Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pada umumnya bentuk badan cacing dewasa pipih dorsoventral dan simetri, bilateral,
tidak mempunyai rongga badan. Ukuran panjang cacing dewasa sangat beranekaragam dari 1
mm sampai kurang lebih 75 mm. Tanda khas lainnya adalah terdapatnya dua buah batil isap,
yaitu batil isap mulut dan batil isap perut. Beberapa spesies mempunyai batil isap genital.
Saluran pencernaan menyerupai huruf Y terbalik yang di mulai dengan mulut dan berakhir
buntu pada sekum. Pada umumnya trematoda tidak mempunyai alat pernapasan khusus,
karena hidupnya secara anaerob. Saluran ekskresi terdapat simetris bilateral dan berakhir di
bagian posterior. Susunan saraf di mulai dengan ganglion di bagian dorsal esofagus,
kemudian terdapat saraf yang memanjang di bagian dorsal, ventral dan lateral badan. Cacing
ini bersifat hermafrodit dengan alat reproduksi yang kompleks.
Cacing dewasa hidup di dalam tubuh hospes definitif. Telur diletakan di saluran hati,
rongga usus, paru, pembuluh darah, atau di jaringan tempat cacing hidup dan telur biasanya
keluar bersama tinja, dahak atau urine. Pada umumnya telur berisi sel telur, hanya pada
beberapa spesies telur sudah mengandung mirasidium (M) yang mempunyai bulu getar. Bila
sudah mengandung mirasidium, telur menetes di dalam air (telur matang). Pada spesies
trematoda yang mengeluarkan telur berisi sel telur, telur akan menjadi matang dalam waktu
kurang lebih 2-3 minggu. Pada beberapa spesies trematoda, telur matang menetes bila ditelan
keong (hospes perantara) dan keluarlah mirasidium yang masuk ke dalam jaringan keong,
atau telur dapat langsung menetas dan mirasidium berengang di air, dalam waktu 24 jam
mirasidium harus sudah menemukan keong air agar dapat melanjutkan perkembangannya.
Keong air di sini berfungsi sebagai hospes perantara pertama (HP I). Dalam keong air
tersebut mirasidium berkembang menjadi sebuah kantung yang berisi embryo, disebut
sporokista (S). Sporokista ini dapat mengandung sporokista lain atau redia (R), bentuknya
berupa kantung yang sudah mempunyai mulut, faring dan sekum. Di dalam sporokista II atau
redia (R), larva berkembang menjadi serkaria (SK).
2.1.1. Hospes
Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitif cacing trematoda antara lain
kucing, anjing, kambing, sapi, babi, tikus, burung, musang, harimau, dan manusia.
Menurut tempat hidup cacing dewasa dalam tubuh hospes, maka trematoda dapat dibagi
dalam :
1 Trematoda hati (Liver flukes)
a. Clonorchis Sinensis
Hospes :
Terdapat pada manusia, kucing, anjing, beruang kutub, dan babi, penyakitnya
disebut Klonorkiasis.
Telur berukuran kira-kira 30-16 mikron, bentuknya seperti bola lampu pijar dan berisi
mirasidium, ditemukan dalam saluran empedu.
b. Opisthorchis Felineus
Hospes :
Terdapat pada kucing, anjing, dan manusia merupakan hospes penyakit ini, penyakitnya
disebut Opistorkiasis.
Morfologi dan Daur Hidup :
Hidup dalam saluran empedu dan saluran pankreas. Cacing dewasa berukuran 7-12 mm,
mempunyai batil isap mulut dan batil isap perut. Bentuknya seperti lanset, pipih dorsoventral.
Telur jenis ini mirip dengan C.Sinensis hanya bentuknya lebih langsing.
Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung metaserkaria dan dimasak kurang
matang.
c. Opisthirchis Viverrini
d. Fasciola hepatica
Hospes :
Terdapat pada kambing dan Sapi, dan kadang-kadang parasit ini juga ditemukan pada
manusia. Penyakitnya disebut fascioliasis.
Telur cacing ini berukuran 140x90 mikron, dikeluarkan melalui saluran empedu ke dalam
tinja dalam keadaan belum matang. Telur menjadi matang dalam air setelah 9-15 hari dan
berisi mirasidium.
3 Trematoda Usus
a. Fasciolidae
Hospes :
Kecuali manusia dan babi yang dapat menjadi hospes definitif cacing tersebut, hewan lainnya
seperti anjing dan kelinci juga dihinggapi. Penyakitnya disebut Fasiolopsiasis.
c. Heterophyidae
Hospes :
Cacing ini sangat banyak, umumnya mahkluk pemakan ikan ini seperti manusia, kucing,
anjing, rubah, dan jenis burung-burung tertentu. Nama penyakitnya adalah Heterofiliasis.
4 Trematoda Darah
a. Schistosoma atau Bilharzia
Hospes :
Hospes definitif adalah manusia. Berbagai macam binatang dapat berperan sebagai hospes
reservoar. Pada manusia, cacing ini menyebabkan penyakit Skistomosiasis atau Bilharziasis.
b. Schistosoma Japonicum
Hospes :
Hospesnya adalah manusia dan berbagai macam binatang seperti anjing, kucing, rusa, tikus
sawah (rattus), sapi, babi rusa dan lain-lain. Parasit ini pada manusia menyebabkan oriental
schistosomiasis, skistomiasis japonika, penyakit Ktayama atau penyakit demam keong.
Morfologi dan Daur Hidup :
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5cm dan betina kira-kira 1,9cm, hidupnya di
vena mesenterika superior. Telur ditemukan di dinding usus halus dan juga di alat-alat dalam
seperti hati, paru dan otak.
c. Schistosoma mansoni
Hospes :
Hospes definitif adalah manusia dan kera baboon di Afrika sebagai hospes reservoar. Pada
manusia cacing ini menyebabkan skistosomiasis usus.
d. Schistosoma haematobium
Hospes :
Hospes definitif adalah manusia. Cacing ini meyebabkan skistomiasis kandung kemih.
Baboon dan kera lain dilaporkan sebagai hospes reservoar.
Trematoda berasal dari bahasa yunani Trematodaes yang berarti punya lobang, bentuk
tubuh pipih dorso ventral seperti daun.Umumnya semua organ tubuh tak punya rongga tubuh
dan mempunyai Sucker atau kait untuk menempel pada parasit ini di luar atau di organ dalam
induk semang. Saluran pencernaaan mempunyai mulut, pharink, usus bercabang cabang. tapi
tak punya anus.
Sistem eksretori bercabang- cabang, mempunyai flame cell yaitu kantong eksretori yang
punya lubang lubang di posterior. Hermaprodit, kecuali famili Schistosomatidae. Siklis hidup
ada secara langsung (Monogenea) dan tak langsung (Digenea).
Trematoda atau cacing daun yang berparasit pada hewan dapat dibagi menjadi tiga sub klas
yaitu Monogenea, Aspidogastrea, dan Digenea. Pada hewan jumlah jenis dan macam cacing
daun ini jauh lebih besar dari pada yang terdapat pada manusia, karena pada hewan sub-klas
ini dapat dijumpai.
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap. Alat
penghisap terdapat pada mulut di bagian anterior. Alat hisap (Sucker) ini untuk menempel
pada tubuh inangnya makanya disebut pula cacing hisap.
Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau
cairan tubuh inangnya. Dengan demikian maka Trematoda merupakan hewan parasit karena
merugikan dengan hidup di tubuh organisme hidup
dan mendapatkan makanan tersedia di tubuh inangnya. Trematoda dewasa pada umumnya
hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata, ternak, ikan,
manusia Trematoda. Trematoda berlindung di dalam inangnya dengan melapisi permukaan
tubuhnya dengan kutikula permukaaan tubuhnya tidak memiliki sila.
M S R SK
Ket : M : Mirasidium
S : Sporakista
R : Redia (sporakista II)
SK : Serkaria
Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung metaserkaria yang dimasak kurang
matang. ekskistasi terjadi di duodenum. kemudian larva masuk di duktus koledokus, lalu
menuju ke saluran empedu yang lebih kecil dan menjadi dewasa dalam waktu sebulan.
seluruh daur hidup berlangsung selama 3 bulan.
M S R1 R2 SK
Serkaria keluar dari keong air, berenang mencari hospes perantara II , yaitu ketam atau udang
batu, lalu membentuk metaserkaria didalam tubuhnya.
Infeksi terjadi dengan makan ketam atau udang batu yang tidak dimasak sampai matang.
Dalam Hospes definitif, meta serkaria menjadi cacing dewasa muda di duodenum. cacing
dewasa muda berimigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut, menembus
diafragma dan menuju keparu. jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan sehingga cacing
dewasa terbungkus dalam kista, biasanya ditemukan 2 ekor didalamnya.
Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam sputum atau cairan pleura. kadang-kadang
telur juga ditemukan dalam tinja. reaksi serologi sangat mmbantu untuk menegakan
diagnosis.
Pengobatan
Prazikuantel dan bitionel merupakan obat pilhan.
Epidemiologi
Penyakit ini berhubungan erat dengan kebiasaan makan ketam dan pemakain jamban yang
tidak mencemari air sungai dan sawah dapat mengurangi transmisi paragonimiasis.
3. Trematoda Usus
Dalam daur hidup trematoda usus tersebut, seperti pada trematoda lain, diperlukan keong
sebagai hospes perantara I, tempat mirasidium tumbuh menjadi sporokista, berlanjut menjadi
redia dan serkaria. serkaria yang dibentuk dari redia, kemudian melepaskan diri untuk keluar
dari tubuh keong dan berenang bebas dalam air. tujuan akhir serkaria tersebut adalah hospes
perantara II, yang dapat berupa keong jenis ikan air tawar, atau tumbuh-tumbuhan air.
manusia mendapatkan penyakit cacing daun karena memakan hospesperantara II yang tidak
dimasak sampai matang.
Keluarga Echinostomatidae
Sejarah
Cacing genus Echinostoma yang ditemukan pada manusia kira-kira 11 spesies atau lebih.
Garisson (1907) adalah sarjana yang pertama kali menemukan telur Echinostoma
ilocanum pada narapidana pribumi di Filipina. tubangui (1931). menemukan bahwa Ratus
rattus norvegicus. merupakan hospes resevoar cacing tersebut. Chen (1934) melaporkan
bahwa anjing-anjing setempat di canton RRC, dihinggapi cacing tersebut . Brug dan tesch
(1973) . melaporkan spesies Echinostoma lindoense pada manusia di palu, Sulawesi tengah.
Bonne Bras dan lie kian joe (1948) menemukan Echinodestomata ilocanum pada penderita
sakit jiwa di jawa.
Berbagai Sarjana telah melaporkan bahwa di Indonesia ditemukan 5 spesies cacing
Echinostoma, yaitu : Echinodestomata ilocanum, Echinodestomata malayanum, Echinostoma
lindoense, Echinostoma recurvatum dan Echinostoma revolatum.
Distribusi geografik
Cacing tersebut kecuali ditemukan di Filipina, Cina dan Indonesia juga dilaporkan dari India.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkandengan menemukan telur dalam tinja.
Pengobatan
Tetraklorotilenn adalah obat yang dianjurkan akan tetapi penggunaan obat-obat baru yang
lebih aman, seperti prazikuantel dapat dipertimbangkan.
Prognosis
Penderita biasanya tidak menunjukkan gejala yang berat, dapat sembuh setelah pengobatan.
Epidemiologi
Keong sawah yang digunakan untuk konsumsi sebaiknya dimasaki sampai matang, sebab bila
tidak, meta serkaria dapat hidup dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
4. Trematoda Darah ( Schistosoma japonicum)
cacing yang berbentuk pipih dan tinggal di berbagai aliran darah. Biasanya cacing ini
masuk ke tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang mengandung parasite cacing
ini dan mandi pada air yag kotor.
Tubuh cacing jantan lebih lebar dan dapat menggulung sehingga menutupi tubuh betina
yang lebih ramping, Cacing jantan panjangnya 9 22 mm, sedangkan panjang cacing betina
adalah 14 26 cm.
Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia kemudian menuju keporos
usus (rectum) dan kantong air seni (vesica urinaria), lalu telur keluar bersama tinja dan urine.
Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk kedaalam tubuh siput. kemudian
dalam tubuh siput akan berkembang menjadi serkaria yang berekor bercabang. serkaria dapat
masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan
dapat menimbulkan penyakit schistomiasis ( banyak terdapat di afrika dan Asia). penyakit ini
menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung limpa , kantong urine dan
ginjal.
Gejala Klinis
Terasa gatal-gatal yang nyata, terjadi pembengkakan, serangan ashma dan hati terasa sakit
bila disentuh (bila terjadi peradangan), demam berkeringat dan disentry, dan berat badan
bekurang dan hilang nafsu makan.
Diagnosis
Minum air yang sudah terdapat parasit cacing, mandi atau berenang pada air yang kotor.
Epidemiologi
Penampungan tinja jangan sembarangan tempat dan sediakanlah tempat tertentu yang sesuai
dengan kesehatan.