Você está na página 1de 3

Dermatitis Kontak Iritan /No.

ICD-10 : L24 Irritant contact


dermatitis
No. Dokumen : /UKP/SOP/
No. Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1/
UPTD
dr. Hj.Siti Maisaroh
PUSKESMAS Ttd. Ka. UPTD Puskesmas Tanjung Enim
NIP.197401122002122 001
TANJUNG ENIM
Pengertian Dermatisis kontak iritan (DKI) adalah reaksi peradangan kulit
non-imunologik. Kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa
didahului oleh proses sensitisasi.
Tujuan Sebagai pedoman di dalam memberikan penatalaksanaan
terhadap Dermatitis Kontak Iritan (DKI) agar pasien mendapatkan
tindakan dan terapi yang cepat dan tepat
Kebijakan Keputusan kepala Puskesmas Tanjung Enim Nomor Tahun
tentang Pemberian layanan klinis
Referensi Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer, Bakti Husada IDI Edisi revisi Tahun 2014
Alat & Bahan -
Langkah- 1. Anamnesis
langkah Gejala yang umum dikeluhkan adalah perasaan gatal dan
timbulnya bercak kemerahan pada daerah yang terkena
kontak bahan iritan. Kadang-kadang diikuti oleh rasa pedih,
panas, dan terbakar.

2. Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada
umumnya, tergantung pada kondisi akut atau kronis.

Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap suatu bahan
yang bersifat iritan.

3. Penegakan Diagnostik (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.

Diagnosis Banding
Dermatitis kontak alergi

4. Penatalaksanaan
a. Non-Medikamentosa :
Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari
bahan-bahan yang bersifat iritan, baik yang bersifat kimia,
mekanis, dan fisis, memakai sabun dengan pH netral dan
mengandung pelembab, serta memakai alat pelindung diri
untuk menghindari kontak iritan saat bekerja.

b. Medikamentosa
- Topikal :
Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila
tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid
krim 0,025%).
Pada kasus DKI kumulatif dengan manifestasi klinis
likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan
golongan betametason valerat krim 0,1% atau
mometason furoat krim 0,1%).
Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan
pemberian antibiotik topikal.
- Sistemik :
Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama
maksimal 2 minggu, atau
Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2
minggu.

5. Konseling dan Edukasi


a. Konseling untuk menghindari bahan iritan di rumah saat
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
b. Edukasi untuk menggunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan dan sepatu boot.
c. Memodifikasi lingkungan tempat bekerja.
6. Prognosis
a. Ad vitam : Bonam
b. Ad functionam : Bonam
c. Ad Sanationam : Bonam
7. Kriteria Rujukan
a. Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan patch test
b. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu
pengobatan standar dan sudah menghindari kontak.
Diagram Alir
Pasien Datang

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Penegakkan
Diagnosis

Penatalaksanaan

Pasien
Mengambil Obat
Unit Terkait Tempat Pendaftaran, UGD, Poli Pemeriksaan, Apotek

Você também pode gostar