Você está na página 1de 18

IDENTIFIKASI DAN DETERMINASI HEWAN

Oleh :
Nama : Alin Nurcahyani
NIM : B1J012186
Rombongan : VIII
Kelompok :1
Asisten : Faizal Rachman Dwi
Putra

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Identifikasi penting dalam mencari kebenaran terhadap suatu


species. Pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri, dan pemberian
nama takson (Kottelat et al., 1993). Identifikasi adalah tugas untuk
mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi individu yang beraneka
ragam dan memasukkannya dalam suatu takson (Mayr, 1969).
Berdasarkan cara penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih
maka dikenal tiga macam kunci determinasi, yaitu kunci
perbandingan, kunci analisis dan sinopsis. Kunci determinaasi yang
digunakan pada praktikum ini adalah kunci analisis. Kunci analisis
merupakan kunci yang paling umum digunakan dalam pustaka.
Kunci ini sering juga disebut kunci dikotomi sebab terdiri atas
sederetan bait atau kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau
adakalanya beberapa) baris yang disebut penuntun dan berisi ciri-
ciri yang bertentangan satu sama lain. Untuk memudahkan
pemakaian dan pengacuan, maka setiap bait diberi nomor,
sedangkan penuntunnya ditandai dengan huruf (Yatim, 1985).
Klasifikasi makhluk hidup bertujuan untuk membantu dalam
mengenali atau mempelajari makhluk hidup yang begitu banyak
dan beraneka ragam sifat serta ciri-cirinya. Manfaat klasifikasi
adalah untuk mengetahui jenis-jenis makhluk hidup dan hubungan
antar makhluk hidup sehingga menjadi lebih mudah diketahui
kekerabatan antar makhluk hidup yang beraneka ragam. Makhluk
hidup yang diklasifikasikan dalam satu kelompok atau takson
tertentu memiliki persamaan-persamaan sifat dan ciri-ciri.
Identifikasi merupakan tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri
taksonomi individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke
dalam suatu takson (Kottelat et al., 1993).
Pengelompokkan makhluk hidup juga dibedakan menjadi dua
kelompok berdasarkan hubungan kekerabatannya, yaitu in group
dan out group. In group adalah kelompok organisme yang sedang
dikaji. Out group adalah kelompok organisme yang sedang tidak
dikaji namun memiliki kekerabatan yang dekat dengan kelompok
organisme yang sedang dikaji (Simpson, 1961).

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara identifikasi dan determinasi hewan


adalah:
1. Mempelajari konsep identifikasi dan determinasi.
2. Melakukan simulasi identifikasi dan determinasi hewan.
3. Membuat dan menggunakan kunci identifikasi hewan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Anggota dari masing-masing kelompok memiliki sifat atau ciri


khas tertentu yang membedakan dengan anggota dari kelompok
lainnya, atau sering disebut dengan karakter taksonomi. Karakter
taksonomi meliputi karakter kualitatif (diekspresikan dengan
gambar atau kata-kata), misalnya warna dan bentuk. Karakter
kuantitatif (dapat dihitung atau diukur), misalnya jumlah kaki dan
jari. Klasifikasi merupakan pengelompokan individu-individu ke
dalam suatu kelompok tertentu. Pengelompokan ini disusun secara
runtut sesuai dengan tingkatannya (hirarkinya), yaitu mulai dari
yang lebih kecil tingkatannya hingga ke tingkatan yang lebih besar.
Ilmu yang mempelajari prinsip dan cara klasifikasi makhluk hidup
disebut taksonomi atau sistematik (Radiopoetro, 1977).
Menurut King et al., (1975), karakter taksonomi yang
digunakan untuk identifikasi dan determinasi meliputi karakter
morfologi, anatomi, dan fisiologi. Karakter morfologi yaitu ciri-ciri
bagian luar tubuh makhluk hidup yang meliputi ruas ruas pada
tubuh, bentuk alat gerak, jumlah kaki, bentuk paruh pada aves, dan
jumlah sayap pada serangga. Karakter anatomi dilihat dari ciri-ciri
yang terdapat di dalam tubuh makhluk hidup, misalnya ada
tidaknya tulang belakang. Karakter fisiologi adalah persamaan
fungsi faal yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Misalnya
persamaan dalam proses metabolisme, seperti pencernaan,
respirasi, dan peredaran darah.
Kekerabatan hewan berdasarkan pandangan klasik didasarkan
pada pertimbangan morfolgi, dan sangat dipengaruhi oleh
anggapan dari sebuah evolusi yang semakin meningkat. Biasanya
didasarkan pada evolusi dari rongga dalam tubuh (coeloms) dan
yang termasuk kedalamnya adalah Mollusca, Annelida, Arthropoda,
dan Deuterostoma dengan mengesampingkan Nematoda dan
Platyhelminthes (hipotesis coelomata). Namun, setelah beberapa
dekade menjadi jelas bahwa studi morfologi saja tidak cukup untuk
memahami hubungan antara kelompok utama hewan (Brinkmann
and Phillipe, 2008).
Identifikasi dan determinasi dilakukan melalui 4 tahap yaitu
identifikasi, klasifikasi, determinasi, dan verifikasi. Identifikasi
adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi
individu yang beranekaragam dan memasukkannya ke dalam suatu
takson. Prosedur identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat
deduktif. Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan pengertian
klasifikasi. Identifikasi berhubungan dengan ciri-ciri taksonomi
dalam jumlah sedikit (idealnya satu ciri), akan membawa spesimen
ke dalam satu urutan kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi
berhubungan dengan upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri
(idealnya seluruh ciri-ciri yang dimiliki). Peranan buku kunci
identifikasi adalah mutlak diperlukan dalam melakukan identifikasi.
Determinasi merupakan cara untuk mengidentifikasi suatu makhluk
hidup dengan mencocokkan dengan buku panduan kunci
determinasi (Mayr, 1969).
Klasifikasi merupakan salah satu cara penyederhanaan
terhadap objek (dalam hal ini makhluk hidup) yang berjumlah besar
dan beragam. Secara umum, klasifikasi dapat diartikan sebagai
suatu proses mengelompokkan sesuatu berdasarkan aturan-aturan
tertentu. Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
mengadakan klasifikasi terhadap makhluk hidup yaitu sifat-sifat
makhluk hidup. Pengelompokan berdasarkan ciri-ciri, dan
pemberian nama kelompok. Langkah selanjutnya yaitu
pengelompokkan (classification). Data utama yang telah diperoleh
dibandingkan dengan data acuan yang telah ada. Ketika ditemukan
suatu pola kemiripan, maka masukkan spesies tersebut pada
kelompok acuan. Misal, objek utama : merpati, objek acuan : bebek
dan ayam. Merpati dapat dikelompokkan dengan bebek dan ayam
berdasarkan bentuk tubuh (adanya paruh, sayap, dan merupakan
hewan ovipar). Terakhir, setelah dikelompokkan, maka kelompok
tersebut akan diberikan nama sesuai dengan karakteristik umum
spesies-spesies yang ada di dalamnya (Widiyadi, 2009).
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengetahui
hubungan kekerabatan di antara organisme, yaitu metode fenetik
dan metode filogenetik. (Tjitrosoepomo, 1993). Filogenetik adalah
studi yang membahas tentang hubungan kekerabatan antar
berbagai macam organisme melalui analisis molekuler dan
morfologi. Fenetik adalah suatu studi yang mengklasifikasikan
berbagai macam organisme berdasarkan kesamaan atau kemiripan
morfologi dan sifat lainnya yang bisa diobservasi tidak tergantung
pada asal evolusi organisme bersangkutan (Coccone 1999).
Menurut teori evolusi, spesies biologi yang ada telah dikaitkan di
masa lalu oleh nenek moyang yang sama. Setelah Darwin, ilmuwan
banyak mempresentasikan hubungan kekerabatan dengan pohon,
yang disebut filogeni. Leluhur dari kelompok tertentu spesies,
seperti vertebrata, telah meninggalkan catatan fosil tentang
keberadaan mereka yang dapat digunakan untuk dijadikan
perbandingan dengan spesies yang serupa. Hal ini telah
menyebabkan tingkat kesepakatan struktur pohon kekerabatan
kelompok tersebut (Foulds and Graham,1982).
Determinasi yaitu membandingkan suatu hewan dengan
hewan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau
disamakan). Di dunia ini, tidak ada dua benda yang identik atau
persis sama, maka istilah determinasinya dianggap lebih tepat
daripada istilah identifikasi (Mackinnon, 2000). Kunci determinasi
adalah kunci yang dipergunakan untuk menentukan phylum, class,
ordo, family, genus dan spesies. Dasar yang digunakan dalam kunci
determinasi adalah identifikasi dari makhluk hidup dengan
menggunakan kunci dikotom (Jasin, 1989).
Verifikasi merupakan tahap terakhir dari identifikasi. Verifikasi
dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana
kebenaran suatu dugaan itu mendukung pengalaman secara
meyakinkan. Sedangkan, verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika
telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam
bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai
pernyataan yang mengandung makna (Mayr, 1969).
Amphibi adalah perintis vertebrata daratan. Walaupun angota-
anggotanya mempunyai 2 fase kehidupan yaitu fase kehidupan di
air dan fase kehidupan di darat. Adanya perpindahan habitat
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pola-pola untuk
penyesuaian hidup pada lingkungan air dan daratan. Pada saat
hidup di air, anggota amphibia bernafas dengan insang dan
bergerak dengan cara berenang. Setelah pindah ke habitat darat
dikembangkanlah kaki sebagai alat gerak, paru-paru untuk
bernafas sebagai pengganti insang dan nostril untuk pengambilan
gas-gas pernapasan. Ciri-ciri khusus kelas Amphibi, yaitu:
1. Kulit selalu basah dan berkelenjar serta tidak bersisik luar.
2. Memiliki 2 pasang kaki untuk berjalan atau berenang, berjari 4-5
atau lebih sedikit, tidak bersirip.
3. Terdapat dua buah nares yang menghubungkan dengan cavum
oris. Mata berkelopak yang dapat digerakan, lembar gendang
pendengar terletak di sebelah luar. Mulut bergigi dan berlidah
yang dapat dijulurkan ke muka.
4. Skeleton sebagian besar berupa tulang keras
5. Cor terbagi atas tiga ruangan, yakni dua ruang auricula dan satu
ventriculum.
6. Pernapasan dengan insang, paru-paru, kulit atau celah mulut
(rima oris).
7. Otak memiliki 10 pasang nervi cranialis.
8. Suhu tubuh poikilothermis (Mintohari, 2005).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum acara identifikasi dan


determinasi hewan adalah bak preparat, pinset, masker, sarung
tangan, kamera, buku identifikasi hewan, kertas gambar,
mikroskop, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan adalah satu set paku, mur, baud,
beberapa gambar hewan dari kelas Amphibi.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum antara lain :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Melakukan simulasi dan determinasi menggunakan paku, mur,
baud.
3. Membuat kunci identifikasi sederhana berdasarkan data yang
diperoleh.
4. Melakukan proses identifikasi dan determinasi beberapa gambar
hewan kelas Amphibi.
5. Membuat laporan sementara dari hasil praktikum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Gambar 1. Phenogram Kunci Determinasi Paku

3a

2a

1a 3b

in 4a

2b
5a
4b

5b

7a
6a

7b
Paku
1b
8a

6b 9a
8b
9b

besar
Segi 6

out kecil

Segi 4

Kunci Determinasi Paku


1) a. paku berujung runcing...............................(2)
b. paku berujung tumpul...............................(6)
2) a. tidak berulir...............................................(3)
b. berulir........................................................(4)
3) a. kepala tidak berpayung.............................(paku kayu)
b. kepala berpayung......................................(paku payung)
4) a. permukaan atas tidak bertanda.................(paku asbes)
b. permukaan atas bertanda.........................(5)
5) a. kepala bulat...............................................(skrup runcing)
b. kepala corong............................................(skrup corong
runcing)
6) a. kepala bersegi...........................................(7)
b. kepala tidak bersegi..................................(8)
7) a. kepala corong bertanda +.........................(skrup corong
tumpul)
b. emas bulat bertanda -...............................(skrup tumpul)
8) a. perak.........................................................(segi 6 perak)
b. emas..........................................................(9)
9) a. berlekuk.....................................................(emas berlekuk)
b.tidak berlekuk.............................................(emas tidak
berlekuk)

Tabel 1. Hasil Identifikasi Amphibi

No Family Species Gambar


Megophryid Leptobrachium
1
ae hasseltii
(Ayu Ratna & Willy W,
2013)

Microhylida
2 Mcrohyla achatina
e
(Ayu Ratna & Willy W,
2013)

3 Ranidae Huia masonii

(Ayu Ratna & Willy W,


2013)

Rana hosii
(Ayu Ratna & Willy W,
2013)

Rana chalconota
(Ayu Ratna & Willy W,
2013)

Limnonectes
microdiscus
(Ayu Ratna & Willy W,
2013)

Limnonectes kuhlii
(Ayu Ratna & Willy W,
2013)

Fejervarya
limnocharis
(Ayu Ratna & Willy W,
2013)
Rhacoporid Philautus
4
ae aurifasciatus
(Ayu Ratna & Willy W,
2013)

Polypedates
leucomystax
(Ayu Ratna & Willy W,
2013)

Rhacophorus
reinwardii
(Ayu Ratna & Willy W,
2013)

5 Bufonidae Bufo asper


(Ayu Ratna & Willy W,
2013)

B. Pembahasan

Cara menggunakan kunci determinasi yaitu dengan cara


memilih setiap pernyataan yang ada yang sesuai dengan objek
yang akan di identifikasi, misalnya kita ingin mengetahui salah satu
jenis paku dengan menggunakan kunci determinasi. Kita harus
memilih pernyataan pada 1a atau 1b yang sesuai dengan ciri paku
yang ingin diketahui. Pilihan yang sesuai dengan ciri objek yang
diidentifikasi adalah pada nomor 1a, maka kita akan melanjutkan
pada nomor 2. Jika pilihan yang sesuai dengan objek yang diamati
ada pada nomor 1b, maka akan dilanjutkan dengan nomor 6.
Demikian seterusnya kita kembali memilih pernyataan yang sesuai
dengan objek yang diidentifikasi dengan memilih pernyataan
sampai kita menemukan hanya satu paku yang tersisa. Namun
sebaiknya jangan terburu-buru menyimpulkan, ada baiknya kita
melakukan verifikasi dulu, yaitu membandingkan objek yang
diidentifikasi dengan deskripsi (uraian ciri-ciri morfologis) jenis yang
terdapat dalam kunci determinasi.
Berdasarkan pengamatan, diperoleh hasil bahwa paku
dikategorikan menjadi in group, sedangkan baud sebagai out grup-
nya. Paku dilihat hubungan kekerabatannya berdasarkan
morfologinya terlebih dahulu. Paku dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu paku berujung runcing dan paku berujung tumpul.
Paku berujung runcing dibedakan lagi menjadi dua kelompok, yaitu
paku berulir dan tidak berulir. Paku berulir dibedakan lagi menjadi
dua kelompok berdasarkan permukaannya, yaitu paku dengan
permukaan atas bertanda dan tidak bertanda. Paku permukaan
atas tidak bertanda diperoleh sebuah paku, yaitu paku asbes. Paku
permukaan atas bertanda dibedakan lagi berdasarkan kepalanya,
yaitu kepala bulat dan kepala corong. Paku kepala bulat diperoleh
sebuah paku yaitu skrup runcing, sedangkan paku kepala corong
yaitu skrup corong runcing. Paku tidak berulir dibedakan menjadi
dua kelompok berdasarkan bentuk kepala berpayung atau tidak.
Kelompok paku kepala tidak berpayung diperoleh sebuah paku
yaitu paku kayu, sedangkan paku kepala berpayung yaitu paku
payung.
Paku berujung tumpul dibedakan lagi menjadi dua kelompok,
yaitu paku kepala bersegi dan tidaka bersegi. Paku kepala bersegi
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu paku kepala corong
bertanda + dan paku emas bulat bertanda -. Paku kepala corong
bertanda + diperole sebuah paku yaitu skrup corong tumpul,
sedangkan paku emas bulat bertanda diperoleh sebuah paku
yaitu skrup tumpul. Paku kepala tidak bersegi dibedakan lagi
menjadi dua kelompok, yaitu paku emas dan perak. Paku emas
dibedakan lagi menjadi dua kelompok, yaitu paku berlekuk dan
tidak berlekuk. Paku berlekuk diperoleh sebuah paku yaitu paku
emas berlekuk, sedangkan paku tidak berlekuk yaitu paku emas
tidak berlekuk. Paku perak diperoleh sebuah paku yaitu paku segi
enam perak.
Baud dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu baud segi enam
dan baud segi empat. Baud segi enam dibedakan lagi menjadi dua
kelompok yaitu baud yang berukuran besar dan baud berukuran
kecil. Sehingga masing-masing diperoleh satu baud. Baud segi
empat tidak dikelompokan lagi karena sudah diperoleh satu buah
baud.
Amphibi merupakan Class dari hewan vertebrata. Amphibi
dibedakan menjadi 5 Family, yaitu Megophryidae, Microhylidae,
Ranidae, Rhacoporidae, dan Bufonidae. Amphibi dari Family
Megophryidae memiliki karakter mata yang besar dan tungkai
depan yang kecil. Species yang termasuk ke dalam Family
Megophryidae adalah Leptobrachium hasseltii yang memiliki
karakter mata tanpa kulit yang tirus diatasnya, tubuh kehitaman
dengan bintik noda besar yang terlihat samar. Amphibi dari Family
Microhylidae memiliki karakter bentuk tubuh yang makin
membesar ke arah posteriornya. Species yang termasuk ke dalam
Family Microhylidae adalah Mcrohyla achatina yang memiliki
karakter web nya hanya terdapat di pangkal jari kaki, dan
punggungnya belang-belang. Amphibi dari Family Ranidae memiliki
karakter selaput pada bagian jari-jarinya dan kulit yang halus.
Species yang termasuk ke dalam Family Ranidae adalah Huia
masonii, Rana hosii, Rana chalconota, Limnonectes microdiscus,
Limnonectes kuhlii, dan Fejervarya limnocharis. Huia masonii
memiliki karakter lipat dorso-lateral tidak jelas, sepasang saccus
gular pada jantan, kaki sangat panjang dan ramping, dan di
punggung tedapat bercak warna hitam. Rana hosii memiliki
karakter pinggang berwarna gelap. Rana chalconota memiliki
karakter tungkai seringkali berwarnna kemerahan, dipunggung
terdapat titik kecil berwarna hitam, terdapat garis putih di mulut,
dan di belakang mulut terdapat ttik kecil berwarna putih.
Limnonectes microdiscus memiliki karakter jantan sampai 35 mm,
betina sampai 65 mm, diatara bahu terdapat seperti huruf V
terbalik pada puncak punggung , kulit licin warna coklat
kemerahan. Limnonectes kuhlii memiliki karakter tubuh gemuk,
ukuran sampai 80 mm , kulit berkerut, tympanum tidak nyata
meskipun ada. Fejervarya limnocharis memiliki karakter garis putih
yang membelah punggung dari anterior sampai posterior.
Kodok dan katak keduanya termasuk Ordo Anura, tapi
keduanya memiliki beberapa perbedaan berdasarkan karakter
morfologinya. Kodok memiliki tubuh yang pendek dan gemuk,
kulitnya kasar penuh benjolan/bintik/kutil serta terlihat kering.
Katak memiliki tubuh yang halus dengan pinggang sempit,
umumnya tubuhnya ramping. Kulit katak berelendir, licin, dan
halus. Kaki belakang katak kuat, panjang, dan berselaput yg
diadaptasikan untuk melompat, memanjat, dan berenang. Kaki
belakang kodok pendek, lebih disesuaikan untuk berjalan daripada
melompat. Katak mampu melompat begitu jauh karena kaki
belakang mereka yg panjang dan kuat. Mereka bisa melompat
kabur cepat saat dikejar pemangsa. Katak juga memiliki kaki
khusus yang dirancang untuk menempel, sehingga memungkinkan
mereka untuk memanjat pohon atau yang lainnya. Kodok berbeda
dengan katak, mereka tidak bisa melompat terlalu jauh atau
melompat terlalu tinggi. Umumnya katak tidak beracun, namun
beberapa katak mampu mengeluarkan racun alkaloid lipofilik pada
kulit mereka, terutama mereka dengan warna yang sangat
mencolok. Semua kodok memiliki kelenjar racun yg terdapat di
belakang mata mereka.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri
taksonomik individu yang beraneka ragam dan memasukkannya
ke dalam suatu takson. Determinasi merupakan membandingkan
suatu benda atau makhluk hidup dengan yang lainnya yang
sudah dikenal sebelumnya.
2. Mengidentifikasi dan mendeterminasi suatu organisme
diperlukan sebuah kunci determinasi untuk membuktikan
kebenarannya.
3. Paku dan skrup yang telah diidentifikasi dan dideterminasi dapat
dikelompokkan antara lain paku kayu, paku payung, paku asbes,
skrup runcing, skrup corong runcing, skrup corong tumpul, skrup
tumpul, skrup segi 6 perak, skrup emas berlekuk, dan skrup
emas tidak berlekuk.

B. Saran

Sebaiknya untuk praktikum pengenalan identifikasi dan


determinasi hewan, hewan-hewan amphibi nya tidak menggunakan
gambar karena menyulitkan dalam mengidentifikasi dan
mendeterminasi hewan-hewan amphibi.

DAFTAR REFERENSI

Brinkmann, H., and Phillipe, H. 2008. Animal phylogeny and large-


scale sequencing: progress and pitfalls. Journal of Systematics
and Evolution. 46 (3): 274286.

Coccone, A., Amato, G., Gratry, O. C., Behler, J., and Powell, J. R. 1999. A
molecular phylogeny of four endangered Madagascar tortoises based on
mtDNA sequences. Mol Phylogenet Evo.Vol. 12: 1-9.
Foulds, L.R., and Graham, R.L. 1982. The Steiner Problem in
Phylogeny Is NP Complete. Advances in Applied Mathematics.
Vol. 3: 43 49.

Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan vertebrata).


Surabaya: Sinar Wijaya.

King, B., Woodcock, M., and Dickinson, E.C. 1975. A Field Guide to
The Birds of South-East Asia. London: Collins.

Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N. and Wirjoatmodjo, S.


1993. Fresh Water Fishes of Western Indonesia and Sulawesi.
Jakarta: Periplus Editions Limited.

Mackinnon, J. K., Phillips, and Balen, V. B. 2000. Burung-burung di


Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor: LIPI dan Bird Life,
IP.

Mayr, E. 1969. Principles of Systematic Zoology. New Delhi: Tata Mc


Graw. Hill Publishing Company.

Mintohari. 2005. Hewan-Hewan Vertebrata. Bandung: Prima Jaya.

Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Simpson, G.G. 1961. Principal of Animal Taxonomy. New York:


Columbian University Press.

Widiyadi, E. 2009. Penerapan Tree dalam Klasifikasi dan


Determinasi Makhluk Hidup. Bandung: Jurusan Teknik
Informatika Institut Teknologi.

Yatim, W. 1985. Biologi jilid II. Bandung: Tarsito.

Você também pode gostar