengan metanol dan minyak, sehingga reaksi metanolisis tidak
dapat terjadi. Karena itu minyak yang digunakan harus diolah sedemikian rupa
untuk membuang asam lemak bebas dan semua laju umpan masuk dijaga agar
bebas air.

Biasanya dalam pembuatan biodiesel digunakan metanol berlebih supaya minyak


ataupun lemak yang digunakan terkonversi secara total membentuk ester.
Kelebihan metanol dapat dipisahkan dengan proses destilasi. Metanol yang
diperoleh kembali ini dapat digunakan lagi untuk proses pembuatan biodiesel.
Selanjutnya Pada tahap ini juga perlu dijaga agar air tidak terakumulasi pada alur
pengeluaran metanol.

Setelah reaksi selesai dan metanol telah dipisahkan, terbentuk dua produk utama,
yaitu gliserol dan metil ester. Karena adanya perbedaan densitas (gliserol 10 lbs/gal
dan metil ester 7,35 lbs/gal) maka keduanya dapat terpisah secara gravitasi.
Gliserol terbentuk pada lapisan bawah sementara metil ester pada lapisan atas.
Gliserol yang dihasilkan mengandung katalis yang tidak terpakai dan sabun.
Pemurnian gliserol dapat dilakukan dengan penambahan asam membentuk garam
dan dialirkan ke tempat penyimpanan gliserol kotor. Gliserol yang diperoleh
biasanya memiliki kemurnian sekitar 80 88 % dan dapat dijual sebagai gliserol
kotor. Setelah dipisahkan dari gliserol, metil ester dicuci dengan air hangat untuk
membuang residu katalis dan sabun, lalu dikeringkan dan dialirkan ke tempat
penyimpanan. Metil ester yang dihasilkan biasanya mempunyai kemurnian 98 %
dan siap dijual sebagai bahan bakar (biodiesel).

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi antara lain :

1. Waktu Reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar
sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah
tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan
karena tidak memperbesar hasil.

2. Pengadukan

Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi


dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi
sempurna. Sesuai dengan persamaan Archenius :

k = A e(-Ea/RT)

dimana, T = Suhu absolut ( C)

R = Konstanta gas umum (cal/gmol K)

E = Tenaga aktivasi (cal/gmol)

A = Faktor tumbukan (t-1)

k = Konstanta kecepatan reaksi (t-1)

Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan
reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting mengingat larutan
minyak-katalis-metanol merupakan larutan yang immiscible.

3. Katalisator

Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga
pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi
esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya menggunakan konsentrasi katalis antara
1 - 4 % berat sampai 10 % berat campuran pereaksi.

4. Suhu Reaksi

Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yang
dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Bila suhu naik maka harga k
makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin besar.

2.5 Sifat Fisik Biodiesel


Tabel. 2.1. Sifat Fisik BiodieselNo. Parameter Value

Palm Biodiesel Jatropha Biodiesel Solar

1. Density, g/ml (15) 0.868 0.879 0.83

2. Kinematik Viscoity (Cst) (40C) 5.3 4.84 5.2

3. Cloud Point (C) 16 5 18

4. Flash Point (C) 174 191 70

5. Calorific Value, LHV (MJ/kg) 37-38 37-38 41

6. Sulfur content (%-w) < 50 ppm < 50 ppm Max 0.5

7. Cetane Number 62 51 42

8. Bilangan Penyabunan (mg KOH/g) 209.7 198 NA

9. Iodine Value (mg I2/g) 45-62 95-107 NA

2.6 Macam-macam katalis yang digunakan

Sesuai dengan fungsinya, katalis dimanfaatkan untuk mempercepat suatu reaksi,


ikut bereaksi tetapi tidak ikut terkonsumsi menjadi produk. Percobaan untuk
menguji performa beberapa katalis telah dilakukan pada proses pembuatan
Biodiesel dan disajikan pada Tabel di bawah ini. Tabel di bawah menunjukkan bahwa
kandungan silika yang banyak bersifat tidak aktif pada reaksi metanolisis dan yang
sangat aktif adalah katalis dengan kandungan senyawa komponen Kalsium dan
Natrium. Senyawa dengan nilai 10 memberi arti katalis mampu mengkonversi
hingga 95%, tetapi pada kenyataannya katalis tersebut juga banyak sekali
menghasilkan sabun.
Tabel 2.2. Katalis Metanolisis dan Produksi Metil Ester Asam-asam Lemak Relatif
Katalis Komposisi

Katalis komposisi Produksi metil ester asam lemak relatif

MgO 9,8 % MgO -

SiO2 93% SiO2 ; 3 % Al2O3 -

CaO 7% CaO ; 72% Al2O3 -

CaO.MgO 9,22% CaO ; 91% MgO 10

CaO. Al2O3 14,8% CaO ; 85,2%Al2O3 -

CaO.SiO2 12,6% CaO ; 87,4%SiO2 -

CaO bubuk

CaO.MgO. Al2O3 6,34% CaO ; 5,64% MgO ; 86% Al2O3 0,5

K2CO3.MgO 4,76% K2CO3 ; 95,2% MgO 5

K2CO3.Al2O3 14,2% K2CO3 ;85% Al2O3 4

K2CO3 bubuk

Na2CO3 bubuk

0,8

Fe2O3.MgO 2,73% Fe2O3 .SiO2O; 97,3% MgO -

CH3ONa.SiO2 1,5% - 3,6% CH3ONa ; 98,5% - 96,5% SiO2 2

Sumber : Peterson dan Scarrah, 1984 (dikutip dari Zahrina, 2000)

Katalis-katalis dengan komponen Kalsium dan Magnesium kurang baik digunakan


sebagai katalis karena cendrung membentuk sabun (memiliki sifat ganda).
Senyawa yang mengikat komponen Si, Mg dan Al cendrung berfungsi sebagai
penyangga katalis. Katalis Logam seperti Cu dan Sn pada reaksi metanolisis tidak
ditemukan hasil berupa metil ester. Katalis yang bersumber dari limbah seperti
janjang sawit dan limbah sekam padi juga dapat digunakan sebagai katalis. Sekam
padi mengandung senyawa dengan komponen K dan Na, janjang sawit banyak
mengandung komponen K yang baik sebagai katalis.

2.7 Metil Ester Asam Lemak Sebagai Komponen Biodiesel

Metil ester asam lemak memiliki rumus molekul Cn-1H2(n-r)-1COOCH3 dengan


nilai n yang umum adalah angka genap antara 8 sampai dengan 24 dan nilai r yang
umum 0, 1, 2, atau 3. Beberapa metil ester asam lemak yang dikenal adalah :

1. Metil stearat, C17H35COOCH3 [n = 18 ; r = 0]

2. Metil palmitat, C15H31COOCH3 [n = 16 ; r = 0]

3. Metil laurat, C11H23COOCH3 [n = 12 ; r = 0]

4. Metil oleat, C17H33COOCH3 [n = 18 ; r = 1]

5. Metil linoleat, C17H31COOCH3 [n = 18 ; r = 2]

6. Metil linolenat, C17H29COOCH3 [n = 18 ; r = 3]

Kelebihan metil ester asam lemak dibanding asam-asam lemak lainnya :

1. Ester dapat diproduksi pada suhu reaksi yang lebih rendah.

2. Gliserol yang dihasilkan dari metanolisis adalah bebas air.

3. Pemurnian metil ester lebih mudah dibanding dengan lemak lainnya karena
titik didihnya lebih rendah.

4. Metil ester dapat diproses dalam peralatan karbon steel dengan biaya lebih
rendah daripada asam lemak yang memerlukan peralatan stainless steel.

Metil ester asam lemak tak jenuh memiliki bilangan setana yang lebih kecil
dibanding metil ester asam lemak jenuh (r = 0). Meningkatnya jumlah ikatan
rangkap suatu metil ester asam lemak akan menyebabkan penurunan bilangan
setana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk komponen biodiesel lebih
dikehendaki metil ester asam lemak jenuh seperti yang terdapat dalam fraksi
stearin minyak sawit.

2.8 Minyak Nabati Sebagai Komponen Biodiesel


Industri pengolahan minyak sawit menghasilkan fraksi olein dan stearin. Fraksi olein
lebih baik digunakan untuk pembuatan minyak goreng, karena asam lemak tak
jenuh yang terkandung di dalamnya lebih mudah dihancurkan di dalam tubuh.
Fraksi stearin biasanya digunakan sebagai bahan baku pada pabrik oleokimia dan
untuk diekspor. Akan tetapi, saat ini ekspor stearin mendapat saingan dari negara
lain yang juga penghasil kelapa sawit seperti Malaysia. Akibatnya, fraksi stearin
akan terus berlimpah karena produksi oleokimia dalam negeri sampai kini juga
masih sangat sedikit dibanding produksi bahan baku yang terus meningkat.

Stearin memiliki asam lemak jenuh yang lebih banyak daripada fraksi olein, karena
itu fraksi stearin memiliki bilangan setana lebih besar. Kedua alasan di atas
menjadikan fraksi stearin sebagai sumber yang tepat untuk dijadikan bahan baku
pembuatan biodiesel .

BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1. Alat

1) Reaktor Serbaguna

2) Beaker Glass

3) Hot Plate Stirer

4) Termometer

5) Corong Pemisah

6) PH Meter

3.2. Bahan

1) Minyak Kelapa Murni

2) KOH

3) Metanol
3.3. Cara Kerja

1) Minyak Kelapa murni dicampurkan dengan pelarut methanol sebanyak 16,3


% dari massa minyak kelapa, dan KOH sebanyak 3,5 g untuk setiap liter minyak
kelapa.

2) Campurkan minyak kelapa, methanol dan KOH diaduk dengan menggunakan


hot plate stirrer dengan kecepatan pedadukan 450-500 rpm dan temperature 50-
70oC selama 1-2 jam

3) Setelah mencapai waktu yang ditentukan, dilakukan proses pengendapan


(settling) untuk memisahkan antara lapisan metil ester dengan gliserol. Metil Ester
akan terdapat pada lapisan atas dan gliserol terdapat pada lapisan bawah. Metil
ester yang telah dipisahkan akan di transesterifikasi II.

4) Metil ester dicampur dengan pelarut methanol dan KOH yang pemakaiannya
tergantung kepada hasil pada transesterifikasi 1. Campuran ini diaduk dengan
menggunakan hot plate stirrer dengan kecepatan pengadukan 450-500 rpm dan
temperature 50-70 oC selama 1-2 jam (proses transesterifikasi II)

5) Setelah mencapai waktu yang ditentukan kembali dilakukan proses


pengendapan untuk memisahkan metal ester dengan gliserol

6) Metil ester yang telah dipisahkan selanjutnya dicuci menggunakan air panas
pada temperature 55oC Proses pencucian dilakukan hingga pH 6,8-7,2

7) Metil ester yang telah dicuci dipanaskan dengan temperature 110-130 selama
10 menit

8) Metil ester selanjutnya disaring menggunakan kertas saring

9) Hitung rendemen, kadar air minyak biodiesel, gliserol yang dihasilkan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Hasil yang didapatkan dari praktikum, yaitu :


1. Rendemen yang dihasilkan : 87,16 %

2. Kadar air biodisel : 9,91 %

3. Gliserol yang dihasilkan : 5,9318 gram

4.2 PEMBAHASAN

1. Pengaruh temperatur terhadap rendemen

Dari praktikum yang dilakukan dengan temperatur 60 0C didapatkan rendemen


yang tinggi yaitu 87,16%, dibandingkan dengan rendemen yang dihasilkan dengan
menggunakan suhu proses kurang dari 60 0C yaitu 50 0C yang dilakukan, bahkan
dengan suhu 50 0C tidak ada biodisel yang dihasilkan ini berarti temperatur 60 0C
merupakan temperatur optimal untuk pembuatan biodisel.

2. Pengaruh waktu transesterifikasi terhadap rendemen

Dari praktikum yang telah dilakukan tidak dapat dibandingkan secara jelas waktu
proses karena waktu yang digunakan hanya satu jam. Namun dari rendemen yang
dihasilkan, yaitu 87,16 % dan dengan waktu proses satu jam dapat disimpulkan
bahwa waktu yang satu jam tersebut merupakan waktu optimum dalam pembuatan
biodisel.

3. Pengaruh pengadukan saat pemanasan dan pengocokan saat pencucian


terhadap hasil

Dari praktikum yang telah dilakukan , pengadukan saat pemanasan selama satu
jam dan dengan pengocokan saat pencucian dengan aquadest sangat
mempengaruhi hasil biodisel yang dihasilkan. Untuk hasil yang baik pada proses
pemanasan sebaiknya dilakukan pengadukan dan pada saat pengocokan pada
pencucian dengan aquadest dilakukan pengadukan dan pada saat pengocokan pada
pencucian dengan aquadest dilakukan dengan cara yang benar, sehingga biodisel
yang dihasilkan dapat terpisah dengan sempurna dengan aquadest.

BAB V

KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh data dan kemudian diolah, maka
dapat disimpulkan bahwa :

1. Rendemen yang dihasilkan 87,16 % dengan kadar air 9,91 % dan gliserol yang
dihasilkan 5,9318 gram.

2. Dengan menggunakan temperatur 60 0C dan lama waktu proses selama satu


jam sehingga didapatkan rendemen biodisel yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Dharsono Wulandari, dkk. 2010. Proses Pembuatan Biodiesel Dari Dedak Dan
Metanol Dengan Esterifikasi In Situ. Jurusan Teknik Kimia Fakulitas Teknik. UNDIP.
Semarang.

Haryanto Bode. 2002. Bahan Bakar Alternatif Biodiesel. Jurusan Teknik Kimia
Fakulitas Teknik : USU. Medan

Harmiwati. 2011. Modul Praktikum Proses Industri Kimia I. Jurusan Teknik Kimia
Fakulitas Teknik : ATIP. Padang.

Sudradjat R, dkk. 2010. Pembuatan Biodiesel Biji Kepuh Dengan Proses


Transesterifikasi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Pusat Litbag Hasil Hutan. Bogor.

LAMPIRAN

Sampel Minyak : 50 gram

Waktu proses : 1 jam

Temperatur : 60 0C
1. Transesterifikasi 1

Gelas piala kosong : 106,1729 gram

Gelas piala + Biodisel : 154, 8852 gram

Biodisel : (154,8852 106,1729) gram = 48,7123 gram

Gelas piala kosong : 60,8464 gram

Gelas piala + Gliserol : 61,9399 gram

Biodisel : (61.9399 60,8464) gram = 1,0935 gram

2. Transesterifikasi 2

Gelas piala kosong : 106,1729 gram

Gelas piala + Biodisel : 149,7546 gram

Biodisel : (149,7546 106,1729) gram = 43,5817 gram

Gelas piala kosong : 60,8464 gram

Gelas piala + Gliserol : 66,7782 gram

Biodisel : (66,7782 60,8464) gram = 5,9318 gram

3. Kadar Air Biodisel


4. Rendemen Biodisel

Lembar Data

Transesterifikasi 1 : 1. KOH : 0,175 gram

2. Metanol : 8,15 gram

3. Biodisel : 48,7123 gram

4. Gliserol : 1,0935 gram

Transesterifikasi 2 : 1. KOH : 0,171 gram

2. Metanol : 7,940 gram

3. Biodisel : 43,5817 gram

4. Gliserol : 5,9318 gram

Kadar air biodisel : 9,91 %

Rendemen : 87,16 %

Posted by anggi yudi tiawarman at 07:20 Email This


BlogThis!

Share to Twitter

Share to Facebook

Share to Pinterest

Newer Post

Older Post

Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

About Me

anggi yudi tiawarman

saya sekarang menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negri. yang
bernama Akademi Teknologi Industri Padang. saya mengambil jurusan Teknik Kimia.

View my complete profile

Sosial Media

Like us on Facebook

Like us on Facebook

Follow us on Twitter

Follow us on Twitter

Follow us on Google+

Follow us on Google+

Subscribe via RSS

Subscribe via RSS

Ratting Blog Chemeng 2301


Kalender

Free Blog Calendar

Jam

Followers

Google+ Followers

Entri Populer

LAPORAN PRAKTIKUM BIODIESEL

ABSTRAK Kebutuhan akan bahan bakar minyak dalam negeri juga meningkat
seiring meningkatnya pembangunan. Biodiesel merupakan bahan b...

ABSORPSI

Pengertian Absorpsi Definisi Absorpsi adalah proses penyerapan suatu zat oleh zat
lain. Dalam proses ini, zat yang diserap masuk ke ...

PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR

PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR Pencairan gas alam menjadi LNG/LPG
bertujuan untuk memudahkan dalam penyimpanan dan transpor...

PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

proses PENGOLAHAN KELAPA SAwit Tandan buah segar yang sudah tiba di pabrik
harus segera diolah menjadi CPO agar meminimalkan peningkat...

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK SAWIT


PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK SAWIT Berikut ini adalah metode
penelitian mengenai Proses Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Saw...

Proses Pengolahan Minyak Bumi

PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah
permukaan laut. Minyak bumi diperoleh dengan membuat sumu...

Proses pembuatan ammonia pada pt pusri

Proses pembuatan ammonia pada pt pusri Kedengaran amat sederhana bahwa


pupuk Urea terbuat dari gas alam, air dan udara. Udara ...

Proses Pengolahan Limbah Cair

Proses Pengolahan Limbah Cair Pengolahan limbah bertujuan mempercepat proses


alami pada suatu unit pengolah limbah sehingga kondisi dap...

Proses Pengolahan Air Bersih

Proses Pengolahan Air Bersih Proses pengolahan air bersih sangat penting bagi
kesehatan manusia maupun lingkungan. Tujuan pengolahan...

Kreasi Dari Bahan Bekas Yang Keren

Saat ini mungkin kita semua mempunyai barang bekas dan tak terpakai yang masih
tersimpan di rumah atau garasi menunggu untuk dibuang. Ada...

Blog Archive

2013 (77)

December (1)

November (3)

September (5)

July (39)

June (10)
May (19)

Praktikum OTK II

Praktikum OTK III

Katalis Katalis padat heterogen.Katalis adalah ...

LAPORAN PRAKTIKUM BIODIESEL

Proses pembuatan ammonia pada pt pusri

ABSORPSI

PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Proses Pengolahan Limbah Cair

Proses Pengolahan Air Bersih

PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR

Proses Pengolahan Minyak Bumi

Cara Membuat Sabun Mandi

Proses Pembuatan Kertas

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK SAWIT

Cooling Tower

Solvent Extraction: Classical and Novel Approaches...

Nuclear Chemical Engineering (McGraw-Hill series i...

Distillation

Chemical Engineering Design

Popular Posts

LAPORAN PRAKTIKUM BIODIESEL

ABSTRAK Kebutuhan akan bahan bakar minyak dalam negeri juga meningkat
seiring meningkatnya pembangunan. Biodiesel merupakan bahan b...

ABSORPSI

Pengertian Absorpsi Definisi Absorpsi adalah proses penyerapan suatu zat oleh zat
lain. Dalam proses ini, zat yang diserap masuk ke ...
PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR

PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR Pencairan gas alam menjadi LNG/LPG
bertujuan untuk memudahkan dalam penyimpanan dan transpor...

PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

proses PENGOLAHAN KELAPA SAwit Tandan buah segar yang sudah tiba di pabrik
harus segera diolah menjadi CPO agar meminimalkan peningkat...

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK SAWIT

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK SAWIT Berikut ini adalah metode
penelitian mengenai Proses Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Saw...

Proses Pengolahan Minyak Bumi

PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah
permukaan laut. Minyak bumi diperoleh dengan membuat sumu...

Proses pembuatan ammonia pada pt pusri

Proses pembuatan ammonia pada pt pusri Kedengaran amat sederhana bahwa


pupuk Urea terbuat dari gas alam, air dan udara. Udara ...

Proses Pengolahan Limbah Cair

Proses Pengolahan Limbah Cair Pengolahan limbah bertujuan mempercepat proses


alami pada suatu unit pengolah limbah sehingga kondisi dap...

Proses Pengolahan Air Bersih

Proses Pengolahan Air Bersih Proses pengolahan air bersih sangat penting bagi
kesehatan manusia maupun lingkungan. Tujuan pengolahan...
Kreasi Dari Bahan Bekas Yang Keren

Saat ini mungkin kita semua mempunyai barang bekas dan tak terpakai yang masih
tersimpan di rumah atau garasi menunggu untuk dibuang. Ada...Cuaca

Download

Bagaimana Cara Membuat Biodiesel Dari Kelapa Sawit?

Cara membuat biodiesel dari kelapa sawit sangat penting dipelajari, terutama ketika
Anda ingin membuat komponen biogas dari produk kelapa sawit berupa CPO.
Hingga kini raw material yang berasal dari CPO masih menjadi pilihan untuk
membuat biodiesel maupun biogas. Hal tersebut karena beberapa alasan, seperti:

Harga raw material dari olahan minyak kelapa sawit umumnya memiliki harga yang
lebih murah jika dibandingkan dengan minyak nabati yang memiliki tingkat
kejernihan lebih tinggi.

Kualitas olahan biodiesel dengan menggunakan CPO hampir sama dengaan minyak
nabati, meskipun diperlukan modifikasi sifat kimia dan fisikanya terlebih dahulu
menggunakan metode transesterifikasi.

Produk CPO termasuk produk renewable atau mudah diperbarui mengingat bahan
baku utamanya tersedia dalam jumlah yang sangat tinggi di Indonesia.

Secara umum ada beberapa proses yang akan berlangsung saat pengolahan CPO
menjadi bahan bakar seperti biodiesel, yaitu:
Proses transesterifikasi

Proses transesterifikasi pada pembuatan biodiesel berbeda dengan proses fraksinasi


yang biasa diterapkan pada pembuatan minyak goreng. Hal tersebut karena proses
transesterifikasi umumnya dilakukan dengan menambahkan dua komponen
berbeda pada minyak CPO, yaitu methanol dan kalium hidroksida. Proses ini
dilakukan dengan cara memasukkan bahan baku pada pada tabung kedap yang
tahan panas. Saat dimasukkan, minyak akan tetap diaduk perlahan dan suhu diatur
pada kisaran 58-65C selama 2 jam. Saat suhu mencapai 63C, campuran methanol
dan KOH yang dimasukkan akan membentuk metil ester dengan konversi 94%.
Selanjutnya, produk konversi tersebut akan diendapkan dan dipisahkan dari
endapan gliserol yang terbentuk. Setelah dipisah, proses transesterifikasi II akan
dimulai untuk memurnikan komponen metil ester sebelum melakukan prosedur
washing.

Washing procedure

Proses ini dilakukan untuk menghilangkan berbagai senyawa pencemar yang bisa
mempengaruhi kualitas biodiesel dari minyak CPO. Umumnya proses ini dilakukan
sebanyak 3 kali pada suhu 55C dan pH 6.8-7.2. Hasil dari proses washing adalah
minyak yang sudah tidak mengandung gliserol maupun methanol.

Drying methode

Setelah proses washing (pencucian) selesai dilakukan, proses lanjutan yang akan
dilakukan adalah drying methode. Proses ini bertujuan mengeringkan komponen air
dan memperbaiki kualitas biodiesel yang dihasilkan. Seperti yang sudah diketahui
masyarakat umum bahwabiodiesel dan biogas dapat menjadi solusi untuk masalah
untuk bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Itulah sebabnya, proses drying
dibutuhkan untuk meningkatkan daya bakar biodiesel. Proses ini umumnya
dilakukan pada suhu 130C selama 10 menit.

Filtration
Proses akhir dari tahapan pembuatan biodiesel dari CPO adalah filtrasi. Proses ini
dilakukan untuk menghilangkan berbagai partikel maupun molekul pengotor
biodiesel yang berasal dari dinding pipa ruang penyimpanan. Filtasi biodiesel
menjadi penanda produk biodiesel yang dihasilkan benar-benar berkualitas dan
tanpa cacat. Namun demikian, selain raw material, masih ada limbah dari kelapa
sawit yang juga bisa diolah menjadi bahan baku biodiesel. Limbah CPCPO kelapa
sawit yang berupa POME (palm oil mill effluent) tersebut dapat dimanfaatkan untuk
membuat bahan bakar biodiesel. Hanya saja untuk limbah POME ini, perlu penelitian
lebih lanjut terkait kadar FFA maupun kelayakan standar limbah. Ketika kadar
senyawa lain yang tercampur pada minyak kelapa sawit ada dalam kadar tinggi,
biasanya diperlukan teknik purifikasi lanjutan sebelum akhirnya benar-benar bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel. Semoga berbagai informasi diatas bisa
menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara membuat biodiesel dari
kelapa sawit.

Picture Window theme. Powered by Blogger.

ams-bloq

Kamis, 30 Oktober 2008

Pembuatan Biodiesel dari CPO

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya dengan sumber alamnya antara lain
: minyak, gas bumi, batu bara, dan sumber alam lainnya, dimana dari sumber daya
alam tersebut dapat dihasilkan berupa produk produk atau bahan kimia yang
banyak digunakan sebagai bahan bakar, namun sumber alam ini tidak dapat
diperbaharui. Dengan demikian, jumlah sumber daya alam ini semakin lama akan
berkurang, karena itu pada saat ini banyak sekali penelitian penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan tumbuhan dan lain lain yang digunakan sebagai
bahan bakar alternatif, bahan yang digunakan untuk keperluan farmasi ataupun
kosmetik.

Beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat juga telah mengembangkan bahan
bakar minyak tumbuhan yang telah dikonversi menjadi bentuk methyl ester asam
lemak yang disebut dengan biodiesel.
Sebagai negara tropis, Indonesia menghasilkan tanaman tanaman penghasil
minyak nabati yang terpenting dan merupakan bahan baku industri adalah kelapa
sawit. Kelapa sawit berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu bahan bakar
diesel atau produk biodiesel.

Penggunaan biodiesel juga dapat mengurangi polusi tanah serta melindungi


kelestarian perairan sumber air minum, kelebihan ini ditunjang oleh sifat biodiesel
yang dapat teroksigenasi relatif sempurna atau terbakar habis, non toksik, dan
dapat terurai secara alami (biodegradable), disamping itu produksi gas hasil
pembakarannya yakni karbon dioksida (CO2) dapat dimanfaatkan kembali oleh
tumbuhan.

Penggunaan biodiesel juga dapat meningkatkan kualitas udara lokal dengan


mereduksi emisi gas berbahaya, seperti karbon monooksida (CO), ozon (O3),
nitrogen oksida (NOX), sulfur dioksida (SO2) dan hidrokarbon relatif lainnya, serta
asap dan partikel yang dapat terhirup.

Sumber biomass, terutama sekali minyak nabati sudah menarik banyak perhatian
sebagai suatu sumber energi alternatif karena dapat diperbaharui, banyak tersedia
dan sudah terbukti menjadi bahan bakar yang bersih. Biodiesel bebas dari senyawa
sulfur aromatik.

Biodiesel merupakan zat asam yang mengandung gemuk methyl ester. Methyl ester
adalah salah satu jenis ester yang mempunyai rumus senyawa RCOOCH3. Biodiesel
diperoleh dengan mereaksikan secara kimiawi alkohol dengan minyak tumbuhan,
menggunakan NaOH atau KOH sebagai katalis. Proses paling umum dalam
memproduksi biodiesel dari minyak tumbuhan adalah transesterifikasi fatty acid
glycerol esters menjadi methyl ester dengan menggunakan salah satu katalis.

Hampir semua peneliti mengemukakan bahwa minyak nabati dari ester itu bagus di
dalam mesin diesel, dan yang lain mengatakan bahwa kondisi ester melebihi bahan
bakar diesel dalam berbagai aspek dari pengoperasian mesin termasuk yang
mencakup emisi dan efesiensi panas (Yahya dan Marley, 1994; Wagner et al., 1984).
Methyl ester sangat baik menjadi bahan bakar minyak diesel karena pada saat
terbakar, methyl ester bersih tanpa disertai emisi sulfur dioksida.

Methyl ester disintesa dengan cara esterifikasi asam lemak dengan alkohol atau
transesterifikasi minyak dengan alkohol, dengan menggunakan katalis asam atau
basa.

Tabel 1.1. Karakteristik Methyl Ester

Karakteristik

Nilai

Titik Leleh (OC)

4 32

Bilangan Ester (mg KOH/g)

133,98 191,0

Viskositas (cP)

5,99 1956

Densitas

0,8509 0,8785

Biodiesel harus disimpan di dalam lingkungan yang tidak terkena matahari secara
langsung, bersih dan kering. Kebanyakan bahan bakar saat ini digunakan sebelum
enam bulan penyimpanan, sedangkan biodiesel masih bisa digunakan setelah enam
bulan disimpan, bahkan biodiesel masih dapat digunakan lagi dalam waktu lebih
dari enam bulan, tetapi hal ini tergantung dari komposisi bahan bakar.

Negara yang membutuhkan methyl ester dalam jumlah yang besar sebagai minyak
diesel adalah Italia, yang membutuhkan 250.000 ton per tahun. Diperkirakan pada
tahun mendatang, konsumsi dunia akan methyl ester akan meningkat termasuk
Indonesia.

1.1. Metode Proses

Biodiesel merupakan senyawa mono alkyl ester dari asam lemak rantai panjang
yang diturunkan dari sumber lipida yang dapat diperbaharui. Ada beberapa jenis
proses pembuatan biodiesel, diantaranya adalah sebagai berikut :

1.3.1. Metode Mikro Elmusi

Metode mikro emulsi merupakan salah satu upaya untuk menurunkan viskositas
minyak nabati. Metode ini dilakukan dengan melarutkan minyak nabati ke dalam
larutan methanol, ethanol atau 1-buthanol, tetapi menurut hasil penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan alkohol yang digunakan sebagai pengemulsi cukup
besar, sehingga dapat menaikkan volatilitas dan menurunkan titik nyala.

1.3.2. Metode Pirolisis

Pirolisis adalah proses dekomposisi minyak nabati secara termal atau dapat juga
menggunakan bantuan katalis untuk memutuskan rantai hidrokarbon. Pemutusan
rantai minyak nabati secara katalik dilakukan dengan menggunakan katalis yang
biasa digunakan pada pemutusan rantai minyak bumi, yaitu SiO2 atau Al2O3 pada
temperatur 450OC. Produknya kemudian difraksionasi untuk menghasilkan biodiesel
dan biogasoline. Pada pemutusan rantai katalik, temperature mempengaruhi
selektivitas produk. Semakin tinggi temperatur, fraksi ringan yang dihasilkan
semakin banyak.

Keuntungan produk biodiesel dari metode ini adalah adanya kemiripan dengan
struktur bahan bakar diesel dari minyak bumi, tetapi kelemahan metode ini adalah
karena prosesnya tidak boleh terdapat oksigen, maka bahan bakar yang dihasilkan
tidak teroksigenasi dan peralatan yang digunakan pada metode ini relatif mahal.

1.3.3. Metode Transesterifikasi

Proses transesterifikasi adalah suatu proses reaksi kimia yang mempunyai sifat
yang kuat dan umum dimana alkohol monohydroxy linier bereaksi dengan
trigliserida, dimana trigliserida dari zat asam yang mengandung lemak, dimasukkan
ke dalam katalisator. Unsur alkohol yang digunakan dalam proses ini adalah
methanol dan katalisatornya adalah NaOH. Kadar alkohol dalam proses
transesterifikasi adalah penting untuk memutuskan gliserin dengan asam lemak.
Reaksi transesterifikasi dengan katalis alkali lebih cepat dan lebih sering digunakan
secara komersil dibandingkan dengan katalis asam.

Mekanisme reaksi transesterifikasi dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah
penyerangan ikatan karbonil pada trigliserida oleh anion dari alkohol dan
membentuk zat antara tetrahedral. Pada tahap kedua, zat antara tetrahedral
bereaksi dengan alkohol dan terbentuk anion dari alkohol. Pada tahap akhir, zat
antara tetrahedral mengalami transfer proton sehingga terbentuk ester dan alkohol.

Pada reaksi transesterifikasi yang menggunakan katalis alkali, bilangan asam dari
minyak nabati yang digunakan harus kurang dari satu. Jika bilangan asamnya lebih
dari satu, maka minyak nabati yang harus dinetralisir terlebih dahulu dengan
menambahkan jumlah alkali sehingga basa yang digunakan dapat berfungsi
sebagai katalis dan penatralisir asam. Bilangan asam yang tinggi disebabkan oleh
adanya kandungan asam lemak bebas pada minyak nabati.

Ada beberapa proses transesterifikasi adalah sebagai berikut :


Proses transesterifikasi dengan proses batch

Proses ini menggunakan unit operasi dua tahap secara batch, tiap tahap terdiri atas
tangki reaktor dan tangki pengendapan sehingga sering disebut sistem
pencampuran dan pengendapan. Kelebihan proses ini adalah kualitas produk yang
didapat cukup baik, tetapi produksi methyl esternya tidak kontinyu.

Proses transesterifikasi kontinyu

Proses ini menggunakan kolom reaktor sentrifugal. Proses ini terdapat dua siklus
tertutup, yaitu tertutup alkohol dan siklus tertutup air untuk ekstraksi gliserol dan
pemurnian dengan pencucian dari ester.

Proses transesterifikasi Henkel

Proses ini menggunakan reaktor dari tangki pengendapan. Kondisi operasinya pada
tekanan 9000 Kpa dan temperatur 240OC. Kelebihan proses ini adalah kualitas
methyl ester relatif baik dengan tingkat kemurnian tinggi dan warna minyak yang
terang. Kekurangannya adalah konsumsi energi yang besar.

Pada dasarnya, proses transesterifikasi bertujuan untuk menghilangkan kandungan


gliserin dalam minyak nabati karena jika dipanaskan, gliserin akan membentuk
senyawa akrolein dan terpolimerisasi menjadi senyawa plastis yang agak padat dan
proses ini bertujuan juga untuk menurunkan viskositas minyak nabati.

Dari beberapa metode pembuatan biodiesel dari minyak nabati, metode


transesterifikasi adalah metode yang sering digunakan karena relatif sederhana
tanpa membutuhkan peralatan yang rumit dan juga bahan bahan yang diperlukan
dapat diperoleh dengan mudah. Maka dari itu, perancangan pabrik biodiesel ini
memilih proses transesterifikasi.
DASAR PERANCANGAN

2.1. Penjelasan Produk

Melihat sumber daya energi baru, seperti biodiesel menjadi arti penting pada tahun
sekarang ini. Biodiesel yang terbuat dari minyak sawit digunakan sebagai pengganti
untuk petroleum-based diesel, karena biodiesel adalah sumber daya energi yang
dapat diperbahurui dan sumber energi yang ramah energi. Biodiesel atau methyl
ester dengan rumus bangunnya RCOOCH3 merupakan senyawa alkyl ester, yang
mempunyai sifat fisiknya berbentuk cairan pada suhu kamar dan berwarna kuning.

2.1.1. Produk Utama

Metode yang paling umum untuk menghasilkan biodiesel yang berupa methyl ester
adalah dengan metode Transesterify triacylglycerols, dimana minyak dengan
alkohol ditambah dengan katalisator. Alkohol yang digunakan adalah methanol.
Penggunaan biodiesel pada mesin konvensional mampu mengurangi emisi dari
hydrocarbon yang tidak terbakar, CO, sulfat, dan hidrokarbon aromatis polisiklik.

Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar murni atau dicampur dengan
petroleum dengan persentase tertentu. B20 (campuran 20% volume biodiesel
petroleum dengan 80% volume petroleum diesel) telah dibuktikan menguntungkan
bagi lingkungan. Sifat fisik biodiesel standar Jerman DIN V 51606 yang paling
banyak dijadikan acuan dapat dilihat pada table 2.1.
Table 2.1 Sifat fisik biodiesel standar Jerman Din V 51606

Parameter

Nilai

Densitas pada suhu 15OC, g/mL

0,875 0,890

Flash Point, OC

110

Moisture, ppm

300

Bilangan asam, mg KOH/g

0,5

Total gliserol, %

0,25

Gliserol bebas, %

0,02
Kandungan fosfor, %

10

Kandungan methanol, %

0,3

Sifat kimia methyl ester sebagai berikut :

Mempunyai rumus bangun RCOOCH3

Mempunyai senyawa karbon rantai lurus jenuh, kecuali C17 yang mempunyai
rantai lurus rangkap

2.1.2. Produk Samping

Gliserol merupakan produk samping dari pembuatan methyl ester. Nama lain dari
gliserol adalah 1,2,3-propational, CH2OH CHOH CH2OH, dengan sifat fisik antara
lain : berbentuk cairan kental manis jernih, mudah larut dalam air dan alcohol
larutannya bersifat netral, hygroscopis, serta tidak mudah larut dalam ether,
benzene, chloroform, mudah menguap. Produk pembuatan biodiesel ini bukan
gliseril murni tetapi masih berupa crude gliserin dan warnanya belum jernih. Pada
suhu kamar (25OC), gliserol ini mempunyai berat jenis sebesar 1,261 dengan PH
berkisar antara 6,5 7,5.

Kegunaan gliserol sangat luas, antara lain digunakan dalam industri obat, kosmetik,
pasta gigi dan lainnya. Sifat fisik gliserol dapat dilihat pada table 2.2.
Table 2.2 Sifat fisik gliserol

Parameter

Nilai

Titik leleh, OC

18,17

Titik didh pada 0,53 kPa, OC

14,9

Tekanan uap pada suhu 50OC, Pa

0,33

Parameter

Nilai

Surface tension pada suhu 20OC, dyne/cm

63,4

Viskositas pada suhu 20OC, cP

1499

Konduktivitas termal, W/m.K

0,28
2.2. Penjelasan Bahan Baku

Pada pembuatan biodiesel ini, bahan baku utama yang digunakan adalah crude
palm oil (CPO) dan methanol serta natrium hidroksida (NaOH) sebagai bahan baku
pendukung yang berfungsi sebagai katalis.

2.3.1. Crude Palm Oil (CPO)

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) di Indonesia dalam tahun 1979 tercatat sebanyak
73 buah perkebunan kelapa sawit dengan luas areal 230.000 Ha. Produksi per Ha
nya, diperkirakan produksi kelapa sawit dunia adalah 2,5 juta ton. CPO berasal dari
bagian pericarp buah kelapa sawit. Kandungan yang terdapat dalam minyak sawit
(CPO) adalah 94% trigliserida, 5% asam lemak bebas (FFA) dan selebihnya zat
pengotor dan air. Minyak sawit (CPO) berwarna kuning jingga kemerah merahan
dan agak kental.

Komposisi zat asam yang mengandung lemak dari minyak sawit didominasi oleh
palmitic, oleic, linoleic, dan zat asam lemak stearic ditambah sedikit myristic, lauric,
linoknic dan cuka capric (Allen dan Watts, 2000). Dari table 2.3 dapat dilihat
komposisi CPO dan table 2.4 sifat fisik CPO.

Table 2.3 Komposisi CPO

Komposisi Fatty Acid

Komposisi (%)
Jenuh

Lauric

Myristic

1,4

Palmatic

40,1

Stearic

5,5

Aracidic

Other

Tak Jenuh
Palmitoleic

Oleic

42,7

Linoleic

10,3

Linolenic

Other

Table 2.4 Sifat fisik CPO

Parameter

Nilai

Melting point, OC

35

Densitas
0,915

Nilai Iodin

54,2

Nilai Saponifikasi

199,1

2.3.2. Methanol

Methanol atau methyl alkohol atau sering juga disebut carbinol merupakan larutan
polar yang larut dalam air, alkohol, ester dan pelarut organic lainnya. Methanol
mempunyai rumus molekul CH3OH adalah alkohol aliphatic sederhana. Reaksinya
ditentukan oleh gugus hydroxyl fungsional, sedangkan reaksi terjadi oleh gugus C
O atau O H.

Penggunaan methanol sebesar 85% digunakan sebagai bahan baku serta bahan
pelarut sintetis. Dalam hal ini methanol direaksikan dengan trigliserida akan
menghasilkan methyl ester.

Methanol mempunyai sifat fisik sebagai berikut : tidak berwarna, mudah terbakar
dan menguap, tidak berbau, mudah larut dalm air, sangat polar, dengan spesifik
gravitasi 0,7924 pada 20OC, titik didihnya 64,5OC, titik eku -97,5OC dan flash point
12,2OC.

Keberadaan methanol dalam proses transesterifikasi adalah untuk memutuskan


hubungan gliserin dengan zat asam lemak.
2.3. Bahan Penunjang

2.3.1. Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida (NaOH) digolongkan dalam basa kuat. Oleh karena itu, NaOH
sering digunakan dalam menetralisasi suatu zat. NaOH atau lebih dikenal dengan
kaustik soda atau soda api merupakan zat yang larut dalam pelarut air, alkohol, dan
juga dalam gliserol. NaOH memiliki dua macam bentuk, yaitu :

Padatan, biasanya berwarna putih dengan kadar konsentrasi 100%

Larutan, biasanya memiliki kadar konsentrasi, yaitu : 40%, 50% dan 70%

Adapun fungsi dari NaOH adalah :

Menetralkan asam

Sebagai bahan baku pembuatan sabun deterjen

Memisahkan unsur belerang dari minyak bumi

Membantu mengurangi zat warna dari kotoran yang berupa getah minyak bumi

Table 2.6 sifat fisik NaOH

Sifat fisik, satuan


Nilai

Berat Molekul, BM

BP, OC

Melting point, Mp, OC

Density (15OC), kg/m3

Viskositas, Ns/m3

20OC

30OC

40OC

Cp

Thermal conductivity, w/mOC

40

142

12
1530

80.000

40.000

15.000

3,24

0,65

Konsentrasi NaOH yang diperlukan tergantung pada perbandingan molar antara


umpan dan methanol.

2.3.2. Asam Phospat (H3PO4)

Penambahan asam phospat (H3PO4) digunakan pada proses menetralisir NaOH,


dimana reaksinya yaitu :

3NaOH + H3PO4 Na3PO4 + 3H2


2.4. Kapasitas Produksi

Dengan melihat keadaan pasar methyl ester di Indonesia, menunjukkan bahwa


paluang pasar methyl ester dalam negeri masih relatif kecil, namun peluang untuk
berkembang juga besar. Dengan melihat perkembangan dan kebutuhan produksi
oleochemical yang semakin meningkat. Sedangkan konsumsi di luar negeri cukup
besar, terutama untuk kebutuhan minyak diesel.

Table 2.7 Produksi biodiesel di beberapa Negara Eropa (000 ton)

Negara

Kapasitas

2002

2003

2004

2005

Jerman

Perancis

Italia

Austria

Spanyol
Denmark

Inggris

450

366

210

25

10

715

357

273

32

9
41

1088

502

419

100

70

44

15

1900 2100

600 800

500 550

150

70 80
30 40

250

Kapasitas produksi biodiesel yang dilakukan di pabrik ini, beroperasi pada tahun
2007 adalah 7895,32128 ton/tahun dengan waktu operasi 24 jam penuh setiap hari
dengan jumlah hari kerja 330 hari dalam setahun.

2.5. Lokasi Pabrik

Lokasi geografis suatu pabrik merupakan unsur yang sangat penting dalam
mendirikan sebuah pabrik, syarat utama suatu pabrik adalah harus ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga produksi bisa berjalan terus dan distribusi bisa dilakukan
secara optimal. Kesalahan dalam pemilihan lokasi pabrik akan menyebabkan
kerugian secara ekonomi dan sosial. Beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam
pemilihan lokasi pabrik yaitu :

A. Faktor Utama

Faktor utama merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pemilihan lokasi atau
tempat pemilihan pabrik. Adapun faktor utama yang perlu diperhatikan adalah :

Dekat dengan sumber bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan dalam proses ini adalah crude palm oil (CPO),
sehingga pemilihan lokasi yang diperlukan yaitu daerah yang harus berdekatan
dengan sumber bahan baku tersebut, agar lebih efesien dalam pemenuhan proses
produksi.
Kebijakan pemerintah

Lokasi pabrik disesuaikan dengan kebijakan pemerintah, maksudnya lokasi tersebut


masih memungkin atau tidak untuk didirikannya sebuah pabrik.

Pemerintah tingkat pusat maupun daerah mempunyai peranan tertentu dalam


menunjang pembangunan industri dalam negeri. Peranan tersebut dapat berupa
dukungan, bimbingan, ataupun pemberian keringanan dan fasilitas yang
kadangkala berkaitan dengan investasi proyek di daerah daerah yang telah
ditentukan.

B. Faktor Khusus

Faktor khusus merupakan faktor pendukung untuk pemilihan lokasi pabrik, antara
lain :

Transportasi

Lokasi yang dipilih harus mudah dijangkau dari bahan baku.

Penyediaan tenaga kerja

Tenaga tenaga kerja yang cukup tersedia dengan baik.

Utilitas
Utilitas merupakan sarana penunjang yang penting bagi jalannya suatu pabrik,
karena bagian ini menyediakan kebutuhan primer pabrik baik dalam proses industri,
yaitu :

a. Tersedianya air

b. Tersedianya fasilitas listrik maupun sarana komunikasi

c. Tersedianya bahan bakar

d. Penanganan air buangan atau limbah

Maka berdasarkan itu semua, daerah Jambi sangat sesuai untuk mendirikan pabrik
biodiesel dari crude palm oil (CPO), karena daerah Jambi memenuhi syarat paling
banyak, terutama dekat dengan pasar bahan baku yaitu crude palm oil (CPO).

DESKRIPSI PROSES

3.1. Pemilihan Proses

Ada beberapa proses untuk menetukan proses yang tepat dan sesuai untuk
diterapkan dalam pembuatan biodiesel. Rekasi untuk mengubah minyak menjadi
biodiesel yang paling sering digunakan adalah dengan reaksi transesterifikasi.
Untuk rekasi ini dapat ditempuh dengan tiga cara yang berbeda untuk
menghasilkan biodiesel, yaitu :
1) Transesterifikasi minyak atau lemak dengan methanol dengan menggunakan
katalis basa.

2) Transesterifikasi minyak atau lemak dengan methanol dengan menggunakan


katalis asam.

3) Konversi minyak menjadi asam lemak dan kemudian methyl ester dengan katalis
asam.

Dalam hal ini yang dilakukan adalah dengan menggunakan transesterifikasi minyak
dengan methanol menggunakan katalis basa. Ada empat proses teknologi
perancangan proses yang disajikan oleh Zhang et el. (2003), yaitu :

1) Proses alkali catalyzed dari minyak nabati

2) Proses katalisator alkali dari minyak goreng bekas / waste cooking oil (WCO)

3) Proses acid catalyzed dari minyak goreng bekas / waste cooking oil (WCO)

4) Proses acid catalyzed dengan menggunakan heksan sebagai suatu pelarut


ekstraksi untuk menghindari pembentukan emulsi dari minyak goreng bekas

Proses yang digunakan pada perancangan ini merupakan lisensor dari Zhang et al
yaitu teknologi Proses Acid Catalyzed dari minyak nabati.

3.2. Deskripsi Proses


Campuran sodium hidroksida dan methanol serta minyak dimasukkan ke dalam
suatu reaktor transesterifikasi. Setelah reaksi (pada 70OC dan 400 kPa), keluaran
yang berisi methyl ester, gliserol, methanol, minyak yang tidak terkonversi dan
hidroksida dimasukkan ke dalam destilasi, dimana sebagian besar methanol dari
umpan masukkan akan didaur ulang di dalam reaktor. Keluaran bawah kolom
destilasi yang berupa methyl ester, gliserol, methanol, minyak tak terkonversi dan
hidroksida masuk ke dalam dekanter dengan menggunakan air untuk memisahkan
methyl ester dari gliserol, methanol dan sodium hidroksida. Keluaran atas kolom
yang berupa methyl ester, minyak tak terkonversi, methanol dan air masuk ke
dalam kolom destilasi untuk memisahkan methyl ester dari air dan methanol.
Kemurnian methyl ester yang didapat > 99,6%. Keluaran bawah dari kolom
dekanter yang berisi gliserol, methanol, sodium hidroksida dan air dimasukkan ke
dalam reaktor untuk memisahkan sodium hidroksida dimana di dalam reaktor
ditambahkan asam phospat sehingga terbentuknya Na3PO4. kemudian aliran ini
masuk ke dalam centrifugal untuk memisahkan Na3PO4. Centrifugal ini berfungsi
untuk memisahkan zat cair dalam slurry berdasarkan berat jenis (densitas), karena
perbedaan densitas maka Na3PO4 berada pada aliran bawah, sedangkan aliran atas
yang berisi glycerol, H2O dan methanol masuk ke dalam destilasi, tujuannya untuk
memurnikan gliserin (gliserin furification), dimana gliserin yang dihasilkan dengan
tingkat kemurnian 92% yang selanjutnya disimpan di dalam storage tank sebelum
dipasarkan.

NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI

4.1. NERACA MASSA

4.1.1. Asumsi Umum Neraca Massa

1. Operasi berlangsung dalam kondisi Steady State

2. Basis perhitungan 1 jam, 1 tahun operasi (330 hari dan 1 hari 24 jam)
3. Jumlah massa yang masuk ke sistem sama dengan yang keluar sistem.

4.1.1.1. Unit Mixer 01

Asumsi neraca massa di Mixer 01

1. Merupakan proses pencampuran biasa, untuk homogenisasi campuran methanol


umpan dengan methanol recycle.

2. Umpan berasal dari kolom, recovery dan methanol fresh

4.1.1.2. Unit Mixer 02

Asumsi neraca massa di Mixer 02

1. Umpan berasal dari mixer 01 dan sodium hidrogsida fresh

2. Merupakan proses pencampuran biasa, untuk homogenisasi campuran methanol


dan sodium hidrogsida sebelum masuk ke reaktor-01.

4.1.1.3. Unit Reaktor 01

Asumsi neraca massa di Reaktor 01

1. Reaksi yang terjadi adalah esterifikasi dan transesterifikasi


2. Kondisi operasi Steady State

3. Konversi methylester pada kondisi methanolysis dan esterifikasi adalah 100 %

4. Methanol yang digunakan adalah 96%.

5. Katalis yang digunakan adalah NaOH 50% sebanyak 0.1% mol dari umpan CPO

6.

Perbandingan massa umpan 15 : 1 mol, methanol terhadap CPO.

4.1.1.4. Unit Destilasi 01

Asumsi neraca massa di Destilasi 01

1. Komposisi umpan sama dengan komposisi hasil kolom reaktor

2. Temperatur umpan adalah tempetatur pada titik didihnya atau buble point yang
diperoleh dengan cara trial and error dengan persamaan : yi = xi . ki = 0
Untuk dew point dengan persamaan : xi = yi / ki

3. Tekanan dikolom pemurnian adalah sama yaitu 1 atm (101,3 kpa). ki = Pi*/P

4. Methanol merupakan komponen ringan (light key) dan H2O merupakan


komponen berat (heavy key).

5. Sebanyak 96% methanol dan 4% H2O di recover didistilat.

6. Umpan berasal dari reaktor - 01

4.1.1.7. Unit Reaktor 02

Asumsi neraca massa di Reaktor 02

1. Reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi dan berlangsung dalam kondisi
steady state.

2. H3PO4 digunakan sebagai penetral NaOH

3. Umpan berasal dari produk bawah settler.

4. Reaksi yang terjadi : 3NaOH + N3PO4 = Na3PO + 3H2O

4.1.1.8. Unit Centrifugal


Asumsi neraca massa di Centrifugal

1. Pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan ukuran partikel.

2. Na3PO4 merupakan residu, sedangkan glycerol, air dan methanol merupakan


fltrat.

4.1.1.9. Unit Destilasi 03

Asumsi neraca massa di Destilasi 03

1. Umpan masuk pada daerah dua fase yang diketahui berdasarkan titik didih dan
titik embun dari campuran

2. Tekanan operasi 65 kpa.

3. Air merupakan komponen berat ringan (light key) dan methanol merupakan
komponen (heavy key)

4. Glyserol dihasilkan sebagai bottom dengan kemurnian 92 %

5. Umpan adalah lapisan atas dari centrifugal.

DASAR PERANCANGAN ALAT


5.1. PERALATAN UTAMA

5.1.1. Asumsi Umum

1) Operasi berlangsung dalam kondisi steady safe

2) Larutan dan gas bersifat ideal

5.1.2. Mixer 01

Mixer 01 berfungsi sebagai tempat menghomogenkan campuran methanol fresh


dengan methanol recycle.

5.1.3. Mixer 02

Mixer 02 berfungsi sebagai tempat menghomogenkan campuran dari mixer 01


dengan NaOH.

5.1.4. Reaktor 01

Reaktor adalah alat yang berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi kimia, yaitu
mereaksikan bahan baku CPO dengan methanol dan dengan penambahan katalis
NaOH sehingga diperoleh produk methyl ester yang diinginkan

5.1.4.1. Asumsi Perancangan Reaktor

Tekanan disemua bagian rekator sama


Temperatur disemua bagian rekator sama

5.1.5. Destilasi 01

Alat ini berfungsi untuk memurnikan alcohol sesuai dengan yang diinginkan. Kolom
ini beroperasi pada tekanan 1 atm.

Asumsi design :

Tidak terjadi buih

Plate spacing 0.45 m

Floading 80%

Tipe tray/plate = perforated plate

5.1.6. Settler

Alat ini berfungsi untuk memisahkan produk utama methyl ester dengan produk
samping gliserin berdasarkan massa jenis. Tipe setel yang digunakan adalah
vertical settler

5.1.7. Destilasi 02

Alat ini berfungsi untuk memurnikan produk utama methyl ester dari zat lainnya
yang terlarut didalamnya. Kolom ini beroperasi pada tekanan 1 atm.
5.1.8. Reaktor 02

Alat ini berfungsi untuk menetralkan NaOH dimana dalam reactor ini terjadi
penambahan H3PO4 sehingga membentuk Na3PO4

5.1.9. Sentrifugal

Alat ini berfungsi untuk memisahkan Na3PO4 hasil reactor 02 dengan produk
samping glycerol. Alat ini untuk memisahkan zat cair berdasarkan berat jenis.
Dengan sentrifugal pemisahan cepat dilakukan.

5.1.10. Destilasi 03

Kolom ini berfungsi untuk memurnikan produk samping glycerol dari zat yang
terlarut didalamnya. Kolom ini beroperasi pada tekanan 1 atm.

5.2. PERENCANAAN TATA LETAK

Perencanaan tata letak peralatan dalam pendirian sebuah pabrik kimia merupakan
hal yang penting karena bisa mempengaruhi biaya operasi. Perencanaan peralatan
ini harus memperhatikan berbagai aspek.

Tujuan utama tata letak pabrik adalah memudahkan proses produksi dan
menghemat pemakaian ruang bangunan perancangan dan pemilihan mesin-mesin
harus memperhatikan kemudahan pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan serta
tersedia nya perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja disetiap alat yang
digunakan.

5.2.1. Faktor Ekonomi


Pemasangan dan perletakan peralatan harus disesuaikan dengan keperluan karena
jika tidak sesuai maka akan mempengaruhibiaya investasi dan produksi jika
perletakan alat saling berjauhan akan menyebabkan bertambahnya biaya yang
harus di keluarkan, mulai biaya konstruksi sampai biaya setelah operasi. Biaya
tersebut antara lain adlah pemasangan instralasi pipa, keperluan energi listrik dan
biaya produksi.

5.2.2. Faktor Pemeliharaan dan Perbaikan

Pemeliharaan dan perbaikan peralatan sebuah pabrik kimia di perluakan untuk


menjaga kondisi alat agar tetap dalam kondisi baik dan tahan lama.

Untuk mempermudahkan pemeliharaan dan perbaikan, maka tata letak peralatan


harus sebaik mungkin.

5.2.3. Faktor Keamanan dan Keselamatan

Tata letak peralatan pabrik kimia harus disesuaikan dengan keamana dan
keselamatan kerja setiap mesin dan alat-alat proses harus terjangkau oleh unit
pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran perletakan dan konstruksi alat harus
memperhatikan keamanan dan keselamatan kerja setiap karyawan.

Bahan-bahan kimia yang korosif, beracun dan mudah terbakar harus mendapat
perhatian yang khusus.

5.3. PERALATAN PENDUKUNG


5.3.1. Storange Tank

Storange Tank berfungsi sebagai tempat penyimpan bahan baku, produk samping
glycerol dan produk utama yaitu methyl ester, waktu tinggal untuk masing-masing
storange adalah 7 hari.

5.3.2. Reboiler

Reboiler berfungsi untuk menaikan temperature cairan dikolom distilasi bagian


bawah (bottom) dan merubah fase cair ke fase uap

5.3.2.1. Asumsi Perancangan Reboiler

Campuran cair dan uap bersifat ideal

Koefisien panas keseluruhan, U0 konstan

Kapasitas panas konstan

Operasi berlangsung dalam kondisi steady state

Aliran fluida konstan

Tidak ada panas yang hilang

5.3.3. Kondesor dan Cooler


Kondesor digunakan untuk merubah fasa uap menjadi fasa cair pada produk atas
distilasi. Tipe kondesor yang digunakan adalah shell and tube cooler digunakan
untuk mendinginkan/menurunkan temperature bahan tipe cooler yang digunakan
adalah double pipe dan shell and tube.

5.3.3.1. Asumsi Perancangan Kondesor dan Cooler

Tidak ada panas yang hilang

Kondensasi terjadi secara sempurna

5.3.4. Heater

Heater digunakan untuk memanaskan/menaikan temperature bahan tipe heater


yang digunakan adalah

5.3.5. Akumulator

Akumulator adalah alat yang berfungsi untuk menampung cairan sementara produk
bagian atas kolom distilasi. Cairan yang keluar dari kondesor ditampung terlebih
dahulu kemudian didistribusikan kealiran reflux dan kealiran proses berikutnya,
sehingga bahan yang keluar mengalir dengan laju yang stabil.

5.3.6. Pompa

Pompa berfungsi untuk memindahkan fluido cair dari suatu sistem proses kesistem
proses lainnya.
5.3.6.1. Asumsi perancangan pompa

Efisiensi pompa 60%

Tekanan dititik masukan dan titik keluaran sama

Tidak terjadi hilang tekanan karena kebocoran pada alat atau pada system
perpipaan.

5.3.7. Instrumentasi dan Alat Kendali

Peralatan ini dimaksudkan untuk mengontrol kondisi yang terjadi disetiap peralatan
proses, setiap perubahan kondisi operasi baik masukan maupun keluaran dapat
langsung diketahui secara otomatis. Pemasangan alat ini dilakukan secara
terintegrasi.

5.3.7.1. Pengukur Temperatur

Instrument ini dipasang hampir setiap aliran proses. Alat ini berfungsi untuk
mengontrol dan mengendalikan temperature operasi. Peralatan yang harus
dilengkapi dengan pengukur temperature antara lain reactor, distilasi, kondensor
dan reboiler

5.3.7.2 Pengukur Tekanan

Pengukur tekanan ini digunakan untuk mengontrol dan mengendalikan tekanan


disetiap aliran proses.

5.3.7.3. Pengukur Ketinggian (Level Control).


Alat ini digunakan untuk mengontrol ketinggian suatu fluida cair disuatu peralatan
proses.

5.3.7.4. Pengukur Laju Alir (Flow Control)

Alat ini berfungsi untuk mengontrol dan mengendalikan laju alir disetiap aliran
perpipaan dan peralatan proses.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dalam mendirikan suatu pabrik, keselamatan kerja merupakan salah satu faktor
penting yang harus diperhatikan karena akan mempengaruhi kegiatan proses
produksi dan kinerja pabrik. Maka dengan adanya keselamatan dan kesehatan kerja
ini dapat dilakukan tindakan pencegahan sebelum terjadinya bahaya yang mungkin
merugikan baik terhadap pabrik maupun manusia itu sendiri.

Bahaya yang mungkin terjadi pada pabrik Methyl Ester ini dapat ditimbulkan oleh
sifat-sifat kimia bahan, pengoperasian peralatan produksi, penggunaan utilitas, dan
bahaya yang ditimbulkan oleh kecerobohan manusia itu sendiri.

Bahaya yang ditimbulkan oleh sifat kimia bahan dan penanggulangannya.

Pada pabrik Methyl Ester ini tidak banyak bahan-bahan atau zat-zat yang
mempunyai sifat kimia yang berbahaya.

Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh sifat kimiawi bahan adalah:


1. Iritasi kulit, cacat tubuh yang disebabkan oleh larutan H3PO4, jika larutan ini
terkena mata akan merusak mata.

2. Batuk-batuk dan bersin-bersin oleh bau fatty acid

Cara penanggulangannya adalah

1. Menggunakan alat pengaman seperti sarung tangan, sepatu, masker dan helm.
pengaman serta menyediakan tempat pembasuh dekat tangki penyimpanan
H3PO4.

2. Menggunakan alat-alat control pada tiap alat yang memerlukannya.

3. Menisolasikan alat untuk menjaga kebocoran, menggunakan ventilasi udara.

4. Mengadakan pendidikan dan keterampilan mengenai K3.

Bahaya yang ditimbulkan oleh pengoperasian peralatan produksi dan


penanggulangannya

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh peralatan dalam
pabrik, pengoperasian peralatan harus dilaksanakan dalam batas-batas yang wajar.
Jika pengoperasian yang dilakukan melebihi kapasitasnya, maka akan timbul
bahaya-bahaya seperti dibawah ini:

1. Kebakaran yang diakibatkan oleh kondisi operasi alat, seperti reactor dan
sebagainya yang tidak sesuai dengan kondisi yang diperbolehkan.
2. Terjadinya tumpahan bahan kimia pada saat memasukan kesuatu alat atau
mengeluarkannya sehingga terkena manusia dan mengakibatkan kecelakaan.

Cara penanggulangannya adalah:

1. Pada alat tersebut menggunakan alat control seperti alat control suhu, tekanan,
dan melakukan pemeriksaan dan perawatan produksi secara berkala .

2. Menggunakan pelindung mesin seperti lapisan fenalis.

3. Menggunakan system alarm pada setiap unit untuk mendeteksi kinerja alat atau
adanya kebocoran, kerusakan dan lain-lain.

4. Penyediaan sumber air hydrant dan kran-kran sumber yang tersebar merata
diseluruh kawasan pabrik.

5. Melengkapi setiap bangunan pabrik dengan papan petunjuk, penyelamatan air,


bila terjadi kecelakaan dan petunjuk pertolongan pertama bila terjadi keracunan
atau kerusakan peralatan.

6. Membuat peralatan umum untuk mencegah kecelakaan pada mesin industri.

Bahaya yang ditimbulkan oleh listrik dan upaya penanggulangannya

Listrik mempunyai peranan penting dalam suatu industri kimia. Namun listrik ini
pun dapat membahayakan manusia atau pabrik itu sendiri jika penempatan
instralasi listrik tidak sesuai dengan kondisi pabrik.
Bahaya yang bisa ditimbulkan oleh listrik ini adalah:

1. Sengatan listrik pada manusia yang diakibatkan oleh instalasi kabel berarus
listrik rusak.

2. Timbul panas yang berlebihan sehingga merusak peralatan yang menyebabkan


orang terkena sengatan listrik.

3. Kegagalan peralatan

4. Disambar petir.

Cara pencegahan akibat bahaya listrik adalah:

1. Pemasangan insulasi pada sambungan tombol pengontrol, pengangan alat


pengontrol dan sebagainya.

2. Menggunakan sepatu atau alas kaki, sarung tangan yang terbuat dari karet.

3. Memasang interlock system, sehingga apabila peralatan tersebut salah


digunakan, listrik akan mati secara otomatis.

4. Membuat tanda bahaya atau safety design, agar setiap orang bias mengetahui
bahwa daerah tersebut berbahaya.

5. Sikring (fuse) yaitu alat yang otomatis akan mati secara otomatis bila terjadi over
current.

6. Penempatan dan peralatan yang baik terhadap peralatan listrik.


Alat yang digunakan untuk keselamatan listrik.

1. Topi keselamatan yang terbuat dari plastic dan memiliki sifak isolator

2. Sarung tangan karet

3. Pelindung muka dan mata

4. Sepatu keselamatan untuk pekerja listrik

Bahaya yang ditimbulkan oleh kebakaran dan penanggulangannya

Kebakaran yang terjadi akan menyebabkan kerugian yang besar karena bahaya
yang ditimbulkan adalah kematian atau cacat dan kerusakan baik pada peralatan
maupun karyawan perusahaan

Faktor-faktor yang bisa menimbulkan kebakaran yaitu:

1. Faktor manusia : lalai, ceroboh, prosedur kerja salah, ketidak sengajaan

2. Faktor mesin atau peralatan : bahan yang mudah terbakar, elektrik static, short
circuit.

3. Faktor alam : petir, gempa, dan angin


Cara-cara penganggulangan kebakaran adalah:

1. Mobil-mobil pemadam kebakaran yang setiap saat siap dipakai untuk


memadamkan.

2. Pelatihan bagi karyawan bagaimana menggunakan peralatan pemadam


kebakaran jika keadaan darurat.

3. Menyediakan alat pemadam kebakaran yang memadai

Bahaya yang ditimbulkan oleh manusia dan upaya penanggulangannya.

Beberapa penyebab perbuatan manusia yang dapat menimbulkan bahaya adalah:

1. Kekurangan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap

2. Keletihan dan kebosanan

3. Kerja dan manusia tidak sepadan secara ergonomic

4. Gangguan psikologis

Jika hal-hal tersebut terjadi, ini akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan,
karyawan maupun masyarakat. Untuk itu maka perlu di tanggulangi dengan hal-hal
berikut:
1. Memberikan informasi dan pelatihan (training) kepada para pekerja mengenai
hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya, cara penanggulangannya, dan cara-cara
penyelematan bila terjadi kecelakaan .

2. Memasang tanda-tanda peringatan ditempat-tempat yang dapat menimbulkan


bahaya.

3. Pengoperasian peralatan harus sesuai dengan standar operasinya.

4. Pengawasan-pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang-undangan


yang diwajibkan

Masalah kesehatan dan keselamatan kerja

Masalah kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan pabrik, pabrik maupun
masyarakat adalah suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena jika
tidak dperhatikan maka akan terjadi hal-hal di bawah ini:

1. Kecelakaan yang total

2. Pencemaran lingkungan

3. Penyakit akibat kerja

Maka dari itu dilakukan upaya untuk menanggulangi itu semua dengan cara :

1. Menyediakan peralatan kebakaran yang lengkap


2. Menyediakan peralatan keselamatan kerja yang lengkap seperti baju pelindung
bahan kimia, sarung tangan, helm pengaman, masker, pelindung muka dan telinga

3. Menggunakan alat-alat pengukur suhu dan ventilasi untuk mencegah suhu yang
terlalu panas

4. Menyediakan sarana medis berupa klinik yang dilengkapi dengan peralatan yagn
diperlukan

Jaminan sosial tenaga kerja

Fasilitas-fasilitas yang disediakan perusahaan untuk mensejahterakan karyawan


antara lain:

1. Asrama

Asrama ini terletak didalam lokasi

2. Sarana kesehatan

Sarana kesehatan ini berupa rumah sakit/klinik, apotik

3. Jaminan social

Perusahaan masuk dalam program JAMSOSTEK. Yang mana program ini berupa
tunjangan yang deprogramkan sebagai:

Tunjangan kesehatan
Tunjangan kematian

Tunjangan hari tua

Selain program jamsostek, perusahaanpun memberikan sarana keselamatan kerja


berupa :

Masker, sarung tangan, kacamata las

Pakaian seragam, safety shoes, dan helm pengaman

Sarana penunjang yang diberikan perusahaan yaitu :

Tunjangan hari raya (THR)

Bonus tiap akhir tahun

Sarana olahraga

STRUKTUR ORGANISASI

9.1. Penetapan Bentuk Struktur Organisasi

Suatu pabrik tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan tenaga manajemen
yang ahli berpengalaman serta memiliki motivasi dan dedikasi yang tinggi. Tenaga
manajemen adalah pengelola factor-faktor produksi yang dikerahkan untuk
mencapai berbagai macam sasaran pabrik. Tenaga manajemen ini menciptakan
kemampuan pabrik untuk menghasilkan laba, membayar bunga, dan
mengembalikan pinjaman yang dipergunakan untuk membangun dan
mengoperasikannya.

Pemilihan bentuk perusahaan perusahaan dan organisasi harus dipikirkan, baik dari
segi efektifitas, efisiensi kerja ataupun dari segi permodalan, karena maju
mundurnya suatu pabrik akan tergantung kepada manajemen.
Pabrik pembuatan Methyl Ester dari bahan baku CPO ini memilih Perseroan Terbatas
(PT) sebagai badan usahanya, yang mana pimpinan tertinggi dipegang oleh seorang
Direktur Utama yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh 4 orang manajer
yaitu:

1. Manajer teknik

2. Manajer produksi

3. Manajer umum

4. Manajer pemasaran

Masing-masing manajer bertanggung jawab kepada Direktur Utama, dan Kepala


Bagian atau bawahan bertanggung jawab kepada Manajer

9.1.1. Perincian tugas sesuai jabatan

9.1.1.1. Pemegang saham

Yaitu beberapa orang yang mengumpulkan modal dengan memilik saham dari
pabrik. Tugas pemegang saham adalah :

1. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris

2. Mengangkat dan memberhentikan Direksi


3. Mengesahkan hasil usaha, rencana perhitungan laba rugi tahunan

9.1.1.2. Dewan komisaris

Yaitu orang yang mewakili pemilik saham dalam menjalankan perusahaan.

Adapun tugas Dewan Komisaris ini adalah :

1. Menilai dan menyetujui rencana Direksi dalam hal :

- kebijakan umum dan target laba

- lokasi sumber biaya

- pengarahan pemasaran

2. Mengevaluasi pekerjaan dan urusan Direksi

9.1.1.3. Direktur Utama

Direktur utama merupakan pimpinan tertinggi dan penanggung jawab utama dari
perusahaan. Adapun tugas Direktur Utama ini adalah :

1. Mempertangungjawabkan pelaksanaan perusahaan terhadap Dewan Komisaris


2. Direktur Utama membawahi Manajer teknik, produksi, umum, dan pemasaran.

9.1.1.3.1 Manajer Teknik

Manajer teknik bertanggung jawab kepada Direktur Utama Manajer teknik ini
membawahi beberapa bagian yaitu :

1. Design dan Engineering

Memberikan saran kepada Manajer bila terjadi suatu perbaikan, kerusakan, atau
pengembangan pada peralatan proses produksi dan bertanggung jawab dalam
menentukan desain yang tepat untuk suatu alat.

2. Utilitas

Bertugas menangani listrik, steam, air, dan pompa

3. Mekanik dan Elektrik

Bertugas menjaga kondisi kerja alat yang digunakan oleh pabrik agar proses
produksi dapat berjalan dengan stabil
9.1.1.3.2 Manajer Produksi

Manajer Produksi bertanggung jawab kepada Direktur Utama, dimana Manajer


Produksi ini membawahi beberapa bagian, yaitu:

1. Planning Production Control

Mengendalikan rencana-rencana produksi, misalkan mempersiapkan berapa banyak


bahan baku yang dibutuhkan selama produksi waktu tertentu, berapa banyak
produksi yang diinginkan dalam satu tahun tersebut.

2. Kepala Bagian Proses Produksi

Shift Leader

Bertugas menangani para karyawan yagn bertugas lembur, dimana jadwal kerja
karyawan shift terbagi menjadi 3 bagian (shift I,II,III).

Kepala Unit Kontrol

Bertugas dalam hal mengontrol jalannya proses produksi, disertai dengan


menggunakan monitor sebagai alat untuk melihat jalannya proses produksi dan jam
kerja para karyawan dengan demikian segalanya dapat terkendali.

Kepala Unit Laboratorium

Bertugas menganalisa zat-zat seperti bahan baku dan hasil-hasil produksi.

9.1.1.3.3. Manjer Umum


Manajer umum bertanggung jawab kepada Direktur Utama, dimana Manajer Umum
membawahi beberapa bagian:

1. Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan

Bertugas sebagai penyediaan dana bagi seluruh kegiatan perusahaan bagi kegiatan
yang membutuhkan dana. Misalnya:

a. Modal perusahaan

b. Gaji karyawan

c. Biaya perawatan dan pemeliharaan

d. Biaya proses produksi dan sebagainya

2. Kepala bagian personalia

Menangani masalah-masalah kepegawaian, dimana terdapat :

a. Unit keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja

b. Unit perawatan dan pemeliharaan

c. Unit hubungan masyarakat

d. Unit diklat
Dalam tugasnya kepala bagaian personalia membawahi kelompok kerja.

a. Foreman (kepala/mandor)

b. Senior operator

c. Operator

d. Helper Operator

9.1.1.3.4. Manajer pemasaran

Bertugas dalam pengadaan barang-barang keperluan pabrik seperti pembelian


bahan baku, penjualan, dan promosi produk. Manajer pemasaran ini bertanggung
jawab kepada Direktur Utama.

9.2. Pembagian waktu kerja

Pabrik direncanakan beroperasi 330 hari dalam 1 tahun selama 24 jam/hari. Jam
kerja hanya dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:

1. Jam kerja non shift

Bekerja selama 6 hari dalam 1 minggu, dimana hari minggu dan hari besar libur.
Hari kerjanya yaitu :
a. Senin Jumat = jam 08.00 - 16.30 WIB

Istirahat = jam 12.00 - 13.30 WIB

b. Jumat = jam 08.00 - 16.30 WIB

Istirahat = jam 11.30 13.30 WIB

c. Sabtu = jam 08.00 - 12.00 WIB

2. Jam kerja shift

Untuk kerja shift, bekerja tiap hari selama 24 jam. Waktu shift dibagi menjadi 3 shift
yaitu:

a. Shift I = jam 07.00 - 15.00 WIB

b. Shift II = jam 15.00 - 23.00 WIB

c. Shift III = jam 23.00 - 07.00 WIB

9.3. Jaminan Sosial Tenaga Kerja


Untuk meningkatkan produktifitas dan motivasi kerja para karyawan maka
perusahaan memberikan suatu kebijakan-kebijakan yaitu suatu jaminan social
tenaga kerja berupa :

1. Tunjangan gaji

Tunjangan gaji yang diberikan kepada karyawan bertujuan untuk membantu


memenuhi kebutuhan keluarga sehingga kesejahteraan keluarga akan terpenuhi.

2. Tunjangan Hari Tua

Tunjangan ini diberikan kepada karyawan yang telah pension dan telah habis masa
tugasnya karena factor lanjut usia dan tidak memungkinkan untuk menjadi tenaga
produktif kembali.

3. Jaminan Keamanan, Keselamatan, dan Kesejahteraan Kerja

Jaminan ini diberikan dengan maksud untuk mengantisipasi adanya kecelakaan


kerja bagi karyawan apabila terjadi, maka disediakan system pengamanan berupa
alat pengaman yang disediakan dan unit keselamatan kerja seperti unit pemadam
kebakaran.

ANALISA EKONOMI

Analisa ekonomi bertujuan untuk menganalisa dan melihat apakah suatu pabrik
Methyl Ester layak berdiri atau tidak. Dalam analisa ekonomi ini dihitung harga
peralatan yang digunakan, harga bahan, harga jual produk utama ataupun produk
samping, jumlah tenaga kerja beserta jumlah gaji.
Jika dilihat dari segi ekonomi, suatu pabrik akan dikatakan sehat bilamana dapat
memnuhi kewajiban finansial kedalam dan keluar serta dapat mendatangkan
keuntungan yang layak bagi perusahaan dan pemiliknya. Kewajiban finansial
kedalam ini terdiri dari berbagai macam beban pembiayaan opersi seperti bahan
baku, bahan penunjang peralatan, gaji/upah karyawan, penyediaan piutang dagang.
sedangkan kewajiban finansial keluar terutama terdiri dari pembayaran pinjaman
Bank serta bunga nya.

Dalam menganalisa kelayakan pabrik untuk didirikan dan dapat mendatangkan


keuntungan, faktor-faktor yang akan ditinjau adalah :

1. Pengembalian modal tetap yang di investasikan (return on investment)

2. Waktu pengembalian modal (pay out time)

3. Titik impas (break event point)

4. Laju pengembalian (internal rate or return)

Sebelum dilakukan analisa perlu dilakukan penafsiran terhadap beberapa hal


sebagai berikut :

1. Penentuan modal investasi total (total capital investment), yang terdiri dari :

a. modal tetap (fixed capital investment)

b. modal kerja (working capital investment)

2. Penentuan biaya produksi total (total production cost) terdiri dari:


a. biaya pembuatan total ( total manufacturing cost)

b. biaya pengeluaran umum (general expenses).

10.1. Total Capital Investment (TCI)

Total capital investment adalah modal investasi yang diperlukan mulai dari
perancangan sampai pabrik dapat beroperasi. Modal ini merupakan gabungan dari
Fixed Capital Investment dan Working Capital Investment

10.1.1. Fixed Capital Investment (FCI)

Adalah modal yang diperlukan untuk menyediakan manufacture dan fasilitas-


fasilitas pabrik, seperti peralatan proses dan semua peralatan pendukungnya. Fixed
Capital Investment merupakan penjumlahan dari modal langsung (direct cost) dan
modal tak langsung (indirect cost). Modal langsung adalah penjumlahan dari biaya
material dan buruh yang diperlukan untuk membangun fasilitas pabrik yang
lengkap. Sedangkan modal tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung
berhubungan dengan biaya material dan buruh pada saat konstruksi dan instalasi
yang sesungguhnya.

10.1.1.1. Direct Fixed Capital Investment (DFCI)

a. peralatan umum

b. instalasi peralatan utama


c. instrumentasi dan kontrol

d. perpipaan

e. peralatan dan perlengkapan listrik

f. bangunan/gedung

Gedung proses, termasuk substruktural, super struktur, tangga jalan masuk,Derek


(crane), monorail dan elevator.

Gedung pendukung, termasuk gedung administrasi, kantor , klinik kesehatan, pos


penjagaan, pemadam kebakaran, laboratorium control dan penelitian, cafeteria,
garasi, gudang produk dan gudang umum.

Bengkel/perawatan, termasuk bengkel listrik, perpipaan, mesin, pelat logam,


pengelasan dan perkayuan

Perlengkapan gedung., termasuk pipa-pipa saluran air (ledeng), ventilas,


pembersih debu, AC, penerangan, elevator, telepon, system inter-komunikasi,
pegecetan, system penyembur air tambah alarm kebakaran.

g. Yard Improvement, terdiri dari jalan utama, jalan kecil, pagar tambah tempat
parker

h. Fasilitas pelayanan
Utilitas, meliputi steam steam, air, power, refrigerasi, kompresor udara, bahan
baker pengolahan limbah.

Fasilitas Utilitas, terdiri dari toiler plant, incinerator, sumur, river-intake,


pengolahan air, cooling water, penampung air, unit listrik, unit refrigerasi, unit
pengolahan udara (air plant), penampung bahan baker, unit pengolahan limbah dan
pelindung kebakaran.

Perlengkapan non-proses, terdiri dari perlengkapan kesehatan dan obat-obatan,


perlengkapan kendaraan, perlengkapan laboratorium, perlengkapan bengkel,
perlengkapan garasi, dan perlengkapan locker.

Distribusi dan pengepakan, meliputi storage untuk bahan baku dan produk serta
peralatan penanganannya, peralatan pengepakan produk dan unit pengangkutan.

i. Tanah, meliputi biaya survey, pembelian dan property

10.1.1.2. Indirect Fixed Capital Investment (IFCI)

a. Engineering dan supervise

Engineering terdiri dari biaya administrasi, proses, teknik perencanaan desain,


ekpedisi, komunikasi, model scala, konsultan, dan perjalanan

Pengawasan engineering dan pemeriksaan.

b. Biaya konstruksi.
fasilitas temporer untuk operasi konstruksi dan perawatan

peralatan dan perlengkapan konstruksi

pengawasan konstruksi

gudang dan penjaga

keselamatan/pengobatan dan tunjangan tambahan

pengujian dan perijinan tanah

pajak, asuransi, dan bunga

c. Biaya kontraktor, adalah biaya yang harus dibayarkan kepada kontraktor yang
melaksanakan proyek pembangunan

d. Biaya tak terduga

Sebagai kompensasi untuk hal-hal yang tidak biasa diperkirakan seperti bencana
alam, kecelakaan kerja, perubahan harga, perubahan kecil pada rancangan,
kesalahan estimasi, dan sebagainya.

10.1.2. Working Capital Investment

Working Capital Investment adalah modal yang diperlukan untuk operasi pabrik
(dalam 1 bulan). Terutama yang diinvestasikan untuk penyediaan bahan baku, biaya
perawatan dan perbaikan (barang dan peralatan), perlengkapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K-3), pajak bumi dan bangunan, serta gaji dan upah karyawan
(harian dan tambahan),

10.1.3. Start up

Biaya start up dialokasikan untuk modifikasi peralatan (proses) yagn diperlukan


untuk penyesuaian, buruh (pada saat start up, buruh yang diperoleh biasanya lebih
banyak), dan ongkos atas hilangnya bahan baku selam proses ini berlangsung

10.2. Total Production Cost (TPC)

Total Production Cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk produksi
selama satu tahun produksi. Total produk cost terdiri dari manufacturing cost dan
general expenses.

10.2.1. Manufacturing Cost (MC)

Manufacturing Cost adalah biaya yang diperlukan proses produksi, terdiri dari Direct
Production Cost, Fixed Charges dan Plant Overhead Cost

a. Direct Production Cost

Meliputi bahan baku, utilitas, perawatan dan perbaikan, supply operasi, buruh
(operating labor), supervise dan administarsi, biaya laboratorium, patem dan
royalty
b. Fixed Charges

Meliputi biaya penyusutan (depresiasi), pajak lokal, dan bunga bank

c. Plant Overhead Cost

Meliputi biaya untuk upah tambahan, pelayanan kesehatan, keselamatan dan


perlindungan, cafeteria, laboratorium, fasilitas penyimpanan dan rekreasi.

10.2.2. General Expense (GE)

Terdiri dari biaya administrasi, biaya distribusi dan pemasaran, serta biaya untuk
riset dan pengembangan.

a. Biaya administrasi

b. Biaya Distribusi dan Pengembangan

c. Riset dan Pengembangan

10.3. Hasil Analisa Ekonomi

Dari perhitungan analisa ekonomi dan ditinjau dari segi finansial, rencana investasi
pabrik pembuatan methyl ester cukup bagus. Profitabilitas dinyatakan dengan
melihat berbagai indicator ekonomi dibawah ini :
a. Fixed Capital Investment (FCI)

FCI untuk pabrik ini adalah sebesar Rp. 34.143.35.190

b. Total Capital Investment (TCI)

Total Capital Investment yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 44.386.335.750

c. Total Annual Profit (TAP)

Total Annual Profit merupakan keuntungan bersih pabrik sesudah pajak. Total Annual
Profit yang diperoleh dalam pabrik Methyl Ester adalah sebesar Rp. 18.496.393.320

d. Rate of Return On Investment (ROI)

Adalah laju pengembalian modal investasi dihitung berdasarkan keuntungan setelah


dipotong pajak dan dibagi dengan biaya investasi total. ROI pada pabrik Methyl
Ester sebesar 41.67 %

e. Pay Out Time (POT)

Lama waktu pengembalian pinjaman dapat dilihat dari lama pengangsuran atau
jangka waktu pengembalian hutang (POT). Lama angsuran menunjukan tahun
keberapa seluruh pinjaman beserta bunganya lunas, sedangkan pay out time
adalah jangka waktu minimum secara teoritis yang diperlukan untuk pengembalian
hutang. Pay out time dihitung berdasarkan hasil ROI terhadap waktu sehingga
modal diperkirakan akan kembali dalam waktu 2,4 tahun setelah pabrik beroperasi
f. Break Even Point (BEP)

Merupakan analisa yang bertujuan untuk mengetahui berapa minimal perusahaan


harus berproduksi dan menjual produknya agar tidak menderita rugi atau
perusahaan tidak memperoleh keuntungan (rugi). BEP pada pabrik pembuatan
Methyl Ester sebesar 42,47 %

g. Internal Rate of Return (IRR)

Kemampuan pabrik menghasilkan laba diukur dengan pengembalian atau Internal


Rate of Return (IRR). IRR merupakan metode untuk menghitung tingkat suku bunga
yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas
bersih dimasa mendatang. Dengan demikian maka perumusan nilai sekarang
(Present Value) + nilai tahunan (Annual Value) merupakan dasar perhitungan IRR.
Investasi dikatakan menguntungkan jika persentase IRR lebih besar dari suku bunga
bank yang diberikan. IRR pada perancangan pabrik Methyl Ester sebesar 53 %.

Dengan pertimbangan berbagai macam factor tersebut diatasdapat disimpulkan


bahwa rencana pembangunan pabrik pembuatan Methyl Ester merupakan rencana
investasi yang layak.

Diposkan oleh langitbiru_ams

di 22.48

4 komentar:

Arie mengatakan...
kalo bisa publikasikan gambar flowchart diagram deskripsi proses dan gimana juga
reaksi yang terjadi pada pemurnian gliserol jika menggunakan asam phosphat atau
asam sulfat

13 Oktober 2009 05.37

Novi Mulianingtias mengatakan...

minta daftar pustakanya dong mas

11 November 2015 05.29

Khim mengatakan...

Mau nanya bahan bahan termasuk bahan kimia dalam pembuatan minyak ini ada
yg mengandung unsur hewani ga? Tolong jawabannya ya, trims.

20 Maret 2016 04.32

Unknown mengatakan...

Yth. mas langit biru

mohon kirimkan informasinya bentuk pdf ke email julianto_sintang@yahoo.co.id


sebagai bahan referensi penelitian. maaf berapa yg harus dibayar?.

tq n salam hormat by julianto

31 Mei 2016 18.53

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru

Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya
langitbiru_ams

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

2008 (3)

November (1)

Oktober (2)

Biodiesel production from waste cooking oil

Pembuatan Biodiesel dari CPO

Iklan

makalah destilasi vakum

TUGAS MAKLAH

DESTILASI VAKUM
Oleh

Kelompok 1

Eka Fitri 10130230

Elisabet Kartika 1113023021

Fadilla Amelia 1113023023

Kesdik Tria Sayekti 1113023033

Tiyas Abror Huda 1113023067

Yeni Deva Pratika 1113023071

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen zat cair
berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana destisi dilakukan dengan
memanaskan/menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali supaya
jadi cair dengan bantuan kondensor. Destilasi digunakan untuk memurnikan zat
cair, yang didasarkan atas perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan
berubah menjadi uap. Uap ini adalah zat murni. Kemudian uap ini didinginkan pada
pendingin ini, uap mengembun manjadi cairan murni yang disebut destilat. Destilat
dapat digunakan untuk memperoleh pelarut murni dari larutan yang mengandung
zat terlarut misalnya destilasi air laut menjadi air murni .
Destilasi adalah suatu proses pemurnian yang didahului dengan penguapan
senyawa cair dengan cara memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang
terbentuk. Prinsip dasar dari destilasi adalah perbedaan titik didih dari zat-zat cair
dalam campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih
terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan
mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat). Destilasi digunakan untuk
memurnikan zat cair, yang didasarkan atas perbedaan titik didih cairan. Pada
proses ini cairan berubah menjadi uap. Uap ini adalah zat murni. Kemudian uap ini
didinginkan pada pendinginan ini, uap mengembun manjadi cairan murni yang
disebut destilat.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui definisi dari destilasi vakum.

2. Mengetahui tujuan dari destilasi vakum.

3. Mengetahui produk yang dihasilkan serta alat yang digunakan dalam destilasi
vakum.
4. Memahami treatment dan proses destilasi vakum.

5. Menghetahui aplikasi destilasi vakum pada skala laboratorium dan skala


industri.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Destilasi Vakum

Proses distilasi dengan tekanan dibawah tekanan atmosfer. Destilasi vaccum adalah
merupakan destilasi tekanan dibawah 1 atmosfer tekanan operasinya 0,4 atm
(300 mmHg absolut), untuk memisahkan fraksi fraksi yang tidak dapat
dipisahkan dengan destilasi atmosferik seperti gas oil berat, parafine destilate atau
vakum distilate yang masih terkandung didalam long residu dari hasil destilasi
atmosferik. Residu yang terdapat dari destilasi atmosferik ini tidak dapat dipisahkan
dengan destilasi atmosferik, apabila dipanaskan pada tekanan atmosferik akan
terjadi cracking sehingga akan merusak mutu produk dan menimbulkan tar (coke)
yang kemudian dapat diberikan kenutuhan pada tube dapur. Dengan cara
penyulingan di bawah tekanan atmosferik atau tekanan vakum fraksifraksi yang
terkandung di dalam long residudapat dicovery(?).

Prinsip ini didasarkan pada hukum fisika dimana zat cair akan mendidih dibawah
titik didih normalnya apabila tekanan pada permukaan zat cair itu diperkecil atau
vakum. Untuk memperkecil tekanan permukaan zat cair dipergunakan dengan alat
jet ejector dan barometric condensor. Pada prinsipnya proses vakum ini tidak jauh
dari proses destilasi atmosferik. Proses destilasi vakum pada sistem vakum proses
berlangsung dibawah kondisi normal 30 35 mmHg dengan tujuan menurunkan
titik didihnya.
2. Fungsi dari Destilasi Vakum

Untuk menurunkan titik didih pada minyak berat atau long residu sehingga
menghasilkan produk produknya.

3. Produk yang dihasilkan dan Alat yang digunakan

a. Produk yang dihasilkan

Produk-produk yang dihasilkan pada destilasi vakum antara lain :

1. Produk Hight Vacum Gas Oil ( HVGO ), produk ini digunakan untuk bahan baku
proses cracking (hydro cracking unit / HCU).produk POD bila tidak diolah di wax
plant digabungkan dengan produk HVGO untuk unpan di HCU

2. Produk Light Vacum Sloop ( LVS ), adalah produk Light Vacum Gas Oil (LVGO) ,
digunakan untuk komponen blending solar.

3. Produk Light Vacum Gas Oil ( LVGO ),

4. Produk Parafine Oil Distillate ( POD ), produk ini adalah bahan baku bagi
proses pembuatan lilin atau wax, di unit proses wax plant. Produk ini merupakan
produk yang khusus, jadi tidak semua HVU mempunyai produk ini.
5. Produk bottom kolom HVU berupa Short Residue yang digunakan untuk fuel oil
di dapur atau digunakan untuk aspal jalan. Produk-produk tersebut keluar dari
kolom kemudian diambil panasnya dipreheater atau heat-exchager dan didinginkan
dengan fin fan dan selanjutnya dikirim ke tangki produksi atau ke proses
selanjutnya.

b. Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan pada pross destilasi vakum antara lain :

Pompa adalah alat pemindahan fluida cair dari suatu tempat ke tempat lain melalui
suatu media pipa dengan memberikan energi dan dilakukan secara terus
menerus/kontinyu. Pompa mempunyai bermacammacam jenisnya misalnya pompa
centrifugal, pompa piston dan lain lain.

Kolom distilasi merupakan alat yang paling vital karea proses destilasi terjadi pada
alat ini. Kolom destilasi biasanya berbentuk silinder yang terbuat dari bahan baja
dimana di dalamnya dilengkapai alat kontak (tray) yang berfungsi untuk
memisahkan komponen campuran larutan. Di dalam kolom tersebut dilengkapi
dengan sambungan untuk saluran umpan, hasil samping reflux, reboiler, produk dan
produk bottom dan steam stripping.

Kolom stripper berfungsi untuk menajamkan pemisahan komponen-


komponendengan cara mengusir atau melucuti fraksi-fraksi yang lebih ringan
didalam produk yang dikehendaki.

Heat Exchanger Berfungsi untuk berlangsungnya proses pemindahan panas antara


fluida satu ke fluida lain yang saling mempunyai kepentingan.

Condensor berfungsi untuk mengembunkan uap yaitu mengubah fase uap menjadi
fase cair, dan umumnya yang dipakai sebagai pendingin adalah air.

Separator berfungsi untuk memisahkan dua zat yang saling melarutkan, misalnya
gas dan cairan, minyak dan air dan sebagainya.
Furnace berfungsi sebagai tempat mentransfer panas yang diperoleh dari hasil
pemabakaran bahan bakar. Di dalam dapur terdapat pipa pemanasan yang disusun
sedemikian rupa sehingga proses pemindahan panas dapat berjalan sebaik
mungkin.

Cooler berfungsi sebagai peralatan untuk mendinginkan produk yang masih


mempunyai suhu tinggi yang tidak diijinkan untuk disimpan dalam tangki.

Perpipaan adalah suatu sistem jaringan pipa yang menghubungkan dari peralatan
satu dengan peralatan lainnya. Pipa berfungsi sebagai alat penyaluran/mengalirkan
cairan atau gas. Pipa dibuat dari bermacam-macam jenis bahan misalkan dari baja,
karet, PVC dan lain lain bergantung biasanya jenis baja dengan panduan carbon.

Instrumentasi adalah suatu alat kontrol yang digunakan di dalamproses pengolahan


minyak agar proses dapat terkendali dan aman sehingga apa yang diharapkan
dalam proses pengolahan dapat tercapai.

Jet Ejektor adalah suatu alat untuk membuat kevakuman yang tinggi didalam
HVU(High Vaccum Unit).

Ada 2 macam ejektor yang umum dioperasikan:

Dengan Steam

Dengan Air yang disebut proses cair Ejektor cair yang dipakai untuk membuat
kevakuman yang sedang atau proses pencampuran cairan, sedangkan ejektor
dengan steam yang penting untuk membuat dan mempertahankan kevakuman
suatu system dan dapat dilaksanakan dengan single atau multiejektor.

4. Treatment dan Proses Destilasi Vakum

a. Treatment Destilasi Vakum

Proses distillasi dengan tekanan dibawah tekanan atmosfer, bertujuan untuk


mengambil minyak midle distillate yang tidak terambil diproses CDU, dengan cara
menarik ( vacum ) produk tersebut dari long residue, sebenarnya minyak midle
distillate tersebut mungkin dapat dipisahkan dengan menaikkan suhu inlet kolom
pada proses distillasi atmosfer.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa minyak bumi bila dipanaskan pada


suhu 370 derajat Celcius minyak bumi akan mengalami cracking, patahan yang
terjadi dapat membentuk senyawa hydrocarbon tidak jenuh berupa olefin, dimana
senyawa ini dalam produk minyak bumi tidak dikehendaki karena sifatnya yang
tidak stabil. Untuk menyiasati supaya suhu tidak tinggi maka tekanan prosesnya
yang dibuat rendah sehingga tujuan menguapkan minyak midle distillate dapat
diuapkan pada temperatur kurang dari 370 derajat celcius ( 345 oC ).

b. Proses Destilasi Vakum

Long Residue hasil dari proses distilasi atmosfer dipanaskan pada preheater dan
dapur sampai temperatur 345 OC, kamudian dimasukkan dalam kolom distilasi
vacum yang tekanannya 13 mmH2O. Dalam kolom ini terdapat tray-tray seperti
halnya di kolom distilasi atmosferik. Untuk memperluas kontak uap dan cairan
biasanya kolomnya dibuat lebih lebar. Untuk mendapatkan tekanan dibawah
atmosfer digunakan peralatan yang disebut ejektor dan kondensor.

Dari kolom ini akan keluar produk masing-masing :

Top kolom berupa produk Light Vacum Sloop ( LVS ), produk ini merupakan
produk yang jelek, yang biasa nya di tampung sebagai minyak sloop.

Dibawah Light Vacum Sloop ( LVS ) adalah produk Light Vacum Gas Oil ( LVGO ),
digunakan untuk komponen blending solar.
Selanjutnya produk Parafine Oil Distillate ( POD ), produk ini adalah bahan baku
bagi proses pembuatan lilin atau Wax di unit proses Wax Plant. Produk ini
merupakan produk yang khusus, jadi tidak semua HVU mempunyai produk ini.

Produk selanjutnya adalah produk Hight Vacum Gas Oil ( HVGO ). Produk ini
digunakan untuk bahan baku proses cracking ( Hydro Cracking Unit / HCU ). Produk
POD bila tidak di olah di wax plant di gabungkan dengan produk HVGO untuk
umpan di HCU.

Produk bottom kolom HVU berupa Short Residue yang digunakan untuk Fuel Oil di
dapur atau digunakan untuk asphal jalan.

Produk-produk tersebut keluar dari kolom kemudian diambil panasnya di


preheater atau heat exchanger dan didinginkan dengan fin fan dan selanjutnya di
kirim ke tanki produksi atau ke proses selanjutnya.

5. Aplikasi Destilasi Vakum

a. Dalam Skala Laboratorium

Skala laboratorium penyulingan vakum adalah ketika cairan untuk disuling memiliki
titik didih atmosfer tinggi atau perubahan kimia pada suhu mendekati titik didih
atmosfer mereka. Suhu bahan sensitif (seperti beta karoten) juga memerlukan
distilasi vakum untuk menghapus pelarut dari campuran tanpa merusak produk.
Alasan lain penyulingan vakum digunakan adalah bahwa dibandingkan dengan
penyulingan uap ada tingkat yang lebih rendah residu membangun. Hal ini penting
dalam aplikasi komersial dimana transfer suhu diproduksi menggunakan penukar
panas.
b. Dalam Skala Industri

Vakum skala industri penyulingan memiliki beberapa keunggulan. Tutup mendidih


campuran mungkin memerlukan banyak tahap kesetimbangan untuk memisahkan
komponen-komponen. Satu alat untuk mengurangi jumlah tahapan yang diperlukan
adalah dengan memanfaatkan penyulingan vakum. Vacuum kolom distilasi biasanya
digunakan dalam penyulingan minyak telah diameter berkisar sampai sekitar 14
meter (46 kaki), tinggi badan berkisar sampai sekitar 50 meter (164 kaki), dan
harga berkisar sampai sekitar 25.400 meter kubik per hari (160.000 barel per hari).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Destilasi adalah suatu proses pemurnian yang didahului dengan penguapan


senyawa cair dengan cara memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang
terbentuk.

Distilasi vakum adalah distilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm (300
mmHg absolut). Proses distillasi dengan tekanan dibawah tekanan atmosfer.

Prinsip dasar dari destilasi adalah perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam
campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih
terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan
mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat).

B. SARAN

Sebaiknya pembuatan makalah ini harus diiringi dengan praktikum


terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Destilasi Vakum. Http//:wikipedia.com/destilasi-vakum/2010/.

Khopkar, SM. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press

Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta :
PT Kalman Media

Você também pode gostar