Você está na página 1de 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar-

mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena

itu, perwujudan proses belajar-mengajar dapat terjadi dalam berbagai model.

Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang

dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1) proses informasi, (2) perkembangan

pribadi, (3) interaksi sosial, dan (4) modifikasi tingkah laku, (Joyce & Weil,

Model of Teaching, 1980).

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi

atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama

bagi berlangsungnya proses belajar. Interaksi dalam peristiwa belajar-

mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru

dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya

penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan

nilai pada diri siswa yang sedang belajar.

Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya

inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber


daya manusia yang berhasil dari upaya pendidikan selalu bermuara pada

faktor guru. Hal ini menunjukkan betapa eksisnya peran guru dalam dunia

pendidikan. Demikian pula dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut

memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar

yang efektif.

Agar dapat mengajar efektif, seorang guru Matematika harus

meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan

mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan

dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Hal ini berarti

kesempatan belajar makin banyak dan optimal serta guru menunjukkan

keseriusan saat mengajar. Makin banyak siswa yang terlibat aktif dalam

belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya.

Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru

mampu merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula

melakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar.

Namun kondisi ini belum banyak ditemukan di MTs. Al-Maarif

Badung, masih banyak ditemukan guru mengajar dengan metode

konvensional seperti ceramah atau mencatat materi kemudian dijelaskan

sehingga interaksi terjadi hanya satu arah saja yakni dari guru ke siswa,

kurang terjadi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dalam Pelajaran serta siswa

kurang mendapat kesempatan belajar untuk mengembagkan kompetensinya.

Hal ini dikarenakan metode ini mudah dilakukan untuk menyampaikan materi.

Dengan metode ceramah ini pada umumnya guru sangat aktif dan memegang

peranan utama (teacher centre). Sedangkan siswa hanya menerima apa saja
yang disampaikan oleh guru sehingga siswa bersifat pasif. Akibatnya prestasi

belajar siswa rendah. Hal ini juga terjadi mata pelajaran Matematika kelas

VII-B dimana rendahnya hasil belajar siswa dengan indicator rendahnya

motivasi siswa belajar matematika dengan rata-rata 62 dibandingkan dengan

KKM 77 meskipun guru bersangkutan berusaha mengajar dengan baik untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar tersebut diduga akibat motivasi siswa yang

masih rendah, kurang aktifnya siswa dalam kegiatan Pelajaran padahal

konsep-konsep Matematika di kelas VII semester Genap tingkat kesulitannya

cukup tinggi. Bagi guru sendiri keberhasilan tersebut akan menimbulkan

kepuasaan, rasa percaya diri serta semangat mengajar yang tinggi. Hal ini

berarti telah menunjukkan sebagian sikap guru professional yang dibutuhkan

pada era globalisasi dengan berbagai kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu

dan teknologi yang berpengaruh terhadap pendidikan.

Dalam Pelajaran matematika tidak lagi mengutamakan pada

penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada

pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas

peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika

dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain.

Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa.

Untuk itu perlu ada metode Pelajaran yang melibatkan siswa secara langsung

dalam Pelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan

kooperatif. Pelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan


siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama.

Felder, (1994: 2).

Pelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini

siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan

komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran

dengan mudah karena siswa lebih mudah memahami penjelasan dari

kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta

pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan. (Sulaiman dalam Wahyuni

2001: 2).

Penelitian juga menunjukkan bahwa Pelajaran kooperatif memiliki

dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur,

1996: 2).

Berdasarkan paparan tersebut di atas maka untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar matematika digunakan metode Pelajaran kooperatif

model Student Teams Achievement Division (STAD). Metode ini digunakan

didasarkan pada pertimbangan kelebihannya

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah metode Pelajaran kooperatif model Student Teams Achievement

Division (STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika materi

Garis dan Sudut pada siswa kelas VII-B Semester Genap MTs. Al-Maarif

Badung Tahun Pelajaran 2016/2017 ?


2. Bagaimanakah dampak penerapan metode Pelajaran kooperatif model

Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar

siswa kelas VII-B Semester Genap MTs. Al-Maarif BadungTahun

Pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Adapun tujuan secara umum adalah untuk meningkatkan motivasi dan

hasil belajar Matematika Kelas VII-B MTs. Al-Maarif Badung Tahun

Pelajaran 2016/2017.

b. Tujuan Khusus

1. Ingin mengetahui peningkatan motivasi belajar matematika materi

Garis dan Sudut setelah diterapkannya metode Pelajaran kooperatif

model Student Teams Achievement Division (STAD) pada siswa kelas

VII-B Semester Genap MTs. Al-Maarif BadungTahun Pelajaran

2016/2017.

2. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan

metode Pelajaran kooperatif model Student Teams Achievement

Division (STAD) Student Teams Achievement Division pada siswa

kelas VII-B Semester Genap MTs. Al-Maarif Badung Tahun

Pelajaran 2016/2017.
D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini

mendapat pengalaman baru tentang Meningkatkan Hasil Belajar Belajar

Siswa Kelas VII-B Tentang Garis dan Sudut Melalui Metode Pelajaran

Kooperatif Model Student Teams Achievement Division (STAD) Pada

Mata Pelajaran Matematika MTs. Al-Maarif Badung Semester Genap

Tahun Pelajaran 2016/2017.

2. Hasil penetlitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian

selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi siswa : akan mendapat pengalaman-pengalaman belajar baru

sehingga akan memotivasi siswa belajar secara kontinu.

2. Bagi Guru : akan memperkaya model-model Pelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar Matematika dengan menyenangkan.

3. Bagi Sekolah : hasil penelitian ini dapat diterapkan pada Pelajaran

Mata Pelajaran lain sehingga ini akan meningkatkan prestasi

sekolah.

E. Hipotesis Tindakan

Dari tindakan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, dapat

dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas VII-B semester

Genap menggunakan metode Pelajaran Kooperatif Model STAD dalam


menyampaikan materi Pelajaran, maka dimungkinkan motivasi dan hasil

belajar siswa kelas VII-B semester Genap akan lebih baik dibandingkan

dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".


BAB II
KAJIAN TEORI

a. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka

perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode Pelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pengajaran yang

melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok untuk

menetapkan tujuan bersama.

2. Motivasi belajar adalah merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri

seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah

keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat

belajar untuk tercapai suatu tujuan.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran matematika.

4. Model Pelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

Model Pelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) yang

dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di

Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan

Pelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan

Pelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru

mulai menggunakan Pelajaran kooperatif.


Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah

satu tipe Pelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa

ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang

merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin

dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja

dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis

tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh

saling membantu.

G. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah

yang meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas VII-B materi Garis dan

Sudut semester Genap MTs. Al-Maarif BadungTahun Pelajaran

2016/2017.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April semester Genap tahun

pelajaran 2016/2017.

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Garis dan Sudut


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pelajaran

Pelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

(KBBI, 1996: 14).

Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)

mengemukakan bahwa Pelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.

Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah

laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,

tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya

pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).

Jadi Pelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa

belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi

tertentu.

B. Pelajaran Kooperatif

Pelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa

untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama.

(Felder, 1994: 2).


Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa Pelajaran kooperatif

merupakan strategi Pelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam

kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.

Menurut Slavin (1997), Pelajaran kooperatif, merupakan metode Pelajaran

dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.

Pelajaran kooperatif merupakan model Pelajaran yang mengutamakan

kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan Pelajaran.

Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pelajaran

kooperatif adalah suatu metode Pelajaran dengan cara mengelompokkan siswa

ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan

masalah untuk mencapai tujuan Pelajaran. Kemampuan siswa dalam setiap

kelompok adalah hiterogen.

Dalam Pelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar

tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal

dalam proses Pelajaran. Hal ini terjadi karena Pelajaran kooperatif merupakan

metode alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas

besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan

kepercayaan diri.

Dalam Pelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling

memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang

pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam Pelajaran

kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan Pelajaran

yaitu dengan cara kerjasama.


Pelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan.

Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau

berenang bersama.

2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam

kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam

mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan

yang sama.

4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggungjawab sama

besarnya diantara para anggota kelompok.

5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerjasama selama belajar.

7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994: 2) menambahkan

unsur-unsur dalam Pelajaran koopratif sebagai berikut:

1. Ketergantungan Positif

Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika

ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya maka setiap anggota harus

menerima konsekuensinya.

2. Kemampuan Individual
Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab melakukan

pekerjaannya dan menguasai selurah bahan untuk dipelajari.

3. Promosi tatap muka interaktif

Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap

individu, beberapa diantarannya harus dilakukan secara interaktif, anggota

kelompok saling memberikan timbal balik.

4. Manfaat dari penggabungan keahliah yang tepat

Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan

pembangunan kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan,

komunikasi dan konflik manajemen keahlian.

5. Kelompok Proses

Anggota kelompok mengatur kelompok, secara periodik menilai apa yang

mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan

mengidentifikasi perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi mereka

lebih efektif di waktu selanjutnya.

Berdasarkan unsur-unsur dalam Pelajaran kooperatif, Johnson,

Johnson dalam Wahyuni (2001: 10) menyebutkan peranan guru dalam

Pelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Menentukan objek Pelajaran

2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok

belajar sebelum Pelajaran dimulai.

3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.

4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas.


5. Mengevaluasi Hasil Belajarsiswa dan membantu siswa dengan cara

mendiskusikan cara kerjasama.

C. Keterampilan-Keterampilan Kooperatif

Pelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki

keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif

yang perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996: 25) adalah

keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal

Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi hal-hal sebagai berikut:

- Menggunakan kesepakatan

Menggunakan kesepakatan artinya setiap anggota kelompok memiliki

kesamaan pendapat. Menggunakan kesepakatan bertujuan untuk

mengetahui siapa yang memiliki pendapat yang sama.

- Menghargai kontribusi

Maksud dari menghargai kontribusi yaitu memperhatikan atau

mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota kelompok

yang dibuat lain. Tidak selalu harus menyetujui, dapat saja tidak

menyetujui yang berupa kritik, tetapi kritik yang diberikan harus

terhadap ide dan tidak terhadap pelaku.

- Menggunakan suara pelan

Tujuan menggunakan suara dalam kerja kelompok adalah agar anggota

kelompok dapat mendengar percakapan dengan jelas dan tidak frustasi

oleh suara keras dalam ruangan.


- Mengambil giliran dan berbagi tugas

Setiap anggota kelompok harus bisa menggantikan seseorang yang

mengemban tugas tertetentu dan mengambil tanggungjawab tertentu

dalam kelompok.

- Berada dalam kelompok

Untuk menciptakan pekerjaan kelompok yang efisien setiap anggota

kelompok harus tetap duduk atau berada dalam tempat kerja

kelompok.

- Berada dalam tugas

Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang menjadi

tanggungjawabnya agar kegiatan selesai tepat waktunya.

- Mendorong partisipasi

Anggota kelompok selalu mendorong semua anggota kelompok untuk

memberikan sumbangan terhadap penyelesaian tugas kelompok.

Karena jika satu atu dua orang anggota kelompok tidak berpartisipasi

atau hanya memberikan sedikit sumbangan, maka hasil dari kelompok

tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang

orisinil atau kurang imajinatif.

- Mengundang orang lain untuk berbicara

Maksud dari mengundang orang lain untuk berbicara yaitu meminta

orang lain untuk berbicara agar hasil kelompok bisa maksimal.

- Menyelesaikan tugas tepat waktunya

Tugas yang dikerjakan harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang

direncanakan agar memperoleh nilai yang tinggi.


- Menyebutkan nama dan memandang bicara

Memanggil satu sama lain menggunakan nama dan menggunakan

kontak mata akan memberikan rasa bahwa mereka telah memberikan

kontribusi penting kelompok.

- Mengatasi gangguan

Mengatasi gangguan berarti menghindari masalah yang diakibatkan

karena tidak atau kurangnya perhatian terhadap tugas yang diberikan.

Gangguan dapat membuat suatu kelompok tidak dapat menyelesaikan

tugas belajar yang diberikan.

- Menolong tanpa memberi jawaban

Agar siswa tidak merasa telah memahami atau menemukan konsep,

dalam memberikan bantuan tidak dengan menunjukkan cara

pemecahannya.

- Menghormati perbedaan individu.

Bersikap menghormati perbedaaan terhadap budaya unik, pengalaman

hidup serta suku bangsa/ras dari semua siswa dapat menghindari

permusuhan dalam kelompok. Ketegangan dapat dikurangi, rasa

memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing

individu anggota kelompok dapat meningkatkan rasa kebaikan,

sensitivitas dan toleransi.

3. Pelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD.)

Pelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

adalah salah satu tipe Pelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang

merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku.

Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk

memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran

tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan

catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat diambil pokok-pokok

pemikiran sebagai berikut : bahwa untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas VII-B semester Genap MTs. Al-Maarif BadungTahun

Pelajaran 2016-2017 diantaranya melalui metode Pelajaran kooperatif tipe

STAD. Proses Pelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dalam beberapa

tahap sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan Pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa

2. Menyampaikan informasi mengenai topik yang akan dipelajari.

3. Mengatur siswa dalam kelompok belajar. Kelompok-kelompok belajar

dalam Pelajaran kooperatif merupakan kelompok yang heterogen. Setiap

kelompok beranggotakan 4 atau 5 siswa yang terdiri atas siswa yang

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah dalam kelasnya. Selain itu perlu

dipertimbangkan kriteria heterogenitas lain seperti jenis kelamin, latar

belakang sosial, dan lain-lain


4. Membantu siswa belajar dan bekerja kelompok. Guru memberikan

bimbingan (bila diperlukan) kepada siswa selama mereka menyelesaikan

tugas-tugas yang diberikan.

5. Memberikan penghargaan. Setelah siswa menyelesaikan tugas yang

diberikan, guru memberikan evaluasi secara individu. Penghargaan

diberikan berdasarkan rata-rata skor individu dalam kelompok.

Penghargaan kelompok, dilakukan dalam dua tahap perhitungan yaitu:

a. menghitung skor individu dan skor kelompok, dengan aturan seperti label

berikut (Slavin, 1995:80)


Tabel 1 : Perhitungan Skor Perkembangan
Skor Tes Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10 poin - 1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin diatasnya 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Nilai sempurna 30

b. Memberikan penghargaan atas prestasi kelompok, dibedakan atas tiga


tingkatan sebagai berikut:
1. kelompok dengan rata-rata skor <15 sebagai kelompok baik,
2. kelompok dengan rata-rata skor 15 N25 sebagai kelompok hebat,
3. kelompok dengan rata-rata skor N >25 sebagai kelompok super.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Seting Penelitian

a. Alasan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah Pelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik Pelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8)

mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru

sebagai penelitian; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan

terintegratif; (d) administrasi social eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai

peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama

dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil Pelajaran di

kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun,

kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan

seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini

diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data

yang diperlukan.

b. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini

bertempat di MTs. Al-Maarif Badung Jalan By Pass Ngurah Rai Nomor

30XX Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Tahun

Pelajaran 2016/2017.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret

sampai dengan bulan April semester Genap tahun pelajaran 2016/2017.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi MTs. Al-Maarif Badung

Kelas VII-B Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan jumlah

33 orang terdiri dari 17 orang laki-laki, dan 16 orang perempuan pada

pokok bahasan Garis dan Sudut.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang

bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,

serta memperbaiki kondisi dimana praktek Pelajaran tersebut dilakukan

(dalam Mukhlis, 2000: 3).


Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk

memperbaiki kondisi Pelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/

meningkatkan praktek Pelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan

penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru

(Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu

ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan

pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-

tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.


Put
ara
n1
Refleksi Rencana
Rencana
awal/rancangan Put
awal/rancangan
ara
Tindakan/ n2
Observasi
Rencana yang
Refleksi Rencana yang
direvisi
direvisi
Tindakan/
Observasi

Penjelasan alur di atas adalah:


Gambar 3.1 Alur PTK
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat Pelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari diterapkannya metode Pelajaran model jigsaw.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3,

dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang

sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes

formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan

untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan metode Pelajaran kooperatif model STAD,

observasi aktivitas siswa dan tes formatif.

b. Alat Pengumpulan Data


Adapun alat pengumpulan data yang digunakan ada;ah sebagaiberikut :

1. Tes Tertulis

Tes adalah penilaian yang komperhensif terhadap seorang individu

atau keseluruhan usaha evaluasi program. Bentuk instrument tes

meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif, jawaban

singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja, dan portofolio.

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan seperangkat tes yang

berupa soal berbentuk uraian sebanyak 3-5 soal. Adapun pemilihan

soal uraian adalah ingin melihat kemampuan siswa langkah demi

langkah dalam pengerjaannya. Dalam soal-soal bentuk uraian siswa

diminta merumuskan, mengorganisasikan, dan menyajikan

jawabannya dalam bentuk uraian. Soal-soal bentuk uraian ini terdiri

dari bentuk uraian bebas dan bentuk uraian terbatas atau berstruktur.

Tes tertulis ini dilakukan setiap akhir siklus (Tes Siklus I dan Tes

Siklus II,) dan setiap siklus siswa diberi LKS. Tes ini bertujuan untuk

mengetahui perkembangan, kemampuan atau penguasaan materi yang

telah disampaikan melalui ketuntasan belajar setiap individu dan

ketuntasan belajar klasikal.

2. Non Tes

Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi juga

dapat dinilai dengan non tes. Kelebihan dari alat non tes adalah sifatnya

lebih komperhensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai

aspek dari individu sehingga tidak hanya menilai aspek kognitif, tetapi
juga aspek afektif dan psikomotorik. Alat-alat non tes yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1) Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data tentang sikap dan

kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya dan dilakukan dengan

mengamati kegiatan dan perilaku siswa secara langsung. Observasi

sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur

tingkah laku individu ataupu proses terjadinya suatu kegiatan yang

dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam

situasi buatan.

2) Jurnal

Jurnal adalah karangan yang dibuat siswa pada akhir Pelajaran

yang telah berlangsung dalam upaya perbaiakn pada Pelajaran

berikutnya. Jurnal harian yang digunakan pada penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana sikap, perasaan dan

respon siswa terhadap Pelajaran matematika dengan model STAD

yang diterapkan setiap pertemuannya.

D. Analisa Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan Pelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga
untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan Pelajaran serta aktivitas

siswa selama proses Pelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan

cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata

X = Jumlah semua nilai siswa

N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MTs.

Al-Maarif Badung Tahun Pelajaran 2016-2017, yaitu Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika adalah 77, artinya

seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor minimal 77

atau nilai 77, dan kelas disebut tuntas belajar (P) bila di kelas tersebut

terdapat 80% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan

77 %. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus

sebagai berikut:
P
Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
Siswa

E. Indikator Kinerja

Indikator kinerja Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dianggap tercapai jika :

1. Nilai siswa tuntas jika mencapai minimal 77.

2. Banyaknya persentase siswa yang tuntas (P) mencapai minimal 80%.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:


Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon,
Inc. Boston.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses


Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2100. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Você também pode gostar