Você está na página 1de 36

X 4

444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444
444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444
4444444444444444444 4makalah askeb neonatus "labioskisis"

Christy Arum 15:24


Christy Arum

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA


LABIOSKISIS & PALATOSKISIS

Disusun oleh kelompok V:


Dwi Novianti 2010.0661.060
Ifa Nur Farida 2010.0661.066
Lilis Nurul Husna 2010.0661.074
Nevi Vilanti 2010.0661.082
Siti Mariyah 2010.0661.093
Venica Hartono 2010.0661.098

DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya,
sehingga makalah mengenai Labioskisis dan Palatoskisis dapat kami sususn.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Askeb Neonatus, Bayi, dan Balita, dengan dosen pembimbing Aryunani S.ST, M.Kes selain itu
juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan rekan mahasiswa kususnya mahasiswa
DIII Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi
bimbingan, dorongan, ilmu, serta saran-saran kepada kami.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.

Surabaya, 08 Desember 2011

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidanan
pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir,
bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan
yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi, dan balita apabila tidak diberikan
asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa kelainan bawaan diantaranya adalah labioskizis,
labiopalatoskizis, atresia esofagus, atersia rekti dan ani, obstruksi biliaris, omfalokel, hernia
diafragmatika, atresia duodeni, meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, dan hipospadia.
Salah satu kelainan bawaan yang akan di jelaskan lebih jauh disini adalah labioskizis dan
labiopalatoskizis.

1.2 Tujuan
a. Mengetahui salah satu kelainan bawaan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir yaitu
labiopalatosskizis
b. Memahami asuhan yang diberikan pada neonatus dengan kelainan bawaan dan
penatalaksanaannya.
c. Merupakan salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Labioskisis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau
penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua
bibir, rahang dan palatum anterior.
Palatoskisis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis
tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi untuk menyatu karena perkembangan embriotik.
(sumber : Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan Anak Balita, 2010)
Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan
penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau
sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana
bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.

2.2 Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai
salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum
durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi
beberapa bagian berikut.
1. palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan foramen
insisivum.
2. palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.
3. suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder
dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan
mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa
jenis bibir sumbing yang diketahui :
1. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
2. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
3. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memnajang hingga ke
hidung.
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya labioskisis dan labiopalatoskisis adalah sebagai berikut :
Faktor Heriditer
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25%
bersifat dominan.
1. Mutasi gen.
2. Kelainan kromosom.

Faktor Eksternal / Lingkungan


1. Faktor usia ibu
2. Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid,
Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat
menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid
3. Nutrisi
4. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
5. Radiasi
6. Stres emosional
7. Trauma, (trimester pertama)

2.4 Faktor Resiko


Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan salah satu
kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis disertai
palatoskizis 50%, labioskizis saja 25% dan palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari kelompok ini
ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan
adanya faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2 belahan
tersebut; pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan memisahkan lagi belahan
tersebut.

2.5 Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan
frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi
tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat
kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada
kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.

2.6 Manifestasi Klinis


Pada labio Skisis :
1. Distorsi pada hidung
2. Tampak sebagian atau keduanya
3. Adanya celah pada bibir
Pada palate skisis :
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive.
2. Adanya rongga pada hidung.
3. Distorsi hidung.
4. Teraba aa celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari.
5. Kesukaran dalam menghisap atau makan.

2.7 Risiko Kejadian Sumbing Pada Keluarga

Risiko labioskizis
Risiko sumbing pada Risiko palatoskizis
dengan atau tanpa
anak berikutnya (%)
palatoskizis (%)
- bila ditemukan satu anak
menderita sumbing
- Suami istri dan dalam
keturunan tidak ada yang 2-3 2
sumbing.
- dalam keturunan ada yang
4-9 3-7
sumbing
- Bila ditemukan dua anak
14 13
menderita sumbing
- salah satu orangtuanya
12 13
menderita sumbing
- Kedua orangtuanya
30 20
menderita sumbing.

2.8 Komplikasi
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi karenanya,
yaitu ;
a. Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum.
Memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran
dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing.
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioskizisdan labiopalatoskizis.
Adanya labioskizis dan labiopalatoskizis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan
hisapan pada payudaraibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioskizis mungkin
dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex
hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioskizis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat
menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak urus
mungkin dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala
juga daapt membantu. Bayi yang hanyamenderita labioskizis atau dengan labiopalatoskizis
biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan
penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan
kecil) ini dibuat untuk bayi denganlabiopalatoskizis dan bayi dengan masalah pemberian makan/
asupan makanan tertentu.

b. Infeksi teinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan telinga
tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran.
Anak dengan labiopalatoskizis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya
abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan
tuba eustachius.
c. Kesulitan berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya
celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya.
Pada bayi dengan labiopalatoskizis biasanya juga memiliki abnormalitas.pada perkembangan
otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatu mmole tidak dapat menutup ruang/ rongga
nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi
(hypernasal quality of speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otototot
tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasalpada saat bicara mungkin tidak dapat kembali
sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata p, b,
d, t,h, k, g, s, sh, and ch, dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.
d. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh, sehingg
perlu perawatan dan penanganan khusus. Anak yang lahir dengan labioskizis dan
labiopalatoskizis mungkin mempunyai masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan,
malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk.
e. Distress pernafasan
f. Resiko infeksi saluran nafas
g. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto rontgen
2. Pemeriksaan fisisk
3. MRI untuk evaluasi abnormal

2.10 Pemeriksaan Terapeutik


1. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan
2. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat
3. Mencegah komplikasi
4. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
5. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari
atau sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk mencegah kolaps
maxilaris, merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan
makan, dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan.
6. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat
kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.

2.11 Penatalaksanaan
Pada bayi yang langit2nya sumbing barrier ini tidak ada sehingga pada saat menelan bayi
bisa tersedak. Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat
menghisap, keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang.
2.11.1 Untuk membantu keadaan ini biasanya pada saat bayi baru lahir di pasang:
1. Pemasangan selang Nasogastric tube, adalah selang yang dimasukkan melalui hidung..berfungsi
untuk memasukkan susu langsung ke dalam lambung untuk memenuhi intake makanan.
2. Pemasangan Obturator yang terbuat dr bahan akrilik yg elastis, semacam gigi tiruan tapi lebih
lunak, jd pembuatannya khusus dan memerlukan pencetakan di mulut bayi. Beberapa ahli
beranggarapan obturator menghambat pertumbuhan wajah pasien, tp beberapa menganggap
justru mengarahkan. Pada center2 cleft spt Harapan Kita di Jakarta dan Cleft Centre di Bandung,
dilakukan pembuatan obturator, karena pasien rajin kontrol sehingga memungkinkan dilakukan
penggerindaan oburator tiap satu atau dua minggu sekali kontrol dan tiap beberapa bulan
dilakukan pencetakan ulang, dibuatkan yg baru sesuai dg pertumbuhan pasien.
3. Pemberian dot khusus dot khusus, dot ini bisa dibeli di apotik2 besar. Dot ini bentuknya lebih
panjang dan lubangnya lebih lebar daripada dot biasa; tujuannya dot yang panjang menutupi
lubang di langit2 mulut; susu bisa langsung masuk ke kerongkongan; karena daya hisap bayi
yang rendah, maka lubang dibuat sedikit lebih besar.
2.11.2 Operasi dengan beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi(hidung), evaluasi telinga.
2. Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit, evaluasi pendengaran dan telinga.
3. Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3 bulan pasca operasi.
4. Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau dan Pharyngoplasty.
5. Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
6. Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah gusi).
7. Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
8. Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan advancementosteotomy LeFORTI

2.11.3 Syarat Labioplasti (Rule of Ten)


a. Umur bulan atau > 10 minggu.
b. Berat badan kira-kira 4,5 kg/10 pon
c. Hemoglobin > 10 gram/dl
d. Hitung jenis leukosit < 10.000

2.11.4 Syarat Palatoplasti


Palatoskizis ini biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara,
yang penting dalam operasi ini adalah harus memperbaiki lebih dulu bagian belakangnya agar
anak bisa dioperasi umur 2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan suara, operasi dapat saja
dilakukan berulang-ulang. Operasi dilakukan jika berat badan normal, penyakit lain tidak ada,
serta memiliki kemampuan makan dan minum yang baik. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
operasi harus ditunggu sampai anak tersebut belajar bicara antara 1-2 tahun.
Jika sengau harus dilakukan tetapi bicara (fisioterapi otot-otot bicara).
Jika terapi bicara tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka harus dilakukan faringoplasti saat
anak berusia 8 tahun.
2.11.4 Faringoplasti
Faringoplasti ialah suatu pembebasan mukosa dan otot-otot yang kemudian didekatkan
satu sama lain. Pada faringoplasti hubungan antara faring dan hidung dipersempit dengan
membuat klep/memasang klep dari dinding belakang faring ke palatum molle. Tujuan
pembedahan ini adalah untuk menyatukan celah segmen-segmen agar pembicaraan dapat
dimengerti.
Perawatan yang dilakukan pasca dilakukannya faringoplasti adalah sebagai berikut :
menjaga agar garis-garis jahitan tetap bersih
bayi diberi makan atau minum dengan alat penetes dengan menahan kedua tangannya.
Makanan yang diberikan adalah makanan cair atau setengah cair atau bubur saring selama 3
minggu dengan menggunakan alat penetes atau sendok.
Kedua tangan penderita maupun alat permainan harus dijauhkan.
2.12 Asuhan
1. Berikan dukungan emosional dan tenangkan ibu beserta keluarga.
2. Jelaskan kepada ibu bahwa sebagian besar hal penting harus dilakukan saat ini adalah member
makanan bayi guna memastikan pertumbuhan yang adekuat sampai pembedahan yang dilakukan
3. Jika bayi memiliki sumbing tetapi palatumnya utuh, izinkan bayi berupaya menyusu.
4. Jika bayi berhasil menyusu dan tidak terdapat masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi,
pulangkan bayi. Tindak lanjuti dalam satu minggu untuk memeriksa pertumbuhan dan
penambahan berat badan.
5. Jika bayi tidak dapat menyusu dengan baik karena bibir sumbing,berikan perasan ASI dengan
menggunakan metode pemberian makanan alternatif (menggunakan sendok atau cangkir).
6. Ketika bayi makan dengan baik dan mengalami penambahan berat badan,rujuk bayi ke rumah
sakit tersier atau pusat spesialisasi, jika memungkinkan untuk pembedahan guna memperbaiki
celah tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan kelainan congenital atau bawaan yang
terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial yang
diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar
minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan
septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7
sampai minggu ke-12.
Penanganan yang dilakukan adalah dengan tindakan bedah efektif yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penutupan labioskizis biasanya dilakukan
pada usia 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya ditutup pada usia 9-12 bulan menjelang anak
belajar bicara.

3.2 Saran
Untuk Labioskizis dan Labiopalatoskizis sangat penting diperlukan pendekatan
kepada orang tua agar mereka mengetahui masalah tindakan yang diperlukan untuk perawatan
anaknya.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI N DENGAN LABIO PALATO SKIZISDI RUMAH SAKIT
UMUM HAJI MAKASSARTANGGAL 1 SEPTEMBER 2010Oleh :PRAMITABD.0802079AKADEMI
KEBIDANAN SYEKH YUSUF GOWATAHUN 2010

DAFTAR ISIBAB I.PENDAHULUANA. Latar belakang


masalah .....................................................................B. Ruang lingkup
penulisan ...................................................................C. Tujuan
penulisan ..................................................... ..........................D. Manfaat
penulisan ............................................................................E. Metode
penulisan .............................................................................BAB II.TINJAUAN
PUSTAKAA. Tinjauan umum tentang kelainan kongenital .....................................B.
Tinjauan khusus tentang kelainan kongenita ...................................C. Manajemen
asuhan kebidanan .........................................................BAB III.STUDI KASUSA.
Identifikasi dan analisa data dasar ..................................................B. Identifikasi
diagnosa / masalah aktual ...........................................C. Isentifikasi diagnosa
/masalah potensial .......................................D. Perlunya tindakan segera dan
kolaborasi .....................................E. Rencana asuhan
kebidanan ..........................................................F. Pelaksanaan tindakan asuhan
kebidanan ....................................G. Evaluasi asuhan
kebidanan ..........................................................H. Pendokumentasian asuhan
kebidanan ...................................... ...BAB.IV PEMBAHASANA. Langkah I identifikasi
data dasar ............................................. ..B. Langkah II identifikasi diagnosa
/masalahaktual.........................C. Langkah III identifikasi diagnosa
masalahpotensial...................D. Langkah IV perlunya tindakan segera dan
kolaborasi ...............E. Langkah V rencana asuhan
kebidanan ........................... ...........F. Langkah VI pelaksanaan tindakan asuhan
kebidanan ...............G. Langkah VII
evaluasi .............................................................. ...BAB. V PENUTUPA.
Kesimpulan ....................................................................... .........B.
Saran ............................................................................... ..........DAFTAR
PUSTAKA ................................................................ .............
BAB IIISTUDI KASUSASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI N DENGANLABIO PALATO
SKIZIS DI RSU HAJITANGGAL 1 SEPTEMBER 2010

No. Register : 551143Tgl lahir : 1 september 2010 jam 10.00 witaTgl pengkajian : 1
september 2010 jam 11.00 witaNama pengkaji : PramitaA.

Identifikasi Data Dasar1.

Identitasa.

Identitas bayiNama : bayi NTanggal/jam lahir : 1 september 2010 jam


10.00Anak ke : IJenis kelamin : laki-lakiAlamat : jl. Bonto Durib.

Identitas orang tuadNama ibu/ayah : NYN / TNRUmur : 35 thn / 34 thnNikah/


lamanya : 1x / 3 thnSuku : Makassar / BugisAgama : islam / islamPendidikan : SMA /
SMAPekerjaan : IRT / wiraswastaAlamat : jl. Bonto Duri Makassar

2.

Riwayat Kehamilan / Persalinan sekaranga.

antenatal1.

G:1 P:0 A:02.

HPHT: tgl 10 Desember 20093.

HTP: 17 september 20104.

Lamanya kehamilan 39 minggu5.


Ibu ANC selamanya kehamilan sebanyak 2 kali di Puskesmas Jongaya6.

Ibu mendapat TT 2x selama kehamilan di Puskesmas Jonagaya7.

Ibu masuk kamar bersalin tgl 1 september 2010 jam 07.00 wita dengankeluhan
sakit perut tembus ke belakang disertai dengan pelepasan darah danlendir sejak
jam 05.00 wita8.

Pemeriksaan palpasi:Leopold I: 3 jbpx (35 cm)Leopold II: PukiLeopold


III:KepalaLeopold IV:BDP9.

Pemeriksaan tanda-tanda vitalTD : 120/80 mmhgN : 82X/menitS : 36,8

CP : 20X/menitb. perinatalI.

Bayi lahir tangal 1 september 2010 jam 10.00 wita denganPBK/SMK/BCB/Spontan.II.

Bayi lahir segera lahir segera menangis dengan BB 2600 gr, PB: 47 cm, Anus
(+),dengan kelainan kongenital Labio Palatos skizis Unillateral CompleteIII.

Bayi menangis spontan segera setelah lahir.3.

Riwayat kesehatan ibu

Ibu tidak aa ketergantungan obat dan alkohol

Ibu tidak pernah mengalami gangguan/kelainan selama hamil

Ibu tidak ada riwayat penyakit DM, hyperrtensi, jantung, ginjal, dan malaria4.

Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

Kebutuhan nutrisia.

Bayi mulai disusui tgl 1 september 2010 jam 13.00b.

Frekwensi disusui setiap saat terutama saat bayi menangisc.

Bayi masih kesulitan untuk menyusui

Personal HygieneBayi sudah dibersihkan dan dibungkus denmgan selimut kering


dan bersih

Pola tidurBayi lebih banyak tidur dan terbangun jika lapar dan basah5.

Pemeriksaan Fisika.

BBL : 2600 gr (N:2500-4000gr)b.

PBL : 47 cm (N: 45-52cm)c.


Tanda-tanda Vital

Frekwensi jantung : 128x/menit (N:120-140xx/menit)

Pernapasan : 44x/menit (N:30-60x/menit)

Suhu : 36,6

c (N:36,5-37,5

c)d.

Kulit warna kemerah-merahane.

Kepala

Rambut : tipis, hitam dan lurus

Sutura : teraba jelas

y
LK : 33 cm

Tidak ada caputf.

Mata

Kesimetrisan : simertis kiri dan kanan

Sklera : tidak ikterus

Konjungtiva : merah muda

Tampak berdihg.

Hidung

Simetris kiri dan kanan

y
Tidak ada sekreth.

Mulut dan bibir

Bibir tidak cianosis

Refleks menghisap kurang baik

Tampak adanya Labio Palato skizisi.

Telinga

Simetris kiri dan kanan

Tidak ada cerumen

Bila dilipat daun telingan mudah kembalij.

Leher

Tonus otot leher baik


y

Tidak adda pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar lymfe, dan vena jufularisk.

Dada

Gerakan dada :sesuai dengan pola nafas

Tonjolan tulang : tidak ada

Lingkar dada :32 cml.

Perut

Tidak ada pembesaran massa/tonjolan

Tali pusat tampak masih basah, dibungkus dengan kain kasa, tidak ada tandainfeksi
tali pusat

Lingkar Perut: 30 cmm.


Punggu/bokongTidak terdapat pembesaran massa/tonjolann.

Genetalia/anus

Tampak labia mayora menutupi labia minora

Anus (+)o.

Ekskremitas1.

Tangan

Pergerakan : aktif

Jari : lengkap dan baik

Refleks menggenggam : baik

Lingkar lengan : 112.


Kaki

Pergerakan : baik

Jari kaki : lengkap dan baik

Refleks moro : baik6.

AFGAR SCORETanda 0 1 2 Nilai apgarAppearanci Tidak ada Badan


merah,ekstremitasbiruSeluruh tubuhkemerah-merahan2Pulse rate Tidak ada <100
>100 2Grimace Tidak ada Sedikit gerakanmimikBatuk/bersin 2Activity Tidak ada
Ektremitasdlam sedikitfleksiGerakan aktif 1respiration Tidak ada Lemah
Baik/menangis 1

1.

Pemberian minum pada bayi dengan Labio Palato skizis akan lebih lama dandapat
melelahkan bayi sehingga menyebabkan pencapaian berat badan yangsangat
kurang (Morgan Speer. K 2002 hal:216)2.

Kegagalan npemberian pengganti ASI dapat dilihat dari turunnya beratbadan bayi
yang lebih dari 10% yang disebabkan kuman pathogen ataususunan nutrien yang
tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. (sarwonoPrawirohardjo thn 2007, hal:262)D.

Langkah IV. Tindakan Segera/KolaborasiTidak ada data yang menunjang untuk


dilakukan tindakan kolaborasi.E.
Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan1.

Tujuan :a.

Bayi dapat menyusui dengan baik sesuai dengn keadaan bayi baikb.

Tidak terjdi resiko aspirasi per nasal saat bayi menyusui.2.

Kriteria :a.

bayi merasa tenangb.

bayi tidak tersedak saat menyusui3.

rencana tindakan:a.

cuci tangan sebelum dan sesudah bekerjaRasional: untuk pencegahan infeksib.

observasi tanda-tanda vitalRasional: tanda-tanda vital dapat memberiikan


gambaran keadaan umum bayisehingga dapat membantu menentukan tindakan
selanjutnya.c.

Timbang berat badan bayiRasional: berat badan bayi mencerminkan pemenuhan


kebutuhan nutrisi bayidan sebagai landasan untuk merencanakan pemberian nutrisi
pada bayitersebut.d.

Anjurkan ibu untuk mmei ASI secara on demandRasional: hisapan bayi dapat
merangasang Hipofise Posterior untukmengeluarkan hormon oxytocin untuk sekresi
ASI dan Hypofise Anteruir untukmengeluarkan hormon prolaktin untuk memproduksi
ASI.e.

Beri dukungan pada orang tua untuk menerima dan memperllakukan


bayinyalayaknya anggota keluarga yang normal.Rasional: dukungan yang diberikan
kepada orang tua akan meningkatkan rasapercaya diri orang tua sehingga dapat
melaksanakan perawatan pada bayinyadengan anggota keluarga yang lain.f.

Posisikan bayi tegak/semi fowler namun tetap relaks selam pemberian ASI /susu
formula

Rasional: posisi ini dapat mencegah regurgitasi per nasal sehingga bayi
tidaktersedak saat menyusui.g.

Tempatkan dot botol dalam mulut bayi, sisi berlawanan dari celah di arahbelakang
lidahRasional: menemptkan botol dengan cara ini dapat menstimulasi
tindakanstripping bayi ( dot botol melawan lidah dan atap palatum
mengeluarkansusu).h.

Sendawakan bayi setiap selesai pemberian ASI/susu formulaRasional: bayi perlu


disendawakan dengan frekwensi yang lebih seringterutama setelah bayi menyusui
karena kelainan tersebut dapat menyebabkanbayi menelan udara lebih banyak
sehingga dapat menimbulkan rasa tidaknyaman pada bayi.i.

Ganti pakaian bayi setiap kali kotorRasional: pakaian yang basah dan kotor dapat
mengganggu rasa nyaman bayidan juga dapat menyebabkan iritasi kulit bayi.F.

Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan KebidananTanggal 1 september 2010 jam


12.00 wita1.

Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja2.

Mengobservasi tanda-tamda vitalHasil:a.


Frekwensi jantung : 128x/menitb.

Pernapasan : 44x/menitc.

Suhu : 36,6

c3.

Timbang berat badan bayiHasil : BB 2600 gr4.

Menganjurkan ibu menyusui bayinya secara on demand5.

Memberikan dukungan kepada orang tua untuk menerima dan


memperlakukanbayinya layaknya anggota keluarga yang normal.6.

Memberi posisi tegak/semi fowler, namun tetap rileks selama pemberian ASI /
susuformula pada bayi.7.

Menempatkan dot botol dalam mulut bayi, sisi berlawanan dari celah,
kearahbelakang lidah.8.

Menyendawakan bayi setiap setelah pemberian ASI/ susu formula9.

Mengganti pakaian bayi setiap kali basah/kotor.

G.
Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan KebidananTanggal 1 september 2010 jam 14.00
wita1.

Ibu bersedia memberi ASI secara teratur pada bayinya2.

TTV:a.

Frekwensi jantung : 128x/menitb.

Pernapasan : 44x/menitc.

Suhu : 36,6

c3.

BB: 2600 gr4.

Keadaan umum bayi baik5.

Bayi belum bisa menghisap secara sempurna dan refleks menghisap msih lemah6.

Bayi dapat bersendawa saat disendawakan seetelah menyusui7.

Pakaian bayi sudah diganti setelah bayi BAK/BAB.


PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANANPADA BAYIN DENGAN LABIO
PALATO SKIZISDI RUMAH SAKIT UMUM.HAJI MAKASSARTANGGAL 1 SEPTEMBER 2010

No. Register : 551143Tgl lahir : 1 september 2010 jam 10.00 witaTgl pengkajian : 1
september 2010 jam 11.00 witaNama pengkaji : PramitaA.Identifikasi Data Dasara.

Identitas bayiNama : bayi NTanggal/jam lahir : 1 september 2010 jam


10.00Anak ke : IJenis kelamin : laki-lakiAlamat : jl. Bonto Durib.

Identitas orang tuaNama ibu/ayah : NYN/TNRUmur : 35 thn/34 thnNikah/


lamanya : 1x/3 thnSuku : Makassar/BugisAgama : islam /islamPendidikan : SMA
/SMAPekerjaan : IRT /wiraswastaAlamat : jl. Bonto Duri Makassar

A.

DATA SUBYEKTIF (S)1.

G:1 P:0 A:02.

HPHT: tgl 10 Desember 20093.

HTP: 17 september 20104.

Lamanya kehamilan 39 minggu5.

Ibu ANC selamanya kehamilan sebanyak 2 kali di Puskesmas Jongaya6.

Ibu mendapat TT 2x selama kehamilan di Puskesmas Jonagaya7.


Ibu masuk kamar bersalin tgl 1 september 2010 jam 07.00 wita dengan
keluhansakit perut tembus ke belakang disertai dengan pelepasan darah dan lendir
sejakjam 05.00 wita8.

Ibu tidak aa ketergantungan obat dan alkohol9.

Ibu tidak pernah mengalami gangguan/kelainan selama hamil10.

Ibu tidak ada riwayat penyakit DM, hyperrtensi, jantung, ginjal, dan malaria.B.

DATA OBYEKTIF (O)1.

Bayi lahir tangal 1 september 2010 jam 10.00 wita dengan PBK/SMK/BCB/Spontan.2.

Pemeriksaan fisika.

BBL : 2600 gr (N:2500-4000gr)b.

PBL : 47 cm (N: 45-52cm)c.

Tanda-tanda Vital

Frekwensi jantung : 128x/menit (N:120-140xx/menit)

Pernapasan : 44x/menit (N:30-60x/menit)


y

Suhu : 36,6

c (N:36,5-37,5

c)3.

Kulit warna kemerah-merahan4.

Kepala

Rambut : tipis, hitam dan lurus

Sutura : teraba jelas

LK : 33 cm

Tidak ada caput5.

Mata

y
Kesimetrisan : simertis kiri dan kanan

Sklera : tidak ikterus

Konjungtiva : merah muda

Tampak berdih6.

Hidung

Simetris kiri dan kanan

Tidak ada sekret7.

Mulut dan bibir

Bibir tidak cianosis

Refleks menghisap kurang baik

y
Tampak adanya Labio Palato skizis8.

Telinga

Simetris kiri dan kanan

Tidak ada cerumen

Bila dilipat daun telingan mudah kembali9.

Leher

Tonus otot leher baik

Tidak adda pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar lymfe, dan vena jufularis10.

Dada

Gerakan dada :sesuai dengan pola nafas

y
Tonjolan tulang : tidak ada

Lingkar dada :32 cm11.

Perut

Tidak ada pembesaran massa/tonjolan

Tali pusat tampak masih basah, dibungkus dengan kain kasa, tidak ada tandainfeksi
tali pusat

Lingkar Perut: 30 cm12.

Punggu/bokongTidak terdapat pembesaran massa/tonjolan13.

Genetalia/anus

Tampak labia mayora menutupi labia minora

Anus (+)14.
Ekskremitas1.

Tangan

Pergerakan : aktif

Jari : lengkap dan baik

Refleks menggenggam : baik

Lingkar lengan : 112.

Kaki

Pergerakan : baik

Jari kaki : lengkap dan baik

y
Refleks moro : baik

7.

AFGAR SCORETanda 0 1 2 Nilai apgarAppearanci Tidak ada Badan


merah,ekstremitasbiruSeluruh tubuhkemerah-merahan2Pulse rate Tidak ada <100
>100 2Grimace Tidak ada Sedikit gerakanmimikBatuk/bersin 2Activity Tidak ada
Ektremitasdlam sedikitfleksiGerakan aktif 1Respiration Tidak ada Lemah
Baik/menangis 1C.

ASSESMENT (A)Diagnosa : bayi baru lalhir dengan Labio Palato SkizisMasalah


aktual : gangguan pemenuhan nutrisiMasalah potensial :potensial terjadinya resiko
aspirasi per nasal sehubungandengan pemenuhan dengan pemenuhan nutrisi yang
kurangefektif.D.

PLANNING (P)Tanggal 1 september 2010 jam 12.00 wita1.

Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja2.

Mengobservasi tanda-tamda vitalHasil:a.

Frekwensi jantung : 128x/menitb.

Pernapasan : 44x/menitc.

Suhu : 36,6

c3.

Timbang berat badan bayiHasil : BB 2600 gr4.


Menganjurkan ibu menyusui bayinya secara on demand5.

Memberikan dukungan kepada orang tua untuk menerima dan


memperlakukanbayinya layaknya anggota keluarga yang normal.6.

Memberi posisi tegak/semi fowler, namun tetap rileks selama pemberian ASI /
susuformula pada bayi.7.

Menempatkan dot botol dalam mulut bayi, sisi berlawanan dari celah,
kearahbelakang lidah.

Você também pode gostar