Você está na página 1de 32

Pengertian

Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena


penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan
artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di
dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu
saluran kemih (Edu S. Tehupeiory, 2000)

II. Etiologi
Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
Jenis kelamin dan umur
Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat
yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia
menopouse (50-60 tahun).
Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout
berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan,
yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.
Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena
alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk
gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk
mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis
diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.

III. Patofisiologi
1. Presipitasi kristal monosodium urat, dapat terjadi di jaringan jika
konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.
2. Respon leukosit polimorfonuklear (PMN) dan selanjutnya akan terjadi
fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis, terbentuk fagolisosom dan akhirnya membran vakuol
disekeliling kristal bersatu dengan membran leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom, terjadi robekan membram lisosom dan pelepasan enzim
dan oksida radikal ke dalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel, terjadi respon inflamasi dan kerusakan jaringan.
Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap
metabolisme normal dihasilkan asam urat. Normalnya, asam urat ini akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena
ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan
kadarnya meningkat dalam tubuh.
Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu
banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin.
Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian
sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
IV. Tanda dan Gejala
1) Stadium Arthritis Gout Akut
Sangat akut, timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
Keluhan utama: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
Faktor pencetus: trauma lokal, diet tinggi purin (kacang-kacangan, rempelo
dll), kelelahan fisik, stres, diuretic.
Penurunan asam urat secara mendadak dengan allopurinol atau obat
urikosurik dapat menyebabkan kekambuhan.
2) Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi periode
interkritikal asimptomatik.
3) Stadium Arthritis Gout Menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri sehingga dalam
waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Pada tahap ini akan
terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut
sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti
kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada
kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak
dapat menggunakan sepatu lagi.

V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium
LED , CRP analisis cairan sendi asam urat darah dan urine 24 jam ureum,
kreatinin.. Peningkatan kadar asam urat serum (hyperuricemia), Peningkatan
asam urat pada urine 24 jam, Cairan sinovial sendi menunjukkan adanya
kristal urat monosodium, Peningkatan kecepatan waktu pengendapan
Pemeriksaan X-Ray
Pada pemeriksaan x-ray, menampakkan perkembangan jaringan lunak

VI. Penatalaksanaan
1) Non farmakologi
a. Pembatasan makanan tinggi purin ( 100-150 mg purin/hari.
b. Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n BB.
c. Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan tidak
kurang dari 100 g/hari.
d. Rendah protein yang bersumber hewani.
e. Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
f. Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5 ltr
atau sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak, teh, sirop atau
kopi.
g. Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga. Alkohol dapat
meningkatkan asam laktat plasma yang akan menghambat pengeluaran
asam urat
2) Farmakologi
a. Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri dan
inflamasi (colchicine, indometasin, fenilbutazon, kortikostropin)
b. Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu :
Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon, benzbromaron)
dan Inhibitor xantin (alopurinol ).

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Identitas
Prosentase pria : wanita 2 : 1 Pada pria dominan terjadi pada pria dewasa
( 30 th keatas) dan Wanita terjadi pada usia menopause ( 50 60 th ).
Keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik
berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
Pemeriksaan fisik
Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan
Nyeri tekan pada sendi yang terkena
Nyeri pada saat digerakkan
Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)
Denyut jantung berdebar
Riwayat psikososial
Cemas dan takut untuk melakukan kativitas
Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja

2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko gangguan mobilisasi b.d Kurangnya kemampuan merawat anggota
keluarga yang sakit reumatik
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Kurangnya kemampuan merawat
anggota keluarga yang sakit reumatik
3. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan di rumah b.d
kurangngnya mengenal masalah kesehatan

3. Perencanaan dan Implementasi


1. Resiko gangguan mobilisasi b.d Kurangnya kemampuan merawat anggota
keluarga yang sakit reumatik.

$0D
Tujuan umum :
Setelah 3x kunjungan rumah, resiko gangguan mobilisasi klien tidak terjadi
Tujuan Khusus :
1) Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu mengenal masalah
rheumatik pada anggota keluarga. Dengan cara:
a. Menyebutkan pengertian reumatik
Intervensi
a) Diskusikan bersama keluarga pengertian reumatik dengan menggunakan
lembar balik
b) Tanyakan kembali pada keluarga.tentang pengertian reumatik
c) Beri pujian atas usaha yang dilakukan keluarga
b. Menyebutkan penyebab reumatik
Intervensi
a) Diskusikan bersama keluarga tentang penyebab reumatik dengan
menggunakan lembar balik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab reumatik
c) Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
c. Menyebutkan tanda dan gejala reumatik
Intervensi
a) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda reumatik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tanda-tanda
reumatik
c) Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
2) Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu mengambil
keputusan untuk merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi
dengan cara:
a. Menyebutkan akibat lanjut tidak diobatinya reumatik

Intervensi
a) Jelaskan pada keluarga akibat lanjut apabila reumatik tidak diobati dangan
menggunakan lembar baik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali akibat lanjut dari reumatik
yang tidak diobati
c) Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
b. Memutuskan untuk merawat
Intervensi
a) Motivasi keluarga untuk mengatasi masalah yang dihadapi
b) Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga untuk merawat anggota
kelurga yang mengalami reumatik
3) Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu merawat anggota
keluarga dengan reumatik :
a. Menyebutkan cara perawatan reumati
Intervensi
a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan reumatik dengan
menggunakan lembar balik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali perawatan reumatik
c) Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
b. Mendemonstrasikan cara latihan gerak
Intervensi
a) Demonstrasikan pada keluarga tentang cara latihan gerak pada persendian,
sendi kepala sampai sendi kaki
b) Berikan kesempatan pada keluarga untuk mencoba melakukan latihan
gerak
c) Beri reinforcement positif atas usaha keluarga
d) Pastikan keluarga akan melakukan tindakan yang diajarkan jika diperlukan
c. Menyebutkan jenis makanan untuk reumatik
Intervensi
a) Diskusikan bersama keluarga tentang jenis makanan/diit untuk reumatik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali diit reumatik
c) Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
4. Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu memelihara/
memodifikasai lingkungan rumah yang sehat:
a. Cara memelihara/ memodifikasi lingkungan yang sehat
Intervensi
a) Menjelaskan lingkungan yang dapat mencegah reumatik
b) Memotivasi keluarga untuk mengulangi penjelasan yang diberikan
c) Beri reinforcement positif atas upaya yang dilakukan keluarga

5. Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu memanfaatkan


pelayanan kesehatan dengan cara:
a. Menyebutkan kembali manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan

Intervensi
a) Menginformasikan mengenai pengobatan dan pendidikan kesehatan yang
dapat diperoleh keluarga di pelayanan kesehatan
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil diskusi
c) Beri reinforcement positif atas hasil yang dicapai keluarga
b. Memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam merawat reumatik
Intervensi
a) Tanyakan perasaan keluarga setelah mengunjungi fasilitas kesehatan
b) Berikan reiforcement positif atas tindakan tepat yang dilakukan oleh
keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.
Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media
Aeusculapius.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.,
Ed. 4, EGC, Jakarta.
Suparyanto. Metabolisme Purin dan Pirimidin. http://dr-suparyanto-
m.kes.blogspot.com (Online) 01 Juli 2012.

http://hstw4n.blogspot.co.id/2012/08/laporan-pendahuluan-atritis-gout-asam.html

Pengertian
Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan
asam urat yang nyeri pada tulang dan sendi, sangat sering ditemukan pada
kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah ( Merkie, Carrie,
2005 ).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan
dengan defek genetic pada metabolisme purin atau hiperuricemia ( Brunner
& Suddarth, 2001 : 1810 ).
Arthritis pirai ( gout ) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit
Kristal asam urat di daerah persendiaan yang menyebabkan terjadinya
serangan inflamasi akut.

2. Etiology
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit/penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan
kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat yang
kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung seperti :
a. Faktor genetic seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan ( Hiperuricemia ), retensi asam urat atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang kan menyebabkan :
- Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia
- Karena penggunaan obat obatan yang menurunkan eksresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid
dan etambutol.
c. Pembentukan asam urat yang berlebih :
- Gout primer metabolic disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
- Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat berlebih
karena penyakit lain seperti leukemia.
d. Kurang asam urat melalui ginjal
e. Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di tubulus distal ginjal
yang sehat.
f. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal misalnya
glomeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
95 % penderita gout ditemukan pada pria. Gout sering menyerang
wanita pada post menopause usia 50 60 tahun. Juga dapat menyerang laki
laki usia pubertas dan atau usia diatas 30 tahun. Penyakit ini paling sering
mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan pergelangan
kaki.
3. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan system eksresi asam urat yang tidak
adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam
plasma darah ( hiperuricemia ), sehingga mengakibatkan Kristal asam urat
menumpuk dalam tubuh. Pennimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan
menimbulkan responinflamasi.
Hiperuricemia merupakan hasil :
- Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
- Menurunnya eksresi asam urat.
- Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam
garam urat yang berakumulasi atau menumuk di jaringan konectif diseluruh
tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal memicu respon inflamasi
akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak
jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat
dalam darah. Mekanisme serangan gout akan berlangsung melalui beberapa
fase secara berurutan, sebagai berikut :
- Presipitasi Kristal monosodium urat. Dapat terjadi dalam jaringan bila
konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Prseipitasi ini terjadi di rawan,
sonovium, janringan para artikuler misalnya bursa, tendon dan selaputnya.
Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus ( coate ) oleh berbagai
macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk
berespon terhadap pembentukan Kristal.
- Respon leukosit polimorfonukuler ( PMN ). Pembentukan Kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan
selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh leukosit.

4. Tanda dan gejala


Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak
diobati, antara lain :
a. Hiperuricemia asimtomatik
b. Arthritis gout akut
c. Tahap interkritis
d. Gout kronik
Gout akut berupa :
a. Nyeri hebat
b. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
c. Sakit kepala
d. Demam
Gangguan kronik berupa :
a. Serangan akut
b. Hiperurisemia yang tidak diobati
c. Terdapat nyeri dan pegal
d. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi ( penumpukan
monosodium asam urat dalam jaringan )

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat
mungkin, mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
Medikasi
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 3,0
mg ( dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
b. Terapi farmakologi ( analgetik dan antipiretik )
c. Colchines ( oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal
asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
d. Nostreoid, obat obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan inflamasi.
e. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
f. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat
akumulasi asam urat.
g. Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane ) pada pasien yang
tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat
dengan Allopurinol 100 mg 2x/hari.
Perawatan
a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung
purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan
herring, kacang kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.
b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus
benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan
berat badan.
c. Anjurkan asupa tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan
ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.
d. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak
e. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
f. Hindari penggunaan alkohol.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui
anamnesis riwayat penyakit, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostic.
a. Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama,
bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi
kesehatan, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosis medis.
b. Riwayat penyakit sekarang : Pengumulan data dilakukan sejak munculnya
keluhan dan secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala
tersebut berkembang. Enting ditanyakan berapa lama pemakaian obat
analgesic, allopurinol.
c. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya gout ( misalnya penyakit gagal ginjal
kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan
adalah pernakah klien dirawat dengan maslah yang sama. Kaji adanya
pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.
d. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu
yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout
dipenagruhi oleh faktor genetic. Ada produksi/sekresi asam urat yang
berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
e. Riwayat psikososial : Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon didapat
meliputi adanya kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan
adanya sensanyi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan
ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit dan
peningkatan asam urat pada sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam
keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan
respon terhadap konsep diri yang maladaptif.
f. Pemeriksaan diagnostic : Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat
perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada
kasus lebih lanjut, terlihat erosi tulang seperti lubang lubang kecil ( punch
out ).

2. Diagnosis yang mungkin muncul


a. Nyeri sendi b/d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane
sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan
pembentukan panus.
b. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelamahan otot
pada rentang gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi
tulang rawan dan pembentukan panus.
c. Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus.
d. Perubahan pola tidur b/d nyeri.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa I : Nyeri sendi b/d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada


membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera
sinovia dan pembentukan panus.
Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
x24 jam, nyeri yang dirasakan klien berkurang
Dengan kriteria hasil :
- Klien melaporkan penelusuran nyeri
- Menunjukkan perilaku yang lebih rileks
- Skala nyeri nyeri berkurang dari 0 1 atau teratasi.
Intervensi :
a. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri kedaerah
yang baru. Kaji nyeri dengan skala 0 4.
b. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus.
c. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri non
farmakologi dan non invasive.
d. Ajarkan relaksasi : teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat
mengurangi intensitas nyeri nyeri.
e. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
f. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan
berapa lama nyeri akan berlangsung.
g. Hindarkan klien meminum alkohol, kafein dan diuretic.
h. Kolaborasi dengan dokter pemberian allopurinol.
Diagnosa II: Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak,
kelamahan otot pada rentang gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki
sekunder akibat erosi tulang rawan dan pembentukan panus.
Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien
mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya. Dengan
kriteria hasil :
- Klien ikut dalam program latihan
- Tidak mengalami kontraktur sendi
- Kekuatan otot bertambah
- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan
mempertahankan koordinasi optimal.
Intervensi :
a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan.
b. Ajarkan klien melakukan latihan room dan perawatan diri sesuai toleransi.
c. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Diagnosa III : Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk kaki dan
terbentuknya tofus.
Tujuan keperawatan : Citra diri meningkat.
Kriteria hasil :
- Klien mampu mengatakan dan mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang terjadi
- Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.
- Mengakui dan menggabungkan dalam konsep diri
Intervensi :
a. Kaji perubahan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
b. Tingkatkan kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang
sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat
c. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan
d. Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak
mungkin hal untuk dirinya.
e. Bersama klien mencari alternative koping yang ositif.
f. Dukung erilaku atau usaha peningkatan minat atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi.
g. Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.

http://askep-poltekesjyp.blogspot.co.id/2013/08/askep-gout-artritis.html

LAPORAN PENDAHULUAN ATRITIS GOUT (ASAM URAT)

A. Konsep Medis

1. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi Fisiologi Rangka

Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal (tulang). Rangka
(skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan
(kartilago), sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi.

Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang tulang (sekitar 206 tulang )
yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama
tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago.
Rangka digolongkan menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian.
1) Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso.

a) Kolumna vertebra

b) Tengkorak

- Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-organ panca indera.

- Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi.

- Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.

- Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.

2) Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan tulang pectoral
serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada
rangkai aksial.

3) Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.

Fungsi Sistem Rangka :

1) Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat melekatnya


ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga memberi bentuk pada tubuh.

2) Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak,
adanya persendian.

3) Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.

4) Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).

5) Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow).

Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :

F Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas

F Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari tulang
karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.

F Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2 tulang karang di
sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar.

F Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.


Struktur Tulang

Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang pendek, panjang,
tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk tidak beraturan. Terdapat
juga tulang yang berkembang didalam tendon misalnya tulang patella (tulang
sessamoid). Semua tulang memiliki sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.
Bagian tulang tumbuh secara longitudinal,bagian tengah disebut epiphyse yang
berbatasan dengan metaphysic yang berbentuk silinder.

Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan total
aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki arteri menyuplai darah yang
membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang kemudian bercabang ke
atas dan ke bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai
korteks, morrow, dan sistem harvest.

Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi


tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis sementara serabut syaraf
efferent menstramisikan rangsangan nyeri.

Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang

Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan maksimal.


Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian pertumbuhan yang
seimbang pembentukan dan penghancuran hanya berlangsung hanya sampai usia
35 tahun. Tahun tahun berikutnya rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga
tulang mengalami penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap
injury.Pertumbuhan dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone
sebagai berikut :

Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor. Konsentrasi
ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila kadar kalsium meningkat
maka kadar fosfor akan berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah,
calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.

Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam menurunkan kadar
kalsium jika sekresi meningkat di atas normal. Menghambat reabsorbsi tulang dan
meningkatkan sekresi fosfor oleh ginjal bila di perlukan.

Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah untuk


meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus, juga memberi
kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas kalsium dari tulang.

Proses Pembentukan Tulang

Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar ultraviolet


matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi denagan kalsium dan
fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin, termasuk vitamin
D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah D3 (kolekalsiferol), yang
dihasilkan olehakifitas foto kimia pada kulit ketika dikenai sinar ultraviolet matahari.
D3 pada kulit atau makanan diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa globulin
sebagai transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi
kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk
transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25 dihydroxycho
lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di produksi diatur oleh hormone
parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor
penambahan produksi kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau
pengurangan kadar fosfat dalam cairan darah.

Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara optimal dan
bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu pengaturan kalsium darah.
Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan vitamin D dihasilkan karena pengurangan
penyerapan kalsium dari usus, dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT
dan pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.

Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun sekresi hormone
parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam menyalurkan kalsium ke dalam
darah lebih lanjutnya hormone ini menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal
dan memfasilitasi absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.

Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan


penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.

Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan hormone ini dapat


meningkat atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau meningkatkan
matriks organic. Tulang ini juga membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan
fosfor dari usus kecil.

Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan menghambat


hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada masa menopause,
wanita sangat rentan terjadinya massa tulang (osteoporosis).

Persendian

Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada


tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis
jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurut fungsi
persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada
persendian).

Klasifikasi struktural persendian :

Persendian fibrosa

Persendian kartilago
Persendian synovial.

Klasifikasi fungsional persendian :

Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati

Secara structural, persendian ii dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau


kartilago.

Amfiartrosis

Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya sedikit gerakan


sebagai respon terhadap torsi dan kompresi .

Diartrosis

Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi sinovial.Sendi ini memiliki rongga
sendi yang berisi cairan sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua
tulang, dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.

Klasifikasi persendian sinovial :

Sendi sfenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih besar,menuju ke tiga


arah. Contoh : sendi panggul dan sendi bahu.

Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh : persendian pada
lutut dan siku.

Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis sentral.Contoh :


persendian antara bagian kepala proximal tulang radius dan ulna.

Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut kanan setiap


tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang karpal.

Sendi pelana : Contoh : ibu jari.

Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan tulang
lainnya. Contoh : persendian intervertebra.

a. Anatomi Fisiologi Otot.

Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia
menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap perubahan lingkungannya.
Jaringan otot, yang mencapai 40% -50% berat tubuh,pada umumnya tersusun dari
sel-sel kontraktil yang serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan
pergerakan dan melakukan pekerjaan.

Fungsi sistem Muskular

Pergerakan

Penopang tubuh dan mempertahankan postur


Produksi panas.

Ciri-ciri otot

Kontraktilitas

Eksitabilitas

Ekstensibilitas

Elastisitas

Klasifikasi Jaringan Otot

Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang


(lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya,volunteer (sadar)
atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang
hanya ditemukan di jantung.

Jenis-jenis Otot

Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.

Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan
pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding
tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,reproduksi, urinarius, dan sistem
sirkulasi darah.

Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.

1. Pengertian

Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat
yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).

Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam


urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005).

Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan


defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth.
2001).

Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal
asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi
akut.

Jadi, Gout atau sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik
dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan
asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
2. Etiologi

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan


kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam
pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.

Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :

a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.

b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan


ginjal yang akan menyebabkan :

- Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.

- Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti :


aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol..

3. Pathofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang


mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.

Hiperurecemia merupakan hasil :

a. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.

b. Menurunnya ekskresi asam urat.

c. Kombinasi keduanya.

Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh,
penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan
netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.

Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.

Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan
ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang
menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi
metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata
kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai
dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan
dengan interval yang tidak teratur.

Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2
tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular
yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya
disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai
dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago,
membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut,
kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal.
Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri
dari Kristal asam urat.

4. Manifestasi Klinis

a. Nyeri tulang sendi

b. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi

c. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga

d. Peningkatan suhu tubuh.

Gangguan akut :

o Nyeri hebat

o Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang

o Sakit kepala

o Demam.

Gangguan kronis :

o Serangan akut

o Hiperurisemia yang tidak diobati

o Terdapat nyeri dan pegal


o Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan
monosodium urat dalam jaringan)

5. Penatalaksanaan Medik

Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah


serangan berulang, dan pencegahan komplikasi.

a. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchicine


1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone, Indomethacin.

b. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)

c. Kompres dingin

d. Diet rendah purin

e. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)

f. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam
urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.

g. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.

h. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.

i. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam


urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien
dengan gagal ginjal).

j. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan


probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan
terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol
100 mg 2 kali/hari.

6. Komplikasi

a. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi
yang menyebabkan degenerasi sendi.

b. Hipertensi dan albuminuria.

c. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan inflamasi

b. SDP meningkat (leukositosis)

c. Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah

d. Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah mikroskop khusus akan
tampak kristal urat yang berbentuk seperti jamur

e. Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan masa tefoseus
dan destruksi tulang dan perubahan sendi

8. Pencegahan

a. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan


(jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan,
Bayam, Udang, Daun melinjo.

b. Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan
asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan
tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit
juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan
mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.

c. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi
sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.

d. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani
dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.

e. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.

f. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan
segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah
semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-
buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-
buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari
adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang
tinggi.

g. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka
yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat
plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh
A. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Nama, umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya 95%
penderita gout adalah pria), dll

b. Keluhan Utama

Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki
(sendi lain)

c. Riwayat Penyakit Sekarang

atif) : Kaji penyebab nyeri

y / qualitas) : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien

) : Kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya pada pangkal ibu jari)

y) :` Apakah mengganggu aktivitas motorik ?

: Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ? (Biasanya terjadi pada malam hari)

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal ?

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit yang
sama seperti yang diderita klien sekarang ini.

f. Pengkajian Psikososial dan Spiritual

: Biasanya klien mengalami peningkatan stress

: Cenderung menarik diri dari lingkungan

: Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan ibadah menurut


agamanya

g. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

1) Kebutuhan nutrisi

Makan : Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya protein)

Minum : Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)


2) Kebutuhan eliminasi

a) BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau

b) BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau

3) Kebutuhan aktivitas

Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara


mandiri akibat nyeri dan pembengkakan

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum :

1) Tingkat kesadaran

2) GCS

3) TTV

b. Peningkatan penginderaan

1) Sistem integument

Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba hangat

2) Sistem penginderaan

Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera, gerakan bola mata

Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman atau tidak

Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau tidak, biasanya terdapat
tofi pada telinga

3) Sistem kardiovaskuler

Inspeksi : Apakah ada pembesaran vena jugularis

Palpasi : Kaji frekuensi nadi (takhikardi)

Auskultasi : Apakah suara jantung normal S1 + S2tunggal / ada suara tambahan

4) Sistem penceranaan

Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran pada abdomen

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan pada abdomen

Perkusi : Apakah kembung / tidak


Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus

5) Sistem muskuluskeletal

Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan nyeri yang luar
biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi perifer, deformitas
(pembesaran sendi)

6) Sistem perkemihan

Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal

c. Pemeriksaan diasnostik.

Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan
mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi
tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).

3. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane sinovia,


tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan
panus.

b. Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada


gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan,
proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.

c. Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.

d. Perubahan pola tidur b.d nyeri

4. Intervensi Keperawatan

a. Dk. I : Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane


sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan
pembentukan panus.

Tujuan keperawatan : Nyeri berkurang, hilang, teratasi.

Kriteria hasil :

o Klien melaporkan penelusuran nyeri.

o menunjukan perilaku yang lebiih rileks.

o memperagakan keterampilan reduksi nyeri.

o Skala nyeri 0 1 atau teratasi.


INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI
Nyeri merupakan respon
Kaji lokasi, intensitas,an tipe
subjektif yangbdapat dikaji
nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke
dengan menggunakan skala
daerah yang baru. Kaji nyeri
nyeri. Klien melaporkan nyeri
dengan skala0 4.
biasanya di atas tingkat cedera.

Nyeri dipengaruhi oleh


kecemasan dan peradangan
Bantu klien pada sendi.
dalam mengidentifikasi factor
pencetus. Pendekatan dengan
menggunakan relaksasi dan
farmakologilain menunjukan
keefektifan dalam mengurangi
Jelaskan dan bantu klien terkait nyeri.
dengan tindakan pereda nyeri
nonfamakologi dan non invasif. Akan melancarkan peredaran
darah sehingga kebutuhan
oksigen pada jaringan terpenuhi
dan mengurangi nyeri.

Mengalikan perhatian klien


Ajarkan relaksasi: teknik terkait terhadap nyeri ke hal yang
ketegangan otot rangka yang menyenangkan.
dapat mengurangi intensitas nyeri.
pegetahuan tersebut membatu
mengurangi nyeri dan dapat
menbatumeningkatkan
kepatuhan klien terhadap
Ajarkan metode distraksi selama
rencana terapeutik
nyeri akut.
pemakaian alkohol, kafein, dan
obat-obatan diuretik akan
menambah peningkatan kadar
Tingkatkan
asam urat dalam serum.
pengetahuaan tentang penyebab
nyeri dan hubungan dengan
berapa lama nyeri akan
Alopurinol menghambat
berlangsung.
biosentesis asam urat sehingga
menurunkan kadar asam urat
Hindarkan klien meminum
alcohol, kafein, dan obat diuretik. serum.

KOLABORASI

Kolaborasi dengan tim


medis untuk pemberian
alopurinol

b. Dk. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot,


pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan,
proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.

Tujuan keperawatan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan


kemampuannya.

Kreteria hasil :

o Klien ikut dalam program latihan

o Tidak mengalami kontraktur sendi

o Kekuatan otot bertambah

o Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan mempertahankan


koordinasi optimal.

INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI

Kaji mobilitas yang ada dan Mengetahui tingkat kemampuan


observasi adanya peningkatan klien dalam melakukan aktifitas.
kerusakan.

Ajarkan klien melakukan latihan


gerak aktif pada ekstermitas Gerakan aktif memberi masa
tonus, dan kekuatan otot, serta
yang tidak sakit. memperbaiki fungsi jantung dan
pernafasan.
Bantu klien melakukan latihan
ROM dan perawatan diri sesuai Untuk mempertahankan
toleransi. fleksibilitas sendi sesuai
kemampauan.
Pantau kemajuan dan
perkembangan kemamapuan Untuk mendeteksi
klien dalam melakukan aktifitas perkembangan klien.

KOLABORASI

Kolaborasi dengan ahli Kemampuan mobilisasi


fisioterapi untuk latihan fisik ekstermitas dapat ditingkatkan
klien. dengan latihan fisik dari tim
fisioterapi.

c. Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.

Tujuan perawatan : Citra diri klien meningkat

Kriteria hasil :

o Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang


situasi dan perubahan yang terjadi

o Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi

o Mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa merasakan harga dirinya negatif.

INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Menetukan bantuan
Kaji perubhan perspsi dan
individual dalm
hubungannya dengan
menyusun rencana
derajat kletidak mampuan.
perawatan atau
pemilihan intervensi

Membantu klien melihat


Ingantkan kembali realitas bahwa peraat menerima
bahwa masih dapat kedua bagian dari
menggunakan sisi yang seluruh tubuh dan mulai
sakit dan belajar menerima situasi baru.
mengontrol sisi yang sehat.
Membantu meningkatkan
Bantu dan ajurkan perawatan perasaan harga diri dan
yang baik dan memperbaiki mengontrol lebih dari
kebiasaan. satu area kehidupan.

Menghidupkan kembali
perasaan mandiri dn
membatu
perkemabangan harga
Anjurkan orang terdekat diri serta memengaruhi
untuk mengizinkan klien proses rehabilitasi.
melakukan sebanyak
mungkin hal untuk dirinya. Dukungan perawat kepada
klien dapat meningkat
kan rasa percaya diri
klien.
Bersama klien mencari
Klien dapat beradaptasi
alternatif koping yang
terhadap perubahan dan
positif.
memahami peran
individu dimasa
mendatang.
Dukung prilaku atau usaha
peningkata minat atau
partisipasi dalam aktifitas Dapat memfasilitasi
rehabilitasi. perubahan peran yang
penting untuk
KOLABORASI perkembangan
perasaan.
Kolaborasi denagn
ahli neuropsikologi dan
konseling bila da
indikasi .

d. DK IV : Perubahan Pola Tidur b/d Nyeri.

Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.

INTERVENSI RASIONAL

Tentukan kebiasaan tidurnya Mengkaji pola tidurnya dan


dan perubahan saat tidur. mengidentifikasi intervensi yang
tepat.

Bila rutinitas baru mengandung


Buat rutinitas tidur baru yang aspek sebanyak kebiasaan lama,
dimasukkan dalam pola lama stress dan ansietas yang
dan lingkungan baru. berhubungan dapat berkurang

Membantu menginduksi tidur


Dapat merasakan takut jatuh
karena perubahan ukuran dan
tinggi tempat tidur, memberikan
kenyamanan pagar tempat untuk
Tingkatkan regimen
membantu mengubah posisi.
kenyamanan waktu tidur,
misalnya mandi hangat dan
Tidur tanpa gangguan lebih
massage.
menim-bulkan rasa segar, dan
pasien mungkin tidak mampu
untuk kembali ke tempat tidur bila
Gunakan pagar tempat tidur terbangun.
sesuai indikasi ; rendahkan
tempat tidur jika memungkinkan. Di berikan untuk membantu
pasien tidur atau istirahat.

Kolaborasi dalam pemberian


obat sedative, hipnotik sesuai
dengan indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_back.jpg

http://yadikustiyadi.blogspot.com/2013/05/laporan-pendahuluan-arthritis-gout_13.html

http://dikha-dwi.blogspot.co.id/2014/04/laopran-pendahuluan-atritis-gout-asam.html

Você também pode gostar