Você está na página 1de 20

NARKOBA

NAMA : DEVI SRI NURTIANA


KELAS : XI ANALIS KESEHATAN

SMK YPIB SUBANG

1
1. Pengguna Narkoba 5,8 Juta Tahun 2012

Rabu, 31 Oktober 2012 | 14:28 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com Persoalan penyalahgunaan narkoba sangat serius.
Peningkatan jumlah penggunanya sangat signifikan. Narkoba juga masuk ke semua institusi
dan kalangan. Apabila tidak ditangani secara serius dan komprehensif, Indonesia akan
mengalami kehilangan generasi.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional Gories Mere sebelum
menandatangani kesepahaman dengan Komisi Yudisial terkait pengawasan proses
persidangan tindak pidana narkotika dan prekursor di Jakarta, Rabu (31/10/2012).
Prevalensi penyalahgunaan narkoba dalam penelitian BNN dan Puslitkes UI serta berbagai
universitas negeri terkemuka, pada 2005 terdapat 1,75 persen pengguna narkoba dari jumlah
penduduk di Indonesia.
Prevalensi itu naik menjadi 1,99 persen dari jumlah penduduk pada 2008. Tiga tahun
kemudian, angka sudah mencapai 2,2 persen. Pada 2012, diproyeksikan angka sudah
mencapai 2,8 persen atau setara dengan 5,8 juta penduduk.
Tanpa upaya konsisten dan sinergi pemberantasan narkoba, angka itu akan terus meningkat.
Pengguna narkoba semakin banyak, bahkan ke aparat pemerintah dan penegak hukum.

2
2. Pengguna Narkotika Mulanya Perokok

Jakarta, Kompas - Penggunaan narkotika umumnya diawali dari kebiasaan merokok. Karena
pengaruh rokok dirasa makin berkurang, sebagian perokok berpindah ke ganja dan morfin.
Penggunaan morfin dengan jarum suntik membuat jumlah penderita HIV/AIDS kian besar.

"Perang melawan narkotika dan HIV/AIDS yang ditularkan melalui jarum suntik sulit
berhasil selama peredaran rokok tak dibatasi," kata Hakim Sorimuda Pohan dari Jaringan
Kerja Pengendalian Masalah Tembakau Indonesia (Indonesian Tobacco Control Network) di
Jakarta, Rabu (8/2).

Sifat adiksi tembakau membuat dosis yang dibutuhkan perokok untuk merasa tenang akan
terus bertambah dari hari ke hari. Sensitivitas otak untuk mengeluarkan dopamin yang
membuat seseorang nyaman dan bahagia makin lama makin kurang. Saat inilah, perokok
berpindah ke narkotika untuk mendapatkan efek serupa.

Meski dampak rokok bagi kesehatan masyarakat sangat besar dan Mahkamah Konstitusi
sudah menegaskan tembakau sebagai zat adiktif sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, hingga kini pemerintah belum serius membatasi rokok dengan
mengesahkan rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang pengamanan bahan yang
mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan Indonesia.

"Padahal, RPP yang merupakan amanat UU Kesehatan itu seharusnya sudah disahkan tahun
2010," kata Ketua Tobacco Control Support Center, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia, Alex Papilaya.

Kondisi itu dinilai Tulus Abadi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia sebagai
ketidakpedulian pemerintah untuk melindungi kesehatan warga. "Pemerintah mencontohkan
untuk tidak patuh kepada hukum," ujarnya.

Pemerintah juga wajib melindungi konsumen rokok dari informasi yang tidak utuh. Dampak
kesehatan rokok sangat nyata, tetapi iklan rokok yang gencar membuat konsumen
tersamarkan dari dampak buruknya.

Mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Kartono Mohamad membantah keyakinan
sebagian orang bahwa pengaturan rokok akan merugikan petani, perusahaan rokok kecil, dan
pedagang hingga menimbulkan lonjakan penganggur. "Tidak ada negara yang mengatur
rokok dengan ketat maka petaninya mati," ujarnya.

Sejak dulu, sebelum RPP ada, banyak perusahaan rokok kecil tutup akibat tidak mampu
bersaing dengan perusahaan rokok besar. Petani tembakau sulit sejahtera karena terjerat
tengkulak dan adanya impor tembakau dari Amerika Serikat dan China oleh perusahaan
rokok besar.

Pembatasan rokok tidak akan mengurangi pendapatan negara. Selama ini cukai yang
dibayarkan perusahaan rokok sejatinya dibayar oleh konsumen Sumbangan industri rokok
terhadap ekonomi nasional relatif kecil.

3
Koordinator Pengembangan Peringatan Kesehatan Berbentuk Gambar, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Widyastuti Soerojo, menegaskan, RPP tidak melarang
orang merokok, tetapi membatasi perokok agar racun rokok tidak menyebar ke masyarakat
bukan perokok.

"Aturan ini tidak akan membuat pabrik rokok tutup atau petani tembakau mati. Perokok akan
tetap ada karena sulit menghentikan kebiasaan merokok akibat zat adiktif yang
dikandungnya," ujarnya. (MZW)

4
3. Remaja Pemakai Narkoba Bisa Berperilaku Seks
Bebas

Majalah Gemari, Juni 2003

Jumlah remaja yang meninggal akibat kecanduan narkoba tiap tahun kian meningkat.
Khususnya di DKI Jakarta, 20% dari 4 Juta pemakai narkoba adalah anak di bawah usia 18
tahun atau remaja yang notabone penerus cikal bakal negeri ini. Bhakan, 3 dari 10 anak di
Jakarta terlibat penggunaan narkoba sekaligus terlibat produksi dan distribusinya. Dapat
dibayangkan bila banyak remaja kita mengkonsumsi dan mendistribusikan "daun surga",
bagaimana masa depan negeri ini kelak?

Dari kanak-kanak hingga orang dewasa, siapa yang tidak kenal dengan narkoba (narkotika
dan bahan adiktif). Benda berbentuk serbuk putih ini begitu mudahnya beredar ke sekolah-
sekolah dan tempat-tempat potensial remaja biasanya berkumpul. Tak kepalang tanggung ,
pelajar di sekolah Jakarta pun di sinyalir banyak yang terlibat sebagai pemakai sekaligus
pengedar.
Berdasar data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), dari 4 juta pemakai semua berpotensi
menjadi pecandu. Uniknya, orang tua lebih sulit diberi penyuluhan sementara kasus di
lapangan, banyak anak frustasi karena orang tua pemakai narkoba. "ini adalah keprihatinan
milik bangsa," cetus Nurul Arifin, artis yang kian aktif memberikan peyuluhan masalah
HIV/AIDS dan narkoba pada remaja, saat berdialog dengan pelajar-pelajar SLTP se DKI
Jakarta tentang Kewaspadaan Generasi Muda Terhadap Bahaya Penyalahgunaan
Nafza/Narkoba di Gedung Menza, Jakarta, akhir April 2003 lalu.

Keterlibatan pemerintah daerah dalam menangani kasus narkoba, diakui Syamsidar Siregar,
anggota DPRD komisi E, yang juga menjadi nara sumber dalam acara ceramah dan dialog
ini, sampai saat ini belum menunjukkan hasil cukup baik. Banyak penyuluhan dan
pencegahan narkoba tetapi narkoba tetap marak, supremasi hukum belum sepenuhnya
ditegakkan dan belum terjalin kerja sama yang baik antara penegak hukum dan instansi
terkait.

Belum adanya keberanian para orang tua untuk mengungkapkan bahwa anaknya terlibat
narkoba juga menjadi salah satu kendala lambatnya penanggulangan kasus ini. Selain itu,
pemanfaatan RSUD Jiwa dan Narkoba milik Pemda DKI Jakarta di daerah duren sawit,
ternyata kalah "tenar" dengan Rumah sakit Ketergantungan obat (RSKO) Fatmawati Jakarta.
Padahal, rumah sakit yang menelan dana Rp 30 miliar dibangun pemerintah guna menyiasati
tingginya penderita akibat kecanduan narkoba dan meringankan biaya penderita yang harus
berobat ke rumah sakit swasta.
"Kenyataannya hingga saat ini pasien yang berobat ke Rumah Sakit Jiwa dan narkoba di
Duren Sawit Cuma ada 2 - 3 orang" ungkap syamsidar. Kurangnya sosialisasi tentang
keberadaan rumah sakit yang menangani kasus penderita narkoba di DKI Jakarta ini, ungkap
Syamsidar menunjukan Pemda kurang konsen terhadap narkoba. "Perencanaan RSUD
mestinya sudah disiapkan sejak dini. Pola seperti ini harus diubah bukan untuk kepentingan
proyek tapi untuk kepentingan masyarakat."

5
Hal senada di ungkap Nurul, instansi pemerintah hendaknya tidak cukup hanya mengeluarkan
konsep, tetapi butuh konsistensi. Selama konsistensi itu tidak dilakukan, pengembangan
narkoba akan lebih parah. Terutama remaja pemakai narkoba umumnya juga mengarah pada
perilaku seks bebas yang semakin berdampak buruk bagi perkembangan fisik dan mental
generasi muda ke depan.

Melencengnya sebagian remaja pada perilaku seks bebas, karena ketidaktahuan remaja
tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Beruntung, belum lama ini pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) telah dimasukan dalam kurikulum SLTP.
Penempatan ini dinilai cukup tepat, karena bila masuk kurikulum SMU, sudah terlambat dan
anak-anak SMU sudah terlibat seks bebas secara serius. Kendati demikian, sampai saat ini
kurikulum baru ini dinilai ba nyak kalangan belum efektif benar.
"Saya pikir, ukuran keberhasilan dari adanya kurikulum baru ini, tergantung pada individu.
Penyuluhan narkoba yang diberikan di banyak tempat, pasti mencoba memberikan yang
terbaik, tapi setelah keluar dari lingkungan itu tergantung pada pilihan dirinya," ujar istri dari
Mayong Suryolaksono ini, saat mengakhiri perbincangan dengan beberapa wartawan di sela
acara penyuluhan masalah narkoba yang diselenggarakan atas kerjasama kantor BKKBN
DKI Jakarta dan Yayasan Al Ikhwan.

6
4.70 Persen Penderita HIV Pengguna Narkoba

Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kota Bogor, 70 persen
penderita HIV adalah pengguna narkoba.
"70 persen penderita HIV adalah pengguna narkoba, sisanya menyusul pekerja seks komersil,
gay, dan masyarkat umum," kata Iwan Suryawan, Sekretaris KPAD Kota Bogor, kepada
Antara di Bogor, Selasa (23/2/2010).

Artinya, kata Iwan, sebagian besar penderita HIV/AIDS adalah pengguna narkoba. Ia
mengatakan bahwa pengguna narkoba di Bogor cukup banyak, yang berarti aktivitas
peredaran narkoba juga cukup tinggi.

Hal itu dilihat dari jumlah kelompok berisiko HIV/AIDS di Kota Bogor sebanyak 5.530
orang, yang terdiri dari 1.460 pengguna narkoba dan jarum suntik, 320 wanita penjaja seks,
100 waria, 210 gay, sisanya masyarakat umum dan pekerja sosial lainnya.

Parahnya lagi, kata Iwan, penyebaran virus HIV/AIDS sudah menyerang usia 13 hingga 20
tahun. Bukan hanya itu, kata Iwan, sudah ada kasus bayi terjangkit HIV/AIDS dari sang ibu
yang tertular dari suaminya.

Semakin banyaknya pengidap HIV/AIDS membuat pihak KPAD terus berupaya melakukan
upaya pencegahan dan penanggulangan. Salah satunya adalah mengoptimalkan klinik VCT
(voluntary counseling and testing) yang tersebar di Kota Bogor.

Di wilayah Kota Bogor, klinik VCT tersebar di seluruh puskesmas, Rumah Sakit Marzuki
Mahdi, dan di Lapas Paledang. "Untuk di Lapas paledang sudah ketentuan setiap yang masuk
akan diperiksa di klinik VCT untuk mengetahui apakah dia pengidap HIV atau bukan," kata
Iwan.

Iwan mengatakan, jumlah penderita HIV positif di Bogor berdasarkan data April 2009
sebanyak 751 orang. "Untuk AIDS tercatat 316 orang dan 45 orang meninggal karena AIDS."
Makin banyaknya jumlah penderita HIV/AIDS selain disebabkan pola hidup yang salah, juga
karena sudah adanya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri.

7
5. Ada 42 Ribu Pengguna Narkoba di NTT
TEMPO.CO Jum, 30 Agu 2013
2011 mencapai 42.461 orang, diantaranya, 13.724 coba pakai, 19.048 pemakai, 420 pengguna
jarum suntik dan 1000 lebih pencandu narkoba.
Tingginya pengguna dan pemakai narkoba di NTT, katanya, menyebabkan daerah ini
menempati urutan kelima secara nasional. Apalagi, NTT merupakan pintu masuk narkoba ke
Indonesia dari luar negeri melalui Timor Leste.
Direktur Narkoba Polda NTT, Komisaris Mushairi mengatakan, BNN telah menangkap
pengedar Polisi Tangkap Dua Remaja Kurir Narkoba
TEMPO.CO, Kupang--Penggunaan dan peredaran narkoba di Nusa Tenggara Timur (NTT)
yang cukup tinggi dengan menempati urutan kelima secara nasional menempatkan daerah itu
menjadi daerah rawan Narkoba.
"NTT daerah yang cukup rawan narkoba dan sangat mengkhawatirkan," kata Direktur pasca
rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat, Suyono kepada wartawan di Kupang,
Kamis, 29 Agustus 2013.
Berdasarkan data BNN, menurut dia, pengguna narkoba di NTT tahun dan penyeludup
narkoba dari Timor Leste. "Saya yakin jaringan narkoba yang lama sudah ditangkap
seluruhnya, termasuk yang di Nusakambangan," katanya.
Namun, kata Mushairi, pihaknya masih terus memantau dan memperketat pengawasan di
wilayah perbatasan dengan memasang x-ray dan pemantauan melalui jaringan telekomukasi
terhadap jaringan baru narkoba. "Kami sekarang pantau jaringan baru dari Timor Leste,"
katanya.

8
6. Pecandu narkoba di cimahi melonjak 98%
CIMAHI Pecandu narkoba di Cimahi melonjak 98 persen dibandingkan sebelumnya.
Berdasarkan data di Polres Cimahi, sejak 2012 tercatat 38 kasus dengan 52 tersangka.
Pemakai yang telah diamankan mayoritas anak muda dan di antaranya merupakan
pengangguran. Agar korban narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA)
tidak terus berjatuhan, Tim Pencegah Penanggulangan NAPZA (TKPPN) Kota Cimahi
melakukan pembinaan dan sosialisasi kepada masyarakat Cimahi, khususnya para remaja

Pencegahan harus dilakukan secara kontinu. Ketika kita lengah, dikhawatirkan peredaran
narkoba masuk karena jaringan ini sudah profesional. Kita tidak tahu apa dan di mana
mereka. Namun dengan menjaga lingkungan dari peredaran narkoba melalui sosialisasi
pencegahan narkoba terhadap anak dan remaja, mereka akan kesulitan untuk masuk. Apalagi
mencari pasar, yang ada malah sebaliknya, kata Ketua TKPPN, H. Dicky Purnama di
Sekretariat TKPPN, kantor Kel. Pasirkaliki Cimahi, Selasa (9/10).

Ia menjelaskan, NAPZA dapat menyerang siapa saja, khususnya anak dan remaja. Dampak
dari penggunaan narkoba akan terjadi perubahan perilaku bagi yang mengonsumsinya.
Dalam menangani masalah korban NAPZA, sambung Dicky, pihaknya hingga saat ini sudah
berhasil menangani 11 kasus yang terjerat hingga ke ranah hukum. Masing-masing kasus
penyelesaian dari awal hingga anak tersebut pulang ke rumah memakan waktu 4 hingga 6
bulan.

Disebutkan, Kel. Pasirkaliki dalam kurun 2003-2006 merupakan daerah tertinggi pengguna
maupun peredaran narkoba di wilayah hukum Polres Bandung (sebelum terbentuknya Polres
Cimahi). Di Pasirkaliki ada tiga RW yang masuk rawan dari mulai pengguna hingga
pengedar dan bandar. Sekarang alhamdulillah, sudah tidak ditemukan lagi. Dari hasil
pemantauan, ternyata mereka adalah warga pendatang, paparnya.

Lebih lanjut Dicky mengungkapkan, penyebab seseorang menjadi pecandu narkoba, terutama
ganja, karena tidak memiliki pekerjaan jelas alias pengangguran. Tak hanya itu, faktor
lingkungan sosial ikut memengaruhi motif ingin tahu seseorang akan berbagai jenis oabat-
obatan yang bisa merusak saraf tersebut. Motif ingin tahu ini, tambah Dicky, lebih tinggi
dialami mereka yang berusia remaja. Mereka memiliki rasa keingintahuan akan sesuatu,
setelah itu timbul keinginan untuk mencobanya.

Lemah mental
Lemahnya mental seseorang juga ikut menjadi faktor penyebab penyalahgunaan narkoba.
Perasaan rendah diri dalam pergaulan di lingkungan masyarakat atau di lingkungan sekolah,
tempat kerja, dan sebagainya, sehingga mengakibatkan mereka berpikir untuk mengatasinya
masalah itu dengan menggunakan narkoba.

Efek lain yang akan merugikan diri sendiri selaku pemakai, menurut Dicky, dapat berakibat
pada kelainan jiwa karena penggunaan obat terlarang ini dapat menyerang saraf ketika
dikonsumsi berlebih. Sebagai antisipasi, kita memberikan bimbingan dan sosial pada para
anak tergolong tidak mampu, karena mereka harus terpenuhi kebutuhan dasarnya. Mereka
berhak mendapat bantuan pendidikan, pakaian, sekolah, uang jajan, dan lain-lain, ujarnya.

9
Di Kel. Pasirkaliki, lanjutnya, tahun 2012 TKPPN meberikan bantuan pada 20 anak masing-
masing Rp 1,5 juta. Dengan langkah konkret tersebut, TKPPN Kota Cimahi menjadi pilot
project soal pencegahan dan penanggulangan narkoba.

10
7. BNN Puluhan Warga Kampung
Ambon Pecandu Narkoba
Berobat ke Klinik

Selasa, 10 September 2013 - 12:56 wib


Awaludin - Okezone

JAKARTA - Warga Kompleks Permata atau dikenal kawasan Kampung Ambon, Kedaung
Kaliangke, Cengkareng, Jakarta Barat, berobat ke Klinik Permata (Konsultasi Narkoba) yang
didirikan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).
"Ada 32 warga (pasien narkoba) yang berobat kemari. Dan kita rencananya akan jemput
bola ke rumah warga, karena sebagian mereka masih malu dan takut-takut untuk kemari,"
ujar Staf Admin Klinik Permata Dita Sari Mayaluhu (28) kepada Okezone, di Klinik Permata,
Selasa (10/9/2013).
Menurutnya, kebanyakan warga diketahui mengonsumsi narkoba jenis sabu-sabu dan ganja.
"Kalau untuk putau baru-baru ini saja," lanjut dia.
"Awalnya kita berikan obat kepada mereka yang ingin sembuh. Kita tanya keluhan mereka
apa, lalu kita konseling. Kebanyakan mereka konseling, sepertinya mereka kurang perhatian
dari keluarganya," tutur Dita.
Selain itu, klinik yang dibuka setiap Senin hingga Jumat tersebut, terbuka juga untuk
masyarakat umum (pemakai narkoba) yang ingin berobat.
"Semuanya gratis. Namun kita hanya mengenakan biaya Rp10 ribu kalau mengecek gula
darah. Kami setiap hari ada yang bermalam di sini, entah dokter atau perawat," ujarnya.
Dita menambahkan, pihaknya juga akan membawa pasien yang sudah parah ke daerah
Sukabumi untuk direhabilitasi

11
8. Rakyat Kalteng Pecandu Narkoba

Posted by KabarNet pada 13/10/2012


Kalimatan Tengah KabarNet: Penyalahgunaan narkotika di provinsi Kalimantan Tengah
sungguh luar biasa. Puluhan ribu warga Kalteng sudah terlibat sebagai pengguna narkoba.
Bahkan sedikitnya 15 ribu warga sudah dicap sebagai pencandu narkotika.
Tak salah jika ketua umum Front Pembela Islam (FPI), Habib Muhammad Rizieq syihab
pernah menuding Yansen Binti sebagai kepala gembong narkoba terbesar di Kalimantan
Tengah. Karena kemungkinan memang benar ada tokoh-tokoh kuat yang menjadi pembeking
pengedar narkoba kelas kakap, sehingga peredaran narkoba sulit dikendalikan. Konon,
Yansen Binti adalah salah seorang kerabat Gubernur Kalteng, Teras Narang.
Bayangkan saja, penyalahgunaan narkotika di provinsi Kalimantan Tengah, pada 2011
tercatat sebanyak 34.543 orang menyalahgunakan narkotika. Sebanyak 15 ribu di antaranya
sudah menjadi pemakai teratur. Hal ini diungkapkan oleh Kepala BNN Kalteng. Ini
merupakan warning bagi kita, terutama melakukan pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan narkoba di daerah ini, kata Kepala BNN Kalimantan Tengah Dwi Swasono
di Palangka Raya, Jumat (12/10).
Dwi Swasono mengatakan, dalam dua bulan terakhir telah melakukan sosiliasasi di Palangka
Raya terhadap 2.650 siswa dan mahasiswa di sepuluh SMA sederajat. Rata-rata mereka sudah
memahami dan mengetahui bahaya narkotika. Bahkan sebagian peserta sosialisasi tidak yakin
lingkungan sekolah dan kampus bebas dari penyalahgunaan narkoba. Pada dasarnya, semua
peserta menginginkan sekolah dan kampusnya bebas narkoba bahkkan zat aditif lainnya
seperti rokok, demikian katanya, seperti dikutip antaranews.
Entah apa yang salah di negeri ini, dengan begitu gencarnya penolakan masyarakat dan
besarnya usaha Badan Narkotika Nasional memberantas peredaran narkoba, jumlah pemakai
baik peredaran barang haram tersebut bukan berkurang, malah meningkat tiap tahunnya.
Apakah pemerintah tidak bisa membuat peraturan yang lebih MENGERIKAN bagi pebisnis
narkoba dan lingkarannya, baik gembong, pengedar, pembeking dan segala pihak yang
berada dalam lingkaran bisnis ini. Peraturan yang ada serta hukuman yang diganjar bagi
pebisnis narkoba di negara kita seperti peraturan palsu, yang dibuat asal-asalan dari pada
tidak ada peraturan.
Coba bandingkan dengan ketegasan hukum yang dibuat negara lain, sebagai bukti keseriusan
pemerintahnya memberantas narkoba. Contohnya di Iran. Negara ini tidak segan-segan
menggantung pengedar narkoba sehingga mungkin pebisnis barang haram agak segan untuk
memperluas jaringan mereka di Iran. Hukuman sekeras ini saja tidak bisa menjamin Iran bisa
bebas narkoba, apalagi dengan lemahnya hukum di negara kita? Bagaimana mungkin bisa
diberantas? Bandar narkoba sekelas Corby saja mendapat GRASI? Sungguh ajaib
Bagaimana bisa narkoba dibasmi di Indonesia bila masih ada pejabat negaranya justru
mengeruk keuntungan dari bisnis yang keuntungannya selangit ini?..

12
9. 51 Ribu Pecandu Narkoba di Indonesia Meninggal
Tiap Tahun

Sebanyak 51.000 orang pecandu narkoba di Indonesia meninggal setiap tahun, kata Kepala
Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Maluku, Benny Pattiasina.

Di Indonesia, 41 pecandu meninggal setiap hari atau dua orang meninggal setiap dua jam
karena narkoba, katanya saat memberikan penjelasan dalam kegiatan Desiminasi Informasi
Penyalahgunaan Narkoba dan Dampaknya di Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 1
Ambon, Senin (27/2).

Ia mengatakan, dalam kurun waktu 30 tahun angka pengguna narkoba naik pesat, meningkat
1,9 persen dari jumlah penduduk.

Profesi mereka bervariasi. Ada pelajar, mahasiswa, orang tua, pekerja, pejabat negara dan
anggota DPR, katanya kepada peserta penyuluhan yang semuanya siswa kelas III.

Dikatakan, daerah penyebaran narkoba bukan hanya kota-kota besar, tapi pelosok desa pun
tak luput dari jangkauan barang haram yang berefek samping merusak susunan saraf pusat it.

Maluku menempati peringkat ke 14 penyebaran narkoba di Indonesia, kata Benny


Pattiasina.

Dikatakannya, narkoba yang merupakan kepanjangan narkotika psikotropika dan obat-obatan


memiliki tiga efek samping, yakni stimulan, depresan dan hallusinogen.

Stimultan artinya menstimulasi kegiatan di sistem saraf pusat dan mempercepat proses
mental atau membuat lebih bersemangat. Penyebabnya karena mengkonsumsi kafein, nikotin,
amfetamin dan kokain.

Sedangkan depresan berarti menekan atau menurunkan kegiatan di sistem saraf pusat,
membuat pemakai lebih rileks dan kesadarannya berkurang. Hal itu disebabkan kandungan
analgesik, alkkohol, benziodiazepin dan obat keras seperti heroin, morfin dan metadon.

Sementara efek samping hallusinogen dimaksudkan bahwa pengaruh narkoba membuat


pemakainya berhalusinasi. Pengguna narkoba akan mengalami salah persepsi terhadap segala
sesuatu di sekelilingnya. Ia seolah melihat atau mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak ada.
Hal itu dipicu karena mengkonsumsi meskalin atau ganja.

Benny Pattiasina mengatakan, efek samping dari penyalahgunaan narkoba itu dapat membuat
pemakainya melakukan hal-hal negatif lainnya tanpa sadar, misalnya seks bebas, karena
sedang di bawah pengaruh obat.

Akibatnya bisa saja tertular penyakit penyerta seperti HIV/AIDS, hepatitis dan Infeksi
menular Seksual (IMS), katanya.

13
Ia pun mengimbau agar para siswa selektif dalam memilih teman dan lingkungan pergaulan
agar tidak terjerumas ke dalam hal-hal yang nantinya akan disesali karena berdampak buruk
terhadap masa depan. (republika.co.id, 28/2/2012)

14
10. Sekitar 12.000 Pelajar SD Pengguna Narkoba
Oleh arif
Rabu, 24 Desember 2008 04:45:39

Sebanyak 123.810 pelajar di Indonesia menggunakan narkotika, obat psikotropika, dan zat
adiktif lainnya. Dari jumlah pelajar sebanyak itu, 12.848 di antaranya pelajar sekolah dasar.

Demikian terungkap dalam sosialisasi pencegahan penyalahgunaan narkotika di kalangan


pelajar di Surabaya, Selasa (23/12). Kepala Pusat Pencegahan Badan Narkotika Nasional
Brigadir Jenderal Anang Iskandar dan dr Diah Setia Utami dari Rumah Sakit Ketergantungan
Obat (RSKO) Cibubur, Jakarta Timur, hadir sebagai pembicara.

Anang mengatakan, sampai tahun 2007 lalu tercatat 12.848 pengguna masih duduk di SD,
sementara 110.870 orang pengguna bersekolah di SMP dan SMA. Jumlah pengguna terus
meningkat dari tahun ke tahun. Sebagai patokan, persentase peningkatan peredaran napza
(narkotika, obat psikotropika, dan zat adiktif lainnya) mencapai 40 persen per tahun,
ujarnya.

Mayoritas pelajar menggunakan narkotika karena alasan iseng. Keisengan itu bisa jadi
karena faktor lingkungan.

Diah Setia Utami memperkirakan, 1,5 persen penduduk Indonesia menjadi pengguna
narkotika. Perkiraan itu berdasarkan penelitian dari beberapa pihak, termasuk BNN.
Penggunaan narkotika menyebabkan kerugian Rp 23,6 miliar, ujarnya. Kerugian itu timbul
akibat hilangnya pendapatan karena pencandu tidak bisa bekerja dan membayar biaya
rehabilitasi.

15
16
Pengertian narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah
lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif.

Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang
umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba
sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien
saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu ]Namun kini persepsi itu
disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun
2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1
undang-undang tersebut.

Remaja dan Penyalahgunaan


Narkoba
Oleh rudi qunsul | Senin, 22 April 2013 jam 12:30:29

Permasalahan Narkoba di Indonesia masih merupakan sesuatu yang bersifat urgen dan
kompleks. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir permasalahan ini menjadi marak.
Terbukti dengan bertambahnya jumlah penyalahguna atau pecandu narkoba secara signifikan,
seiring meningkatnya pengungkapan kasus tindak kejahatan narkoba yang semakin beragam
polanya dan semakin massif pula jaringan sindikatnya.

Dampak dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya mengancam kelangsungan hidup dan
masa depan penyalahgunanya saja, namun juga masa depan bangsa dan negara, tanpa
membedakan strata sosial, ekonomi, usia maupun tingkat pendidikan. Sampai saat ini tingkat
peredaran narkoba sudah merambah pada berbagai level, tidak hanya pada daerah perkotaan
saja melainkan sudah menyentuh komunitas pedesaan.
Hal inilah yang menjadi kewaspadaan bagi kita, untuk selalu melakukan upaya pencegahan
pada berbagai tingkatan. Permasalahan narkoba sudah mewabah di hampir semua negara di
dunia, akibatnya jutaan jiwa mengalami ketergantungan narkoba, menghancurkan kehidupan
keluarga, mengancam keamanan dan ketahanan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan
laporan badan dunia peserikatan bangsa-bangsa untuk urusan narkoba dan kejahatan,

17
UNODC (United Nations Office On Drugs Crimes), upaya pengawasan narkoba yang ketat
oleh negara-negara di dunia telah dapat mengendalikan peredaran narkoba di Eropa, Amerika
dan Asia.

Namun transaksi dan peredaran narkoba yang dilakukan oleh pelaku kejahatan terorganisir
(Organized Crime) ternyata terus meningkat sehingga perlu diperlukan berbagai macam
upaya untuk untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan narkoba.
Penyalahguna narkoba menduduki rangking 20 dunia sebagai penyebab angka kematian dan
rangking ke 10 di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Penyalahguna narkoba
diketahui sangat rentan dan mudah terjangkit HIV, Hepatitis dan Tubercolis, yang kemudian
dapat menular ke masyarakat umum.

Atas dasar inilah UNODC menganggap penyalahgunaan narkoba merupakan masalah


kesehatan. Dalam lingkup Negara Republik Indonesia, tingkat penyalahgunan narkoba
memberikan dampak yang luar biasa signifikan. Baik dari sisi sosial maupun ekonomi.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh BNN, dari tingkat pembiayaan urusan yang berkaitan
dengan narkoba, negara mengeluarkan anggaran sekitar 45 triliun, dengan perincian untuk
membiayai Rehabilitasi, pengobatan maupun proses hukum. Angka ini sangat fantastis untuk
ukuran Indonesia yang masih dalam tataran berkembang. Oleh karenanya diperlukan
kepedulian dari setiap komponen untuk bersama melakukan pencegahan dan pemberantasan
peredaran gelap narkoba.

Remaja dan Perkembangannya.


Usia muda (remaja) merupakan usia produktif yang membutuhkan perhatian khusus, karena
pada posisi ini, taraf pencarian jatidiri dan cenderung masih bersifat labil. Pola pikir kaum
muda kadang kala hanya bersifat instan, dan mencari yang temudah mana kala menghadapi
sesuatu yang sulit. Ada beberapa faktor sebagai penyebab atau yang mempengaruhi perilaku
seorang remaja, diantaranya :

a. Faktor Pertemanan
b. Perkembangan Teknologi Informasi
c. Pengaruh Budaya
d. Gaya Hidup Hedonism
Beberapa faktor itulah sebagai pemicu dalam setiap pola hidup maupun dasar pemikiran
seseorang, termasuk dalam hal penyalahgunaan narkoba. seringkali seorang anak muda
terjebak kedalam lembah hitam narkoba hanya karena faktor pertemanan sehingga
memunculkan keinginan coba-coba. Kalau kita analisa pengaruh teman sebaya menjadi
metode paling ampuh untuk urusan peredaran gelap narkoba.

Seseorang begitu mudah terpengaruh oleh teman yang dianggap selevel. Selain itu
perkembangan teknologi yang semakin canggih, dari sisi negatifnya juga memunculkan
potensi-potensi negatif pula. Pada masa seperti saat ini adalah boleh dibilang The Nations
Without State, arus informasi begitu deras masuk tanpa melalui filter sehingga batas
pergaulan boleh di bilang bebas tanpa batas.

18
Narkoba dan Dampak Buruknya
Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (narkoba) merupakan extra ocdinary crime
(kejahatan luar biasa). Saat ini di Indonesia ada 3 kejahatan besar yang membutuhkan
perhatian intensif, di antaranya adalah Penyalahgunaan Naroba, Korupsi dan Terorisme.
Penyalahgunaan narkoba memang menjadi sesuatu yang menakutkan jika kalau tidak segera
ditangani, karena dampak yang dimunculkan adalah sangat mengerikan.

Akibat penyalahgunaan narkoba dapat mengakibatkan atau memunculkan kejahatan baru,


seperti mencuri, m erampok dan berbagai tindak kekerasan maupun seks bebas. Pada
dasarnya, sifat umum dari narkoba ada tiga, yaitu Depresan, Stimulan dan Halusinogen.
Depresan adalah bersifat menekan sistem syaraf hingga pengguna narkoba jenis ini bisa tidak
sadarkan diri, bahkan detak jantung semakin melemah. Sifat yang kedua adalah
Stimulan,yaitu bersifat memberikan rangsangan pada sistem syaraf sehingga memunculkan
kebugaran yang berlebih dan memiliki kecenderungan untuk selalu segar dan fit pada saat
menggunakan narkoba, misalnya penggunaan jenis shabu.
Yang ketiga adalah Halusinogen. Sifat dari narkoba ini adalah bersifat memunculkan angan-
angan yang dipaksakan seolah-olah sesuai dengan kenyataan walaupun hal itu tidak
mungkin terjadi, contohnya penggunaan ekstasi. Dari ketiga sifat tersebut yang menjadi
sasaran utama adalah sistem syaraf yang tentu akan merubah tingkat pemikiran maupun
kesadaran seseorang. Dan yang lebih fatal lagi adalah mengakibatkan kerusakan pada organ
tubuh, mulai jantung, paru, hati dan ginjal. Jadi pada dasarnya yang diserang adalah fisik
maupun psikologis seorang pengguna.

Dalam proses medis, pelaksana kegiatan kedokteran akan selalu menggunakan jenis
narkotika maupun psikotropika akan tetapi dalam dosis maupun takaran tertentu misalnya
dalam proses anestesi maupun pengobatan yang akan selalu membutuhkan jenis narkoba.
Taraf pengkonsumsian narkoba mengalami beberapa fase, diantaranya pengguna coba-coba,
pengguna tetap dan pengguna kecanduan.
Pengguna tetap maupun pengguna kecanduan akan selalu melewati fase coba-coba, dengan
mencoba walaupun sedikit lama kelamaan akan terjadi peningkatan dosis, hal inilah yang
bisa berakibat fatal jika kalau terjadi. Seorang pecandu narkoba, dalam kesehariannya akan
mengalami perubahan yang signifikan jika dibandingkan pada waktu belum menggunakan
narkoba. mulai dari sifat dalam pergaulan, cara berpakaian hingga pergaulan, seorang
pecandu hanya bergaul dengan sesama pecandu dan memiliki sifat tertutup.

Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam setiap modus operandi peredaran narkoba.
pertama para pengedar akan memberikan tawaran secara gratis terhadap obyek sasarannya,
dan lama-kelamaan akan dijadikan pelanggan tetap dengan target memperoleh keuntungan.
Harapan Terhadap Aturan Perundangan yang Berlaku
Tindak pidana narkoba di Indonesia diatur dalam Undang-undang no 35 tahun 2009 tentang
narkotika. Dalam Undang-undang tersebut diatur secara rinci berkaitan sangsi pidana maupun
proses hukum dari para pelaku. Hal ini merupakan wujud penyempurnaan dari Undang-udang
tahun 1997 tentang Psikotropika. Undang-undang no 35 bukti keseriusan negara dalam upaya
pemberantasan narkoba. Tindak pidana narkoba merupakan Lect Specialist atau
pengkhususan jika dibanding dengan tindak pidana lainnya. Dalam Undang-undang tersebut

19
sangsi terberat adalah hukuman mati dengan berbagai pertimbangan tertentu. Yang menjadi
harapan besar adalah memberlakukan aturan perundangan dengan sebenarnya untuk mampu
menekan tingkat penyalahgunaan narkoba di Indonesia tercinta. Dalam pasal 54 Undang-
undang no 35 tahun 2009 dijelaskan bagi para pecandu/penguna wajib menjalani rehabilitasi
baik medis maupun sosial, tentunya dengan memperhatikan berbagai prasyarat yang ada.
Selain upaya penegakan hukum dan rehabilitasi, diperlukan partisipasi aktif dari segenap
lapisan masyarakat untuk turut mendukung upaya penangulangan narkoba, sebagaimana
diatur dalam pasal 104 Undang-undang no 35 tahun 2009. Dalam pasal tersebut dijamin
keterlibatan masyarakat dalam memberikan informasi untuk masalah tindak pidana narkotika.
Sebuah harapan besar termaksud dalam amanat Undang-undang ini dalam menghambat
peredaran gelap narkoba di bumi tercinta.

Pencegahan, Pemberantasan dan Peredaran Gelap Narkoba, adalah meupakan tanggung jawb
bagi kita semua. Untuk mewujudkan targed yang sudah dicanangkan, yakni menuju
Indonesia bebas Narkoba tahun 2015. Dibutuhkan peran bebagai pihak termasuk dalam hal
ini masyarakat, untuk mampu berperan sentral dalam kaitan tindak pidana narkotika. Disisi
lain sistem penegakan hukum harus berjalan secara fair dan penerapan aturan perundangan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kita sebagai generasi bangsa sudah selayaknya untuk
berfikir secara sistematis dan memiliki fisi kedepan yang lebih baik, agar dapat mewujudkan
sesuatu yang positif bagi bangsa dan negara tercinta.

Orangtua harus peka terhadap perubahan sikap anak-anak yang memang kalau mereka
terlibat penggunaan narkoba akan terlihat dengan sangat jelas. Kita patut dan wajib menjaga
dan melindungi mereka dari serangan hal semacam itu. Begitu mereka terjerumus, adalah
masalah besar di kemudian hari.

20

Você também pode gostar