Você está na página 1de 26

PENGARUH KONSENTRASI GULA DAN SUHU

PENGERINGAN TERHADAP KARAKTERISTIK


JELLY INSTAN LIDAH BUAYA INSTAN (Aloa Vera)
Oleh:
Reptian Sari
133020454

ABSTRACT

The purpose of this study was to get the right conditions in the process of making
instant jelly aloe vera. The benefits of this research are expected to increase the added
value of aloe vera, add insight on treatment methods, provide information about other
alternative raw material for making instant jelly, and increase effort in the diversification
of food product from raw materals squash.
The method of the invention Groups Randomized Design, that factorial pattern was
have 2 factors that each factor have 3 traatment that have 3variable replication that were
concentration of mariande (A) with 3 tratmend are (a 1) 30%, (a2) 40%, (a3) 50%, and
temperature drying are (b1) 40oC , (b2) 50oC, (b3)60oC.
The results of this reseach from chemical response, physical response and
organoleptic testing in hedonic quality, show that the interaction of sugar concentration
and temperature drying affect to water content, total sugar content, fiber content,
rehydration potency, taste, color and flavor of instant jelly aloe vera. The best product is
a3b3 (sugar concentration 50% dan temperature drying 60oC) with water content
18,1379%, total sugar content 48,913%, fiber content 4,841 % and long absorption
rehydration potency 7,867 minute.

PENDAHULUAN Berdasarkan perkembangan


pembudidayaan tanaman lidah buaya
Bab ini menguraikan mengenai : tersebut, maka perlu dikembangkan
Latar Belakang Masalah, Identifikasi teknologi pengolahan yang tepat. Salah
Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, satu upaya yang sangat tepat dalam
Manfaat Penelitian, Kerangka memanfaatkan sumber daya lidah buaya
Pemikiran, Hipotesis Penelitian, dan adalah dengan cara mengolahnya
Waktu dan Tempat Penelitian. menjadi produk agar-agar instan.
Adanya pengolahan agar-agar instan,
Latar Belakang Masalah
diharapkan mampu meningkatkan
Indonesia sebagai salah satu negara
produksi lidah buaya di Indonesia.
tropis yang kaya akan tumbuhan
Bagian lidah buaya yang umum
berkhasiat untuk kesehatan, sudah lama
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan
dikenal luas hingga ke negara
adalah daun, eksudat berwarna kuning
maju,seperti: Jepang, Amerika dan
dan gel. Zat yang terkandung di dalam
negara-negara Eropa. Tanaman obat-
daun lidah buaya diantaranya lignin
obatan ini dapat dijumpai dimana saja
mempunyai kemampuan penyerapan
dari pekarangan rumah sampai tepi
yang tinggi, sehingga memudahkan
jalan. Sebagian masyarakat Indonesia
peresapan gel ke kulit. Saponin
mengkonsumsi tanaman itu karena
mempunyai kemampuan membersihkan
mudah didapat dan harganya yang
dan bersifat antiseptik. Aloin dan
murah.
barbaloin berkhasiat sebagai pencahar.
Isobarbaloin berkhasiat sebagai obat Instan dalam pengertian umum
pelangsing, demam, penyakit kulit dan adalah olahan makanan yang bisa
tumor. Aloe emodin sebagai senyawa langsung dimakan (tanpa dimasak lama)
anti bakteri (Furnawanthi, 2002). dapat diminum atau dimakan. (Anonim,
Bahan yang diambil dari dalam 2014).
daun lidah buaya adalah Daging Lidah Bahan baku utama pembuatan jelly
buaya yang mengandung gel. Gel ini instan lidah buaya adalah lidah buaya
mempunyai sifat yang mudah rusak yaitu dagingnya. Proses pembuatan jelly
karena adanya kandungan beberapa instan lidah buaya ini pun dilakukan
bahan kimia dan enzim. Bahan kimia hampir serupa dengan proses pembuatan
dan enzim yang menyebabkan lidah manisan kering (semi basah).
buaya banyak digunakan dalam industri. Manisan Basah yang dihasilkan
Sifat gel lidah buaya yang mudah rusak dilakukan pengeringan untuk
mendorong dilakukan upaya pengolahan mendapatkan manisan semi basah atau
menjadi serbuk (aloa powder). Lidah kering, yang tentunya dengan suhu dan
buaya dalam bentuk serbuk mempunyai waktu yang berbeda-beda sesuai dengan
keuntungan, yaitu kandungan nutrisinya hasil produk yang diinginkan. Selain
tidak mudah rusak serta mempermudah berfungsi untuk mempertahankan unsur
dalam penyimpanan dan transportasi gizi dan aroma yang terkandung dalam
(Eko Susanto, 1992) buah. Pengeringan ini dapat dilakukan
Daun lidah buaya dimanfaatkan dengan dua cara, yaitu dijemur di bawah
sebagai bahan makanan dengan cara terik matahari (penjemuran) atau
direbus atau dimasak menjadi aneka dikeringkan di dalam oven
makanan. Disamping itu juga digunakan (pengovenan), baik menggunakan oven
sebagai bahan baku industri dalam tradisional ataupun oven modern (M.A.
bentuk tepung dan beberapa produk Fatah, 2004).
yang dapat dihasilkan dari lidah buaya Gula atau sukrosa merupakan
diantaranya cendol, teh, selai, jeli, serbat bahan penunjang utama yang digunakan
ataupun dalam bentuk serbuk dalam pembuatan makanan manis.
(Furnamawathi, 2002). Selain memberikan rasa manis dalam
Menurut Suryowidodo (1988) makanan juga berfungsi sebagai
unsur-unsur kimia, gizi dan enzim- pembentuk tekstur, pembentuk cita rasa,
enzim yang terkandung dalam lidah dan sebagai substrat bagi proses
buaya besar potensinya untuk dapat fermentasi. Gula juga merupakan salah
dikembangkan sebagai produk industri satu jenis bahan pengawet yang mampu
yang bermanfaat. Pada daging lidah menghambat pertumbuhan
buaya terkandung bermacam-macam mikroorganisme dan mampu
mineral, asam amino, serat, enzim- memberikan stabilitas terhadap
enzim, dan vitamin, serta zat-zat aktif mikroorganisme pada produk pangan
yang berfungsi bagi kesehatan. (Buckle et.al, 1988).
Melihat banyaknya manfaat lidah Selain penambahan gula,
buaya bagi kesehatan manusia, maka pengolahan jelly instan lidah buaya juga
pengolahan tanaman tersebut menjadi melibatkan proses pengeringan. Proses
produk olahan adalah berupa jelly instan pengeringan adalah proses terjadinya
lidah buaya, sehingga dapat penguapan air karena perbedaan
meningkatkan nilai ekonomi dan dapat kandungan air antara udara dengan
diterima oleh konsumen. bahan yang dikeringkan. Suhu yang
biasa digunakan untuk pembuatan
manisan kering adalah 60oC (hasbullah, pada komponen produk itu sendiri dan
2001 dan Aminah 2002). bahan lain yang dicampurkan.
Pengeringan bertujuan untuk Erni (2000) menjelaskan bahwa
mengurangi kandungan air dalam bahan manisan atau Preserve merupakan
sampai mencapai batas aman untuk suatu cara pengawetan buah atau
penyimpanan. Batas aman kandungan sayuran yang menggunakan sirup gula
air dalam bahan berbeda-beda antara sampai mencapai konsentrasi 55-70%.
satu komoditas dengan komoditas Proses osmosis yang terjadi pada buah-
lainnya (Anonim, 2014) buahan dan sayuran yang direndam
dalam larutan gula menyebabkan air
Identifikasi Masalah
keluar dari buah atau sayur. Pada proses
Identifikasi masalah dalam
dehidrasi osmosis, kehilangan berat
penelitian ini adalah sebagai berikut:
mencapai 50%, sedangkan pada buah-
1. Bagaimana pengaruh sukrosa terhadap
buahan tropis proses osmosis
karakteristik jelly instan lidah buaya.
menyebabkan air akan keluar sebanyak
2. Bagaimana pengaruh suhu pengeringan
40%.
terhadap karakteristik jelly instan lidah
Sukrosa adalah salah satu bahan
buaya.
yang ditambahkan pada proses
3. Bagaimana interaksi Sukrosa dan suhu
pembuatan manisan tomat semi basah
pengeringan terhadap jelly instan lidah
yang berfungsi sebagai bahan pengawet
buaya.
karena dapat menghambat pertumbuhan
Maksud dan Tujuan Penelitian mikroorganisme pada suatu produk
Tujuan dari penelitian ini adalah bahan pangan jika diberikan dalam
untuk mendapatkan kondisi yang tepat konsentrasi yang cukup tinggi (Buckle,
pada proses pembuatan Jelly instan lidah et. Al, 1988). Selain itu sukrosa tidak
buaya. hanya berpengaruh pada rasa makanan
Manfaat penelitian saja tetapi juga pada penampakan dan
Manfaat yang dapat diambil adalah tekstur makanan. Dengan demikian
untuk meningkatkan daya guna dan nilai diperlukan cara untuk mengetahui
ekonomis lidah buaya dan diversifikasi konsentrasi sukrosa yang optimal dalam
olahan lidah buaya. proses ini, sehingga sukrosa dapat
Manfaat yang dapat diambil perfungsi sebagai proporsinya.
khususnya untuk penelitian adalah Konsentrasi gula yang cukup tinggi
diharapkan dapat memberikan wawasan (70%) sudah dapat menghambat
dan pengetahuan yang lebih mengenai pertumbuhan mikroba, akan tetapi pada
teknologi pembuatan jelly instan lidah umumnya, gula dipergunakan dengan
buaya. salah satu teknik pengawetan lainnya,
misalnya di kombinasikan dengan
Kerangka Pemikiran keasaman yang rendah, pasteurisasi,
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan pada suhu rendah,
mutu jelly instan lidah buaya meliputi pengeringan, pembekuan, dan
bahan baku, larutan perendaman yang penambahan bahan kimia seperti SO2,
digunakan, lama perendaman, dan suhu asam benzoat dan lain-lain
pengeringan. Menurut Guilbert, (1996), (Muchtadi, 1989).
Karakteristik jelly dipengaruhi oleh Gula yang ditambahkan ke dalam
beberapa faktor diantaranya adalah medium ditujukan untuk
kadar air dan aktifitas air yang terdapat mempertahankan warna (Cruess, 1958).
Difusi oksigen ke dalam bahan
berkurang, dengan adanya gula dalam hardening) dan reaksi pencoklatan non-
produk sehingga perubahan warna dapat enzimatis (Desrosier, 1988). Chase
terhindarkan. (Tunas E., dkk., 1984). Hardening adalah dimana permukaan
Makanan semi basah didefinisikan bahan telah kering tetapi bagian
sebagai makanan yang memiliki dalamnya masih basah (Winarno, 1992).
kandungan air yang tidak terlalu tinggi Frazier (1976), menerangkan
dan tidak terlalu rendah, serta tahan bahwa hal tersebut disebabkan oleh
lama dalam penyimpanan. Makanan terjadinya penguapan air pada
semi basah ini umumnya mempunyai permukaan bahan lebih cepat dari pada
kadar air antara 15%-50% (Halid, 1983). difusi air dari bagian dalam ke luar. Dan
Pengeringan adalah salah satu cara uap air tidak dapat menembus ke luar
untuk menghilangkan sebagian air dari meskipun bahan dikeringkan lebih
suatu bahan yang bertujuan untuk lanjut.
melawan kebusukan oleh aktivitas Berdasarkan hasil uji organoleptik
mikroba, akan tetapi perlu diingatkan yang dilakukan, suhu pengeringan yang
bahwa cara ini tidak membunuh semua dipilih untuk pembuatan manisan tomat
mikroba. Meskipun kering tidak berarti semi basah adalah 50oC dengan lama
bahan pangan tersebut steril. Mikroba pengeringan 12 jam. Manisan yang
memang tidak dapat tumbuh pada bahan dihasilkan pada suhu dan lama
kering. Apabila bahan tersebut basah pengeringan tersebut memiliki tekstur
kembali maka mikroba dengan cepat yang lebih baik dibandingankan dengan
akan tumbuh, terkecuali bila bahan manisan yang dikeringkan pada suhu
tersebut langsung dimakan atau 405oC dan 60oC, pada kedua suhu
dididihkan (Satuhu, 2003). tersebut manisan yang dihasilkan
Beberapa keuntungan dari teksturnya mengkerut dan liat. (Erni,
pengeringan adalah bahan menjadi awet, 2005).
volume bahan lebih kecil sehinga Menurut penelitian Putty (2001)
memudahkan dan menghemat ruang Senyawa saponin yang terdapat dalam
penyimpanan atau dipengangkutan dan daging lidah buaya merupakan penyebab
pengemasan demikian halnya berat rasa getir, pahit dan mempunyai sifat
bahan sehingga biaya pengangkutan dapat larut dalam air. Konsentrasi garam
lebih murah. Disamping keuntungan ada yang digunakan dalam perendaman
juga kerugian, yaitu karena sifat asal adalah 2,5%. Konsentrasi penambahan
dari bahan yang dikeringkan dapat garam kurang dari 2,5% kemampuan
berubah bentuknya, sifat-sifat fisik dan untuk menghilangkan rasa getir dan
kimiawi serta penurunan kualitas lendir tidak optimal, sebaliknya jika
(Satuhu, 2003). lebih dari 2,5% akan kesulitan
Suhu pengeringan merupakan menghilangkan rasa asin pada lidah
faktor yang sangat penting, sebab buaya.
apabila suhu yang digunakan terlalu Fauzi (2012), menjelaskan bahwa
rendah, maka pengeringan memakan faktor penting dalam memperkuat
waktu yang sangat lama, sehingga dapat tekstur pada bahan baku yang akan
menurunkan mutu bahan yang digunakan adalah dengan melakukan
dikeringkan serta memberi efek bau perendaman dengan garam-garam
yang tidak normal. Jika proses kalsium. Selain itu juga penambahan
pengeringan dilakukan pada suhu terlalu kapur digunakan untuk menghilangkan
tinggi, maka dapat mengakibatkan sisa lendir yang berada di daging lidah
terjadinya proses pengerakan (chase buaya.
Hipotesis Penelitian pasar dalam negeri dan eksport,
Berdasarkan kerangka pemikiran di terutama ke Jepang. Jepang merupakan
atas dapat diambil hipotesis bahwa Negara pengguna lidah buaya terbesar di
diduga larutan gula dan faktor suhu dunia. Kebutuhan lidah buaya segar
pengeringan, serta interaksi keduanya mencapai 300 ton/ bulan.
dapat mempengaruhi karakteristik jelly Bentuk daun lidah buaya seperti
lidah buaya. lembing dan berduri sehingga
menyebabkan penampakanya seperti
Tempat dan Waktu Penelitian
kaktus, tetapi tanaman ini termasuk
Penelitian ini dilakukan di
family LIliaceae. Setelah dewasa
Laboratorium Penelitian Jurusan
tanaman ini mempunyai bunga berwarna
Teknologi Pangan Fakultas Teknik
merah sampai kuning, daun lidah buaya
Universitas Pasundan Bandung, Jalan
berwarna hijau dengan bintik-bintik
Dr. Setiabudhi No. 193 Bandung.
putih kekuningan di sekelilingnya.
Panjang daun dapat mencapai 50 cm -75
TINJAUAN PUSTAKA
cm dengan berat 0,5kg 1kg. Daun
Bab ini menguraikan mengenai:
lidah buaya bersifat sukulen ( banyak
Lidah Buaya, Komposisi Kimia dan Gizi
mengandung air) dan banyak
serta Manfaat Lidah Buaya, Jelly,
menandung getah atau lendir (Macoboy,
Sukrosa, Kapur Sirih (Ca(OH)2), dan
1969). Berikut ini penggolongan
Pengeringan.
klarifikasi lidah buaya.
Lidah Buaya Table 1: Penggolongan Klasifikasi Lidah
Lidah buaya (Aloe Vera) dikenal Buaya
dengan berbagai nama, di Indonesia, N Klarifikasi Kimia
Lidah Buaya, Inggris Crocodiles o
tongues, di Malaysia disebut Jadam, 1 Kingdom Plantae
karena merupakan bahan baku 2 Divisi Spermatophyta
pembuatan jadam, yaitu obat kunyah 3 Subdivisi Angiospermae
untuk menyehatkan badan, sedangkan di 4 Kelas Monocotyledoneae
spanyol dinamai salvila, di Cina disebut 5 Bangsa Liliflorae
lu hui dan di Prancis, Portugis, Jerman 6 Suku Lilicae
dan lain-lain disebuat Aloe. 7 Genus Aloe
Pengolahan Lidah buaya di bidang 8 Spesies Aloa vera
agroindustri salah satunya dengan
Sumber : Saptoningsih (2009)
membuat aneka makanan dan minuman
seperti selai, teh lidah buaya, serbat,
Lidah buaya dapat tumbuh di
tepung lidah buaya, dan nata de aloe
daerah beriklim kering maupun basah,
vera. Sementara bagi pecinta tanaman
suhu optimum untuk pertumbuhan
hias, lidah buaya dapat dijadikan pilihan
berkisar antara 16oC 33oC, curah 1000-
maupun pelengkap dari koleksi tanaman
3000 mm dengan musim kering agak
hias yang sudah ada. (Jatnika, 2009).
panjang. Ketinggian tempat tumbuh
Tanaman lidah buaya telah
yang baik sekitar 0-1500 m dari
dibudidayakan di Indonesia mulai
permukaan laut dengan jenis tanah
beberapa tahun yang lalu, salah satunya
latosol, pedsolik, anasol, dan regosol
di Pontianak. Jenis yang diusahakan di
serta mempunyai saluran air yang cukup
daerah tersebut yakni Aloe Chinensis
baik (Anonim, 1982).
yang berasal dari cina. Budi daya lidah
Tanaman ini tahan terhadap
buaya tersebut didistribusikan untuk
kekeringan, karena stomata atau sel
mulut kulit bisa tertutup rapat sekali meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
untuk mencegah penguapan air sehingga mengatasi cacingan dan menyembuhkan
daging daun dalamnya benar-benar luka (Anonim, 1982)
terhindar dari kekeringan, oleh karena Unsur-unsur kimia yang terkandung
itu lidah buaya tidak suka disiram air di dalam daging daun lidah buaya adalah
yang berlebihan (Suseno, 1993). aloin, emodin, resin, gum, dan unsure
lain seperti minyak astir. Senyawa-
Komposisi Kimia dan Gizi serta
senyawa gula juga terdapat pada lidah
Manfaat Lidah Buaya
buaya dalam bentuk manosa dan
Daun lidah buaya sebagian besar
glukosa serta sejumlah kecil silosa,
berisi pulp atau daging daun yang
arabinosa, galaktosa, ramnosa dan
mengandung getah bening dan lekat.
enzim-enzim aksidase (Anonim,1983)
Sedangkan bagian luar daun berupa kulit
tebal yang berklorofil. Secara Table 2 : Komposisi zat gizi lidah buaya
kuantitatif, protein dalam lidah buaya per 100 gram bahan
ditemukan dalan jumlah yang cukup Jumlah
Komposisi
kecil, akan tetapi secara kualitatif Kandungan/100 gram
protein lidah buaya kaya akan asam- Energy 4 Kalori
asam amino esensial terutama leusin, Protein 0,1 gram
lisin, valin dan histidin. Selain kaya Lemak 0,2 gra,
akan asam-asam amino esensial, gel Serat 0,3 gram
lidah buaya juga kaya akan asam Abu 0,1 gram
glutamat dan asam aspartat. Vitamin Kalsium 85 mg
dalam lidah buaya larut dalam lemak, Fosfor 186 mg
selain itu juga terdapat asam folat dan Besi 0,8 mg
kholin dalam jumlah kecil (Morsy, Vitamin B1 0,01 mg
1991). Kadar air 96,58%
Kandungan zat gizi yang terdapat
Sumber : Daftar Komposisi Zat Gizi
pada gel (daging) lidah buaya cukup
Pangan Indonesia (1995)
lengkap, di antaranya, vitamin A, B, C,
Unsur-unsur kimia yang terkandung
E, choline, inositol, dan asam folat.
di dalam daging daun lidah buaya dapat
Sedangkan kandungan mineralnya
bermanfaatkan untuk berbagai keperluan
terdiri dari kalsium, magnesium, kalium,
yang menyangkut kesehatan tubuh,
natrium, besi, seng, dan kromium.
kekayaanya akan kandungan bahan yang
Gabungan unsur vitamin dan mineral
dapat berfungsi sebagai bahan kosmetik,
dalam tumbuhan ini berfungsi sebagai
obat, dan perlengkapan gizi menjadikan
antioksidan alami yang antara lain
lidah buaya ini disebut sebagai tanaman
mampu mencegah serangan jantung dan
ajaib. Konon tidak ada tanaman lain
penuaan dini dengan menghindarkan
mengandung bahan yang
kerusakan DNA akibat radikal bebas.
menguntungkan bagi kesehatan
Penelitian di Hoshi University, Jepang
selengkap yang dimiliki tumbuhan
menunjukkan Aloe vera mengandung
tersebut. Kelebihan lainya adalah
senyawa antioksidan yang mampu
kemampuan untuk meresap dalam
menyingkirkan radikal bebas akibat
jaringan kulit sehingga digunakan
radiasi. Selain itu lidah buaya juga
sebagai bahan kosmetik semakin disukai
dimanfaatkan untuk membantu
( Hartono, 1992).
melancarkan saluran pencernaan, sulit
Lidah buaya tidak menyebabkan
buang air besar, batuk, radang
keracunan pada manusia maupun hewan
tenggorokan, diabetes melitus
sehingga saat ini lidah buaya diolah mencair dan tetap padat sampai suhu 42 o
menjadi produk makanan dalam bentuk C, sedangkan pada suhu diatas 42o C
gel, juice, serbuk, nata, jam, dan ekstrak. agar-agar akan mencair. Dalam keadaan
Di Amerika dan Australia produk kering agar-agar sangat stabil, tetapi
minuman lidah buaya dikonsumsi pada suhu tinggi agar-agar akan
sebagai minuman diet, produk minuman mengalami degradasi (Winarno,1996).
ini mempunyai nilai kalori rendah (4
Gula Pasir (Sukrosa)
kkal/100g gel), sehingga sangat sesuai
Gula merupakan suatu istilah
bagi orang Amerika yang menjalani diet
umum yang sering diartikan untuk setiap
terutama yang mempunyai masalah
karbohidrat yang digunakan sebagai
kelebihan berat badan (Suryowidodo,
pemanis, tetapi dalam industri pangan
1988).
biasanya digunakan untuk menyatakan
Menurut Fly (1963) aloin
sukrosa (gula yang diperoleh dari tebu
merupakan bahan aktif yang bersifat
atau bit). Gula termasuk golongan
sebagai antiseptic dan antibiotic.
oligosakarida yang terdiri dari dua
Senyawa aloin merupakan kondensasi
molekul yaitu glukosa dan fruktosa.
dari Aloe emodin dengan glukosa,
Memiliki rasa manis dan bersifat
senyawa ini mempunyai rasa getir
higroskopis (Buckle et.al, 1988).
ditemui pertama kali oleh Smith pada
Gula merupakan bahan penunjang
tahun 1941 (Skinner, 1949). Senyawa
utama yang digunakan dalam pembuatan
tersebut bermanfaat untuk mengatasi
manisan. Selain memberikan rasa manis
berbagai macam penyakit seperti
dalam makanan juga berfungsi sebagai
demam, dan obat pencahar (Anonim,
pembentuk tekstur, pembentuk cita rasa,
1993).
dan sebagai supstrat bagi proses
Jelly Instan fermentasi. Gula juga merupakan salah
Jelly merupakan jenis makanan satu jenis bahan pengawet yang mampu
ringan yang khas berbentuk padat dan menghambat pertumbuhan
kenyal yang terbuat dari sari buah- mikroorganisme dan mampu
buahan yang dimasak dengan gula. memberikan stabilitas terhadap
Komposisi pokok jelly harus mikroorganisme pada produk pangan
mengandung pektin, gula, dan asam. (Buckle et.al, 1988).
Lidah buaya yang cukup matang Winarno (1984) menerangkan
mengandung pektin yang banyak. Gula bahwa beberapa gula misalnya glukosa,
sebagai pemberi rasa manis, pengawet, fruktosa, maltosa, sukrosa dan laktosa
dan berpengaruh terhadap tekstur Gel. mempunyai sifat fisik dan kimia yang
Semakin banyak gula yang berbeda-beda misalnya dalam hal rasa
ditambahkan, jelly yang dihasilkan manisnya, kelarutan dalam air, energi
semakin lunak. Asam berfungsi untuk yang dihasilkan, mudah tidaknya di
membentuk tekstur Jelly fermentasi oleh mikroba tertentu, daya
(Saptoningsih, 2009). pembentukan karamel jika dipanaskan
Menurut Guilbert, (1996), dan pembentukan kristalnya.
karakteristik agar-agar dipengaruhi oleh Pada umumnya gula yang
beberapa faktor diantaranya adalah digunakan dalam pembuatan manisan
kadar air dan aktifitas air yang terdapat adalah sukrosa, Sukrosa merupakan
pada komponen produk itu sndiri atau oligosakarida yang mempunyai peranan
bahan lain yang dicampurkan. penting dalam pengolahan makanan dan
Pada suhu 32-39o C, agar-agar banyak terdapat dalam bit , tebu, siwalan
berbentuk padatan yang tidak akan dan kelapa kopyor. Industri makanan
biasanya digunakan sukrosa dalam akan menghentikan pertumbuhan
bentuk kristal halus atau kasar dan seluruhan mikroba dalam makanan.
jumlah yang beasar digunakan dalam Dengan konsentrasi lebih rendah dari
bentuk cairan sukrosa atau dengan nama 70% larutan gula masih efektif
sirup (Winarno, 1997). menghentikan kegiatan mikroba tetapi
Ada beberapa sifat yang lain dari untuk jangka waktu pendek, kecuali
gula dalam air membentuk sirup, jika air untuk makanan beku dan yang bersifat
diuapkan dari larutan gula berbentuk asam. Beberapa mikroba osmofilik
kristal dapat difermentasi, dapat dapat tumbuh pada larutan gula yang
berfungsi sebagai pengawet, pekat. Beberapa macam spesies
memberikan warna gelap atau Zygosaccharomyces dan Saccharomyces
karamelisasi dalam pemanasan dan dapat tumbuh dan menyebabkan
memberikan reaksi pencoklatan dengan kerusakan madu yang mempunyai
protein. Pada suhu kamar 2 bagian konsentrasi gula antara 70-80%
sukrosa dapat dilarutkan dalam 1 bagian (Muchidin, 1993).
air menghasilkan 67%. Konsentrasi Sukrosa adalah disakarida yang jika
yang lebih tinggi dapat dihasilkan dihidrolisis akan berubah menjadi dua
dengan menaikkan suhu. molekul monosakarida yang diketahui
Gula terjadi secara alami dalam sebagai glukosa dan fruktosa. Sukrosa
buah-buahan dan sayuran yang biasa mempunyai peranan penting dalam
dikonsumsi. Gula-gula yang terbentuk teknologi pangan karena fungsinya yang
adalah glukosa, fruktosa, sukrosa dan beranekaragam yaitu pemanis,
maltosa. Beberapa buah yang pembentuk tekstur, pembentuk cita rasa,
menghasilkan gula antara lain apel, sebagai substrat bagi mikroba dalam
apricot, cherry, strawberry, anggur, proses fermentasi, bahan pengisi dan
persik, pir, plum dan mangga. Mangga pelarut (Hambali, 2004).
mengandung sukrosa tertinggi. Beberapa Sukrosa merupakan senyawa kimia
faktor yang berpengaruh terhadap yang termasuk karbohidrat, mempunyai
kemanisan adalah konsentrasi bahan rasa manis dan larut dalam air. Gula
pemanis, suhu kekentalan, keasaman yang banyak diperdagangkan sebagai
dan pH. Pada umumnya dengan bahan makanan adalah gula sukrosa
meningkatkat konsentrasi dan suhu akan yang berbentuk kristal atau seperti pasir
meningkatkan kemanisan, sedangkan putih dan jernih.Sukrosa merupakan
kenaikan kekentalan dan keasaman senyawa oligasakarida (tepatnya
(penurunan nilai pH) akan menurunkan disakarida) yang secara sistematika
derajat kemanisan. kimiawi disebut - D glukopiranosil -
Pada pembuatan sirup, gula pasir - D- fruktofuranosida. Secara
(sukrosa) dilarutkan dalam air dan komersil, sukrosa diperoduksi dari tebu
dipanaskan, sebagaian sukrosa akan dan bit (Buckle, 1987).
terurai menjadi glukosa dan fruktosa Buckle et.al., (1987) menyatakan
yang disebut invert. Larutan gula yang bahwa apabila gula ditambahkan
pekat mempunyai tekanan osmotik yang kedalam bahan pangan dalam
tinggi. Konsentrasi gula yang konsentrasi tinggi (minimal 40%
dibutuhkan untuk mencegah padatan terlarut) sebagaian dari air yang
pertumbuhan mikroba bervariasi ada menjadi tidak tersedia untuk
tergantung dari macam mikroba dan pertumbuhan mikroorganisme dan dan
kandungan zat-zat yang terdapat dalam aktivitas air (Aw) dari bahan pangan
makanan, umumnya 70% larutan gula berkurang walau demikian pengaruh
konsentrasi gula pada aktivitas air bukan penting dalam produksi gula secara
merupakan faktor satu-satu yang niaga, karena kristalisasi merupakan
mengendalikan pertumbuhan berbagai tahap yang penting pada pemurnian
mikroorganisme. Bahan-bahan dasar gula. Makin murni larutan gula, maka
dengan nilai aktivitas air sama tetapi makin mudah mengkristal.
mengandung komponen yang berbeda- Oligosakarida tak reduksi mengkristal
beda dapat menunjukkan ketahanan nisbi lebih mudah. Kenyataan bahwa
yang bervariasi terhadap kerusakan gula reduksi tertentu lebih sukar
karena mikroba. mengkristal, penyebabnya ialah bahwa
Faktor utama yang mempengaruhi adanya anomer dan isomer cincin dalam
mutu sukrosa adalah pemanasan. larutan mengakibatkan gula ini secara
Penggunaan teknik konsentrasi hampa intrinsik tidak murni. Campuran gula
udara dalam proses penggilingan dan lebih sukar mengkristal daripada gula
pemurnian mengurangi inversi sukrosa tunggal. Dalam makanan tertentu,
menjadi glukosa dan fruktosa dan juga kristalisasi tidak dikehendaki seperti,
mengurangi pembentukan warna gelap misalnya, laktosa dalam susu kental
oleh proses karamelisasi. Inversi sukrosa manis atau es krim. Struktur kristal
menyebabkan berkurangnya hasil dan sukrosa telah ditentukan dengan cara
kadar air yang tinggi pada produk akhir. difraksi sinar X dan difraksi neutron.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi Penyusunan molekul sukrosa dalam isi
mutu gula termasuk efisiensi proses- kristal terutama ditentukan oleh
proses penjernihan sari tebu (dengan pembentukan ikatan hidrogen antara
kapur dan arang) dan kerja gugus hidroksil bagian fruktosa (deMan,
mikroorganisme pada tanaman sumber 1999).
antara panen dan penggilingan. Menurut SNI No. 01-3140-2001,
Meskipun rasa manis adalah ciri gula gula kristal putih adalah gula kristal
yang paling banyak dikenal, sukrosa kering dari tebu atau bit yang
penggunaannya yang luas dalam industri dibuat melalui proses sulfitasi atau
pangan juga tergantung pada sifat-sifat karbonatasi atau proses lainnya sehingga
lain. Bagaimanapun juga rasa manis langsung dapat dikonsumsi. tepung gula
selalu ada pada produk yang menurut SNI No 01-3821-1995 adalah
mengandung gula dan akan mempunyai tepung yang diperoleh dengan
pengaruh yang paling berarti pada menghaluskan gula pasir dengan atau
penerimaan produk tersebut (Buckle, et, tanpa penambahan bahan tambahan
al. 1987). makanan yang diizinkan. Syarat mutu
Ciri gula yang penting adalah gula kristal putih ditunjukkan dalam
kemampuannya membentuk kristal. Ini Tabel 3. berikut ini :
Tabel 3. Syarat Mutu Gula Kristal Putih
Persyaratan
No. Kriteria Uji Satuan
GKP1 GKP2 GKP3
1 Warna :
warna kristal % Min 90 Min 65 Min 60
warna larutan IU Max 250 Max 350 Max 450
2 Besar jenis butir m 0,8-1,2 0,8-1,2 0,8-1,2
3 Susut Pengeringan % b/b Max 0,1 Max 0,15 Max 0,2
4 Polarisasi Z Min 99,6 Min 99,5 Min 99,4
5 (oZ, 20 oC) % b/b Max 0,10 Max 0,15 Max 0,20
6 Gula pereduksi % b/b Max 0,10 Max 0,15 Max 0,20
7 Abu derajat Max 5 Max 5 Max 5
8 Bahan asing tidak larut
BTM : mg/kg Max 30 Max 30 Max 30
9 SO2 mg/kg Max 2 Max 2 Max 2
Cemaran Logam :
10 Timbal (Pb) mg/kg Max 2 Max 2 Max 2
Tembaga (Cu) mg/kg Max 1 Max 1 Max 1
Arsen (As)
(Sumber : SNI, 2001)
Produk-produk pangan yang pembuatan Jelly instan lidah buaya.
berkadar gula tinggi cenderung rusak Fungsi utama dari kapur sirih adalah
oleh khamir dan kapang, yaitu kelompok bahan untuk memperkuat sel bahan baku
mikroorganisme yang relatif mudah yang digunakan dalam pembuatan
rusak oleh panas (seperti dalam manisan sebagai bahan untuk
pasteurisasi) atau dihambat oleh hal-hal menetralkan kelebihan asam-asam
lain. organik (Suharto, 1991).
Karena apabila gula ditambahkan Pemanfaatan kalsium dalam bidang
ke dalam bahan pangan dalam industri pangan antara lain sebagai
konsentrasi yang tinggi (paling sedikit penjernih air minum, pemutih gula pasir,
40% padatan terlarut) sebagian dari air dan mencegah kerusakan buah dan
yang ada menjadi tidak tersedia untuk sayur-sayuran apabila bersenyawa
pertumbuhan mikroorganisme dan dengan CO2, peranan kapur sirih dalam
aktivitas air (Aw) dari bahan pangan pembuatan Jelly lidah buaya untuk
berkurang. Walaupun demikian, memperbaiki tekstur buah selama
pengaruh konsentrasi gula pada Aw perendaman (Apandi, 1985).
bukan merupakan faktor satu-satunya Larutan kalsium hidroksida
yang mengendalikan pertumbuhan diizinkan sebagai bahan pembantu untuk
berbagai mikroorganisme karena bahan- berbagai proses industri tidak lebih dari
bahan dasar yang mengandung 4,1 % (Ca(OH)2 ) terlarut. Jika terlalu
komponen yang berbeda-beda tetapi berlebihan dapat mengganggu kesehatan
dengan nilai Aw yang sama dapat bagi konsumen (Depkes RI, 1974).
menunjukan ketahanan yang berbeda- Menurut Apandi (1985), kandungan
beda terhadap kerusakan karena pensenyawaan (sebagai hasil roduk)
mikroorganisme (Buckle, 1987). dapat diketahui dengan pengukuran
banyaknya CaO aktif. Baik kapur keras
Kapur Sirih (Ca(OH)2)
maupun kapur lunak (Kalsium
Kapur sirih atau kalsium
hidroksida) adalah sebagai
Hidroksida (Ca(OH)2) merupakan bahan
pensenyawaan yang stabil. Kapur beras
penunjang lain yang digunakan dalam
lebih mudah bereaksi apabila ditetesi sehingga mempermudah pengangkutan
dengan air dan agak lambat bereaksi dan menghemat ruang kemasan. Cara
dengan udara, dimana persenyawaannya melakukan pengeringan bisa dengan
dengan air akan membentuk kapur penjemuran atau pemanasan langsung
hidroksida. dengan sinar matahari. Selain itu bisa
Senyawa pektin di dalam dinding juga dengan memakai alat. Alat yang
sel tumbuhan diduga berpengaruh digunakan untuk keperluan ini bisa
terhadap tekstur buah selama berupa pengering listrik atau mekanik.
pematangan, pengolahan, dan Macam alat pengeringan yang
penyimpanan. Hal ini dapat dilihat dari digunakan tergantung pada bahan dan
adanya perubahan senyawa pektin yang tujuan dari pengeringan (Tugiyono,
memperkuat dinding sel, yaitu 2004).
protopektin yng tidak larut dalam air Menurut Praptiningsih (1999),
sehingga menyebabkan terjadinya dalam proses pengeringan terjadi
pelunakan dan penurunan kekenyalan perubahan-perubahan pada bahan.
buah (Apandi, 1985). Perubahan tersebut antara lain :
Perubahan kekenyalan buah akibat 1. Penurunan kadar air
adanya perubahan protopektin menjadi Penguapan air mengakibatkan Aw
pektin, dapat dihambat dengan jalan bahan akan menurun sehingga menjadi
merendam bahan baku dalam larutan awet. Selain itu karena menurunkan
garam-garam kalsium. Ion kalsium akan kadar air mengakibatkan naiknya kadar
bereaksi dengan gugus karboksil dari gizi persatuan berat.
pektin membentuk suatu ikatan. Jika 2. Pencoklatan
terjadi dalam jumlah besar ikatan Selama proses pengeringan dapat
tersebut akan membentuk jaringan- terjadi reaksi pencoklatan baik secara
jaringan molekul, sehingga daya larut enzimatis atau pun non enzimatis.
kuat terhadap gangguan mekanis pada Reaksi pencoklatan tersebut dapat
saat pengolahan (Winarno, 1992). dihambat dengan perlakuan blanching
yaitu secara panas dan kimia.
Pengeringan
3. Pengerutan pada permukaan bahan
pengeringan adalah proses
4. Pengerasan pada bagian luar (case
perpindahan panas dan uap air secara
hardening)
simultan, yang memerlukan energi panas
Pengerasan bagian luar bahan dapat
untuk menguapkan kandungan air yang
terjadi bila proses pengeringan berjalan
dipindahkan dari permukaan bahan yang
terlalu cepat sehingga bagian luar kering
dikeringkan oleh media pengeringan
dan keras tetapi bagian dalam masih
yang biasanya berupa panas (Naynie,
basah.
2007).
5. Kehilangan zat-zat yang mudah
Pada proses ini umumnya terjadi
menguap (senyawa volatil)
pemasukan panas ke dalam bahan dan
Hal ini seringkali menyebabkan
pengeluaran air dari bahan tersebut.
kehilangan aroma pada bahan yang
Selain dapat mengurangi kandungan air
dikeringkan.
bahan, panas yang masuk ke dalam
6. Kehilangan bahan terlarut
bahan tersebut juga dapat mengurangi
7. Kerusakan beberapa senyawa
jumlah jasad renik serta menginaktifkan
nutrisi/vitamin
enzim-enzim (Potter, 1973).
8. Kehilangan kemampuan rehidrasi
Keuntungan dari pengeringan
Kehilangan kemampuan rehidrasi
tak sekedar untuk pengawetkan buah.
terjadi tidak pada setiap proses
Volume buah pun menjadi lebih kecil,
pengeringan. Beberapa proses Suhu pengeringan merupakan
pengeringan menggunakan alat faktor yang sangat penting, sebab
pengering semprot dan pengering beku apabila suhu yang digunakannya terlalu
tidak mengubah kemampuan rehidrasi. rendah, maka pengeringan akan
9. Perubahan distribusi air dalam bahan memakan waktu yang sangat lama,
10. Perubahan zat-zat warna sehingga dapat menurunkan mutu bahan
Perubahan zat-zat warna antara lain yang dikeringkan serta bisa memberikan
karena perubahan senyawa klorofil dan efek bau yang tidak normal. Jika proses
karoten. pengeringan dilakukan pada suku uang
11. Meningkatkan retensi nutrien dan terlalu tinggi, maka dapat
prosuk lebih konsisten mengakibatkan terjadinya proses
Penggunaan pengeringan untuk pengerakan (Case Hardening) dan reaksi
pengawetan pangan sangat pencoklatan non-enzimatis serta
menguntungkan, karena produk akan cracking (patah) (Desroisier, 1988).
tahan lebih lama. Makanan yang
mengalami proses pengeringan BAHAN, ALAT, DAN METODE
mempunyai nilai gizi lebih rendah PENELITIAN
dibandingkan dengan bahan segarnya. Bab ini menguraikan mengenai:
Dan dapat menimbulkan kerugian Bahan dan Alat yang Digunakan, an
seperti hilangnya flavour yang mudah Metode Penelitian.
menguap, memucatnya pigmen,
Bahan dan Alat yang Digunakan
perubahan struktur, dan menimbulkan
Bahan-bahan yang digunakan
bau gosong pada kondisi pengeringan
dalam pembuatan jelly instan lidah
yang tidak terkendali (Buckle et.al,
buaya adalah : Lidah Buaya (Aloe
1988).
vera), kapur (Ca(OH)2), air, sukrosa, dan
Winarno (1984) menyatakan bahwa
garam (NaCl)
gula sukrosa bila dilarutkan dalam air
Bahan-bahan yang digunakan untuk
dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan
analisis kimia adalah H2SO4 6 N, NaOH
terurai menjadi glukosa dan fruktosa,
0,313 N, K2SO4 10 %, CHCl3, NaOH,
yang biasa disebut gula invers. Gula
H2S04, aquades, alkohol 95 %, luff
invers ini terjdi dalam suasana asama,
schoorl, H2SO4 3 N, KI, Na2S2O3 0,1 N
gula invers ini tidak dapat mengkristal
baku, amilum, HCl 9,5 N, HCl pekat,
karena kelarutan glukosa dan fruktosa
NaOH 2 %, dan indikator PP. Serta
yang sangat besar.
bahan-bahan lainnya yang diperoleh dari
Pengeringan dapat berlangsung
laboratorium Teknologi Pangan,
apabila ada energi yang diberikan pada
Universitas Pasundan Bandung.
bahan yang akan dikeringkan, juga
Alat-alat yang digunakan untuk
aliran udara yang berfungsi untuk
proses pembuatan jelly instan lidah
mengalirkan uap air yang terbentuk
buaya adalah baskom, panci, pisau,
supaya cepat keluar dari daerah
talenan, gelas ukur, sendok, timbangan
pengeringan. Pengeluaran uap air dapat
analitik.
pula dilakukan secara vakum. Faktor-
Alat-alat yang digunakan untuk
faktor yang mempengaruhi dalam proses
analisis adalah kaja arloji, eksikator,
pengeringan diantaranya adalah luas
oven, timbangan (sartosius), labu didih,
permukaan bahan, suhu pengeringan,
alat destilasi, kaki tiga, alat pemanas
aliran udara, tekanan uap di udara dan
(kompor gas), tanur dan labu ukur.
lama pengeringan.
(2) Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang
Metode Penelitian
digunakan pada penelitian ini adalah
Penelitian yang akan dilakukan
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dibagi dalam dua tahap meliputi
dengan faktorial 3 X 3 dan ulangan
penelitian (1) pendahuluan dan (2)
sebanyak 3 kali untuk setiap kombinasi
penelitian utama.
perlakuan sehingga diperoleh 27 plot
Penelitian Pendahuluan percobaan. Untuk menguji adanya
Tujuan dari penelitian pendahuluan perbedaan pengaruh perlakuan dan
ini adalah menentukan cara pembuatan interaksinya terhadap respon yang
jelly instan lidah buaya serta anlisis diamati maka dilakukan analisis data
kadar air, kadar serat dan kadar dengan model linier (Gasperzs, 1991)
karbohidrat lidah buaya utuh. sebagai berikut:
Penelitian pendahuluan juga Yijk = + Kk + Di + Pj + (DP)ij +
dilakukan untuk menentukan lama ijk
perendaman dengan larutan Ca(OH)2 (1 Dimana :
jam, 1.5 jam dan 3 jam). Analisa yang Yij = Nilai pengamatan respon yang
digunakan adalah analisa organoleptik memperoleh taraf ke-i dari factor A
terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur. (Sukrosa) dan taraf ke-j dari faktor B
Penelitian Utama (suhu pengeringan), dan ulangan ke-k.
Penelitian utama ini merupakan i = Taraf konsentrasi Sukrosa (20%,
kelanjutan dari penelitian pendahuluan. 30%, 40% (a1,a2,a3).
Cara pembuatan jelly lidah buaya instan j = Suhu Pengeringan (40oC , 50oC,
o
yang terpilih dipenelitian pendahuluan 60 C) (b1,b2,b3).
digunakan untuk pembuatan jelly instan k = 1,2,3 (banyaknya ulangan/
lidah buaya pada penelitian utama. replikasi).
Penelitian utama bertujuan untuk = Nilai rata-rata sebenarnya
mengetahui pengaruh penambahan Di = Pengaruh perlakuan sukrosa dari
sukrosa dan suhu pengeringan terhadap taraf ke-I faktor A (Sukrosa).
karakteristik jelly lidah buaya instan, Pj = Pengaruh perlakuan dari taraf
yang kemudian dilakukan uji ke-j faktor B (suhu pengeringan)
organoleptik oleh panelis. Penelitian (DP)ij = Pengaruh interaksi antara taraf
utama terdiri dari rancangan perlakuan, ke-i faktor A (sukrosa) dan taraf ke-j
rancangan percobaan, rancangan faktor B (suhu pengeringan).
analisis, dan rancangan respon. Kk = Pengaruh kelompok ulangan ke-
k.
(1) Rancangan Perlakuan ijk = Pengaruh galat percobaan pada
Rancangan perlakuan penelitian kelompok ke-j yang memperoleh
utama terdiri dari dua faktor yaitu perlakuan ke-i.
penambahan Sukrosa (A) terdiri dari 3 Adapun metrik rancangan
taraf, yaitu : a1 = 30%, a2 = 40%, a3 = perlakuan yang akan dicobakan dapat
50%, dan suhu pengeringan (B) terdiri dilihat pada Tabel 4.
dari 3 taraf b1= 40oC , b2= 50oC, b3=
60oC.
Tabel 4. Matrik Rancangan Faktorial 3 X 3 dalam RAK dengan 3 kali ulangan
Ulangan
Sukrosa Suhu Pengeringan
I II III
(b1) a1b1 a1b1 a1b1
(a1) (b2) a1b2 a1b2 a1b2
(b3) a1b3 a1b3 a1b3
(b1) a2b1 a2b1 a2b1
(a2) (b2) a2b2 a2b2 a2b2
(b3) a2b3 a2b3 a2b3
(b1) a3b1 a3b1 a3b1
(a3) (b2) a3b2 a3b2 a3b2
(b3) a3b3 a3b3 a3b3
Berdasarkan rancangan di atas dapat dibuat denah (layout) percobaan factorial 3 x 3
yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Denah (Layout) Rancangan Percobaan Faktorial 3 x 3
Kelompok ulangan I
a3b1 a2b2 a1b3 a3b3 a1b2 a1b1 a2b1 a3b2 a2b3
Kelompok ulangan II
a2b3 a3b2 a2b1 a1b1 a1b2 a3b3 a1b3 a2b2 a3b1
Kelompok ulangan III
a2b2 a1b3 a3b1 a1b1 a3b2 a1b2 a3b3 a2b1 a2b3
(3) Rancangan Analisis
Berdasarkan rancangan di atas dapat dibuat analisis variasi (ANAVA) yaitu:
Tabel 6. Sidik Ragam Pengaruh Perbandingan Konsentrasi Sukrosa dan Suhu
Pengeringan Terhadap Karakteristik Jelly Instan Lidah Buaya.
Jumlah F
Sumber Derajat Kuadrat Tengah F
Kuadrat Tabel
Keragaman Bebas (DB) (KT) Hitung
(JK) 5%
Kelompok r1 JK K - -
Perlakuan ab - 1 JKP - -
A a1 JK (A) KT (A)/db KT (A)/KTG
B b -1 JK (B) KT (B)/db KT (B)/KTG
Interaksi (DP) (a-1) (b-1) JK (AB) KT (AB)/db KT (AB)/KTG
Galat (r -1) (ab 1) JKG KTG/db -
Total rdp- 1 JKT
Sumber: Gazpersz, 1995.

Hipotesis diterima: Jika ada ada pengaruh yang nyata antara sukrosa
pengaruh yang nyata antara sukrosa dan suhu pengeringan serta interaksi
dengan suhu pengeringan serta interaksi keduanya dimana Fhitung < Ftabel pada taraf
keduanya terhadap karakteristik jelly nyata 5%.
instan lidah buaya, dimana Fhitung > Ftabel Untuk mengamati perbedaan
pada taraf nyata 5%, maka dilanjutkan perlakuan yang dicobakan digunakan uji
uji lanjut. Hipotesis ditolak : jika tidak
jarak berganda Duncans (Gasperzs, 2. Respon Kimia
1991), dengan rumus sebagai berikut : Respon kimia yang diuji pada jelly
LSR = SSR x SX instan lidah buaya yang dihasilkan
SX = (S2/r)1/2 = (KT G/r)1/2 meliputi pengukuran kadar air dengan
Dimana : S2 = Nilai kuadrat tengah metode destilasi, dan kadar serat metode
galat (KT G) gravimetri, dan kadar karbohidrat (gula
r = Banyak ulangan total) (Apriantono, dkk., 1989).
3. Respon Fisik
(4) Rancangan Respon
Respon fisik yang dilakukan adalah
Rancangan respon penelitian utama
penentuan daya rehidrasi diketahui
dilakukan pada produk jelly instan lidah
berdasarkan waktu yang diperlukan
buaya yang dihasilkan untuk
bahan untuk menjadi basah kembali
menentukan optimasi dari perlakuan-
setelah perebusan.
perlakuan meliputi adalah respon
organoleptik dan respon kimia.
HASIL PEMBAHASAN DAN
1. Respon Organoleptik
PENGAMATAN
Tipe pengujian yang digunakan
Bab ini menguraikan mengenai :
dalam uji organoleptik ini adalah uji
Penelitian Pendahuluan dan Penelitian
hedonik. Tujuan uji hedonik adalah
Utama.
untuk menentukan tingkat kesukaan
Penelitian Pendahuluan
panelis terhadap sifat organoleptik dari
Analisis Bahan Baku
suatu produk agar-agar lidah buaya
Penelitian pendahuluan dilakukan
instan. Uji hedonik atau kesukaan pada
untuk menentukan kadar air, kadar serat,
dasarnya merupakan pengujian dimana
kadar karbohidrat (gula total) pada
panelis mengemukakan responnya
bahan baku, serta penentun lama
berupa senang tidaknya terhadap sifat
perendaman yang paling tepat, respon
bahan yang diuji. Panelis diminta untuk
berdasarkan uji hedonik oleh panelis
mengemukakan pendapatnya secara
panelis terhadap warna, rasa, aroma dan
spontan tanpa membandingkan dengan
tekstur. Adapun hasil analisis kimia
sampel standard atau sampel-sampel
produk yang dihasilkan dapat dilihat
yang diuji sebelumnya (Soekarto, 1985).
pada tabel 8 berikut :
Uji hedonik terhadap sampel jelly
Tabel 8. Hasil Analisis Bahan Baku
instan lidah buaya ini dilakukan pada 15
Jelly Instan Lidah Buaya.
orang panelis dan diminta untuk menilai
Komponen Hasil
rasa, wrna, dan penampakan. Skala
penilaian dari uji hedonik dapat dilihat Kadar Air (%) 95,73%
pada Tabel 7. Kadar Serat (%) 6,23%
Tabel 7. Skala Penilaian Uji Kadar Karbohidrat (%) 2,46%
Hedonik Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui
Skala Hedonik Skala Numerik bahwa hasis analisis bahan baku lidah
Sangat tidak suka 1 buaya ternyata tidak jauh berbeda
dengan komposisi kimia lidah buaya
Tidak suka 2 segar secara utuh menurut daftar
Biasa 3 komposisi zat gizi pangan Indonesia
(1995) yaitu kadar airnya sebesar
Suka 4 96,58%. Hal tersebut menandakan
Sangat suka 5 bahwa Lidah Buaya yang digunakan

Sumber: Soekarto, 1985


sebagai bahan baku agar-agar lidah perendam 1,5 jam tetapi berbeda nyat
buaya instan adalah lidah buaya segar. dengan perendaman selama 2 jam. Pada
Kadar serat lidah buaya pada tabel nilai warna didapatkan bahwa
8 tidak jauh berbeda dengan komposisi perendaman selama 1 jam, 1,5 jam dan 2
kimia lidah buaya segar secara utuh jam saling berbeda nyata pada taraf 5%.
yaitu sebesar 6,23 %. Lidah buaya Dan pada nilai tekstur perendaman
merupakan bahan pangan yang memiliki selama 1 jam dan 2 jam tidak berbeda
kandungan serat yang cukup tinggi dan nyata tetapi berbeda nyata pada
mudah di cerna oleh tubuh. Serat perendaman selama 1,5 jam.
makanan terutama terdiri dari selulosa. Perendaman dengan Ca(OH)2 selain
Di samping itu terdapat senyawa- bertujuan untuk menghilangkan lendir
senyawa lain seperti hemiselulosa, pada lidah buaya juga dimaksudkan
pektin, gom tanaman, musilago, lignin, untuk memperkuat tekstur pada bahan.
dan polisakarida yang tersimpan dalam Semakin lama waktu kontak antara lidah
tanaman dan alga (Poedjiadi, 1994). buaya dengan perendam maka tekstur
Kandungan karbohidrat dalam jelly lidah buaya akan semakin keras.
bahan baku lidah buaya sebesar 2,46%. Hal ini disebabkan banyaknya pektin
Senyawa gula yang terdapat pada lidah yang bereaksi dengan garam kalsium
buaya dalam bentuk manosa dan dengan membentuk kalsiumm pektat
glukosa serta sejumlah kecil silosa, yang tidak larut dalam air, dengan
arabinosa, galaktosa, ramnosa dan adanya kandungan ion kalsium yang
enzim-enzim aksidase. tinggi dalam buah akan mengikat gugus
Penentuan Lama Perendaman (Ca(OH)2 karboksil dalam membentuk jaringan
Penentuan lama perendaman molekul yang lebih besar. Makin besar
larutan kapur (Ca(OH)2 dilakukan karingan molekul tersebut makin rendah
dengan uji organoleptik terhadap rasa, daya larut pektin dan semakin kokoh
warna dan tekstur daripada agar-agar ketegangan dari buah tersebut.
lidah buaya instan itu sendiri. lama Berdasarkan penelitian
perendaman yang dilakukan pada pendahuluan di atas, didapat lama
penelitian pendahuluan adalah 1 jam, perendaman terpilih yaitu lama
1.5 jam dan selama 2 jam. Untuk lebih perendaman 1,5 jam, sehingg lama
jelasnya dapat dilihat pada tabel 9. perendaman 1,5 jam dijadikan acuan
Tabel 9. Hasil Uji Organoleptik untuk penelitian utama.
Terhadap Rasa, Warna dan Tekstur Jelly
Hasil dan Pembahasan Penelitian
Instan Lidah Buaya
Utama
Sampe Parameter Respon Kimia
l Rasa Warna Tekstur Penelitian utama dilakukan untuk
1 jam 3,8 bc 3,6 b 3,47 a mengetahui sejauh mana pengaruh yang
1,5 4,13 c 4,27 c 4,13 b terjadi antara konsentrasi gula 30% (a 1),
jam 40% (a2), dan 50% (a3) dengan suhu
2 jam 2.87 a 2.67 a 3.47 a pengeringan 40oC (b1), 50oC (b2) dan
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda 60oC (b3), serta pengruh interaksi
menunjukkan adanya perbedaan yang keduanya terhadap karakteristik jelly
nyata pada tarf 5 % Uji Duncan lidah buaya instan. Respon yang
Hasil analisis lama perendaman dilakukan pada penelitian utama
yang dilakukan, menunjukkan bahwa meliputi respon kimia, respon fisik dan
pada nilai rasa perendaman selama 1 respon organoleptik.
jam tidak berdeda nyata dengn
1. Kadar air meningkatnya jumlah sukrosa. Hal ini
Kadar air yaitu banyaknya hidrat disebabkan karena semakin tinggi
yang terkandung dalam suatu bahan atau konsentrasi gula yang meresap kedalam
banyaknya air yang terserap oleh bahan. bahan, maka semakin besar jumlah air
Kadar air dalam suatu bahan pangan yang dikeluarkan dalam bahan.
perlu di tetapkan untuk mengetahui Menurut Hermianto J, dan Mela
kondisi suatu produk, karena pada W.J., (1999), semakin tinggi ikatan
umumnya makin tinggi kadar air yang hidrogen gula maka semakin rendah
terkandung dalam suatu bahan makanan, kadar airnya, sehingga semakin keras
maka makin besar kemungkinan produk yang dihasilkan dan sebaliknya
makanan tersebut cepat mengalami semakin rendah ikatan hidrogen gula
kerusakan dan tidak tahan lama. maka semakin tinggi kadar airnya
Dari hasil analisis statistik yang sehingga produk menjadi lunak. Bila
dilakukan ternyata kadar air dipengaruhi tekanan osmosi yang tinggi, seperti buah
oleh konsentrasi sukrosa dan suhu direndam dalam larutan gula atau garam,
pengeringan. Sedangkan interaksi antara maka akan terjadi difusi zat-zat organik
konsentrasi gula dan suhu pengeringan dalam sel dicegah untuk keluar,
tidak berpengaruh terhadap kadar air sedangkan air dan garam atau gula dapat
jelly lidah buaya instan. Pengaruh suhu masuk dengan bebas (Pantastico, 1975).
pengeringan (b) dapat dilihat Tabel 10. Salunkhe (1984) menyatakan
Tabel 10. Pengaruh Suhu bahwa proses osmosis yang terjadi pada
Pengeringan Terhadp Kadar Air Jelly buah-buahan dan sayuran yang
Lidah Buaya Instan direndam dalam larutan gula
Suhu Nilai rata- menyebabkan air keluar dari buah atau
Taraf sayur. Penambahan gula dalam
Pengeringa rata
Nyata konsentrasi tinggi selain berfungsi
n Kadar Air
5% sebagai pemanis juga berfungsi sebagai
(oC) (%)
pengawet yang dapat mencegah
b1 (40oC) 24,43 c
o pertumbuhan mikroba. Kandungan air
b2 (50 C) 22,34 bc
dalam bahan yang akan diawetkan
b3 (60oC) 18,25 a ditarik dari sel sayuran atau buah
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda sehingga mikroba menjadi tidak cocok
menunjukkan adanya perbedaan yang lagi untuk tumbuh dan berkembang
nyata pada tarf 5 % Uji Duncan (Satuhu, 1994).
Tabel 10 menunjukkan bahwa suhu Apabila gula yang ditambahkan ke
pengeringan 40oC (b1), 50oC (b2) tidak dalam bahan pangan dalam konsentrasi
berbeda nyata sedangkan terhadap suhu yang tinggi yaitu paling sedikit 40%
60oC (b3) memberikan perbedaan nyata padatan terlarut, sebagian dari air yang
pada nilai kadar air. Pada suhu ada menjadi tidak tersedia untuk
pengeringan 50oC produk jelly lidah pertumbuhan mikroorganisme dan
buaya instan memiliki kadar air aktivitas air dari bahan berkurang.
tertinggi, yaitu 24,4271 % sedangkan (Buckle et. Al, 1987).
pada suhu pengeringan 60oC memiliki Hal ini disebabkan karena proses
kadar air terendah, yaitu 18,2498 %. pengeringan kadar air dalam produk
Apabila pada pembuatan jelly lidah mengalami penguapan sehingga pada
buaya instan dilakukan penambahan suhu yang bervariasi dengan lama
konsentrasi sukrosa maka nilai rata-rata pengeringan yang sama maka kadar air
kadar air semakin menurun dengan
produk jelly instan lidah buaya yang Berdasarkan tabel menunjukkan
dihasilkan beragam (menurun) bahwa Konsentrasi sukrosa a1 (30%)
Makanan semi basah didefinisikan berbeda nyata dengan a2 (40%) dan a3
sebagai makanan yang memiliki (50%) Semakin tinggi konsentrasi
kandungan air yang tidak terlalu tinggi larutan gula, maka kadar gula total jelly
dan tidak terlalu rendah, serta tahan instan lidah buaya yang dihasilkan
lama dalam penyimpanan. Makanan cenderung semakin meningkat.
semi basah ini umumnya mempunyai Hal ini disebabkan oleh semakin
kadar air antara 15 % - 50 % (Halid, banyaknya gula yang diabsorpsi oleh
1983). lidah buaya yang direndam dalam
Kadar air merupakan karakteristik larutan gula terjadi penyebab gula yang
yang sangat mempengaruhi mutu bahan berlangsung terus menerus. Menurut
pangan, dalam hal ini merupakan salah Aproyanto (1985), larutan gula pada
satu sebab mengapa dalam pengolahan dehidrasi osmosis mengakibatkan difusi
pangan, air sering dikeluarkan atau solute dari larutn ke dalam bahan
dikurangi dengan cara penguapan, pangan dan disfusi air keluar dari bahan
pengeringan dan pengentalan (winarno, masuk ke dalam larutan. Disfusitas gula
2002). lebih rendah daripada disfusitas air. Hal
Pada proses pengeringan umumnya ini dimanfaatkan untuk mendapatkan
pemasukan panas ke dalam bahan dan hasil yang diinginkan dari bahan pangan
pengeluaran air dari bahan tersebut. yang didehidrasi secara osmosis, yaitu
Selain dapat mengurangi kandungan air dengan cara mengatur jumlah air yang
bahan, panas yang masuk ke dalam keluar dengan banyaknya gula yang
bahan tersebut juga dapat mengurangi masuk. Proses lambat pada dehidrasi
jumlah jasar renik serta menginaktifkan secara osmosis akan mengakibatkan
enzim-enzim (Potter, 1973) keseimbangan kadar gula dan air dalam
bahan pangan.
2. Kadar Gula Total
Menurutp Apriantono (1989),
Setelah dilakukan analisis statistik
dinding sel buah akan menyerap gula,
terhadap kadar gula total (lampiran 5 )
mungkin oleh ikatan hidrogen dengan
ternyata konsetrasi sukrosa dan suhu
polisakrida. Hal ini menyebabkan aliran
pengeringan berpengaruh nyata terhadap
air keluar dari buah terhenti, diikuti
kadar gula total jelly instan lidah buaya,
dengan terjdinya aliran ke dalam buah.
maka dilakukan uji lanjut Duncan
Tergantung konsentrasi gula, sejumlah
seperti terlihat hasilnya pada tabel 11
air dapat keluar dari dinding sel yang
dan tabel 12.
kemudian bersama-sama molekul
Tabel 11. Pengaruh Konsentrasi
polisakarida akan membentuk polimer-
Sukrosa Terhadap Gula Total Jelly Lidah
polimer dengan ikatan hidrogen yang
Buaya Instan
lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan
Konsentrasi Nilai rata-rata Taraf
jumlah gugus hidroksil yang tersedia
Sukrosa Kadar Gula Nyata untuk berikatan dengan gula akan
(%) Total (%) 5% berkurang dan akan terjadi pembentukan
a1 (30%) 24,777 a dinding sel yang baru.
a2 (40%) 31,582 b Tabel 12. Pengaruh Suhu
a3 (50%) 43,599 c Pengeringan Terhadapa Gula Total Jelly
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda Instan Lidah Buaya
menunjukkan adanya perbedaan yang Suhu Nilai rata-rata Taraf
nyata pada tarf 5 % Uji Duncan Pengeringan Kadar Gula Nyata
(oC) Total (%) 5% yang sama menunjukkan tidak berbeda
b1 (40oC) 29,037 a nyata pada taraf 5%.
b2 (50oC) 33,993 b - Notasi Huruf kecil dibaca Horizontal.
b3 (60oC) 36,928 c Sedangkan notasi huruf besar dibaca
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda vertikal
menunjukkan adanya perbedaan yang Dari tabel 13 menunjukkan bahwa
nyata pada tarf 5 % Uji Duncan suhu pengeringan pada perlakuan a 2b1
Dari tabel 12 menunjukkan bahwa (Sukrosa 30%; suhu pengeringan 40oC ),
pada suhu b1 (40oC) berbeda nyata a3b2 (Sukrosa 50%; suhu pengeringan
dengan konsentrasi b2 (50oC) dan b3 50oC ) dan a3b3(Sukrosa 30%; suhu
(60oC). Pada suhu 20oC misalnya dapat pengeringan 60oC) berbeda nyata
terbentuk 72 % gula invert dan pda suhu dengan perlakuan yang lainnya.
40oC terbentuk hampir 85 % (Winarno, Sedangkan konsentrasi Sukrosa 30% (a1)
1997). berpengaruh nyata terhadap kadar serat,
Pada pembuatan sirup (cairan konsentrasi sukrosan 40% (a2) tidak
sukrosa) untuk perendaman lidah buaya, berpengaruh nyata dan pada konsentrasi
sukrosa dilarutkan dalam air dan 50% (a3) saling berpengaruh nyata
dipanaskan, sebagian sukrosa akan terhadap kadar serat.
terurai menjadi glukosa dan fruktosa, Serat yang didapatkan setelah
yang disebut gula invert (gula reduksi). menjadi produk tidak berbeda jauh
Inversi sukrosa terjadi dalam susana dengan hasil yang didapat pada
basa. Gula invert ini tidak dapat perlakuan pendahuluan. Kadar serat
terbentuk kristal karena kelarutan yang terkandung di dalam lidah buaya
fruktosa dan glukosa yang sangat besar. tidak banyak berkurang.
Semakin tinggi suhu semakin tinggi juga Nilai tertinggi di dapatkan pada
persentase gula invert yang dapat konsentrasi a3 (50 %) sebesar 2,1597
dibentuk (Winarno, 1997). sedangkan nilai terendah didapatkan
3. Kadar Serat oleh a1 (30 %) sebesar 2,094.
Walaupun serat sulit untuk dicerna, Terminologi serat makanan (dietary
tetapi serat mempunyai sifat positif bagi fiber) sebenarnya berbeda dengan istilah
gizi dan metabolisme (Winarno, 1986). serat kasar (crude fiber), yang juga
Tabel 13. Pengaruh Konsentrasi biasanya terikut dalam analisis
Sukrosa Terhadap Kadar Serat Jelly proksimat bahan makanan.
Instan Lidah Buaya Crude fiber adalah bagian tanaman
Konsentrasi Suhu Pengeringan yang tidak dapat dihidrolisis
Gula b1 b2 b3 menggunakan pelarut asam sulfat
o
(40 C) o
(50 C) (60oC) (H2SO4) 1,25% dan alkali natrium
(%)
hidroksida (NaOH) 1,25%. Sedang
2,122 A 2,242 A 2,237 A
a1 (30%) dietary fiber adalah bagian dari bahan
a c b pangan yang tidak dapat dihidrolisis
2,232 B 2,273 A 2,235 A oleh enzim-enzim pencernaan. Dengan
a2 (40%)
a a a demikian nilai crude fiber selalu lebih
2,087 A 2,542 B 2,309 B rendah dibandingkan dengan dietary
a3 (50%)
a c b fiber; lebih kurang 1/5 dari seluruh nilai
Keterangan : serat makanan. Ada dua tipe fiber yang
- Setiap kolom dengan huruf besar yang penting yaitu soluble fiber dan insoluble
sama menunjukkan tidak berbeda nyata fiber . Soluble fiber (serat makanan larut
pada taraf 5%, dan setiap baris kecil dalam air) antara lain: pectin, gum,
-glucans, psyllium seed husk (PSH). Uji Organoleptik
Serat makanan tidak larut air (insoluble 1. Nilai Rasa
fiber) berupa selulosa, hemiselulosa Penentuan rasa melibatkan
serta lignin (Nainggolan, dan Cornelis, panca indera lidah, dapat dibagi menjadi
2005). empat kriteria utama yaitu asin, asam,
4.2.2. Respon Fisik (Daya manis dan pahit. Umumnya bahan
Rehidrasi) pangan tidak hanya terdiri dari satu rasa
Analisis fisika yang dilakukan tetapi merupkan gabungan dari berbagai
dalam penelitian ini adalah daya macam rasa secara terpadu hingga
rehidrasi. Daya rehidrasi merupakan menimbulkan cita rasa yang utuh.
kemampuan suatu bahan pangan Winarno (1992) menerangkan bahwa
menyerap kembali air setelah proses rasa dipengaruhi oleh beberap faktor
pengeringan. Analisi daya rehidrasi diantaranya yaitu suhu, senyawa kimia,
dilakukan untuk mengetahui besarnya dan adanya interaksi dengan komponen
kemampuan menyerap air dalam jumlah rasa yang lain.
besar dan relatif singkat setelah Analisis menunjukkan bahwa
dilakukan proses perendaman dengan air interaksi antara konsentrasi sukrosa dan
dan pengukusan sehingga besar tiruan suhu pengeringan berpengaruh terhadap
yang dihasilkan bersifat instan. nilai rasa Jelly lidah buaya instan.
(Galih, 2014). Begitu juga dengan pengaruh
Tabel 14. Pengaruh Konsentrasi konsentrasi sukrosa ataupun suhu
Sukrosa Terhadap Daya Rehidrasi Jelly pengeringan.
Lidah Buaya Instan Hasil pengamatan uji organoleptik
Konsentras Nilai rata-rata Taraf nilai rasa dapat dilihat pada tabel 15
i Gula Daya Nyata berikut ini.
(%) Rehidrasi 5% Tabel 15. Pengaruh Interaksi
a1 (30 %) 2,846 a Konsentrasi Sukrosa dan Suhu
a2 (40 %) 2,8538 b Pengeringan Terhadap Rasa Jelly Lidah
Buaya Instan
a3 (50 %) 2,8963 c
Konsentrasi Suhu Pengeringan
Keterangan : Setiap hutuf yang berbeda
menyatakan adanya perbedaan pada Gula
b1 (40oC) b2 (50oC) b3 (60oC)
taraf 5%. (%)
Tabel 14 menunjukkan bahwa 3,757 B 3,577 C 3,890 BC
a1 (30%)
konsentrasi sukrosa pada perlakuan a 1 a a b
(30 %), a2 (40 %) dan a3 (50 %) 3,510 A 3,667 BC 3,577 A
berbeda nyata pada taraf 5%. a2 (40%)
a c b
Penambahan sukrosa pada bahan tidak 3,423 A 3,757 A 3,623 B
mempengaruhi daya rehidrasi bahan. a3 (50%)
b a c
Waktu optimum rehidrasi adalah Keterangan :
waktu yang dibutuhkan jelly instan lidah
- Setiap kolom dengan huruf besar yang
buaya untuk kembali mengabsorpsi air sama menunjukkan tidak berbeda nyata
sehingga teksturnya menjadi kenyal dan
pada taraf 5%, dan setiap baris kecil
elastis seperti sebelum dikeringkan. yang sama menunjukkan tidak berbeda
Daya serap air berhubungan dengan
nyata pada taraf 5%.
kecepatan rehidrasi. Semakin tinggi - Notasi Huruf kecil dibaca Horizontal.
daya serap air maka rehidrasi akan
Sedangkan notasi huruf besar dibaca
semakin singkat begitu juga sebaliknya vertikal
(Budiyah, 2004)
Berdasarkan tabel di atas dapat rasa manis da juga yang tidak, sehingga
dilihat bahwa pada konsentrasi sukrosa ada perbedaan dalam pemberian nilai
a1 (30%) dengn suhu b1 (40oC) rasa.
menunjukkan perbedaan yang nyata 2. Nilai Warna
pada konsentrasi 40 % (a2) dan 50 % (a3) Warna dapat digunakan sebagai
sedangkan suhu 50oC (b2) pada indikator untuk kesegaran atau
konsentrasi 40 % (a2) berbeda nyata kematangan dari bahan pangan terutama
dengan konsentrasi 50 % (a3) tetapi buah-buahan. Suatu bahan yang dinilai
tidak berbeda nyata dengn konsentrasi a 1 bergizi, enak dan teksturnya sangat baik
(30%). Pada suhu 60oC (b3) dengan tidak akan diminati konsumen apabila
konsentrasi 30% (a1) berbeda nyata secara visual tidak sedap dipandang atau
dengan konsentrsi 50% () tetapi tidak memberi kesan menyimpang dari warna
berbeda nyata dengan konsentrasi 50% yang seharusnya, warna juga dianggap
(a3) pada taraf 5%. sebagai faktor yang mempengaruhi mutu
Rasa merupakan parameter yang suatu produk pangan (Winarno, 1992).
sangat penting dalam menentukan Hasil uji organoleptik setelah
tingkat penerimaan konsumen terhadap dilakukan analisis statistik terhadap
suatu produk makanan. Rasa yang enak warna (Lampirn 5) ternyata konsentrasi
dapat menunjang produk sehingga dapat sukrosa dan suhu pengeringan
diterima oleh konsumen (Winarno, berpengaruh terhadap warna dan
2002). dilakukan uji lanjut Duncan seperti
Konsentrasi sukrosa 50% (a3) dan terlihat hasilnya pada tabel 16 dan 17,
40% (a2) dan pada suhu pengeringan sedangkan interaksinya tidak
(40oC, 50oC, 60oC) memiliki rasa yang berpengaruh nyata terhadap jelly lidah
sama yaitu biasa, sedangkan pada buaya instan.
konsentrasi sukrosa 30% (a1) memiliki Tabel 16. Pengruh Konsentrasi
rasa yang disukai. Sukrosa (A) Terhadap Warna Jelly Lidah
Pada suhu 40oC (b1) dan 60oC (b3) Buaya Instan
pada konsentrasi sukrosa (30%, 40%, Konsentrasi Nilai rata-rata Taraf
50%) memiliki rasa yang sama yaitu di Gula Terhadap Nyata
sukai, sedangkan pada suhu 50oC (b2) (%) Warna 5%
dengan konsentrasi (30%, 40%, 50%), a1 (30 %) 2,93 a
memiliki rasa yang biasa. a2 (40 %) 3,22 bc
Berbagai senyawa kimia dapat
a3 (50 %) 3,27 c
menimbulakan rasa yang berbeda, rasa
Keterangan : Setiap hutuf yang berbeda
manis ditimbulkan oleh adanya senyawa
menyatakan adanya perbedaan pada
organik alifatik yang mengandung gugus
taraf nyata 5%.
OH seperti beberapa asam mino,
Berdasarkan tabel 16 dapat
alkohol, aldehid, dan gliserol. Gula
diketahui bahwa warna pada konsentrasi
(sukrosa) adalah sumber rasa manis
sukrosa a2 (40 %) berbeda nyata
yang biasa digunakan dalam industri
denngan a1 (30 %) tetapi tidak berbeda
pangan (Gaman, 1992).
nyata dengan a3 (50 %). Dimana warna
Menurut Buckle et, al (1987), gula
pada konsentrasi a1 (30 %) kurang
yang ditambahkan pada bahan selain
disukai dari pada konsentrasi a 2 (40 %)
bertujuan sebagai pemanis juga untuk
dan a3 (50 %). Hal ini disebabkan karena
meningkatkan rasa. Selain penilian
gula yang ditambahkan ke dalam
terhadap rasa agar-agar lidah buaya oleh
medium ditujukan untuk
panelis ada yang memang suka terhadap
mempertahankan warna disamping
mempertahankan produk dari ganggun Warna merupakan parameter
mikroba, serta akibat terjadinya reaksi pertama yang akan menentukan
pencoklatan (Browning), dimana terjadi penerimaan konsumen. Menurut
reaksi antara gugus amina dengn gula Winarno (2002), sebelum faktor lain
pereduksi akibat adanya perlakuan dipertimbangkan secara visual, fktor
pemanasan. Menurut Apriyanto (1985), warna akan tampil terlebih dahulu dan
sirup gula dapat mencegah hilangnya kadang-kadang sangat menentukan.
ester-ester filatil buah-buahan yang 3 Nilai Aroma
mudah menguap. Aroma dalam suatu prduk pangan
Reaksi-reaksi antara karbohidrat, banyak menentukan kelezatan dari
khususnya gula pereduksi dengan gugus produk tersebut. Selain itu pengujian
amina primer, disebut reaksi-reaksi terhadap aroma pada industri pangan
mailard. Hasil reaksi tersebut dianggap penting karena dapat dijadikan
menghasilkan bahan berwarna cokelat, parameter bagi konsumen untuk
yang sering dikehendaki atau kadang- menerima atau tidak produk tersebut dan
kadang malahan menjadi pertanda aroma dapat dijadikan sebagai indikator
penurunan mutu (Winarno, 2002). terhadap kerusakan produk
Tabel 17. Pengaruh Suhu Pengeringan (Winarno, 1989).
Terhadapa Warna Jelly Lidah Buaya Hasil analisis statistik menunjukkan
Instan bahwa konsentrasi sukrosa, suhu
Suhu Nilai rata-rata Taraf pengeringan dan interaksi keduanya
Pengeringan Terhadap Nyata berpengaruh terhadap nilai aroma jelly
(oC) Warna 5% lidah buaya instan. Hasil pengamatan uji
b1 (40oC) 3,05 a organoleptik dapat dilihat pada tabel 18
o
b2 (50 C) 3,39 a berikut ini.
Tabel 18. Pengaruh Interaksi
b3 (60oC) 2,91 a
Konsentrasi Sukrosa dan Suhu
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda
Pengeringan Terhadap Aroma Jelly
menunjukkan danya perbedaan yang
Lidah Buaya Instan
nyata pada tarf 5 % Uji Duncan
Konsentrasi Suhu Pengeringan
Berdasarkan tabel 17 dapat
diketahui bahwa warna b2 (50oC) Gula b1 b2
o o b3 (60oC)
berbeda nyata dengan warna pada (%) (40 C) (50 C)
konsentrasi sukrosa b1 (40oC) dan b3 2,623 A 2,933 B 3,333 C
a1 (30%)
(60oC), dimana warna agar-agar lidah a a bc
buaya lebih disukai pada konsentrasi b 2 2,867 A 3,29 C 3,067 B
(50oC). a2 (40%)
b bc a
Suhu pengeringan yang digunakan 3,267 A 3,31 A 3,38 A
pada pembuatan jelly instan lidah buaya a3 (50%)
c c c
mengalami perubahan warna, hal ini Keterangan :
disebabkan oleh semakin tingginya suhu
- Setiap kolom dengan huruf besar yang
pengeringan. Penyebab suatu bahan sama menunjukkan tidak berbeda nyata
makanan berwarna yaitu pigmen secara
pada taraf 5%, dan setiap baris kecil
alami terdapat dalam tanaman dan yang sama menunjukkan tidak berbeda
hewan, reaksi karamelisasi, warna gelap
nyata pada taraf 5%.
yang timbul akibat reaksi Mailard, - Notasi Huruf kecil dibaca Vertikal.
reaksi oksidasi oleh adanya enzim dan
Sedangkan notasi huruf besar dibaca
penambahan warna (Winarno 2002). Horizontal
Berdasarkan tabel di atas dapat daya rehidrasi dan uji organoleptik
dilihat bahwa pada perlakuan a 1b2 terhadap rasa, warna, tekstur dan aroma
(konsentrasi sukrosa 30%; suhu sampel jelly instan lidah buaya maka
pengeringan50oC), a1b3 (konsentrasi didapatkan sampel terbilih yaitu a3b3
sukrosa 30%; suhu pengeringan 60oC), (konsentrasi 50% dan suhu pengeringan
a2b2 (konsentrasi sukrosa 40%; suhu 60oC dengan kadar air 18,1379%, kadar
pengeringan 50oC) dan a3b3 (konsentrasi gula total 48,913%, kadar serat 4,841 %
sukrosa 40%; suhu pengeringan 60oC), dan lama penyerapan daya rehidrasi
berbeda nyata pada taraf 5%. 7,867 menit).
Suhu pengeringan b1 (40oC) pada
konsentrasi (30%, 40% dan 50%)
berbeda nyata pada taraf 5%. Suhu KESIMPULAN DAN SARAN
pengeringan b2 (50oC) pada konsentrasi Bab ini menguraikan mengenai :
sukrosa a2 (40%) berbeda nyata dengan Kesimpulan dan Saran
a1 (30%) tetapi tidak berbeda nyata
Kesimpulan
dengan a3 (50%) suhu pengeringan b3
Berdasarkan pada penelitian
(60oC) pda konsentrasi sukrosa a1 (30%)
yang dilakukan, maka dapat
berbeda nyta dengan a2 (40%) tetapi
disimpulkan sebagai berikut :
tidak berbeda nyata dengan a 3 (50%)
1. Interaksi Konsentrasi Sukrosa dan suhu
pada taraf 5%.
pengeringan berpengaruh terhadap kadar
Bahan pangan yang diolah dengan
air, kadar gula total, kadar serat, day
menggunakan gula memiliki aroma yang
rehidrasi, rasa, warna dan aroma pada
khas, Apandi (1984) menyatakan bahwa
agar-gar lidah buaya instan.
aroma buah-buahan dan sayuran
2. Produk agar-agar lidah buaya instan
biasanya disebabkan oleh berbagai ester
yang terpilih adalah pada perlakuan a 3b3
yang bersifat volatil (mudah menguap)
(konsentrasi 50% dan suhu pengeringan
sehingga pada produk yang
60oC) dengan kadar air 18,1379%, kadar
menggunakan gula, aroma yang paling
gula total 48,913%, kadar serat 4,841 %
dominan adalah roma gula karena aroma
dan lama penyerapan daya rehidrasi
buah-buahan itu sendiri telah menguap
7,867 menit, serta penilaian organoleptik
selama proses pengolahan.
disukai terhadap rasa, tekstur dan aroma.
Suka tidaknya panelis terhadap
aroma agar-agar lidah buaya instan ini Saran
dipengaruhi oleh bau langu dari lidah Saran-saran yang dapat
buaya itu sendiri atau tidak. Aroma yang disampaikan dari hasil penelitian adalah
disukai oleh panelis dalah aroma yang sebagai berikut :
tidak berbau langu, sedangkan aroma 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
yang tidak disukai oleh panelis adalah untuk mengetahui daya simpan produk
aroma agar-agar yang masih menyimpan agar-agar lidah buaya instan
sisa bau langu. 2. Perlu dilakukan pemanfaatan larutan
Perubahan aroma dapat disebabkan gula dari sisa perendaman agar-agar
oleh susunan komponen dalam bahan lidah buaya instan.
pangan itu sendiri atau dapat juga 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
disebabkan oleh adanya interaksi dengan mengenai cara menghilangakan bau
komponen yang berasal dari luar langu pada agar-agar lidah buaya instan.
(Sedini, 1997). 4. Disarankan untuk melakukan penelitian
Setelah dilakukan analisis terhadap lebih lanjut untuk produk yang lebih
kadar air, kadar gula total, kadar serat, baik dari agar-agar lidah buaya instan.
Ungu (Ipomoea batatas L.Var
DAFTAR PUSTAKA Ayamurasaki) HASIL
Anonim,1983. Lidah Buaya, Direktorat MODIFIKASI TPP (Sodium
Gizi Dep. Kesehatan R.I., Jakarta. Trypolyphospate). Jurnal Pangan
Anonim., 1982, Profil Industri Agar- dan Agroindustri Vol. 3 No 3
agar, Departemen Perindustrian p.1224-1234, Malang.
Republik Indonesia, Jakarta. Geankoplis, Christie J., 1997,
Astawan, M. 2006. Berbuka Ditemani Transport Proces and Unit
Cincau Hitam, Available at Operations, Prentice-Hall Prive
http://www. Limited, New Delhi.
kompas.com/ver1/kesehatan/, Guilbert, S. 1996, Edible Films and
accessed : 12 Maret 2009. Coating, VCH Publisher, New
Apandi M., 1984, Teknologi Buah dan York.
Sayur, Penertbit Alumni, Halid Haryadi, 1983, Teknologi
Bandung. Penyimpanan Pangan, PUP dan
Apriyantono, A. D. Fardiaz, N.L. Gizi, IPB, Bogor.
Puspitasari, Sediawati, dan S., Hartono, 1992, Budidaya Lidah
Budiyanto., 1989, Petunjuk Buaya, W Sinara Baru, Bandung.
Laboratorium Analisis Pangan. Jatnika., Ajat. Ir.M.Sc dam
PAU Pangan dan Gizi. IPB, Saptoningsih. 2009, Meraup
Bogor Laba Dari Lidah Buaya, PT
Buckle, KA., Edwards, R. A., Fleet., Agromedia Pustaka, Bandung.
Wooton M., 1987, Penerjemah Kencanawati, R.M. V., 1998, Pengaruh
hari Purnomo, Adiono, Ilmu Varietas Buah Nenas dan
Pangan, Edisi Pertama, Perbandingan Penambahan
Universitas Indonesia, Jakarta. Sukrosa dengan Bubur Buah
Desrosier, W.N, 1988, Teknologi terhadap Pembentukan
Pengawetan Pangan, Mikrokristal Buah Nenas
Penerjemah Muhji Moldjono dengan Menggunakan Tknik
Edisi Ketiga, Universitas Kokristalisasi (Ananas
Indonesia Press, jakarta. Comosus L. merr), Skripsi
Departemen Prindustrian RI, 1992, Jurusan Teknologi Pangan,
Standar Nasional Indonesia, Fakultas Teknik, Universitas
Jakarta. Pasundan, Bandung.
Frezier, 1976, Food Microbiology, MC. Kertesz, Z.I., 1951, The Pectin
Graw-Hill Pulb. Co. Ltd, New Subtances, Interscience
Delhi. Publisher, New York.
Furnawanthi, 2002, Khasiat dan Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992.
manfaat Lida Buaya si tanaman Ilmu Pengetahuan Bahan
Ajaib, Penerbit Balai Pengkajian Pangan. Institut Pertanian Bogor.
Biateknologi (BPPT) dan Argo Bogor.
Media Pustaka, Tanggeran. Naynie, 2007, Pengeringan Cabinet
Gaspersz Vincent, 1995, Metoda Dryer, Dikutip dari
Perancangan Percobaan, http://www.naynienay.wordpress.
Penerbit Armico, Bandung com, diakses: 21 Juni 2014
Galih A.P., Dwi W.R.P., 2014, Neinggolan O, dan Cornelis A, 2005,
Karakteristik Beras Merah Diet Sehat dengan Serat,
Tiruan Dri Tepung Ubi Jalar
http://www.kalbefarma.com, 2 Satuhu, S., 2003, Penanganan dan
mei 2007 Pengolahan buah, Cetakan ke-
Permana., E., R., 1998. Pengaruh IV, Penerbit Swadaya, Jakarta.
penambahan Konsentrasi Gula Suryowidodo, 1988, Tanaman Lidah
dan Lama Perendaman dalam Buaya, Gramedia, Jakarta.
Larutan Gula Terhadap Soeseno, 1993, Budidaya Lidah
Karakteristik Manisan Buaya, Gramedia, Jakarta.
Belimbing Wuluh, Universitas Sudarto, Yudo., 1997, Lidah Buaya,
Pasundan, Bandung. Kanisius, Yogyakarta.
Putty, 2001, Pengaruh suhu dan Sedini, H., 1997, Mempelajari
kecepatan perputaran Mollen pengaruh Perendaman Dalam
Dryer terhadap Karakteristik Larutan CaCl2 dan
Kokristalisasi Lidah Buaya, Penambahan Sukrosa Terhadap
Skripsi, Jurusan Teknologi Kualitas Kokteil Tomat Ceri
Pangan, Fakultas Teknik, (Lycopersicum esculentum Mill),
Universitas Pasundan, Bandung. Unversitas Pasaundan, Bandung
Potter, N.M., 1973, Food Science, Tugiyono, H., (2004), Bertanam
Second Edition, The Avi Pulb. Co. Tomat, Penebar Swadaya,
Inc., West Port, Connecticut. Jakarta.
Richana, N., P. Lestari, N. Chilmijati, S. Winarno, F.G, 1992, Kimia Pangan
Widowati. 2000. Karakterisasi dan Gizi, Cetakan keenam, PT
Bahan Berpati (Tapioka, Garut, Gramedia. Jakarta.
dan Sagu) dan Pemanfaatannya Winarno, F.G., dan M. Aman., (1981),
Menjadi Glukosa Cair, Fisiologi Lepas Panen, Sastra
Prosiding Seminar Nasional Hudaya, Jakarta
Industri Pangan PATPI, Surabaya. Winarno., F.G., 1984, Pengantar
Rivani, E., 2005, Pengaruh Teknologi Pangan, 1989,
Penambahan Konsentrasi Gula Pengolahan Hasil Pertanian, PT.
dan Suhu Pengeringan Gramedia, Cetakan ke 4, jakarta.
Terhadap Karakteristik Manisn Wirdayanti, 2012, Studi Pembuatan
Tomat (Lycopersicum Mie Kering dengan
esculentum Mill)Semi BAsah, PenambahanPasta Ubi
Universitas Pasundan, Jalar(Ipomoea batatas),Pasta
Bandung. Kacang Tunggak Dan Pasta
Rutenberg, M. W. 1980. Handbook of Tempe Kacang Tunggak (Vigna
Water-Soluble Gums and unguiculata, L). Universitas
Resins. Editor Robert Davidson, Hassanudin, Makasar
Penerbit Hill Book Company, Yudi Iswayudin, 2003, Mempelajari
New York. Pengaruh Kecepatan Putar Alat
Salunkhe, O.K., 1984, Phostravest Mollen Dryer dan Penambahan
Biotechnology of Fruit, Tepung Gula dengan Bubur
diterjemahkan oleh Nuhji Muldjo Buah Mengkudu terhadap
Hardjo, Vol-III, G.R.C. Press Inc., Karakteristik Mikroenkapsulasi
Florida Jus Buah Mengkudu (morinda
Satuhu., S., Musaddad., D., 1990, Sayur citrifolia), Skripsi, Jurusan
Komersial, Penebar Swadaya, Teknologi Pangan, Fakultas
Jakarta. Teknik, Universitas, Bandung.

Você também pode gostar