Você está na página 1de 12

DAYA HAMBAT EKSTRAK Sargassum sp.

TERHADAP BAKTERI
Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO

ARTIKEL ILMIAH SKRIPSI


PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

Oleh :
ACHMAD CHOIRI ALFAN
SURABAYA JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
DAYA HAMBAT EKSTRAK Sargassum sp. TERHADAP BAKTERI
Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO

Artikel ilmiah Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh :

ACHMAD CHOIRI ALFAN


NIM. 141111093

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Serta

Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D.
NIP. 19591022 198601 2 001 NIP. 19700116 199503 1 002

Mengetahui,
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,

Dr. Mirni Lamid, drh., MP.


NIP 19620116 199203 2 001
DAYA HAMBAT EKSTRAK Sargassum sp. TERHADAP BAKTERI
Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO

Achmad Choiri Alfan, Rahayu Kusdarwati dan Moch. Amin Alamsjah. 2016. 12
hal

Abstrak

Rumput laut cokelat atau Sargassum sp. adalah jenis rumput laut yang
belum banyak dieksplorasi dan dieksploitasi dalam bidang pengendalian penyakit.
Sargassum sp. memiliki kandungan zat-zat atau senyawa aktif seperti tanin, iodin
dan fenol yang dapat digunakan sebagai bahan antimikroba terhadap beberapa
jenis bakteri patogen. Bakteri patogen yang dapat mengakibatkan penyakit dan
menimbulkan kerugian pada usaha budidaya ikan air tawar, salah satunya adalah
jenis bakteri Aeromonas hydrophila.
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu mengetahui daya hambat
dan konsentrasi terbaik ekstrak Sargassum sp. terhadap pertumbuhan bakteri
Aeromonas hydrophila. Uji aktivitas antibakteri pada penelitian ini menggunakan
metode difusi kertas cakram, yang terdiri dari tujuh perlakuan yaitu kontrol
positif, kontrol negatif dan konsentrasi ekstrak Sargassum sp. yang berbeda yaitu
20%, 40%, 60%, 80% dan 100%. Data yang diperoleh berdasarkan hasil
pengukuran diameter daerah hambatan dianalisis secara deskriptif dan
dibandingkan dengan standar umum antibiotik tetracycline.
Berdasarkan hasil pengamatan pemberian ekstrak Sargassum sp.
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila. Konsentrasi
terbaik ekstrak Sargassum sp. yang dapat menghambat bakteri Aeromonas
hydrophila secara optimum adalah konsentrasi 100% dengan diameter zona
hambat sebesar 19 mm (sangat peka).

Kata kunci : Sargassum sp., Aeromonas hydrophila, Tanin, Fenol, Difusi,


Tetracycline
The Inhibitory of Extract Sargassum sp. Against Aeromonas hydrophila by In
Vitro

Achmad Choiri Alfan, Rahayu Kusdarwati dan Moch. Amin Alamsjah. 2016. 12
pp

Abstract

Brown algae or Sargassum sp. is a type of algae that has not been widely
explored and exploited in the field of disease control. Sargassum sp. contains
substances or active compounds such as tannins, iodine and phenol can be used as
antimicrobial agents against several types of pathogenic bacteria. One of the
pathogenic bacteria that can cause illness and harm to the cultivation of freshwater
fish is Aeromonas hydrophila bacteria.
The study aims to determine the inhibitory and the best concentration of
the Sargassum sp. extract on the growth of Aeromonas hydrophila bacteria.
Antibacterial activity test in this study using paper disc diffusion method that
consists of seven treatments which are positive control, negative control and
different concentration of the extract Sargassum sp. with 20%, 40%, 60%, 80%
and 100% concentration. Data were obtained based on the measurement of the
area barrierss diameter, then were analyzed descriptively and compared with the
general standard of tetracycline antibiotic.
Based on observation results, the giving of Sargassum sp. extract affects
the growth of Aeromonas hydrophila bacteria. The best concentration of
Sargassum sp. extract which can inhibit Aeromonas hydrophila bacteria optimally
is 100% concentration with the diameter of inhibition zone is 19 mm (very
sensitive).

Keywords: Sargassum sp., Aeromonas hydrophila, Tannin, Phenol, Difussion,


Tetracycline.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumput laut adalah salah satu jenis komoditas perikanan yang mudah
didapatkan dan dibudidayakan. Rumput laut yang mudah didapatkan dan
dibudidayakan adalah jenis rumput laut cokelat. Rumput laut cokelat atau
Sargassum sp. adalah jenis rumput laut yang belum banyak dieksplorasi dan
dieksploitasi dalam bidang pengendalian penyakit. Sargassum sp. memiliki
kandungan zat-zat atau senyawa aktif seperti tanin, iodin dan fenol yang dapat
digunakan sebagai bahan antimikroba terhadap beberapa jenis bakteri patogen
(Bachtiar dkk., 2012).
Hasil ekstrak Sargassum sp. memiliki kandungan fenol yang dapat
menghambat kinerja dari bakteri Gram negatif, karena kandungan fenol memiliki
kemampuan untuk mendenaturasikan protein dan merusak membran sel (Rahayu
dan Winiati, 2000). Tanin mempunyai mekanisme kerja dalam menghambat sel
bakteri yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri, menghambat fungsi
selaput sel (transport zat dari sel ke sel yang lain) dan menghambat sintesis asam
nukleat sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat (Purwanti, 2007).
Pengendalian penyakit yang disebabkan bakteri A. hydrophila sampai saat
ini masih banyak menggunakan antibiotik (Sukenda dkk., 2008). Penggunaan
antibiotik yang tidak terkontrol dapat menimbulkan dampak negatif dan
dikhawatirkan akan menimbulkan strain-strain bakteri yang resisten terhadap
antibiotik, mencemari lingkungan perairan dan berbahaya pada kesehatan
konsumen yang mengkonsumsi, karena adanya residu kimia dari antibiotik pada
ikan tersebut. Penggunaan bahan alami yang harganya terjangkau, mudah didapat,
mudah cara penggunaanya dan tidak mencemari lingkungan perairan sangat
disarankan untuk pengendalian bakteri A. hydrophila. Bahan alami yang dapat
dijadikan sebagai bahan antimikroba bakteri A. hydrophila salah satunya adalah
Sargassum sp. (Bachtiar dkk., 2012).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka timbul permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah ekstrak Sargassum sp. dapat menghambat pertumbuhan bakteri A.
hydrophila?
2. Berapakah konsentrasi terbaik ekstrak Sargassum sp. yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri A. hydrophila secara optimum?
Tujuan
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Mengetahui daya hambat ekstrak Sargassum sp. terhadap pertumbuhan
bakteri A. hydrophila.
2. Mengetahui konsentrasi terbaik ekstrak Sargassum sp. yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila secara optimum.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pendidikan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga dan Balai Karantina Ikan Kelas I
Tanjung Perak Surabaya pada bulan Desember 2015.
Materi Penelitian
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi tabung reaksi, hot
plate, stirrer, cawan petri, pembakar bunsen, ose, autoclave, vortex, mikroskop,
pipet volumetrik, mikro pipet, beaker glass, trigalski, timbangan analitik,
inkubator, gelas ukur, masker, sarung tangan, gunting, korek api, jangka sorong,
pisau, blender, erlenmeyer dan rotary vacum evaporator.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut cokelat atau
Sargassum sp. yang diperoleh dari Pulau Talango, Sumenep, Madura dan bakteri
A. hydrophila yang diperoleh dari Balai Karantina Ikan Kelas I Juanda, Surabaya.
Bahan lain yang digunakan adalah Triptic Soy Agar (TSA), Tryptic Soy Broth
(TSB), alkohol 70%, DMSO (dimetilsulfoksida), spirtus, kertas cakram atau
paper disk dan akuades steril.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental. Penelitian eksperimental yakni pengujian hipotesis yang berbentuk
sebab akibat melalui manipulasi variabel bebas dan menguji perubahan-perubahan
yang diakibatkan oleh variabel bebas pada variabel terikat (Kusriningrum, 2012).
Uji aktivitas antibakteri pada penelitian ini menggunakan metode difusi. Metode
difusi yaitu pengujian antibakteri dengan mengukur diameter zona hambat yang
terjadi di sekitar paper disk yang sudah mengandung bahan antibakteri (Jawetz
dkk., 2001). Penelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak Sargassum sp. yang
berbeda yaitu 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.
Prosedur Penelitian
Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisai dapat dilakukan dengan metode uap panas bertekanan
menggunakan alat yang disebut autoclave (Adji dkk, 2007). Autoclave harus
mencapai suhu 121 C dan tekanan 1,5 atm selama 15 menit agar dapat
membunuh semua mikroba pencemar, baik mikroba menguntungkan maupun
merugikan (Nugroho, 2004). Alat dan bahan penelitian yang disterilisasi
diantaranya cawan petri, trigalski, pipet volumetrik, Triptic Soy Agar (TSA),
Tryptic Soy Broth (TSB) dan erlenmeyer.
Pembuatan Ekstrak
Ekstraksi rumput laut cokelat (Sargassum sp.) dimulai dengan
mengeringkan pada suhu ruangan (diangin-anginkan). Sargassum sp. yang sudah
dikeringkan dipotong kecil-kecil kemudian dihaluskan menggunakan blender.
Sargassum sp. yang telah dihaluskan direndam menggunakan pelarut metanol.
Metanol digunakan sebagai bahan pelarut ekstraksi, karena menurut Septiana dan
Asnani (2012) menyatakan bahwa metanol dapat melarutkan senyawa tanin,
polifenol dan flavanoid karena sifatnya yang polar. Sargassum sp. yang telah
direndam didiamkan selama dua sampai tiga hari dan diaduk sebanyak dua sampai
tiga kali sehari secara teratur pada suhu kamar, hal ini bertujuan agar proses
maserasi berjalan optimal (Aksara dkk., 2013). Sargassum sp. yang telah
direndam selama dua hari kemudian dipisahkan dari pelarut metanol
menggunakan rotary vacuum evaporator.
Pembuatan Media
Penelitian ini menggunakan media umum Tryptic Soy Agar (TSA), karena
media Tryptic Soy Agar (TSA) cocok digunakan untuk menumbuhkan berbagai
mikroorganisme (Acumedia a Subsidiary of Neogen Corporation, 2010). Media
Tryptic Soy Agar (TSA) ditimbang sebanyak 12 gr dan dimasukan ke dalam
erlenmeyer, selanjutnya ditambahkan akuades sebanyak 300 ml ke dalam
erlenmeyer kemudian bahan dihomogenasi menggunakan hot plate dan stirrer.
Bakteri Uji
Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah A. hydrophila.
Koloni A. hydrophila diambil dari biakan murni kemudian diidentifikasi dengan
uji morfologi dan uji biokimia untuk memastikan jenis bakteri. Hasil uji morfologi
dan uji biokimia dibandingkan dengan buku Cowan and Steels (1993). Setelah itu
bakteri dikultur dengan membuat biakan bakteri pada media Tryptic Soy Agar
(TSA) dengan cara menggoreskan biakan dari stok bakteri ke media Tryptic Soy
Agar (TSA) yang baru, kemudian diinkubasi pada suhu 29 C selama 24 jam.
Setelah inkubasi dilakukan penghitungan jumlah bakteri sesuai dengan standar
skala McFarland 1. Digunakan suspensi bakteri A. hydrophila standar skala
McFarland 1, karena pada jumlah suspensi tersebut bakteri dapat menyerang atau
menimbulkan gejala klinis pada ikan (Chrisanti, 2012). Standar skala McFarland 1
menurut Murray et al. (2007) menunjukkan adanya konsentrasi bakteri sebesar
8
(3x10 CFU/ml). Suspensi bakteri A. hydrophila yang telah mencapai standar
8
skala McFarland 1 (3x10 CFU/ml ) dipipet sebanyak 0,1 ml menggunakan mikro
pipet dan dimasukan pada cawan petri yang berisi media Triptic Soy Agar (TSA)
yang selanjutnya diratakan menggunakan trigalski.
Uji Antibakteri
Kertas cakram dicelupkan ke dalam larutan ekstrak Sargassum sp. yang telah
dilarutkan menggunakan DMSO 10% dengan lima konsentrasi berbeda. DMSO
digunakan sebagai pelarut, karena DMSO dapat melarutkan senyawa polar maupun
non polar (Handayani, 2010). Penggunaan DMSO 10% mengacu pada penelitian
Amalia (2014), karena pada dosis tersebut tidak memberikan daya hambat pada
pertumbuhan bakteri. Kertas cakram yang telah dicelupkan pada tujuh konsentrasi
berbeda diberi lebel A, B, C, D, E, F dan G. Perlakuan A merupakan kontrol
positif dari antibiotik tetracycline. Antibiotik tetracycline digunakan sebagai
kontrol positif karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila
(Roman et al., 2011). Perlakuan G merupakan kontrol negatif DMSO 10%. Dan
perlakuan B sampai perlakuan F adalah lima larutan ekstrak Sargassum sp.
dengan konsentrasi yang berbeda.
Kertas cakram yang telah dicelupkan ke setiap perlakuan ditempatkan di
atas permukaan media Triptic Soy Agar (TSA) yang telah ditanam bakteri A.
hydrophila dan selanjutnya diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 29 C.
Penentuan Zona Hambat
Pembacaan hasil ekstrak Sargassum sp. terhadap pertumbuhan bakteri A.
hydrophila dengan melihat zona hambat atau zona bening disekitar kertas cakram,
zona hambat akan terbentuk pada saat inkubasi. Pengukuran dilakukan dengan
cara mengambil satu titik tepi zona hambat kemudian ditarik garis lurus dan
diukur diameternya menggunakan penggaris sebanyak tiga kali pada tepi zona
hambat yang berbeda tiap konsentrasi. Diameter dari zona hambat menjadi suatu
indikator akitivitas antibakteri suatu zat kimia yang diujikan (Gross et al., 1995).
Zona hambat yang terbentuk dibandingkan dengan zona hambat yang mengacu
pada standar umum antibiotik tetracycline untuk A. hydrophila dengan range < 14
mm tidak peka, 15-18 mm cukup peka dan > 18 mm sangat peka (Harmita dkk.,
2006).
Analisis Data
Data yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah
hambatan dianalisis secara deskriptif. Analisis secara deskriptif dilakukan untuk
menggambarkan besarnya diameter daerah zona hambat yang terbentuk dan
membandingkannya dengan zona hambat antibiotik tetracycline. Pengolahan data
secara deskriptif yaitu penyajian data dengan memaparkan data dalam bentuk
penjelasan , gambar yang dideskriptifkan dan juga dapat secara grafis yaitu dalam
bentuk tabel ataupun grafik guna mendapatkan gambaran tentang data-data
penelitian sehingga lebih muda dibaca dan dipahami(Nazir, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Ekstrak Sargassum sp.
Ekstrak Sargassum sp. didapatkan dari 500 gram Sargassum sp. kering
yang telah dijadikan serbuk dan dilarutkan menggunakan pelarut metanol. Dan
menghasilkan ekstrak sebanyak 10 gram pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Ekstrak Metanol Sargassum sp.
Sargassum sp. Berat Sampel (gram) Presentaase (%)
Berat Sampel Basa 5000 100
Berat Sampel Kering 1500 30
Berat Sampel yang Digunakan 500 10
Berat Ekstrak (Pasta Kering) 10 0.2

Identifikasi Bakteri Aeromonas hydrophila


Identifikasi isolat bakteri dilakukan untuk memastikan kebenaran identitas
bakteri yang akan digunakan. Hasil dari uji identifikasi bakteri ini dibandingkan
dengan ciri bakteri yang diuraikan oleh Cowan and Steels (1993). Berdasarkan
pengamatan dari hasil uji identifkasi yang telah dibandingkan dengan Cowan and
Steels (1993) menunjukkan bahwa isolat bakteri teridentifikasi sebagai bakteri A.
hydrophila.
Daya Hambat Ekstrak Sargassum sp. Terhadap Bakteri Aeromonas
hydrophila
Daya hambat ekstrak Sargassum sp. terhadap bakteri A. hydrophila
dilakukan dengan metode difusi kertas cakram dengan mengukur zona hambat
atau zona bening disekitar kertas cakram. Hasil pengukuran zona hambat dari
ekstrak Sargassum sp. terhadap bakteri A. hydrophila dapat dilihat pada Tabel 2.
Hasil pengukuran zona hambat pada semua perlakuan dibandingkan dengan zona
hambat standar umum antibiotik tetracycline untuk A. hydrophila.
Berdasarkan hasil daya hambat ekstrak Sargassum sp. terhadap bakteri A.
hydrophila dengan pengamatan secara visual menunjukkan bahwa konsentrasi
ekstrak Sargassum sp. 20% tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri A.
hydrophila. Pada konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100% menunjukkan bahwa
konsentrasi tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila.
Tabel 2. Hasil Daya Hambat Ekstrak Sargassum sp. Terhadap A. hydrophila
Diameter Zona Hambat (mm) Rata-rata
Perlakuan Ulangan Diameter Zona
1 2 3 Hambat (mm)
A (Kontrol Positif) 22 24 25 23,6
B (Konsentrasi 20%) - - - -
C (Konsentrasi 40%) 6 7 8 7
D (Konsentrasi 60%) 10 11 10 10,3
E (Konsentrasi 80%) 15 14 16 15
F (Konsentrasi 100%) 18 19 20 19
G (Kontrol Negatif) - - - -
Keterangan : Diameter zona hambat 1 adalah pengukuran pertama
Diameter zona hambat 2 adalah pengukuran kedua
Diameter zona hambat 3 adalah pengukuran ketiga
Pembahasan
Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa semakin meningkat konsentrasi
ekstrak Sargassum sp. pada setiap perlakuan, maka semakin besar zona hambat
yang terbentuk dalam menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila. Hal ini
didukung oleh Dwijoseputro (2003) yang menyatakan bahwa pekat encernya
suatu konsentrasi larutan (obat) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
daya hambat pertumbuhan bakteri dan juga mempengaruhi daya bunuh terhadap
bakteri tersebut.
Kontrol positif pada penelitian ini adalah kertas cakram yang mengandung
100% antibiotik tetracycline yang ditumbuhi bakteri A. hydrophila. Pada kontrol
positif terdapat zona bening atau zona hambat sebesar 23,6 mm. Zona bening pada
kontrol positif digunakan sebagai indikator zona hambat pada berbagai
konsentrasi perlakuan. Kontrol negatif adalah kertas cakram yang mengandung
100% larutan DMSO 10% yang ditumbuhi bakteri A. hydrophila. Pada kontrol
negatif terdapat pertumbuhan bakteri A. hydrophila dan tidak ada zona hambat.
Hal ini menunjukkan suspensi bakteri A. hydrophila yang digunakan untuk semua
perlakuan berada dalam kondisi hidup dan tidak terkontaminasi oleh bakteri lain,
terbukti dari bentukan koloni bakteri A. hydrophila yang sesuai dengan ciri-ciri
yang diuraikan oleh Cowan and Steels (1993).
Konsentrasi 20% ekstrak Sargassum sp. belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri A. hydrophila, karena tidak terdapat zona hambat pada
pertumbuhan bakteri A. hydrophila. Konsentrasi minimal ekstrak Sargassum sp.
yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila secara umum
adalah 40%, 60%, 80% dan 100% sedangkan yang sesuai standar antibiotik
tetracycline untuk bakteri A. hydrophila adalah 80% dan 100% dengan diameter
zona hambat berukuran 15 mm (cukup peka) dan 19 mm (sangat peka).
Konsentrasi 40% dan 60 % dapat menghambat pertumbuhan bakteri A.
hydrophila dengan diameter zona hambat 7 mm (tidak peka) dan 10.3 mm (tidak
peka) tetapi belum sesuai standar antibiotik tetracycline untuk bakteri A.
hydrophila.
Mekanisme kerja senyawa tanin yang terdapat pada ekstrak Sargassum sp.
dalam menghambat sel bakteri, yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel
bakteri, menghambat fungsi selaput sel (transport zat dari sel ke sel yang lain) dan
menghambat sintesis asam nukleat sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat
(Purwanti, 2007). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka pemberian
ekstrak Sargassum sp. berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri A. hydrophila.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Bachtiar dkk. (2012) yang menyatakan bahwa ekstrak Sargssum sp. dapat
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli 107 sel/ml yang sesuai standar antibiotik
pada konsentrasi 80%, 90% dan 100% dengan diameter zona hambat 13 mm
(cukup peka), 15,7 mm dan 18,6 mm (sangat peka). Hasil dari penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa konsentrasi hasil ekstrak Sargassum sp. mempunyai daya
hambat dan mampu membunuh bakteri E. coli. Penelitian yang telah dilakukan
Bachtiar dkk. (2012) terdapat persamaan dengan penelitian ini, karena
menggunakan bakteri Gram negatif sebagai bahan penelitiannya. Menurut Rahayu
dan Winiati (2000) hasil ekstrak Sargassum sp. memiliki kandungan fenol yang
dapat menghambat kinerja dari bakteri Gram negatif, karena kandungan fenol
memiliki kemampuan untuk mendenaturasikan protein dan merusak membran sel.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini adalah:
1. Ekstrak Sargassum sp. dapat mengahambat pertumbuhan bakteri A.
hydrophila.
2. Konsentrasi terbaik ekstrak Sargassum sp. yang dapat menghambat A.
hydrophila secara optimum adalah konsentrasi 100% dengan diameter zona
hambat sebesar 19 mm (sangat peka).
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan rumput laut
jenis lain dalam menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila, karena dosis
terbaik ekstrak Sargassum sp. adalah 100% untuk menghambat pertumbuhan
bakteri A. hydrophila.
DAFTAR PUSTAKA
Acumedia a Subsidiary of Neogen Corporation. 2010. Tryptic Soy Agar (7100)
Acumedia Manufacturers, Inc. 13.
Adji, D., Zuliyanti, dan Larashanty, H. 2007. Perbandingan Efektivitas Sterilisasi
Alcohol 70%, Inframerah, Otoklaf dan Ozon Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Bacillus substilis. Jurnal Sains Veteriner, 25 (1) : 17-24.
Aksara R., Weny, Musa dan L. Alio. 2013. Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari
Ekstrak Metanol Kulit Batang Mangga (Mangifera indica L). Jurnal
Entropi, 8 (1) : 514- 519.
Amalia, S., S. Wahdaningsih dan E. K. Untari. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri
Fraksi N-Heksan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Atcc 25923. Traditional
Medicine Journal, 19 (2) : 89-94.
Bachtiar, S. Y., W. Tjahjaningsih dan N. Sianita. 2012. Pengaruh Ekstrak Alga
Coklat (Sargassum sp.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli.
Journal of Marine and Coastal Science, 1(1) : 53-60.
Chrisanti, R. A. 2012. Efektivitas Perasan Asam Jawa (Tamarindus indica L.)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila dengan Metode
Difusi Kertas Cakram. Skripsi. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Cowan and Steels. 1993. Manual for Identification of Medical Bacteria. 3 rd
edition. Cambridge University Press. New York. pp 21-25.
Dwijoseputro, D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. 214 hal.
Gross, T., Faull, J., Kattridge, S., and Springham, D. 1995. Introductory
Microbiology. Chapman and hall. London. 5859.
Harmita., M. Radji dan M. Blomed. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. Edisi 3.
Kedokteran EGC. Jakarta. hal 4.
Handayani, D., M. Deapati, Marlina dan Meilan. 2010. Skirining Aktivitas
Antibakteri Biota Laut dari Perairan Pantai Painan, Sumatera Barat.
Fakultas Farmasi. Universitas Andalas Padang. Sumatera Barat. 6 hal.
Jawetz, E., J. L. Melmick dan E. A. Adelberg. 2001. Mikrobiologi Kedokteran
Diterjemahkan oleh Penerjrmah Bagian Mikrobiologi Fakultas
Kedoketeran Universitas Airlangga. Edisi 1. Salemba Medika. Surabaya.
hal 223-236.
Kusriningrum, R. S. 2012. Buku Ajar Perancangan Percobaan. Dani Abadi.
Surabaya. hal 6-25.
Murray, P. R., Baron, E. J., Jorgensen, J. H., Pfaller, M. A., and Yolken, R. H.
2007. Manual Of Clinical Microbiology. Edition eIGHT. Washington DC.
ASM Press. pp 1:1860.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor. hal. 54.
Nugroho. 2004 Pedoman Pelaksanaan Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Purwanti, E. 2007. Senyawa Bioaktif Tanaman Sereh (Cymbopogon nardus)
Ekstrak Kloroform dan Etanol serta Pengaruhnya Terhadap
Mikroorganisme Penyebab Diare. Jurusan Pendidikan Biologi. Skripsi.
Fakultas Pendidikan Biologi dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
Rahayu, P. dan Winiati. 2000. Aktivitas Mikroba. Bumbu Masakan Tradisional
Hasil Olahan Industri Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak. Buletin
Teknologi dan Industri Pangan. Bandung, 11(2) : 42-48.
Roman, M., T. J. J. Inglis, B. Henderson., T. V. Riley and B. J. Chang. 2011.
Antimicrobial Susceptibilities of Aeromonas Strains Isolated from Clinical
and Environmental Sources to 26 Antimicrobial Agents. Journal
Antimicrobial Agents and Chemotherapy, 56 (2) : 1110-1112.
Septiana, A. T. dan A. A. Asnani. 2012. Kajian Sifat Fitokimia Ekstrak Rumput
Laut Coklat Sargassum duplicatum Menggunakan Berbagai Pelarut dan
Metode Ekstraksi. Agronitek, 6 (1) : 22-28
Sukenda, L. Jamal., Wahjuningrum dan A. Hasan. 2008. Penggunaan Kitosan
untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo
Clarias sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 7 (2) : 159-169.

Você também pode gostar