Você está na página 1de 5

Unnes J Life Sci 1 (2) (2012)

Unnes Journal of Life Science


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Pertumbuhan Bakteri dan


Fungi Ikan Bandeng

Elfrida Theresia P. Siburian , Pramesti Dewi, Nana Kariada

Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh suhu dan waktu penyimpanan
Diterima Agustus 2012 terhadap pertumbuhan bakteri dan fungi pada ikan bandeng (Chanos chanos).
Disetujui Agustus 2012 Variasi suhu penyimpanan adalah -6C, 10C, dan 30C, sedangkan variasi lama
Dipublikasikan November waktu penyimpanan adalah 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Sebanyak 9 ekor ikan
2012 bandeng dimasukkan ke dalam 3 plastik, masing-masing plastik/kelompok terdiri
dari 3 ekor. Kelompok 1 disimpan dalam freezer (suhu beku -6C), kelompok 2
disimpan di kulkas (suhu dingin 10C) dan kelompok 3 di ruangan (suhu kamar
Kata kunci: 30C). Masing-masing kelompok suhu disimpan selama 24 jam, 48 jam, dan 72
Bakteri jam. Jumlah pertumbuhan bakteri dan fungi dalam media tanam PDA dianalisa
Fungi secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan waktu
Ikan bandeng penyimpanan berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri dan fungi pada ikan
Suhu penyimpanan bandeng. Suhu beku (-60C) dan suhu dingin (10C) penyimpanan selama 24 jam
dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi. Pertumbuhan optimal bagi
bakteri dan fungi terjadi pada penyimpanan dalam suhu kamar (30C) selama 24
jam, 48 jam, 72 jam. Simpulan dari penelitian ini adalah. Disimpulkan bahwa
suhu dan waktu penyimpanan berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri dan
fungi pada ikan Bandeng.

Abstract
The purpose of this study was to know the effect of temperature and storage time
on the growth of bacteria and fungi on milkfish (Chanos chanos). Variations
storage temperature is -6C, 10C, and 30C, while the variation of the storage
time was 24 hours, 48 hours and 72 hours. A total of 9 milkfish put into 3 plastic,
each plastic/group consisted of 3 milkfish. Group 1 was stored in a freezer
(freezing temperatures -6oC), group 2 was stored in the refrigerator (10C colder
temperatures) and group 3 in the room (room temperature 30C). Each group
recorded temperature for 24 hours, 48 hours, and 72 hours. Total growth of
bacteria and fungi in the growing media PDA analyzed descriptively. The results
showed that temperature and storage time effect on the growth of bacteria and
fungi on milkfish. Freezing temperatures (-6C) and cold temperature (10C)
storage for 24 hours to inhibit the growth of bacteria and fungi. Optimal for
growth of bacteria and fungi occur on storage at room temperature (30C) for 24
hours, 48 hours, 72 hours. It was concluded that the temperature and storage time
effect on the growth of bacteria and fungi on Milkfish.

2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi :
Gedung D6 Lt.1 Jl Raya Sekaran ISSN 2252-6277
GunungPati Semarang Indonesia 50229
theresia_elfrida@yahoo.com
ETP Siburian dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (2) (2012)
Pendahuluan sementara sebelum diolah menjadi produk lain.
Ikan merupakan salah satu bahan Pengawetan atau pengolahan hasil
pangan yang mudah rusak, terutama ikan perikanan bertujuan untuk menghambat atau
segar (Hadiwiyoto 1993). Ciri-ciri ikan segar menghentikan kegiatan zat-zat dan
antara lain mata jernih, kornea bening, pupil mikroorganisme yang dapat menimbulkan
hitam, mata cembung dan insang merah segar. pembusukan (kemunduran mutu) dan
Jika kualitasnya menurun, insang berwarna kerusakan (Moeljanto 2002). Memperpanjang
keabuan, berlendir dan bau, sisik melekat kuat, daya simpan dan untuk mengatasi masalah
mengkilap dan tertutup lendir jernih, aroma pembusukan ikan (selama penangkapan,
berbau khas ikan. Jika ikan tidak segar lagi, pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran)
berbau busuk dan biasanya mengapung jika diperlukan media pendingin untuk
diletakkan di dalam air. Pada ikan yang masih mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu
segar, daging elastis dan bewarna cerah, dan jika tertentu.
ditekan tidak menimbulkan bekas permanen.
Menurut Supardi dan Sukamto (1999)
Indonesia adalah negara yang kaya proses pembusukan ikan oleh bakteri dan fungi
dengan hasil perikanan. Salah satu hasil dari dapat dihambat dengan penyimpanan ikan pada
perikanan tersebut adalah ikan bandeng suhu 0C atau lebih rendah lagi. Fungi memiliki
(Chanos chanos). Ikan bandeng banyak aktivitas air (aw) pada 0,87-0,80. Penyimpanan
dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat pada suhu dingin dapat mempertahankan mutu
Indonesia karena mempunyai nilai gizi tinggi (jangka pendek atau beberapa hari) dan apabila
dan rasa yang lezat. Ikan bandeng juga dikenal disimpan pada suhu beku dapat bertahan dalam
sebagai trade mark Semarang, sehingga ikan ini jangka waktu sampai selama satu tahun.
banyak dikenal dan diperoleh di pasar-pasar Penyimpanan dengan suhu dingin dan beku
tradisiona Kota Semarang. Ikan bandeng juga dapat menghancurkan mikroba-mikroba
mengandung protein sekitar 20% berat basah, pembusuk. Pada suhu dingin dan beku, terjadi
lemak 4,8% bahan segar. Protein dalam daging kenaikan konsentrasi padatan intraseluler
ikan bandeng terdiri dari asam amino esensial sehingga mengakibatkan perubahan fisik dan
yaitu arginin, histidin, isoleusin, lisin, metionin, kimia sel-sel bakteri dan fungi penyebab busuk
fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin. (Khomsan 2004).
Tingginya nilai gizi pada ikan bandeng
Mikroorganisme yang terdapat di
menjadikan ikan ini sebagai salah satu sumber
perairan payau dapat menginfeksi ikan bandeng
makanan untuk manusia. Pada umumnya
yang hidup di dalamnya (Feliatra 2002). Ikan
konsumen menghendaki ikan segar, padahal
yang terkontaminasi mikroorganisme akan
ikan termasuk komoditas yang sangat mudah
mengalami proses pembusukan, ditandai
busuk (highly perishable) (Pamijiati 2009).
adanya aktivitas enzimatik dari bakteri atau
Ikan segar atau ikan basah adalah ikan fungi yang merombak komponen daging ikan
yang belum atau tidak diawetkan dengan bahan sehingga terbentuk senyawa yang aromanya
apapun kecuali didinginkan dengan es. menyengat. Aroma tersebut merupakan
Penanganan ikan segar dilakukan pada ikan gabungan dari sejumlah senyawa hasil
sejak ditangkap sampai diterima konsumen pembusukan. Ikan busuk tidak layak jual
(Murniyati & Sunarman 2000). Proses sehingga merugikan pedagang, dan juga tidak
pembusukan lebih cepat pada suhu tinggi layak konsumsi.
sehingga proses pembusukan dapat dihambat
Berdasarkan uraian di atas,
dengan suhu rendah. Menurut Junianto (2003),
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
kesegaran ikan tidak dapat ditingkatkan tetapi
adalah bagaimana pengaruh suhu dan waktu
hanya dapat dipertahankan. Proses pengawetan
penyimpanan terhadap pertumbuhan bakteri
ikan dengan cara pendinginan dapat
dan fungi pada ikan bandeng yang disimpan
mempertahankan masa kesegaran (shelf life)
pada suhu beku -6C, suhu dingin 10C, dan
ikan selama 12-18 hari, tergantung jenis ikan,
suhu kamar 30C dengan lama waktu
cara penanganan, tingkat kesegaran ikan yang
penyimpanan 24 jam, 48 jam, dan 72 jam dalam
akan diinginkan dan suhu yang digunakan.
media tanam PDA.
Pendinginan ikan merupakan salah satu proses
yang umum digunakan untuk mengatasi
pembusukan ikan, baik selama penangkapan, Metode Penelitian
pengangkutan, maupun penyimpanan Penelitian dilaksanakan di
102
ETP Siburian dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (2) (2012)

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Pertumbuhan bakteri dan fungi pada


FMIPA Unnes. Penelitian ini merupakan suhu beku (-6C) dan suhu dingin (10C) selama
penelitian eksperimental menggunakan metode 24 jam baik pada pengenceran 10-2 dan 10-3
purposive random sampling. adalah nol atau tidak ada pertumbuhan bakteri
Sebanyak 9 ekor ikan bandeng dan fungi (Tabel 1). Prinsip proses pendinginan
dimasukkan ke dalam 3 plastik, masing-masing dan pembekuan adalah mengurangi atau
plastik/kelompok terdiri dari 3 ekor. Kelompok menghentikan sama sekali aktifitas penyebab
1 disimpan dalam freezer (suhu beku -6C), pembusukan (Imam 1999). Terbukti bahwa
kelompok 2 disimpan di kulkas (suhu dingin penyimpanan daging ikan bandeng lebih aman
10C) dan kelompok 3 di ruangan (suhu kamar pada suhu beku (-6C). Pada suhu beku (-6C)
30C). Masing-masing kelompok suhu disimpan dan suhu dingin (10C) selama 24 jam pada
selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. ulangan I dan II pengenceran 10-2 dan 10-3
terdapat fungi yang terdiri dari khamir dan
Penghitungan pertumbuhan bakteri dan
kapang yaitu 4.102 -3.102. Pada penyimpanan 48
fungi dilakukan dengan faktor pengenceran.
jam ulangan I dan II pengenceran 10-2 dan 10-3
Daging ikan bandeng dihancurkan dengan
pertumbuhan bakteri semakin meningkat
mortal, kemudian diambil dan ditimbang
dengan jumlah 1,91.104 -8,3.105, sedangkan
sebanyak 1g dan ditambah akuades. Selanjutnya
pertumbuhan fungi mengalami pertumbuhan
diencerkan secara bertingkat. Sebanyak 1 ml
2.102 -6.103. Pada penyimpanan 72 jam ulangan
suspensi pengenceran 10-1 diambil dengan
I dan II pertumbuhan bakteri 1,8.104 - 9,4.105
mikropipet dan dimasukkan ke dalam tabung
sedangkan pertumbuhan fungi 3.102 - 1.103.
reaksi berisi 9 ml akuades steril untuk
mendapatkan pengenceran 10-2. Sebanyak 1 ml Pada suhu dingin (10C) selama 24 jam
suspensi pengenceran 10-2 diambil dengan pengenceran 10-2 dan 10-3 terdapat fungi 7.102 -
mikropipet dan dimasukkan ke dalam tabung 6.103. Pada penyimpanan 48 jam, terdapat
reaksi berisi 9 ml akuades steril untuk bakteri yang pertumbuhan sebanyak 1,89.104
mendapatkan pengenceran 10-3. -1,43.105 dan pertumbuhan fungi 9.102-9.103.
Penyimpanan 72 jam, pertumbuhan bakteri
Potato Dextrose Agar (PDA) yang
1,95.104-1,31.105 dan pertumbuhan fungi
sudah didinginkan hingga temperatur 50C
12.102-10.103 (Tabel 2).
1C diambil sebanyak 15-20 ml pada masing-
masing cawan petri dan dibiarkan hingga padat. Pada penyimpanan 48 jam, dan 72 jam
Selanjutnya, lalu 1 ml suspensi dari dua pada suhu -6C dan 10C terdapat peningkatan
pengenceran terakhir dimasukkan ke cawan pertumbuhan bakteri padahal pada media
petri secara duplo kemudian diratakan dengan tanam sudah ditambah dengan kloramfenikol
ose segitiga. Cawan petri yang berisi sampel atau antibakteri yang berfungsi untuk menekan
diinkubasi pada inkubator suhu 25C selama 5 pertumbuhan bakteri. Namun, kenyataannya
hari. Data pertumbuhan bakteri dan jamur bakteri tetap tumbuh. Hal ini terkait dengan
dianalisa secara deskriptif. kondisi lingkungan tempat jual beli ikan
bandeng di Pasar Peterongan. Kondisi pasar
lembab karena banyak genangan air, dan
Hasil dan Pembahasan percikan air kotor yang berasal dari genangan
Hasil penghitungan jumlah bakteri dan air tersebut mengenai ikan segar sehingga
fungi pada masing-masing suhu dan lama menyebabkan berkembangnya bakteri pada ikan
penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 1-3. bandeng. Kondisi ikan bandeng di Pasar

103
ETP Siburian dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (2) (2012)

Peterongan tidak baik, yaitu terjadi perubahan tumbuh pada suhu 00-35C, dan hadir pada
warna merah muda sampai merah coklat, kondisi kualitas air buruk seperti sirkulasi air
terdapat sedikit lendir, bau asam mulai nyata rendah, kadar oksigen terlalu rendah atau kadar
sehingga kemungkinan ikan bandeng sudah amoniak terlalu tinggi, dan kadar bahan organik
terkontaminasi oleh bakteri. Walaupun ikan tinggi.
dianggap sudah steril tetapi pada bagian insang Teknik penyimpanan pada suhu beku
dan intestinum tetap mengandung bakteri (Rab dapat memperlambat kecepatan reaksi
1997). metabolisme, sehingga dengan penurunan suhu
Pada suhu kamar (30C) penyimpanan 8C kecepatan reaksinya akan berkurang
24 jam terdapat pertumbuhan bakteri 8,3.103 setengahnya dan memperlambat keaktifan
-4,5.103 dan terdapat pertumbuhan fungi 5.102- respirasi sehingga pertumbuhan bakteri, jamur
2.103. Pada penyimpanan 48 jam terdapat dan kebusukan akan dihambat (Khomsan
pertumbuhan bakteri yang semakin meningkat 2004). Penggunaan suhu rendah dan
yaitu 1,85.104-1,36.105 dan pertumbuhan fungi pengawetan pangan tidak dapat membunuh
1.102-1.103. Sementara, pada penyimpanan 72 mikroorganisme penyebab kebusukan. Dengan
jam terdapat pertumbuhan bakteri yang cukup demikian, jika bahan pangan dikeluarkan dari
tinggi (meskipun masih di bawah syarat ) yaitu penyimpanan suhu beku dan dibiarkan mencair
2,01.104 -1,85.105 dan pertumbuhan fungi 3.102 kembali, pertumbuhan mikroorganisme
- 1.103 (Tabel 3). pembusuk akan berjalan cepat (Winarno 1993).
Pada suhu kamar (30C), daging ikan Hasil survei di Pasar Peterongan
bandeng ditumbuhi fungi. Hal ini sesuai dengan terdapat tempat khusus untuk menjual ikan
pendapat Khomsan (2004) bahwa bakteri dan segar namun ada juga yang berjualan di jalan.
jamur pembusuk hidup pada suhu 0-30C. Jarak antara sisa pembuangan ikan berupa
Fungi yang tumbuh pada daging ikan bandeng insang dan usus dibuang dekat dengan ikan
adalah dari kelompok zygomycetes karena segar yang akan dijual sehingga memungkinkan
zygomycetes bersifat saprofit atau parasitik pada terkontaminasi oleh mikroorganisme. Kondisi
hewan dan ikan yang berada di air payau dan lingkungan pasar tempat penjualan kotor dan
air tawar (Indrawati 2006). Fungi tersebut dapat lembab karena banyak ditemukan genangan air

104
ETP Siburian dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (2) (2012)

sehingga memperburuk sanitasi dan higienes


ikan. Ikan bandeng yang tidak habis terjual Daftar Pustaka
Khomsan A. 2004. Pangan dan Gizi. Yogyakarta
diawetkan dengan menggunakan es batu,
Feliatra. 2002. Sebaran Bakteri E.Coli di Perairan
dimana es tersebut dibuat di dalam Pasar Muara Sungai Bantan Tengah Bengkalis
Peterongan dengan menggunakan air PAM Riau. Riau. Natur Vol 4 (2):
(Sutini 12 Agustus 2010, wawancara) sebagai Hadiwiyoto S. 1993. Tehnologi Pengolahan Hasil
bahan baku pembuatan es. Menurut Perikanan. Yogyakarta. Liberty.
Ranoemiardjo (1991), ikan hendaknya segera Gram H. 1996. Microbiological Spoilage of Fish and
dibersihkan dan didinginkan sampai temperatur Fish Products. Internasional Journal of
es mencair (0C). Tahap-tahap penanganan ikan Food Microbiology. (1):21-37
pertama-tama adalah pencucian, yaitu begitu Indriati, Ninoek, Rispayeni, Heruwati.2006. Studi
ikan dipanen segera dicuci dengan air bersih Pembentuk Histamin Pada Ikan Kembung
untuk menghilangkan lumpur yang melekat Peda Selama ProsesPengolahan. Jurnal
Pascapanen 1(2):
pada badan ikan. Selanjutnya proses pre-chiling
Junianto. 2003. Tehnik Penanganan Ikan. Jakarta.
yaitu pendinginan dengan menempatkan ikan Penerbit Swadaya.
dan es dengan perbandingan 1:1, kemudian
Mueljanto. 2002. Pendinginan dan Pembekuan.
dilakukan packing yaitu ikan dipak atau disusun Jakarta. Penerbit Swadaya
pada tempat yang telah disediakan dengan es Murniyati & Sunarman. 2000. Pendinginan dan
yang cukup. Survei yang dilakukan di pasar Pembekuan. Yogyakarta.
Peterongan tidak demikian kondisinya. Pada Pamijiati, W. 2009. Pengaruh Ekstrak Daun Selasih
proses pendinginan, perbandingan jumlah ikan (Ocimum basilicum Linn) Terhadap Mutu
dan jumlah es yang digunakan adalah 2:1. Hal Kesegaran Ikan Bandeng Selama
ini memungkinkan ada sebagian ikan yang tidak Penyimpanan Dingin (Chanos chanos
terkena es sehingga ikan cepat membusuk. Forsk) (Skripsi). Semarang: Universitas
Diponegoro.
Teknik pengawetan ikan segar ini akan bertahan
Rab T. 1997. Teknologi Hasil Perairan. Universitas
selama satu hari. Islam Riau Press. Pekanbaru
Ranoemihardjo S. 1991. Penanganan Ikan Pada
Pasca Panen, Permasalahan dan Distribusi.
Simpulan
Disimpulkan bahwa suhu dan waktu Direktoral Jenderal Perikanan. Jakarta.
penyimpanan berpengaruh terhadap Supardi I & Sukamto.1999.Mikrobiologi Dalam
Pengolahan Dan Keamanan Pangan.
pertumbuhan bakteri dan fungi pada ikan
Bandeng (Chanos chanos). Suhu beku (-6C)
dan suhu dingin (10C) penyimpanan selama 24
jam dapat menghambat pertumbuhan bakteri
dan fungi. Pertumbuhan optimal bagi bakteri
dan fungi terjadi pada penyimpanan dalam
suhu kamar (30C) selama 24 jam, 48 jam, 72
jam.

105

Você também pode gostar