Você está na página 1de 15

Morfologi Trematoda

Pada umumnya bentuk badan cacing dewasa pipih dorsoventral dan simetri, bilateral,
tidak mempunyai rongga badan. Ukuran panjang cacing dewasa sangat beranekaragam dari 1
mm sampai kurang lebih 75 mm. Tanda khas lainnya adalah terdapatnya dua buah batil isap,
yaitu batil isap mulut dan batil isap perut. Beberapa spesies mempunyai batil isap genital.
Saluran pencernaan menyerupai huruf Y terbalik yang di mulai dengan mulut dan berakhir
buntu pada sekum. Pada umumnya trematoda tidak mempunyai alat pernapasan khusus,
karena hidupnya secara anaerob. Saluran ekskresi terdapat simetris bilateral dan berakhir di
bagian posterior. Susunan saraf di mulai dengan ganglion di bagian dorsal esofagus,
kemudian terdapat saraf yang memanjang di bagian dorsal, ventral dan lateral badan. Cacing
ini bersifat hermafrodit dengan alat reproduksi yang kompleks.

Cacing dewasa hidup di dalam tubuh hospes definitif. Telur diletakan di saluran hati,
rongga usus, paru, pembuluh darah, atau di jaringan tempat cacing hidup dan telur biasanya
keluar bersama tinja, dahak atau urine. Pada umumnya telur berisi sel telur, hanya pada
beberapa spesies telur sudah mengandung mirasidium (M) yang mempunyai bulu getar. Bila
sudah mengandung mirasidium, telur menetes di dalam air (telur matang). Pada spesies
trematoda yang mengeluarkan telur berisi sel telur, telur akan menjadi matang dalam waktu
kurang lebih 2-3 minggu. Pada beberapa spesies trematoda, telur matang menetes bila ditelan
keong (hospes perantara) dan keluarlah mirasidium yang masuk ke dalam jaringan keong,
atau telur dapat langsung menetas dan mirasidium berengang di air, dalam waktu 24 jam
mirasidium harus sudah menemukan keong air agar dapat melanjutkan perkembangannya.
Keong air di sini berfungsi sebagai hospes perantara pertama (HP I). Dalam keong air
tersebut mirasidium berkembang menjadi sebuah kantung yang berisi embryo, disebut
sporokista (S). Sporokista ini dapat mengandung sporokista lain atau redia (R), bentuknya
berupa kantung yang sudah mempunyai mulut, faring dan sekum. Di dalam sporokista II atau
redia (R), larva berkembang menjadi serkaria (SK).

Perkembangan larva dalam hospes perantara I terjadi sebagai berikut :

M S R SK : Misalnya Clonorchis Sinensis


M S1 S2 SK : Misalnya Schistosoma
M S R1 R2 SK : Misalnya Trematoda lainnya
Serkaria kemudian keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II yang berupa
ikan, tumbuh-tumbuhan air, katam, udang batu dan keong air lainnya, atau dapat menginfeksi
hospes definitif secara langsung seperti pada Schistosoma. Dalam hospes perantara II
serkaria berubah menjadi metaserkaria yang berbentuk kista. Hospes definitif mendapat
infeksi bila makan hospes perantara II yang mengandung metaserkaria yang tidak dimasak
dengan baik. Infeksi cacing Schistosoma terjadi dengan cara serkaria menembus kulit hospes
definitif, yang kemudian berubah menjadi skistosomula, lalu berkembang menjadi cacing
dewasa dalam tubuh hospes.

2.1.1. Hospes
Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitif cacing trematoda antara lain
kucing, anjing, kambing, sapi, babi, tikus, burung, musang, harimau, dan manusia.
Menurut tempat hidup cacing dewasa dalam tubuh hospes, maka trematoda dapat dibagi
dalam :
1 Trematoda hati (Liver flukes)
a. Clonorchis Sinensis
Hospes :
Terdapat pada manusia, kucing, anjing, beruang kutub, dan babi, penyakitnya
disebut Klonorkiasis.

Morfologi dan Daur Hidup :

Hidup di saluran empedu, kadang-kadang ditemukan di saluran pankreas. Ukuran cacing


dewasa 10-25 mm x 3-5 mm, bentuk pipih,lonjong menyerupai daun.

Telur berukuran kira-kira 30-16 mikron, bentuknya seperti bola lampu pijar dan berisi
mirasidium, ditemukan dalam saluran empedu.

b. Opisthorchis Felineus
Hospes :
Terdapat pada kucing, anjing, dan manusia merupakan hospes penyakit ini, penyakitnya
disebut Opistorkiasis.
Morfologi dan Daur Hidup :
Hidup dalam saluran empedu dan saluran pankreas. Cacing dewasa berukuran 7-12 mm,
mempunyai batil isap mulut dan batil isap perut. Bentuknya seperti lanset, pipih dorsoventral.
Telur jenis ini mirip dengan C.Sinensis hanya bentuknya lebih langsing.
Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung metaserkaria dan dimasak kurang
matang.

c. Opisthirchis Viverrini

Morfologi dan Daur Hidup :


Mirip dengan Opisthorchis Felineus. Infeksi terjadi dengan makan ikan mentah yang
mangandung mataserkaria.

d. Fasciola hepatica
Hospes :
Terdapat pada kambing dan Sapi, dan kadang-kadang parasit ini juga ditemukan pada
manusia. Penyakitnya disebut fascioliasis.

Morfologi dan Daur Hidup :


Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya kurang lebih 30x13mm.
bagian anterior berbentuk seperti kerucut dan pada puncak kerucut terdapat batil isap mulut
yang besarnya kurang lebih 1mm, sedangkan pada bagian dasar kerucut terdapat batil isap
perut yang besarnya kurang lebih 1,6mm. Saluran pencernaan bercabang-cabang sampai ke
ujung distal sekum. Testis dan kelenjar vitelin juga bercabang-cabang.

Telur cacing ini berukuran 140x90 mikron, dikeluarkan melalui saluran empedu ke dalam
tinja dalam keadaan belum matang. Telur menjadi matang dalam air setelah 9-15 hari dan
berisi mirasidium.

2 Trematoda Paru (Parangominus westermani)


Hospes :
Manusia dan binatang yang memakan ketam atau udang batu, seperti kucing, musang, anjing,
harimau, serigala, dll.

Morfologi dan Daur Hidup :


Cacing dewasa hidup dalam kista di paru. Bentuknya bundar lonjong, menyerupai biji kopi,
dengan ukuran 8-12 x 4-6mm dan berwarna coklat tua. Batil isap mulut hampir sama besar
dengan batil isap perut. Testis berlobus terletak berdampingan antara batil isap perut dan ekor.
Ovarium terletak di belakang batil isap perut. Telur berbentuk lonjong yang berukuran 80-118
mikron x 40-60 mikron dengan oper kolum agak tertekan ke dalam.

3 Trematoda Usus
a. Fasciolidae
Hospes :
Kecuali manusia dan babi yang dapat menjadi hospes definitif cacing tersebut, hewan lainnya
seperti anjing dan kelinci juga dihinggapi. Penyakitnya disebut Fasiolopsiasis.

Morfologi dan Daur Hidup.


Cacing dewasa yang ditemukan pada manusia mempunyai ukuran panjang 2-7,5cm dan lebar
0,8 2,0 cm. Bentuknya agak lonjong dan tebal. Biasanya kutikulum ditutupi duri-duri kecil
yang letaknya melintang duri-duri tersebut sering rusak karena cairan usus. Batil isap kepala
berukuran kira-kira seperempat ukuran batil isap perut. Saluran pencernaan terdiri dari
prefaring yang pendek, faring yang menggelembung, esofagus yang pendek, serta sepasang
sekum yang tidak bercabang dengan dua indentasi yang khas. Dua buah testis yang
bercabang-cabang letaknya agak tandem di bagian posterior cacing. Vitelaria letaknya lebih
lateral dari sekum, meliputi badan cacing setinggi batil isap perut sampai ke ujung badan.
Ovarium bentuknya agak bulat. Uterus berpangkal pada ootip, berkelok-kelok ke arah
anterior badan cacing, untuk bermuara pada atrium genital, pada sisi anterior batil isap perut.
Telur berbentuk agak lonjong, berdinding tipis transparan, dengan sebuah operkulum yang
nyaris terlihat pada sebuah kutubnya, berukuran panjang 130-140 mikron dan lebar 80-85
mikron. Setiap ekor cacing dapat mengeluarkan 15.000-48.000 butir telur sehari.
b. Echinostomatidae
Hospes :
Hospes jenis ini beraneka ragam yaitu manusia, tikus, anjing, burung, ikan, dll (Poliksen).
Penyakitnya disebut Ekinostomiasis.
Morfologi dan Daur Hidup :
Cacing trematoda dari keluarga Echinostomatidae, dapat dibedakan dari cacing-cacing
trematoda lain, dengan adanya ciri-ciri khas berupa duri-duri leher dengan jumlah antara 37
buah sampai kira-kira 51 buah. Letaknya dalam dua baris berupa tapal kuda, melingkari
bagian belakang serta samping batil isap kepala. Cacing tersebut berbentuk lonjong
berukuran panjang dari 2,5 mm hingga 13-15 mm dan lebarnya 0,4 0,7 mm hingga 2,5 3,5
mm.
Testis berbentuk agak bulat, berlekuk-lekuk, letaknya tersusun tandem pada bagian posterior
cacing. Vitelaria letaknya sebelah lateral, meliputi duapertiga badan cacing dan melanjut
hingga bagian posterior cacing. Cacing dewasa hidup dalam usus halus, mempunyai warna
agak merah keabu-abuan. Telur mempunyai operkolum, besarnya berkisar antara 103-137 x
59-75 mikron. Telur setelah tiga minggu dalam air , berisi tempayak yang disebut
mirasidium. Bila telur menetas, mirasidium keluar dan berenang bebas untuk hinggap pada
hospes perantara I yang berupa keong jenis kecil seperti genus Anisus, Gyraulus,,
Lymnaea dan sebagainya.

c. Heterophyidae
Hospes :
Cacing ini sangat banyak, umumnya mahkluk pemakan ikan ini seperti manusia, kucing,
anjing, rubah, dan jenis burung-burung tertentu. Nama penyakitnya adalah Heterofiliasis.

Morfologi dan Daur Hidup :


Cacing dari keluarga Heterophyidae berukuran panjang antara `1-1,7 mm dan lebar antara
0,3-0,75 mm,kecuali genus Haplorcis yang jauh lebih kecil, yaitu panjang 0,41-0,51 mm
dan lebar 0,24-o,3 mm di samping batil isap kelamin yang terdapat di sebelah kiri belakang.
Morfologi dan Daur Hidup :
Cacing ini mempunyai 2 buah testis yang lonjong , ovarium kecil yang agak bulat dan
14 bua folikel vitelin yang letaknya lateral. Bentuk uterus sangat berkelok-kelok, letaknya
diantara kedua sekum. Telur berwarna agak coklat muda, mempunyai operkulum, berukuran
26,5-30 x 15-17 mikron, berisi mirasidium.
Mirasidium yang keluar dari telur, menghinggapi keong air tawar/payau , seperti
genus pirenella, Cerithidia, Semisulcospira, sebagai hospes perantara I dan ikan dari
genus Mugil, Tilapia, Aphanius, Achantogobius, Clarias dan lain-lain sebai hospes perantara
II. Dalam keong , mirasidium tumbuh menjadi sporokista, kemudian menjadi banyak redia
induk, berlanjut menjadi banyak redia anak untuk pada gilirannya membentuk banyak
serkaria. Serkaria ini menghinggapi ikan-ikan tersebut menjadi metaserkaria.

4 Trematoda Darah
a. Schistosoma atau Bilharzia
Hospes :
Hospes definitif adalah manusia. Berbagai macam binatang dapat berperan sebagai hospes
reservoar. Pada manusia, cacing ini menyebabkan penyakit Skistomosiasis atau Bilharziasis.

Morfologi dan Daur Hidup :


Cacing dewasa jantan berwarna kelabu atau putih kehitam-hitaman, berukuran 9,5-19,5 mm x
0,9 mm. Badannya berbentuk gemuk bundar dan pada kutikulumnya terdapat tonjolan halus
sampai kasar tergantung spesiesnya. Di bagian ventral badan terdapat canalis gynaecophorus,
tempat cacing betina, sehingga tampak seolah-olah cacing betina ada di permukaan cacing
jantan. Cacing betina badannya lebih halus dan panjang berukuran 16,0-26,0 mm x 0,3 mm
pada umumnya uterus 50-300 butir telur. Cacing trematoda ini hidup di pembuluh darah
terutama dalam kapiler darah dan vena kecil dekat permukaan selaput lendir usus atau
kandung kemih. Cacing betina meletakkan telur di pembuluh darah. Telur tidak mempunyai
operkulum. Telur cacing Schistosoma mempunyai duri dan lokalisasi duri tergantung pada
spesiesnya. Telur berukuran 95-135 x 50-60 mikron. Telur dapat menembus keluar dari
pembuluh darah, berimigrasi ke jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus, atau kandung
kemih untuk kemudian di temukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam air dan
larva yang keluar disebut mirasidium.

b. Schistosoma Japonicum
Hospes :
Hospesnya adalah manusia dan berbagai macam binatang seperti anjing, kucing, rusa, tikus
sawah (rattus), sapi, babi rusa dan lain-lain. Parasit ini pada manusia menyebabkan oriental
schistosomiasis, skistomiasis japonika, penyakit Ktayama atau penyakit demam keong.
Morfologi dan Daur Hidup :
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5cm dan betina kira-kira 1,9cm, hidupnya di
vena mesenterika superior. Telur ditemukan di dinding usus halus dan juga di alat-alat dalam
seperti hati, paru dan otak.

c. Schistosoma mansoni
Hospes :
Hospes definitif adalah manusia dan kera baboon di Afrika sebagai hospes reservoar. Pada
manusia cacing ini menyebabkan skistosomiasis usus.

Morfologi dan Daur Hidup :


Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1cm dan betina kira-kira 1,4cm. Pada badan cacing
jantan S. Mansoni terdapat tonjolan lebih kasar bila dibandingkan dengan S.
Haematobium dan S.japonicum. Badan S.japonicum mempunyai tonjolan yang lebih halus.
Tempat hidupnya di vena, kolon dan rectum. Telur juga tersebar ke alat-alat lain seperti hati,
paru dan otak.

d. Schistosoma haematobium
Hospes :
Hospes definitif adalah manusia. Cacing ini meyebabkan skistomiasis kandung kemih.
Baboon dan kera lain dilaporkan sebagai hospes reservoar.

Morfologi dan Daur Hidup :


Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,3 cm danyang betina kira-kira 2,0cm.
Hidupnya di vena panggul kecil, terutama di vena kandung kemih. Telur ditemukan di urin
dan alat-alat dalam lainnya, juga di alat kelamin dan rectum.
2.1 Trematoda

Trematoda berasal dari bahasa yunani Trematodaes yang berarti punya lobang, bentuk
tubuh pipih dorso ventral seperti daun.Umumnya semua organ tubuh tak punya rongga tubuh
dan mempunyai Sucker atau kait untuk menempel pada parasit ini di luar atau di organ dalam
induk semang. Saluran pencernaaan mempunyai mulut, pharink, usus bercabang cabang. tapi
tak punya anus.

Sistem eksretori bercabang- cabang, mempunyai flame cell yaitu kantong eksretori yang
punya lubang lubang di posterior. Hermaprodit, kecuali famili Schistosomatidae. Siklis hidup
ada secara langsung (Monogenea) dan tak langsung (Digenea).

Trematoda atau cacing daun yang berparasit pada hewan dapat dibagi menjadi tiga sub klas
yaitu Monogenea, Aspidogastrea, dan Digenea. Pada hewan jumlah jenis dan macam cacing
daun ini jauh lebih besar dari pada yang terdapat pada manusia, karena pada hewan sub-klas
ini dapat dijumpai.
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap. Alat
penghisap terdapat pada mulut di bagian anterior. Alat hisap (Sucker) ini untuk menempel
pada tubuh inangnya makanya disebut pula cacing hisap.

Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau
cairan tubuh inangnya. Dengan demikian maka Trematoda merupakan hewan parasit karena
merugikan dengan hidup di tubuh organisme hidup
dan mendapatkan makanan tersedia di tubuh inangnya. Trematoda dewasa pada umumnya
hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata, ternak, ikan,
manusia Trematoda. Trematoda berlindung di dalam inangnya dengan melapisi permukaan
tubuhnya dengan kutikula permukaaan tubuhnya tidak memiliki sila.

2.2 Jenis-jenis Trematoda


Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitife cacing Trematoda, antara
lain : kucing, anjing, kambing, sapi , babi, tikus, burun, luak, harimau, dan manusia.
Menurut tempat hidup cacing dewasa dalam tubuh hospes , maka Trematoda dapat dibagi
dalam :
1. Trematoda Hati ( Clonorchis sinensis )
Sejarah
Cacing ini pertama kali ditemukan oleh Mc Connell tahun 1874 di saluran empedu pada
seorang cina di Kalkuta.
Hospes dan Nama Penyakit
Manusia, Kucing, Anjing, Beruang Kutub , dan Babi merupakan Hospes parasit Trematoda
Hati, penyakit yang disebabkannya disebut Klonorkiasis.
Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-kadang disaluran prankeas. ukuran cacing
dewasa 10-25 mm x 3-5 mm, bentuknya pipih, lonjong, menyerupai daun. telur berukuran
kira-kira 30x 16 mikron, bentuknya seperti bola lampu pijar dan berisi mirasidium,
ditemukan dalam saluran empedu. telur dikeluarkan dengan tinja. telur menetas bila dimakan
keong air ( Bulinus, Semisulcopira) . dalam keong air , mirasidium berkembang menjadi
sporakista, redia induk, redia anak, lalu serkaria. serkaria keluar dari keong air dan mencari
hospes perantara II, yaitu ikan (family cyprinidae). setelah menembus masuk tubuh ikan
serkaria melepaskan ekornya dan membentuk kista didalam kulit dibawah sisik. kista ini
disebut metaserkaria.

Perkembangan larva dalam air yaitu, sebagai berikut :

M S R SK

Ket : M : Mirasidium
S : Sporakista
R : Redia (sporakista II)
SK : Serkaria
Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung metaserkaria yang dimasak kurang
matang. ekskistasi terjadi di duodenum. kemudian larva masuk di duktus koledokus, lalu
menuju ke saluran empedu yang lebih kecil dan menjadi dewasa dalam waktu sebulan.
seluruh daur hidup berlangsung selama 3 bulan.

Patologi dan Gejala Klinis


sejak larva masuk di saluran empedu sampai menjadi dewasa. parasit ini dapat menyebabkan
iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding saluran. selain itu dapat terjadi perubahan
jaringan hati yang berupa radang sel hati. pada keadaaan lebih lanjut dapat timbul sirosis, hati
di sertai asites dan edema.
luasnya organ yang mengalami kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang terdapat di
saluran empedu dan lamanya infeksi.
gejala dapat dibagi menjadi 3 stadium. pada stadium ringan tidak di temukan gejala. stadium
progresif di tandai dengan menurunnya nafsu makan, perut rasa penuh, diare, edema, dan
pembesaran hati. pada stadium lanjut di dapatkan sindrom hipertensi fortal yang terdiri dari
pembesaran hati, ikterus,asites,edema, sirosis hepatis. kadang-kadang dapat menimbulkan
keganasan dalam hati.
Diagnosis
Diagnosis di tegakkkan dengan menemukan telur yang berbentuk khas dalam tinja atau dalam
cairan duodenum.
Pengobatan
penyakit ini dapat diobati dengan prazikuantel.
Epidemiologi
Kebiasaan makan ikan yang diolah kuarang matang merupakan faktor penting dalam
penyebaran penyakit. selain itu, cara pemeliharaan ikan dan cara pembuangan tinja di kolam
ikan penting dalam penyebaran penyakit.
kegiatan pemberantasan lebih di tujukan untuk mencegah infeksi pada manusia. misalnya
penyuluhan kesehatan agar orang makan ikan yang sudah di masak dengan baik serta
pemakaian jamban yang tidak mencemari air sungai. tetapi hal ini agak lambat diterima oleh
masyarakat desa.
2. Trematoda Paru ( paragonimus westermani )
Hospes Dan Nama Penyakit
manusia dan binatang yang memakan ketam atau udang batu, seperti kucing, luak, anjing,
harimau, serigala dan lain-lain merupakan hospes cacing ini.
pada manusia parasit ini menyebabkan paragonomiasis.
Morfologi Dan Daur Hidup
Cacing dewasa hidup dalam kista di paru. bentuknya bundar lonjong menyerupai biji kopi,
dengan ukuran 8 12 x 4 6 mm dan berwarna coklat tua. batil isap mulut hampir sama
besar dengan batil isap perut. testis berlobus terletak berdampingan antara batil isap perut dan
ekor. ovarium terletak di belakang batil isap perut. Telur berbentuk lonjong berukuran 80-118
mikron x 40-60 miron dengan operculum agak tertekan ke dalam. waktu keluar bersama tinja
atau sputum, telurnya belum berisi mirasidium.
Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira16 hari, lalu menetas mirasidium mencari keong
air dan dalam keong air terjadi perkembangan :

M S R1 R2 SK

Serkaria keluar dari keong air, berenang mencari hospes perantara II , yaitu ketam atau udang
batu, lalu membentuk metaserkaria didalam tubuhnya.
Infeksi terjadi dengan makan ketam atau udang batu yang tidak dimasak sampai matang.
Dalam Hospes definitif, meta serkaria menjadi cacing dewasa muda di duodenum. cacing
dewasa muda berimigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut, menembus
diafragma dan menuju keparu. jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan sehingga cacing
dewasa terbungkus dalam kista, biasanya ditemukan 2 ekor didalamnya.

Patologi dan Gejala Klinis


karena cacing dewasa berada dalam kista di paru, maka gejala dimulai dengan adanya batuk
kering yang lama kelamaan menjadi batuk darah. keadaan ini disebut endemic hemoptysis.
cacing dewasa dapat pula berimigrasi kealat-alat laindan menimbulkan abses pada alat
tersebut ( antara lain hati, limpa, otak, otot, dinding usus ).

Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam sputum atau cairan pleura. kadang-kadang
telur juga ditemukan dalam tinja. reaksi serologi sangat mmbantu untuk menegakan
diagnosis.

Pengobatan
Prazikuantel dan bitionel merupakan obat pilhan.

Epidemiologi
Penyakit ini berhubungan erat dengan kebiasaan makan ketam dan pemakain jamban yang
tidak mencemari air sungai dan sawah dapat mengurangi transmisi paragonimiasis.

3. Trematoda Usus
Dalam daur hidup trematoda usus tersebut, seperti pada trematoda lain, diperlukan keong
sebagai hospes perantara I, tempat mirasidium tumbuh menjadi sporokista, berlanjut menjadi
redia dan serkaria. serkaria yang dibentuk dari redia, kemudian melepaskan diri untuk keluar
dari tubuh keong dan berenang bebas dalam air. tujuan akhir serkaria tersebut adalah hospes
perantara II, yang dapat berupa keong jenis ikan air tawar, atau tumbuh-tumbuhan air.
manusia mendapatkan penyakit cacing daun karena memakan hospesperantara II yang tidak
dimasak sampai matang.

Keluarga Echinostomatidae
Sejarah
Cacing genus Echinostoma yang ditemukan pada manusia kira-kira 11 spesies atau lebih.
Garisson (1907) adalah sarjana yang pertama kali menemukan telur Echinostoma
ilocanum pada narapidana pribumi di Filipina. tubangui (1931). menemukan bahwa Ratus
rattus norvegicus. merupakan hospes resevoar cacing tersebut. Chen (1934) melaporkan
bahwa anjing-anjing setempat di canton RRC, dihinggapi cacing tersebut . Brug dan tesch
(1973) . melaporkan spesies Echinostoma lindoense pada manusia di palu, Sulawesi tengah.
Bonne Bras dan lie kian joe (1948) menemukan Echinodestomata ilocanum pada penderita
sakit jiwa di jawa.
Berbagai Sarjana telah melaporkan bahwa di Indonesia ditemukan 5 spesies cacing
Echinostoma, yaitu : Echinodestomata ilocanum, Echinodestomata malayanum, Echinostoma
lindoense, Echinostoma recurvatum dan Echinostoma revolatum.

Hospes dan Nama Penyakit


Hospes cacing keluarga Echinostomatidae sangat beraneka ragam. yaitu manusia, tikus,
anjing, burung, ikan dan lain-lain (poliksen). Nama penyakitnya disebut ekinostomiasis.

Distribusi geografik
Cacing tersebut kecuali ditemukan di Filipina, Cina dan Indonesia juga dilaporkan dari India.

Morfologi dan Daur Hidup


Cacing trematoda dari keluarga Echinostomatidae, dapat dibedakan dari cacing trematoda
lain, dengan adanya cirri-ciri khas berupa duri-duri leher dengan jumlah antara 37 buah
sampai kira-kira 51 buah, letaknya dalam dua baris berupa tapal kuda, melingkari bagian
belakang serta samping batil isap kepala. cacing tersebut berbentuk lonjong, berukuran
panjang dari 2,5 mm hingga 13-15 mm dan lebar 0,4 0,7 mm hingga 2,5 3,5 mm.
Testis berbentuk agak bulat, berlekuk-lekuk, letaknya bersusun tandem pada bagian posterior
cacing. Vitelaria letaknya sebelah lateral, meliputi 2/3 badan cacing dan melanjut hingga
bagian posterior. cacing dewasa hidup diusus halus, mempunyai warna agak merah ke abu-
abuan. telur mempunyai operculum, besarnya berkisar antara 103-137 x 59 75 mikron. telur
setelah 3 minggu dalam air, berisi tempayak yang disebut mirasidium. bila telur menetas,
mirasidium keluar dan berenang bebas untuk hinggap pada hospes perantara I yang berupa
keong jenis kecil seperti genus anisus, gyraulus, lymnae, dan sebagainya.
Dalam hospes perantara I, mirasidium tumbuh menjadi sporokista, kemudian melanjut
menjadi redia induk, redia anak yang kemudian membentuk serkaria yang pada suatu saat
berjumlah banyak. dilepaskan kedalam air oleh redia yang berada dalam keong . serkaria ini
kemudian hinggap pada hospes perantara II untuk menjadi metaserkaria yang efektif . hospes
perantara II adalah jenis keong yang besar, seperti genus vivivar/bellamya,
pila atau corbicula.
Ukuran Besar cacing , jumlah duri-duri sirkumoral, bentuk testis, ukuran telur, dan jenis
hospes perantara, digunakan untuk mengidentifikasi spesies cacing.

Patologi dan Gejala Klinis


Biasanya cacing Echinostemamenyebabkan kerusakan ringan pada mukosa usus dan tidak
menimbulakan timbulnya radang kataral pada dinding usus, atau ulserari. pada anak dapat
menimbulkan gejala diare , sakit perut, anemia, dan sembab (edema).

Diagnosis
Diagnosis ditegakkandengan menemukan telur dalam tinja.

Pengobatan
Tetraklorotilenn adalah obat yang dianjurkan akan tetapi penggunaan obat-obat baru yang
lebih aman, seperti prazikuantel dapat dipertimbangkan.

Prognosis
Penderita biasanya tidak menunjukkan gejala yang berat, dapat sembuh setelah pengobatan.

Epidemiologi

Keong sawah yang digunakan untuk konsumsi sebaiknya dimasaki sampai matang, sebab bila
tidak, meta serkaria dapat hidup dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
4. Trematoda Darah ( Schistosoma japonicum)
cacing yang berbentuk pipih dan tinggal di berbagai aliran darah. Biasanya cacing ini
masuk ke tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang mengandung parasite cacing
ini dan mandi pada air yag kotor.

Hospes dan Nama Penyakit


Hospes definitive adalah manusia. berbagai macam binatang dapat berperan sebagai hospes
reservoar.
Pada manusia, cacing ini menyebabkan penyakit skistomiasis atau bilharziasis.
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing darah ini parasit pada manusia, babi, biri-biri, kucing dan binatang pengerat lainnya.

Cacing dewasa dapat hidup dalam pembuluh balik (vena) perut.

Tubuh cacing jantan lebih lebar dan dapat menggulung sehingga menutupi tubuh betina
yang lebih ramping, Cacing jantan panjangnya 9 22 mm, sedangkan panjang cacing betina
adalah 14 26 cm.

Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia kemudian menuju keporos
usus (rectum) dan kantong air seni (vesica urinaria), lalu telur keluar bersama tinja dan urine.
Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk kedaalam tubuh siput. kemudian
dalam tubuh siput akan berkembang menjadi serkaria yang berekor bercabang. serkaria dapat
masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan
dapat menimbulkan penyakit schistomiasis ( banyak terdapat di afrika dan Asia). penyakit ini
menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung limpa , kantong urine dan
ginjal.
Gejala Klinis
Terasa gatal-gatal yang nyata, terjadi pembengkakan, serangan ashma dan hati terasa sakit
bila disentuh (bila terjadi peradangan), demam berkeringat dan disentry, dan berat badan
bekurang dan hilang nafsu makan.
Diagnosis
Minum air yang sudah terdapat parasit cacing, mandi atau berenang pada air yang kotor.
Epidemiologi
Penampungan tinja jangan sembarangan tempat dan sediakanlah tempat tertentu yang sesuai
dengan kesehatan.

Você também pode gostar

  • Lesi Merah Keratin
    Lesi Merah Keratin
    Documento25 páginas
    Lesi Merah Keratin
    intan septiani
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Thaharah
    Makalah Thaharah
    Documento17 páginas
    Makalah Thaharah
    AdrianAndre
    Ainda não há avaliações
  • Cleft Lips
    Cleft Lips
    Documento3 páginas
    Cleft Lips
    melli
    Ainda não há avaliações
  • Penyakit Autoimun
    Penyakit Autoimun
    Documento4 páginas
    Penyakit Autoimun
    intan septiani
    Ainda não há avaliações
  • Alginate
    Alginate
    Documento5 páginas
    Alginate
    intan septiani
    Ainda não há avaliações
  • Klorheksidin Glukonat1
    Klorheksidin Glukonat1
    Documento1 página
    Klorheksidin Glukonat1
    intan septiani
    Ainda não há avaliações
  • Nyeri Orofasial
    Nyeri Orofasial
    Documento16 páginas
    Nyeri Orofasial
    HanifatunnisaR
    Ainda não há avaliações
  • Akhlak Sesama Manusia
    Akhlak Sesama Manusia
    Documento18 páginas
    Akhlak Sesama Manusia
    intan septiani
    Ainda não há avaliações
  • Prostodonti
    Prostodonti
    Documento15 páginas
    Prostodonti
    intan septiani
    Ainda não há avaliações
  • Diastema
    Diastema
    Documento1 página
    Diastema
    intan septiani
    Ainda não há avaliações
  • Agama
    Agama
    Documento33 páginas
    Agama
    intan septiani
    Ainda não há avaliações
  • Nematoda
    Nematoda
    Documento28 páginas
    Nematoda
    intan septiani
    Ainda não há avaliações
  • Respon Nyeri
    Respon Nyeri
    Documento14 páginas
    Respon Nyeri
    intan septiani
    100% (1)
  • Patologi Mulut
    Patologi Mulut
    Documento21 páginas
    Patologi Mulut
    intan septiani
    Ainda não há avaliações
  • MAKALAH Web of Causation Kelp 4 Lokal A
    MAKALAH Web of Causation Kelp 4 Lokal A
    Documento22 páginas
    MAKALAH Web of Causation Kelp 4 Lokal A
    melli
    100% (1)