Você está na página 1de 9

NAMA : EGA DWI PRATAMA

KELAS: VIIIC
NO : 02
Jangan Buang Ibu Nak
Restiana tidak mengerti mengapa anak-
anaknya tega mengantarkan ia ketempat
ini. Tempat dimana Restiana tidak lagi
menemukan kehangatan keluarga.
Sunyi,dingin,dan tanpa setitikpun gairah
hidup. Ya, inilah PANTI JOMPO! Tempat
dimana para anak menitipkan orang tuanya
karena enggan merawatnya. Tempat dimana
para anak yang sibuk sehingga memilih
tempat terbaaik ini. Dimana para lansia
tidak dapat mengganggu kesibukannya dan
kebahagiaan mereka. Di tempat ini Restiana
menghitung hari menanti maut datang
menjemput. Kini tidak hanya fisik Restiana
yang semakin rapuh akibat serangan stroke.
Melainkan hatinya juga yang telah hancur
karena menghadapi kenyataan bahwa ia
telah dibuang oleh anak kandungnya
sendiri. Anak yang telah ia besarkan dengan
darah dan air mata tetapi balasannya
dengan perlakuan mereka yang seperti ini.
Apa salah Restiana?
Mengapa disaan ia telah tua dan rapuh ia
butuh

perhatian dan kasih sayang dari anak-


anaknya tetapi dia malah mendapatkan
perlakuan seperti ini dibuang di panti jompo.
Restiana berfikir apa perjuangan dia

selama ini kurang untuk membahagiakan


anaknya sehingga anaknya tega membuang
Restiana ke panti jompo. Perjuangan
Restiana hanya ingin dibalas dengan cara
pada saat ia tua ia ingin anaknya mengurus
ibunya yang telah renta,dan ia
menginginkan ketika ia sudah meninggal
anaknya berada disampingnya,tetapi
kenyataannya sampai Restiana
menghembuskan napas terakhirnya tidak
ada seorang anak pun yang menjenguknya.

Struktur Teks Ulasan:


1. Orientasi
Jangan buang ibu nak , adalah novel karya
Wahyu Derapriyangga yang menceritakan
tentang perjuangan seorang ibu yang
tinggal di Ibu kota. Ia bernama

Restiana,ia harus menghidupi ketiga orang


anaknya yaitu Sulung,Tengah dan Bungsu.
Sulung dan Tengah adalah anak lelaki
sedangkan si Bungsu adalah perempuan.
Restiana harus menghidupi ketiga anaknya
tersebut semenjak suaminya meninggal
karena kecelakaan. Untung saja ia tinggal di
lingkungan masyarakat yang cukup baik,
salah satunya adalah bu Sumi. Bu Sumi
adalah tetangga sebelah rumahnya yang
bersedia menjaga anak-anaknya ketika
Restiana sedang mencari nafkah.
2. Tafsiran(isi buku/sinopsis)
Pada awal kisah novel ini, sang penulis
Wahyu Derapriyangga menceritakan
perjuangan seorang ibu yaitu Restiana
untuk menghidupi dan mendidik anak-
anaknya setelah suaminya meninggal.
Kenyataan pahit yang ia alami itu bermula
dari suaminya yang meninggal karena
kecelakaan, ketika menyebrangi jalan saat
menjemput si Sulung di sekolahnya.
Ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya
di pangkuan si sulung yaitu putra
pertamanya. Dari situlah Restiana

mulai mencari nafkah sendiri, Restiana


harus menjadi seorang ibu sekaligus kepala
rumah tangga yang tak pernah ia
bayangkan dan rasakan sebelumnya. Setiap
ia akan mencari nafkah ia menitipkan si
Bungsu yang masih digendong-gendong
kepada bu Sumi. Perjuangan seorang ibu ini
yaitu Restiana ia jalani bersama ketiga
anaknya selama puluhan tahun lamanya. Ia
harus menjalani pedihnya kehidupan yang ia
jalani, namun ia tak pernah patah semangat
karena anak-anaknya selalu sayang
kepadanya dan memberikan semangat
kepadanya. Puluhan tahun kini telah berlalu.
Kini anaknya sudah ada yang menikah yaitu
si Tengah, Tengah menggantungkan
hidupnya di sebuah ladang. sampai akhirnya
si Bungsu pun menyusulnya, ia menikah
dengan Junaedi ia seorang Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia(Abri). Ibunya
pun Restiana tinggal bersama si Bungsu di
Yogyakarta. Ia dirawat oleh Bungsu dan
Junaedi menantunya. Sampai pada suatu
ketika menantunya mendapat tugas di Aceh.
Si Bungsu pun memilih untuk ikut bersama
suaminya,akhirnya ibunya yang sedang
sakit stroke ia

titipkan di panti jompo. Tangis sedih pun


pecah saat mereka menitipkan ibunya di
panti jompo saat-saat terakhir mereka
berjumpa. Si Bungsu menangis tak tertahan,
ibunya pun merasakan adanya tetesan air
mata ditangannya saat akan berpamitan.
Hanya derai air mata yang membasahi pipi
sang ibu saat anaknya berpamitan. Ibunya
hanya berfikir apakah ini kehendakmu ?.
Ibunya menanyakan keberadaan kak
Tengah,berharap ia masih mau
mengurusnya. Tetapi Bungsu menolak
karena alasan jarak yang jauh. Padahal
dimasa tuanya ia ingin diurus oleh anak-
anaknya, belum lagi ia melihat berita di TV
bahwa anaknya si Sulung yang berada di
Jakarta ia tertangkap polisi karena narkotika.
Padahal Sulung pernah mengirim surat
bahwa ia telah di wisuda dan bekerja di
Malaysia, tapi semua itu bohong Sulung
telah berhenti kuliah sejak tahun 1993.
Sekarang Restiana tak punya siapa-siapa
lagi ia hanya tinggal di panti jompo dan
dirawat oleh seorang wanita yang bukan
anaknya. Ia merawatnya dengan ikhlas,
Restiana menyebutnya malaikat. Restiana
masih terus berfikir tentang anak-

anaknya yang melupakannya padahal


perjuangannya begitu besar. Hingga
akhirnya ia jatuh sakit, dan ajal
menjemputnya pada tanggal 10 september
2011 ia meninggal tanpa ada anak-anaknya
di sampingnya dan tanpa ada anak-anaknya
yang mengetahuinya. Padahal harapan
Restiana ia ingin anak-anaknya berada di
sampingnya saat maut menjemputnya.
Sebelum Restiana meninggal ia memberikan
secarik surat kepada malaikatnya tentang
persaannya terhadap anak-anaknya.
3. Evaluasi(kelebihan)
Kelebihan novel ini membuat para pembaca
dapat mengintrospeksi diri tentang
kewajiban seorang anak memuliakan
seorang ibu, dan pembaca bisa lebih tahu
teguhnya perasaan seorang ibu ketika anak-
anaknya tidak berpihak padanya. Novel ini
juga di kemas dengan bahasa yang mudah
dimengerti sehingga para pembaca tidak
sulit untuk menafsirkannya.
4. Evaluasi(kekurangan)
Kekurangan novel ini adalah terdapat
penulisan yang
salah,Sehingga harus diperbaiki kembali.
Agar para pembaca tidak bingung
mengartikan bacaan tersebut.
5. Simpulan
Novel ini cocok dibaca oleh semua kalangan
agar semua tahu bahwa ibu adalah satu-
satunya orang yang tulus menyayangi kita
tanpa pamrih,syarat,dan menerima kita
kapanpun,berkorban tanpa meminta
imbalan, dan bahkan kita tidak sadar dan
tidak tahu bahwa seorang ibulah yang selalu
mendoakan kita di manapun kita berada.
Hanya ibu yang tulus membahagiakan
kita,ibu juga yang selalu membawa surga
kita. Ibu adalah malaikat tanpa sayap.
Karena seorang ibu selalu menginginkan
anaknya sukses dan ketika ibu tiada hanya
doa anaknya yang soleh dan solehahlah
yang akan selalu menyertainya. Jadi
janganlah kamu sekali-kali kurang ajar
terhadap ibumu.

Você também pode gostar