Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444
444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444
4444444444444444444 4makalah askeb neonatus "labioskisis"
DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya,
sehingga makalah mengenai Labioskisis dan Palatoskisis dapat kami sususn.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Askeb Neonatus, Bayi, dan Balita, dengan dosen pembimbing Aryunani S.ST, M.Kes selain itu
juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan rekan mahasiswa kususnya mahasiswa
DIII Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi
bimbingan, dorongan, ilmu, serta saran-saran kepada kami.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidanan
pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir,
bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan
yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi, dan balita apabila tidak diberikan
asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa kelainan bawaan diantaranya adalah labioskizis,
labiopalatoskizis, atresia esofagus, atersia rekti dan ani, obstruksi biliaris, omfalokel, hernia
diafragmatika, atresia duodeni, meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, dan hipospadia.
Salah satu kelainan bawaan yang akan di jelaskan lebih jauh disini adalah labioskizis dan
labiopalatoskizis.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui salah satu kelainan bawaan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir yaitu
labiopalatosskizis
b. Memahami asuhan yang diberikan pada neonatus dengan kelainan bawaan dan
penatalaksanaannya.
c. Merupakan salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Labioskisis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau
penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua
bibir, rahang dan palatum anterior.
Palatoskisis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis
tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi untuk menyatu karena perkembangan embriotik.
(sumber : Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan Anak Balita, 2010)
Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan
penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau
sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana
bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.
2.2 Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai
salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum
durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi
beberapa bagian berikut.
1. palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan foramen
insisivum.
2. palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.
3. suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder
dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan
mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa
jenis bibir sumbing yang diketahui :
1. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
2. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
3. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memnajang hingga ke
hidung.
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya labioskisis dan labiopalatoskisis adalah sebagai berikut :
Faktor Heriditer
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25%
bersifat dominan.
1. Mutasi gen.
2. Kelainan kromosom.
2.5 Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan
frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi
tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat
kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada
kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.
Risiko labioskizis
Risiko sumbing pada Risiko palatoskizis
dengan atau tanpa
anak berikutnya (%)
palatoskizis (%)
- bila ditemukan satu anak
menderita sumbing
- Suami istri dan dalam
keturunan tidak ada yang 2-3 2
sumbing.
- dalam keturunan ada yang
4-9 3-7
sumbing
- Bila ditemukan dua anak
14 13
menderita sumbing
- salah satu orangtuanya
12 13
menderita sumbing
- Kedua orangtuanya
30 20
menderita sumbing.
2.8 Komplikasi
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi karenanya,
yaitu ;
a. Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum.
Memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran
dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing.
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioskizisdan labiopalatoskizis.
Adanya labioskizis dan labiopalatoskizis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan
hisapan pada payudaraibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioskizis mungkin
dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex
hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioskizis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat
menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak urus
mungkin dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala
juga daapt membantu. Bayi yang hanyamenderita labioskizis atau dengan labiopalatoskizis
biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan
penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan
kecil) ini dibuat untuk bayi denganlabiopalatoskizis dan bayi dengan masalah pemberian makan/
asupan makanan tertentu.
b. Infeksi teinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan telinga
tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran.
Anak dengan labiopalatoskizis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya
abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan
tuba eustachius.
c. Kesulitan berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya
celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya.
Pada bayi dengan labiopalatoskizis biasanya juga memiliki abnormalitas.pada perkembangan
otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatu mmole tidak dapat menutup ruang/ rongga
nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi
(hypernasal quality of speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otototot
tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasalpada saat bicara mungkin tidak dapat kembali
sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata p, b,
d, t,h, k, g, s, sh, and ch, dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.
d. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh, sehingg
perlu perawatan dan penanganan khusus. Anak yang lahir dengan labioskizis dan
labiopalatoskizis mungkin mempunyai masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan,
malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk.
e. Distress pernafasan
f. Resiko infeksi saluran nafas
g. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto rontgen
2. Pemeriksaan fisisk
3. MRI untuk evaluasi abnormal
2.11 Penatalaksanaan
Pada bayi yang langit2nya sumbing barrier ini tidak ada sehingga pada saat menelan bayi
bisa tersedak. Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat
menghisap, keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang.
2.11.1 Untuk membantu keadaan ini biasanya pada saat bayi baru lahir di pasang:
1. Pemasangan selang Nasogastric tube, adalah selang yang dimasukkan melalui hidung..berfungsi
untuk memasukkan susu langsung ke dalam lambung untuk memenuhi intake makanan.
2. Pemasangan Obturator yang terbuat dr bahan akrilik yg elastis, semacam gigi tiruan tapi lebih
lunak, jd pembuatannya khusus dan memerlukan pencetakan di mulut bayi. Beberapa ahli
beranggarapan obturator menghambat pertumbuhan wajah pasien, tp beberapa menganggap
justru mengarahkan. Pada center2 cleft spt Harapan Kita di Jakarta dan Cleft Centre di Bandung,
dilakukan pembuatan obturator, karena pasien rajin kontrol sehingga memungkinkan dilakukan
penggerindaan oburator tiap satu atau dua minggu sekali kontrol dan tiap beberapa bulan
dilakukan pencetakan ulang, dibuatkan yg baru sesuai dg pertumbuhan pasien.
3. Pemberian dot khusus dot khusus, dot ini bisa dibeli di apotik2 besar. Dot ini bentuknya lebih
panjang dan lubangnya lebih lebar daripada dot biasa; tujuannya dot yang panjang menutupi
lubang di langit2 mulut; susu bisa langsung masuk ke kerongkongan; karena daya hisap bayi
yang rendah, maka lubang dibuat sedikit lebih besar.
2.11.2 Operasi dengan beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi(hidung), evaluasi telinga.
2. Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit, evaluasi pendengaran dan telinga.
3. Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3 bulan pasca operasi.
4. Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau dan Pharyngoplasty.
5. Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
6. Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah gusi).
7. Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
8. Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan advancementosteotomy LeFORTI
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan kelainan congenital atau bawaan yang
terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial yang
diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar
minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan
septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7
sampai minggu ke-12.
Penanganan yang dilakukan adalah dengan tindakan bedah efektif yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penutupan labioskizis biasanya dilakukan
pada usia 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya ditutup pada usia 9-12 bulan menjelang anak
belajar bicara.
3.2 Saran
Untuk Labioskizis dan Labiopalatoskizis sangat penting diperlukan pendekatan
kepada orang tua agar mereka mengetahui masalah tindakan yang diperlukan untuk perawatan
anaknya.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI N DENGAN LABIO PALATO SKIZISDI RUMAH SAKIT
UMUM HAJI MAKASSARTANGGAL 1 SEPTEMBER 2010Oleh :PRAMITABD.0802079AKADEMI
KEBIDANAN SYEKH YUSUF GOWATAHUN 2010
No. Register : 551143Tgl lahir : 1 september 2010 jam 10.00 witaTgl pengkajian : 1
september 2010 jam 11.00 witaNama pengkaji : PramitaA.
Identitasa.
2.
antenatal1.
Ibu masuk kamar bersalin tgl 1 september 2010 jam 07.00 wita dengankeluhan
sakit perut tembus ke belakang disertai dengan pelepasan darah danlendir sejak
jam 05.00 wita8.
CP : 20X/menitb. perinatalI.
Bayi lahir segera lahir segera menangis dengan BB 2600 gr, PB: 47 cm, Anus
(+),dengan kelainan kongenital Labio Palatos skizis Unillateral CompleteIII.
Ibu tidak ada riwayat penyakit DM, hyperrtensi, jantung, ginjal, dan malaria4.
Kebutuhan nutrisia.
Pola tidurBayi lebih banyak tidur dan terbangun jika lapar dan basah5.
Pemeriksaan Fisika.
Suhu : 36,6
c (N:36,5-37,5
c)d.
Kepala
y
LK : 33 cm
Mata
Tampak berdihg.
Hidung
y
Tidak ada sekreth.
Telinga
Leher
Tidak adda pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar lymfe, dan vena jufularisk.
Dada
Perut
Tali pusat tampak masih basah, dibungkus dengan kain kasa, tidak ada tandainfeksi
tali pusat
Genetalia/anus
Anus (+)o.
Ekskremitas1.
Tangan
Pergerakan : aktif
Pergerakan : baik
1.
Pemberian minum pada bayi dengan Labio Palato skizis akan lebih lama dandapat
melelahkan bayi sehingga menyebabkan pencapaian berat badan yangsangat
kurang (Morgan Speer. K 2002 hal:216)2.
Kegagalan npemberian pengganti ASI dapat dilihat dari turunnya beratbadan bayi
yang lebih dari 10% yang disebabkan kuman pathogen ataususunan nutrien yang
tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. (sarwonoPrawirohardjo thn 2007, hal:262)D.
Tujuan :a.
Bayi dapat menyusui dengan baik sesuai dengn keadaan bayi baikb.
Kriteria :a.
rencana tindakan:a.
Anjurkan ibu untuk mmei ASI secara on demandRasional: hisapan bayi dapat
merangasang Hipofise Posterior untukmengeluarkan hormon oxytocin untuk sekresi
ASI dan Hypofise Anteruir untukmengeluarkan hormon prolaktin untuk memproduksi
ASI.e.
Posisikan bayi tegak/semi fowler namun tetap relaks selam pemberian ASI /susu
formula
Rasional: posisi ini dapat mencegah regurgitasi per nasal sehingga bayi
tidaktersedak saat menyusui.g.
Tempatkan dot botol dalam mulut bayi, sisi berlawanan dari celah di arahbelakang
lidahRasional: menemptkan botol dengan cara ini dapat menstimulasi
tindakanstripping bayi ( dot botol melawan lidah dan atap palatum
mengeluarkansusu).h.
Ganti pakaian bayi setiap kali kotorRasional: pakaian yang basah dan kotor dapat
mengganggu rasa nyaman bayidan juga dapat menyebabkan iritasi kulit bayi.F.
Pernapasan : 44x/menitc.
Suhu : 36,6
c3.
Memberi posisi tegak/semi fowler, namun tetap rileks selama pemberian ASI /
susuformula pada bayi.7.
Menempatkan dot botol dalam mulut bayi, sisi berlawanan dari celah,
kearahbelakang lidah.8.
G.
Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan KebidananTanggal 1 september 2010 jam 14.00
wita1.
TTV:a.
Pernapasan : 44x/menitc.
Suhu : 36,6
c3.
Bayi belum bisa menghisap secara sempurna dan refleks menghisap msih lemah6.
No. Register : 551143Tgl lahir : 1 september 2010 jam 10.00 witaTgl pengkajian : 1
september 2010 jam 11.00 witaNama pengkaji : PramitaA.Identifikasi Data Dasara.
A.
Ibu tidak ada riwayat penyakit DM, hyperrtensi, jantung, ginjal, dan malaria.B.
Bayi lahir tangal 1 september 2010 jam 10.00 wita dengan PBK/SMK/BCB/Spontan.2.
Pemeriksaan fisika.
Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,6
c (N:36,5-37,5
c)3.
Kepala
LK : 33 cm
Mata
y
Kesimetrisan : simertis kiri dan kanan
Tampak berdih6.
Hidung
y
Tampak adanya Labio Palato skizis8.
Telinga
Leher
Tidak adda pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar lymfe, dan vena jufularis10.
Dada
y
Tonjolan tulang : tidak ada
Perut
Tali pusat tampak masih basah, dibungkus dengan kain kasa, tidak ada tandainfeksi
tali pusat
Genetalia/anus
Anus (+)14.
Ekskremitas1.
Tangan
Pergerakan : aktif
Kaki
Pergerakan : baik
y
Refleks moro : baik
7.
Pernapasan : 44x/menitc.
Suhu : 36,6
c3.
Memberi posisi tegak/semi fowler, namun tetap rileks selama pemberian ASI /
susuformula pada bayi.7.
Menempatkan dot botol dalam mulut bayi, sisi berlawanan dari celah,
kearahbelakang lidah.