Você está na página 1de 25

BAHAN GALIAN INDUSTRI

DAERAH GUNUNGAPI

Oleh

Mahdy Arib Z 111.140.xxx (Kelas E)

Chaterine Surya A 111.140.094 (Kelas E)

Ryan Avirsa 111.140.132 (Kelas x)

Heppy Chintya P 111.140.168 (Kelas E)

Novi Diah R 111.140.191 (Kelas E)

Anugerah Pekerti 111.141.002 (Kelas E)

MKA VULKANOLOGI

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

YOGYAKARTA

2017

1
2
1. Golongan Bahan Galian
Bahan galian industri merupakan semua mineral dan batuan kecuali
mineral logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan akhir
industri dan konstruksi termasuk juga minerallogam yang bukan untuk dilebur
seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan lainnya.
Potensi bahan galian strategis (Golongan A) adalah Minyak Bumi, Gas
Bumi, Batu Bara dan Nikel. Bahan galian yang vital (Golongan B) adalah :
Emas, Intan, Timah Hitam, Seng, Antimonit, Kristal Kwarsa, Pasir Besi,
Belerang, Pirit, Mika, Rutinium dan Zirkon. Bahan galian yang termasuk
(Golongan C) adalah : Pasir Kwarsa, Kaolin, Gips, Pospat, Batu Kapur, Tanah
Liat, Andesit, Kalsit dan Bantuan Beke Vulkanik. Bahan galian Golongan A
adalah jenis Batu Bara, sedangkan bahan galian Golongan C terdiri dari pasir,
Batu Kapur, Batu Padas, Tanah.
2. Penggolongan bahan galian industri berdasarkan cara terbentuknya
Penggolongan bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi dengan
batuan tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk [1990, dalam
Sukandarumidi, 1999] adalah sebagai berikut :
a. Kelompok I : BGI yang berkaitan dengan Batuan Sedimen,
kelompok ini dapat dibagi menjadi :
1. Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batugamping :
Batugamping, dolomit, kalsit, marmer, oniks, Posfat, rijang, dan
gipsum.
2. Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen
lainnya : bentonit, ballclay dan bondclay, fireclay, zeolit, diatomea,
yodium, mangan, felspar.
b. Kelompok II, BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api : obsidian,
perlit, pumice, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan, opal, kalsedon,
andesit dan basalt, pasir gunung api, dan breksi pumice.
c. Kelompok III, BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam &
ultra basa : granit dan granodiorit, gabro dan peridotit, alkali felspar,
bauksit, mika, dan asbes.

3
d. Kelompok IV, BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu &
endapan letakan : lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zirkon, korundum,
kelompok kalsedon, kuarsa kristal, dan sirtu.
e. Kelompok V, BGI yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal :
barit, gipsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas.
f. Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf : kalsit,
marmer, batusabak, kuarsit, grafit, mika dan wolastonit.
3. Penjelasan Bahan Galian Industri berdasarkan kaitan batuan gunung
merapi.
A. Obsidian
Merupakan jenis batuan beku luar, hasil pembekuan magma yang
kaya silica. Pembekuan terjadi demikian cepat sehingga mineral
pembentuknya tidak sempat mengkristal dengan baik dan kedudukan
kristalnya tidak beraturan. Obsidian kebanyakan berwarna putih keabu-
abuan hingga hitam, kadang-kadang ada garis merah kecoklatan dan
hitam. Dijumpai pula obsidian yang berwarna kehijauan, ungu ataupun
warna perak. Jenis ini dikenal dengan obsidian pelangi. Obsidian dengan
silika sebagai komposisi utama mempunyai kekerasan lebih dari 6
menurut Mohs, berat jenis 3-3,5, mempunyai sifatpecahan konkodial.
Menurut reaksi Bowen, mineral silika akan melebur pada temperature
7000 8000 C.
Teknik Penambangan
Dilakukan dengan sistem kuari dengan peralatan sederhana. Karena
obsidian merupakan tubuh batuan yang keras, pada tahap awal
penambangan untuk memperoleh blok-blok yang cukup besar dimulai
proses peledakan.
Pengolahan dan Pemanfaatan
1. Obsidian mempunya warna indah dank eras, disamping itu mudah
dibentuk. Pada jaman prasejarah, manusia purba memanfaatkan
obsidian untuk senjata/kapak atautitikan penimbul api.
2. Bangunan Karena sifatnya yang keras dan sangat resisten, obsidian
dapat dimanfaatkan sebagai fondasi bangunan. Obsidian tidak

4
porous, hal ini mengakibatkan daya rekat semen menjadi berkurang.
Obsidian bila dipecah mempunyai sifat konkodial dengan pinggiran
yang tajam. Oleh karenanya dalam pengerjaan harus hati-hati.
3. Bahan batu mulia Karena sifatnya yang kompak, beberapa jenis
berwarna terang dan transparan obsidian dapat dibentuk menjadi batu
mulia. Menurut klasifikasi Kinge, obsidian termasuk batu mulia
tanggung (Halfedestenen) batu kelas IV.
4. Bahan perlit rekayasa/artificial ferlit Perlit artificial dapat direkayasa
dengan bahan baku dari obsidian (Sukandarrumidi, 1983). Dari
penelitian dengan bahan baku obsidian dari nagrek sesudah
dipanakan dengann oven selama 90 menit pada temperature 1000 0
11000 C trjadi perubahan sebagai berikut :
Semula warna hitam berubah menjadi putih keabuan
Volume berkembang menjadi 5 kali lipat
Berat jenis yang semula 3,35 berubah menjadi 0,6
Selama perubahan warna, keluar air dari massa batuan, dan
batuan menjadi berpori dan lengket antara fregmen yang satu
dengan yang lain.
Dengan demikian maka artificial perlit beratnya menjadi sangat
kurang dengan kekuatan yang tinggi. Oleh sebab itu perlit rekayasa dari
obsidian, dapat digunakan untuk bahan beton ringan ataupun dinding
perendam dan isolasi panas.
Tempat Diketemukan
Kebanyakan obsidian didapatkan sebagai batuan beku luar pada
gunung api Indonesia yang berumur relative muda (Pleistosen Kuarter).
Tempat diketemukannya obsidian antara lain :
1. Jambi : G. Gantung, S Purgut dan S Penuh (pada batuan lava
andesit).
2. Jawa barat : Nagreg Kab. Bandung (berupa sisipan dan bongkah pada
batuan tras); G. ciamis Kab. Garut (terdapat selang-seling dengan
perlit diatas andesit); Ciasmara Kab. Bogor: Leuwiliang, G.
Kiaraberes, kurang lebih 6 km sebelah barat G. Salak (merupakan

5
lava dan kurang lebih panjang 2 km dan aliran lava yang merupakan
susunan balok berwarna abu-abu dengansteroida); Terogog, Priangan
(singkapan 100 150 panjang, tebal 1 5 m); Anyer, G. Barengkong
sebelah selatan/barat Barengkok, Banten.
B. Perlit
Perlit terbentuk karena pembekuan magma asam yang tibi-tiba
dengan tekana yang tinggi dengan suasana basah. Komposisi utama
adalah mineral silikat berbutir sangat halus, terbangun oleh steroida-
steroida kecil, ringan. Warnanya abu-abu muda hingga abu-abu
kehitaman. Perlitini bila dipanaskan bertahap hingga mencapai suhu
antara 9500 10500 C, akan mencapai perkembangan isi yang tetapdan
maksimum. Sifat perkembangan ini sangat penting untuk penggunaannya
sebagai bahan baku pembuatan bahan bangunan ringan. Menurut hasil
penelitian perlit yang baik mengandung SiO 2 70%, air 2-5%, Na dan K
sebanyak 5-8% berat. Dengan susunan ini perlit akan mempunyai suhu
kelembaban/pencairan rendah, demikian pula suhu pemuaiannya tidak
jauh berbeda. Banyaknya air yang dikandungnya akan berpengaruh
terhadap pemuaian. Air yang terlalu banyak akan mengakibatkan
desintegrasi. Berat jenis perlit sebelum diolah/dipanaskan antara 1,10-
2,50, setelah dipanaskan menjadi 0,11-0,15.
Teknik Penambangan
Dilakukan dengan sistem tambang terbuka. Karna perlit merupakan
bahan galian lunak, penambangan dilakukan dengan alat sederhana.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Perlit disamping didapatkan dialam, dapat pula dibuat/direkayasa
dari obsidian dengan pemanasan.
1. Bahan Bangunan Perlit dimanfaatkan sebagai very light aggregateI
untuk beton atau bata cetak yang sangat ringan. Disamping itu perlit
dapat pula meninggikan daya isolasi terhadap panas dan
suara/peredam, tetapi mempunyai daya tekan rendah.
2. Dalam bentuk ukuran pasir dipergunakan untuk penyaring air.

6
Tempat Diketemukan
Seperti halnya obsidian, perlit didapatkan disekitar gunung api yang
relatif muda. Tempat diketemukan antara lain:
1. Sumatera Utara: Pansur Nipitu Kec. Silindung Kab. Tapanuli utara
(prosentase nilai ekspansi 158,3% terdapat sebagai bongkah-bongkah
dalam tufa dan berasosiasi dengan obsidian).
2. Sumatra Barat: Bukit Rasam Kec. Lubuk Sikaping Kab. Pasaman
(prosentase nilai ekspansi maksimum 51,51% H2O 0,03%, minimum
50,,00% H2O 2,83% terdapat sebagai bongkah dalam tufa); Bukit
Sipinang Kec. Sepuluh Koto, Singkarak Kab. Solok (prosentase nilai
ekspansi 945 terdapat sebagai bongkah dalam tufa dan berasosiasi
dengan obsidian); Bukit Batu Kambing Kab. Solok (nilai ekspansi
maksimum 63,15% H2O 0,05%, minimum 8,50% H2O 1,12%
terdapat dalam Formasi Andesit).
C. Pumice / Batu Apung
Pumice terjadi bila magma asam muncul kepermukaan dan
bersentuhan dengan udara luar secara tiba-tiba buih gelas alam dengan
gas yang terkandung didalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar
dan magmamembeku dengan tiba-tiba. Pumice umumnya terdapat
sebagai lelehan atau aliran permukaan, bahan lepas atau fragmen dalam
breksi gunung api. Batu apung dapat pula dibuat dengan cara
memanaskan obsidian, sehingga gasnya keluar. Pemanasan yang
dilakukan obsidian dari Krakatau, suhu yang diperlukan untuk mengubah
obsidian menjadi batu apung rata-rata 8800 C. berat jenis obsidian yang
semula 2,36 turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan tersebut, oleh sebab
itu mengapung didalam air. Batu apung ini mempunyai sifat hydraulic.
Pumice berwarna putih abu-abu kekuningan sampai merah, tekstur
vesikuler dengan ukuran lubang, yang bervariasi ukurannya baik
berhubungan satu sama lain atau tidak struktur skorious dengan lubang
yang terorientasi. Kadang kadang lubang tersebut terisi oleh zeolit/ kalsit.
Batuan ni tahan terhadap pembekuan embun (frost), tidak begitu

7
higrokopis (mengisap air). Mempunyai sifat pengantar panas yang
rendah. Kekuatan tekanan antara 30-20 kg/cm2. Komposisi utama mineral
silikatamorf.
Teknik Penambangan
Batu apung sebagai bahan galian tersingkap dekat permukaan, dan
relative tidak keras. Oleh sebab itu penambangan dilakukan dengan
tambang terbuka/tambang permukaan dengan peralatan sederhana.
Pemisahan terhadap pengotor dilakukan dengan cara manual. Apabila
dekehendaki ukuran butir tertentu proses pemecahan (grinding) dan
pengayakan dapat dilakukan.
Pengolahan dan Pemanfaatan
1. Sebagai bahan bangunan
Sebagai bahan tahan api, dinding penyekat ruangan dalam bentuk
lembaran sifatnya yang hidraulis baik untuk teknik bangunan basah.
Disamping itu berfungsi pula sebagai bahan isolasi panas dan suara
untuk solasi kamar/peredam atau lemari es
2. Industri Sebagai bahan penyaring setelah diproses dengan ukuran
butir tertentu disamping untuk abrasive khususnya bahan poles atau
logam
Tempat Diketemukan
Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan
rangkaian gunung api Kuarter sampai tersier muda. Tempat dimana batu
apung didapatkan antara lain :
1. Lampung: sekitar kepulauan Krakatau terutama di P. Panjang
(sebagai hasil letusan gunung Krakatau yang memuntahkan batu
apung).
2. Jawa Barat: Kawah Danu, Banten, sepanjang pantai laut sebelah barat
(diduga hasil kegiatan G. Krakatau); Nagreg Kab. Bandung (berupa
fragmen dalam batuan tufa); Mancak, Pabuaran, Kab. Serang (mutu
baik untuk agregat beton,berupa fragmen pada batuan tufa dan aliran

8
permukaan) Cicurug Kab. Sukabumi (kandungan SiO 2=63,20%,
Al2O3=12,5% berupa fragmen pada batuan tufa); Cikatomas,
Cicurug, G. Kiaraberes, Bogor.
3. Daerah Istimewa Yogyakarta: Kulon proggo pada Formasi Andesit
Tua.
4. Nusa Tenggara Barat: Lendangnangka, Jurit, Rempung, Pringgesela
(tebal singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha); Masbagik Kab. Lombok
Timur (tebal singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha); Kopang, Mangtang
Kec. Batu Kilang Kab. Lombok barat (telah dimanfaatkan untuk
batako sebaran 300Ha); Narimaga Kec. Rambiga Kab. Lombok Barat
(tebal singkapan 2-4 m, telah diusahakan rakyat)
E. Trass
Tras disebut pula sebagai pozolan, merupakan bahan galian yang
cukup banyak mengandung banyak silica amorf yang dapat larut didalam
air atau dalam larutan asam. Nama pozolan diambil dari nama desa
Puzzouli de Napel, Italia dimana bahan tersebut ditemukan. Tras ( alam)
pada umumnya terbentuk dari batuan vulkanik yang banyak mengandung
feldspar dan silica, antara lain breksi andesit, granit, rhyolit, yang telah
mengalami pelapukan lanjut. Akibat proses pelapukan feldspar akan
berubah menjadi mineral lempung/kaolin dan senyawa silika amorf.
Makin lanjut tingkat kelapukannya makin bagus kualitas tras tersebut.
(Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Standar unsur kimia tras yang diusahakan adalah sebagai berikut:
Unsur Kisaran % berat
SiO2 40,76 - 56,20
17,35 - 27,95
Al2O3 7,35 13,15
Fe2O3 3,35 10,70
0,82 10,27
H2O 1.95 8,05

CaO
MgO

9
Sebagai bahan banguna Tras mempunyai sifat sifat yang khas,
sifat tras yang terpenting adalah apabila di campur dengan kapur padam
( kapur tohor ) dan air akan mempunyai sifat seperti semen. Sifat ini
disebabkan oleh Oksida silica ( SiO 2 ) yang amorf dan oksida alumunia
( Al2O3 ) di dalam tras yang menjadikannya bersifat asam.
Teknik Penambangan
Bahan galian tras relative lunak dan dekat permukaan. Oleh sebab
itu penambangan terbuka dapat dilakukan denga peralatan sederhana.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Pozolan sendiri tidak mempunyai sifat mengikat dan mengeras
tetapi apabila dalam keadaan butir halus dan kemudian dicampur drngan
kapur padam dan air secukupnya maka akan mempunyai sifat hidraulis
didalam beberapa waktu.
Penggunaan trass antara lain :
1. Untuk luluh, plesteran, lantai. Untuk keperluan itu campuran tras :
kapur padam = 5: 1, dan air secukupnya. Ditambah dengan semen
Portland akan memberikan hasil yang baik.
2. Batako,
3. Semen Rakyat.
Tempat Penyebaran
Penyebaran tras di Indonesia mengikuti jalur rangkaian gunung api
Tersier dan Kuarter antara lain :
1. Nanggroe Aceh Darussalam : Ujung Batu dan Krueng Raya, Kab.
Aceh besar ( pelapukan tufa breksi dengan komponen dasit dan
andesit ), Gronggong Kab. Aceh Pidie ( beupa tufa pasiran berbutir
kasar kasar halus telah mengalami pelapukan ), Takengon Kec.
Takengon Kab, Aceh Tengah ( berupa tufa pasir bebutir kasar
mengandung komponen batu apung yang telah lapuk ).
2. Sumatera Utara : Sarula Kab. Tapanuli Utara ( berasal dari pelapukan
tufa riolit berbatu apung ).
3. Sumatera Barat : Muaro Labuah Kab. Solok Selatan, Kota Padang
Panjang, Matur dan Gadut Kab. Agam( dapat dipergunakan sebagai

10
bata cetak atau tanah mantap dengan penstabil kapur atau semen,
kuat tekan = 4,6 19; kuat lentur = 1,9-9,3 ), Bonjol Kab. Pasaman
(telah digunakan sebagai bahan baku bata cetak dan bahan
bangunan).
F. Belerang
Belerang atau Sulfur ditemukan dalam dua bentuk yaitu sebagai
senyawa sulfide dan sebagai belerang alam. Sebagai senyawa sulfide
didapatkan dalam bentuk Gelena-PbS, Kalkopirit-CuFeS2 dan Pirit FeS.
Kesemuanya terbentuk akibat proses hidrotermal, kecuali yang tersebut
terakhir dapat pula akibat proses sedimentasi dalam kondisi tertentu.
Sedang belerang alam dapat berbentuk Kristal bercampur lumpur atau
merupakan hasil sublimasi. Endapan belerang ini terbentuk akibat
kegiatan sulfatara, fumarola atau sebagai akibat dari larutan yang
mengandung belerang keluar dari perut bumi melalui rekahan-rekahan,
serat selalu berkaitan dengan rangaian gunung api aktif. Balerang
berwarna kuning, kekerasan 1,5-2,5, berat jenis 2,05 , bila dibakar
berwarna biru, menghasilkan gas SO2 yang berbau tidak enak
Teknik Penambangan
Pengendapan endapan belerang dapat dikerjakan dengan tambang
terbuka. Penggalian belerangnya dapat dilakukan dengan alat-alat
sederhana dan sengan penambangan teknik penyemprotan. Apabila
cadangan belerangnya sedikit maka penambangan dilakukan dengan cara
manual yang dilakukan dengan alat-alat sederhana dan dengan tenaga
manusia.
Untuk endapan belerang yang ditutupi lapisan penutup yang cukup
tebal, cara penambangannya dapat dilakukan dengan cara Frasch Process,
yaitu dengan pemboran kemudian dimasukan air panas ( suhu 335 F )
kedalam endapan belerang. Melalui pipa-pipa kondensasi dipompakan
keluar dan ditampung dan diendapkan. Tahap berikutnya disublimasi
untuk mendapatkan belerang yang bersih.
Pengolahan dan Pemanfaatan

11
Cara pengolahann belerang tergantung dari jenis endapannya dan
hasil yang diinginkan. Untuk belerang yang berbentuk Kristal langsung
dapat dimasukkan ke dalam autoklaf. Dalam autoklaf dimasukkan/
ditambahkan soalr, air, dan NaOH, kemudian dipanaskan dengan
memasukkan uap air panas dengan tekanan 3 ATM selama 30-60 menit.
Pemisahan akan terjadi karena belerang mempunyai titik didih yang
rendah di banding pengotor lainnya. Hasilnya berupa belerang cair
dialirkan melalui filter kemudian dicetak.
Untuk belerang jenis lumpur, pengolahannya perlu dilakukan secar
floatasi terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf. Tujuan
dari floatasi adalah untuk meningkatkan kadar belerang dan memisahkan
senyawa- senyawa besi sulfat dan silikat dari larutan. Cara pengolahan
lain untuk belerang jenis ini dengan cara pelarutan dan penghabluran
dengan menggunakan pelarut karbon disulfide, dimethyl disulfit atau
larutan hidrokarbon berat lainnya.
Untuk pengolahan belerang secara sederhana dapat dilakukan
dengan jalan memanaskan bongkah- bongkah belerang di salam wajan
besi atau alumunium yang berdiameter 80- 100 cm di atas tungku
sederhana yang terbuat dari tanah liat/ andesit. Pemanasan dilakukan
dengan kayu atau kompor minyak tanah sambil diaduk- aduk, sesudah
belerang mencair kemudian disaring dengan kantong- kantong yang
terbuat dari kain. Selanjutnya ditampung dalam tabung-tabung banbu
sebagai alat cetakannya.
Balerang banyak digunakan dalam industry kimia yaitu untuk
pembuatan asam sulfat ( H2SO4 ) yang diperlukan untuk pembuatan
pupuk, penghalusan minyak bahan-bahan kimia berat dan keperluan lain
untuk metalurgi. Disamping belerang dimanfaatkan dalam industry cat,
industry karet, industry tekstil, industry korek api, bahan peledak,
industry kertas, pabrik gula, industry ban,dan lain-lain.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu :

12
1. Untuk industry gula
Kadar S = 99,3%, As = 0,05% ( Maksimum ), bitumen = 0,03%, H 2O
= 0,01%, Abu = 0,03%, Sisa Bakar = 0,7%, dan CS2 = 0,08%
2. Untuk industry pupuk
Kadar S = 99,8% ( minimum ), H2O = 0,19%, abu = 0,03%, sisa
bakar = 0,20%, acid sebagai H 2SO4 = 0,07%, NaCl = 41,87bppm, Fe
= 36,10 ppm
3. Kadar untuk industry kimia dasar ( kecuali pupuk )
Kadar S = 99,8%, bitumen = 130 ppm, H 2O = 1,52%, abu = 0,009 %,
Fe2O3 = 0,0008%
4. Lain-lain
Industri korek api kadar S = 98%, industry karet yang tidak termasuk
golongan manapun diperlukan ukuran butir = 300 mesh
5. Industry Ban ( luar dan dalam )
Kadar S = 99,99%, ukuran butir = 325 mesh, abu = 0,01%, moisture
= 0,01%, H2SO4 metter = 0,04%, CS2 insoluble = 0,04 %.
Mata air panas yang sering muncul di sekitar gunung api, juga
mengandung belerang, dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit
kulit ( sebagai disinfektan )
Tempat Ditemukan
Balerang biasanya ditemukan pada rangkaian gunung api aktif
antara lain :
1. NAD : G. Lamo Mete, P. We, Kab. Aceh Besar ( merupakan endapan
fumarola ), Meluak Gayolestan Kec. Blangkejeraen Kab. Aceh
Tenggara ( endapan sulfatara ), G. Seoulawah Kab. Aceh Barat,
Burniteulong, Kab. Aceh Tengah
2. Jambi : Sungai Tutun, Air Hangat Kec: Air Hangat Kab. Kerinci
( terdapat sekitar mata air panas, umumnya menempel pada batuan
lempung tufaan ), G. Kunyit Kec. Gunung Raya Kab. Kerinci
( terdapat disekitar mata air panas pada umumnya menempel pada
batuan lempung tufaan ).
3. Jawa Barat : G. Papandayan ( Tipe sublimasi ), G. Kraha ( tipe
sublimasi ), G. Galunggung ( tipe sublimasi ) , G.Putri (tipe endapan
lumpur, telah disunakan untuk industry kimia dan pupuk), G.

13
Ciremai, G. Tangkuban Perahu, G. Wayang, G. Matang, Kaah saat,
Kawah Mas.
4. Maluku: Wuslah, P.Damar (tipe sublimasi dan endapan lumpur kadar
S = 55-79%)
G. Trakhit
Merupakan batuan beku luar, kristalnya relative kecil mempunyai
mineral seperti granit tapi tidak mengandung kuarsa, utamanya adalah
mineral feldspar jenis ortoklas. Warnanya tidak seterang granit yaitu
berwarna kuning muda hingg abu-abu, berat jenis 2,1 2,3 kekuatan
tekan 500- 900 kg/cm2. Mineral feldsparnya sangat dominan sehingga
apabila mengalami pelapukan feldspar tersebuta akan berubah menjadi
kaolin. Batuan ini terdapat sebagai retas, aliran permukaan bongkah, debu
ataupun breksi gunung api.
Teknik Penambangan
Untuk batuan yang masih keras, cara penambangannya sama
dengan cara penambangan obsidian. Untuk batuan yang telah mengalami
pelapukan penambangan dilakukan dengan alat sederhana.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Untuk keperluan ornamen, pengolahan dilakukan dengan cara
digergaji atau dibentuk dan dipoles sesuai dengan ukuran. Kandungan
ortoklas yang dominan menyebabkan batuan ini tidak tahan abrasi.
Kandungan K2O yang cukup tinggi, trkhit yang dibuat dalam bentuk
serbuk dapat digunakan sebagai pupuk. Kandungan mineral ortoklas yang
cukup tinggi dapat dipergunakan sebagai bahan keramik.
Tempat Ditemukan
1. Bengkulu : Rejang Lebong ( dalam batuan andesit )
2. Sumatera Selatan : Gunung Batu sebelah timur Palembang ( dalam
batuan ortoklas porfir)
3. Lampung : G. Siamang dan G. Galih Wijaya
4. Jawa Tengah : G. Muria dan Karang Kobar
5. Sulawesi Selatan : Balloci Kab. Pangkep, S. Gentungan 15 km
selatan ujung pandang, pangkajene.
H. Kayu Terkersikkan ( Silicified Wood )

14
Ketika terkersikkan merupakan hasil proses permineralisasi oleh
mineral silica ( disebut pula sebagai proses silifikasi ) pada tumbuhan.
Jaringan batang tumbuhan yang sebagian besar terdiri dari unsure
C.H.O.N.S.P oleh bakteri anaerobic dimakan sehingga akan
meninggalkan pori-pori dengan pola seperti jaringan semula. Pori-pori ini
kemudian diisi oleh larutan silica yang berasal dari batuan
disekelilingnya. Oleh sebab itu kayu terkersikkan berkaitan erat dengan
batuan piroklastik/ yang bersifat silikaan baik yang berumur kuarter
maupun yang lebih tua. Bentuk dan ukuran dari silicified wood sesuai
dengan bentuk dan ukuran batang timbuhan semula demikian pula pola
jaringannya. Ukurannya pun sangat bervariasi. Silicified wood yang
berwarna gelap mempunyai umur yang relative lebih tua dari yang
berwarna agak terang, sangat resisten.
Teknik Penambangan
Silicified Wood pada umumnya tampak dipermukaan karena batuan
penutupnya ter erosi, sesudahnya ada yang terangkut air hujan kemudian
mengendap di sungai. Oleh karenanya teknik penambangannya sangat
sederhana, mempergunakan alat- alat sederhana pula. Ketelitian yang
diinginkan adalah pelaksana penambangan dapat membedakan dan
mengidentifikasi silicified wood dengan jenis bahan galian lain.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Selicified wood yang berasal dari daerah tambang dibersihkan dari
kotorannya dengan cara menyemprotkan air. Kemudian dibentuk sesuai
dengn keinginan. Bentuk ini pada umumnya dimanfaatkan untuk
ornament dinding rumah ataupun hiasan taman. Silicified wood tahan
terhadap air hujan dan cuaca, sehingga dapat dipasang/ diletakkan dimana
saja. Silicified wood yang berserat halus, dapat diasah dan dibentuk
menjadi perhiasan / untuk mata cincin. Silicified wood yang dibentuk
digolongkan kedalam batu mulia tanggung ( halfedelstenen ) jenis batu
kelas IV ( menurut Kinge ).

15
Tempat Ditemukan
Beberapa tempat ditemukannya silicified wood selalu berkaitan
dengan batuan piroklastik/ ersifat silikaan. Tempat tersebut antara lain :
1. Sumatera Selatan : Seleman Kec. Tj Agung Kab. Muara Enim,
Sukacinta dan Senabing Kec. Merapi Kab. Lahat
2. Jawa Barat : Mekarsari Kec. Sajira Kab. Lebak
3. Jawa Tengah : daerah Sangiran Solo, S. Basoka Wonogiri, Samigaluh
Kulonprogo
4. Jawa Timur : Mrayan dan Badegan Kec. Ngrayun Kab. Ponorogo
I. Opal
Opal dengan rumus kimia SiO2 n H2O terbentuk sebagai pengerasan
dari agar-agar silica ( silica gel ) yang bearsal dari batuan piroklasik.
Larutan silica tersebut, karena pengaruh air tanah selanjutnya dilarutkan
dalam pori-pori, rongga atau rekahan batuan yang bersifat kedap air. Opal
yang mempunyai rumus kimia SiO2 n H2O dimana harga n berkisar antara
1 sampai 26, termasuk batu mulia tanggung ( Halfedelstenen ) kelas IV
dengan nilai kekerasan 4 s/d 7. Opal jenis batu mulia ini mengandung air
kristal sejumlah 6 sampai 10%, mempunyai struktur amorf indeks bias
tunggal 1,44- 1,46 , berat jenis 1,98-2,20. Berat jenis ini bergantung pada
jenis opal yang bersangkutan, mungkin ada hubungannya dengan jumlah
air kristal di dalamnya. Missal opa hitam dan opal susu mempunyai berat
jenis 2,10 sedangkan opal api berat jenisnya 2,00. Opal mempunyai
warna bervariasi olehkarenanya dalam dunia perdagangan disebut batu
akik Kalimaya, Biduri Sisik, Biduri Ratna Kecana, Biduri Dahana Sutra,
Akik Raja,dan Akik Widorari. Permainan warna pada oal disebabkan oleh
lapisan-lapisan tipis (film)yang berbeda indeks biasnya.
Film-film ini diduga merupakan pengisian (sekunder) didalam
retakan-retakan yang terjadi karena tarikan agar-agar silica selama
pengendapan dan pengeringan. Anggapan lain adanya kristal-kristal kalsit
yang kecil dan udara yang mengisi Kristal atau retakan-retakan tersebut.
Pendapat terakhir mengatakan bahwa air Kristal dan molekul SiO 2
tersusun seperti ayakan yang terbentuk karena proses polimerisasi di

16
dalam agar-agar silica tersebut dan ini telah dibuktikan dengan
kenampakan pada scanning Electron microscop dengan perbesaran
50.000 kali. Opal dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu:
a. opal biasa termasuk kalsedon, opal mulia dan opal matrik.Opal biasa
ialah silica amorf yang sarang hingga dapat melekat di lidah missal
fosil kayu yang terkersikkan dimana struktur serat-seratnya masih
terlihat jelah.
b. Opal mulia, bervariasi dan terbagi 4 kelas berdasarkan atas warnanya,
yaitu :
Opal Hitam, merupakan warna dasar gelap yaitu biru, hijau,
merah, abu-abu, dan hitam. Opal hitam yang warna dasarnya
betul-betul hitam sangat jarang ditemukan dan harganya sangat
mahal. Satu-satunya penghasil opal hitam terbesar adalah
Australia, daerah Banten sering di dapatkan jenis opal, yang
terbanyak jenis opal mawar ( Rose Opal )
Opal susu atau Opal putih yaitu opal yang mempunyai warna
dasar putih seperti susu atau putih keabu-abuan.
Opal api yang mempunyai warna dasar tembus cahaya ( bening )
atau mengkilap dengan warna oranye atau kemerah-merahan.
Opal jenis ini jarang atau sama sekali tidak memperlihatkan
permainan warna.
Opal air mempunyai warna dasar bening dan tembus cahaya,
memperlihatkan permainan warna pelangi. Opal jenis ini mudah
menjadi suram atau pucat karena terlalu sarang.
c. Opal matrik terdiri dari limonit pejal berwarna coklat yang
mengandung urat-urat kecil atau bintik-bintik opal mulia. Opal mula
didalam masa dasar limonit ini tidak mungkin untuk diasah secara
terpisah karena terlalu kecil, sehingga dibentuk dan diasah berikut
matriknya. Opal matrik kurang berharga biasnya hanya untuk
koleksi.
Teknik Penambangan

17
Penambangan bahan galian opal kebanyakan dilaksanakan oleh
rakyat dengan metode dan peralatan yang sederhana

Pengolahan dan Pemanfaatan


Opal yang berasal dari penambangan digergaji dan digerenda sesuai
bentuk dan ukuran yang di inginkan untuk dimanfaatkan sebagai
ornament atau hiasan antara lain mata cincin, Kristal lampu gantung.
J. Kalsedon
Kaldeson merupakan salah satu variasi mineral silica yang
terbentuk oleh pengendapan bertahap sehingga memberikan kenampakan
berlapis dari larutan silica koloid tidak jenuh di dalam rongga atau celah-
celah batuan perangkap. Silica koloid ( agar-agar silica ) tersebut berasal
dari mineral lempung atau batuan piroklastik yang mengalami proses
diagenese khususnya karena pengaruh air tanah. Berbeda dengan opal
kalsedon berlubang-lubang lembut sehingga memungkinkan diberi
bermacam-macam warna di dalamnya. Warna utama dari kalsedon adalah
Hijau ( dikenal sebagai krisopras ) tetapi ada juga yang berwarna merah
( karnelian ), coklat (sordion), menunjukan perlapisan yang konsentris
(agat), perlapisan sejajar (Oniks), oniks merah (sardonic)
Teknik Penambangan
Dilakukan dengan system penambangan rakyat, dengan peralatan
sederhana. Pada umumnya dilakukan sebagai pekerjaan sambilan.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Kalsedon yang berasa dari penambangan, dipotong dengan gergaji
batu, sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Tahap
berikutnya, dipoles. Kalsedon dimanfaatkan sebagai batu mulia atau pun
untuk hiasan/ornament.
Tempat Ditemukan

18
Kalsedon ditemukan di Indonesia mengikuti jalur gunung api mulai
dari Sumatera, Jawa, NTB, NTT, hingga Sulawesi. Tempat- tempat
tersebut yang sudah diusahakan oleh rakyat adalah:
1. Jawa Tengah: Daerah Rah Tau Kec. Batuwarno Kab. Wonogiri
(sebagai pengisian pada batuan dasit dengan struktur gigi, system
Kristal hexagonal tak sempurna); Daerah sekitar K. Tirtomoyo Kab.
Wonogiri (sebagai pengisian rongga-rongga dalam lava basalt dengan
ukuran 1-20 cm, warna kelabu putih kecoklatan, mikrokristalin dan
transclusent.
2. Nusa Tenggara Barat: Kab. Lobok Tengah, Kec. Pamunjak dan lereng
timur gunung Mereje Dan daerah Awang (terdapat sebagai Agat, dan
kalsedon warna putih, kuning, kemerahan).
3. Maluku: Daerah Kasikuta, di hulu S. Kasikutan (terdapat
padaaFormasi Bacaan, merupakan urat-urat pada batuan andesit yang
berumur tersier bawah).
K. Andesit Dan Basalt
Merupakan jenis batuan bekuluar, meruakan hasil pembekuan
magma yang bersifat intermedier sampai basa dipermukaan bumi. Jeni
batuan ini bertekstur porforitik afanitik, komosisi minerak utama jenis
plagioklas, mineral mesik adalah prioksen dan amfibol sedang ineral
tambahan adalah apatit dan zircon. Jenis batuan ini berwarna gelap
umumya abu-abu sampai hitam, tahan terhada air hujan, berat jenis 2,3-
3,7 kuat tekan 600-2400 kg/cm2. Dijumpai sebagai retas, sill, lakolit aliran
permukaan atau sebagai fragmen dan lahar Gunung api atau pun fragmen
breksi.
Teknik Penambangan
Batuan andesit dan basalt merupakan batuan yang cukup kerasdan
massif. Apabila penambangan dilakukan oleh rakyat, karena keterbatasan
modal dilakukan dengan peralatan sederhana denganproduksi yang sangat
terbatas. Apabila diinginkan produksi bongkah yang cukup banyak dalam
waktu yang relative singkat,penambangangan dilakukan dengan

19
peledakan, diawali dengan pembuatan lubang tembak yang sangat
dianjurkan.Walaupun demikian persyaratan keamanan harus tetap
diperhatikan. Penggunaan backhoe, showel, buldoser atau sraper pada
pelaksanaan penambangan dianjurkan sedang pengangkutan bongkah dari
tempat penambangan ketempat pengumpulan dipergunakan dengan truck
ungkit. Apabila dikehendaki bentuk dan ukuran tertentu, penambangan
awal yang menghasilkan bentukan balok dapat dilakukan.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Bentuk bongkah dengan ukuran yang masih dapat diangkat oleh
manusia, andesit dan basalt dimanfaatkan untuk fondasi rumah. Apabila
akan dibentuk menjadi batu candi (bentuan empat persegi panjang/kubus
dengan ukuran tertentu) atau dibentuk menjadi batu temple dengan
ukuran tertentu, penggergajian system basah pada balok hasil
penambangan dapat dilakukan. Andesit dan basalt apabila dimanfaatkan
sebagai batu temple/hiasan pada tembok luar/pengganti tegel, dan
ditempatkan diluar (yang tidak terlindungi dari hujan dan panas matahari)
tidak ada masalah karena kedua jenis batuan tersebut cukup resisten.
Bentukan balok andesit dan basalt apabila telah disentuh oleh
seniman patung dengan rekayasa seni dapat dibentuk menjadi
patung/relief yang tentu saja akan meningkatkan nilai jual.
Untuk keperluan lainnya bongkah hasil peledakan yang ukurannya
tidak sesuai dengan ukuran konsumen dapat dipecah lagi dengan palu
atau alat mekanis (breaker/crusher) untuk disesuaikan ukurannya. Batu
yang sudah sesuai ukurannya dimuat dengan alat muat (wheel loader) dan
diangkut dengan truk ungkit kekonsumen. Secara umum, kegiatan
peremukan terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu peremukan, pengayakan
dan pengangkatan. Bagan alir proses peremukan seperti berikut (gambar
di bawah).
Hasil dari pengolahan ini berupa batu
pecah yang terdiri dari berbagai ukuran, missal < 10 mm, > 10 - < 20

20
mm, > 20 - < 30 mm, >30 50< mm dan sebagainya. Sebagian batu
pecah tersebut dipergunakan untuk pembangunan rumah (concrete beton)
atau pun untuk alas jalan. Untuk batu pecah kebanyakan dipergunakan
spesifikasi ukuran butir sebagai berikut: untuk batu pecah berdasarkan
ukuran yang dihasilkan terdiri dari:
1. Abu dengan ukuran < 10 mm
2. Split dengan ukuran (1 x 1 cm, 1 x 2 cm, 2 x 3 cm, 3 x 5 cm)
3. Screening dengan ukuran 2 x 10 cm
Abu yang dihasilkan tidak tercampur bahan organik. Seperti halnya
pasir andesit/pasir basalt yang bersih (tidak tercampur bahan organik)
baik digunakan untuk bahan adukan beton. Ukuran split umumnya
digunakan untuk campuran beton dan aspal. Sedangkan ukuran yang lebih
besar digunakan sebagai pelapis jalan dan pondasi.
Tempat diketemukan
Terdapat disepanjang jalur gunung api, baik yang masih aktif atau
pun yang sudah mati. Penyebarannya terdapat di:
1. Daerah Istimewa Yogyakarta: G. merapi, G. Gajah; G. ijo kulon
progo.
2. Jawa Timur: G. Gajah Mungkur Kab. Pasuruan; ketapang lawang
Kab. Malang; Pasir putih Besuki Kab. Panarukan.
3. Kalimantan Selatan: Jimban, Tambnag,Kab. Tanah Laut, Ujung Batu
P. Laut. Kab. Kota Baru.
4. Nusa tenggara Tinur: lekebay kec. Paga Kab. Sikka
5. Sulawesi Selatan: bilibii Kec Boto nompo Kab. Gowa, Lena
Kec.Parangloe.
L. Pasir Gunung Api
Pasir gunung api merupakan bahan lepas berukuran pasir yang
dihasilkan pada saat gunung api meletus. Komposisi mineralogi pasir
gunung api tidak jauh berbeda dengan komposisi batuan/magma asal.
Pada saat gunung api meletus material yang dilontarkan ukurannya sangat
bervariasi mulai dari bongkah sampai pasir. Pada umumnya suatu letusan
yang mendadak sangat kuat akan membentuk suatu kaldera yang sangat
luas, misalnya G. Bromo di Jawa Timur. Dengan demikian pasir yang

21
dimuntahkan mempunyai penyebaran yang sangat luas. Apabila
letusannya tidak kuat sehingga tidak mampu menghamburkan material
yang terbawa dari dalam perut bumi, maka pembentukan kepundan akan
terjadi dan penumpukan pasir akan terjadi disekitar kepundan. Pasir
tersebut bersifat relative masih lepas, dan pada saat turun hujan di
puncak, tumpukan pasir akan longsor dan bersama dengan air hujan akan
mengalir melalui sungai yang berhulu disekitar puncak gunung api. Aliran
ini mempunya kekentalan yang tinggi sehingga mampu mengapungkan
dan menghamyutkan benda/material yang dilalui oleh air sungai bahkan
mampu meluap sampai dilembah sungai. Aliran demikian dikenal sebagai
aliran lahar dingin. Untuk menghindarkan kerusakan lebih lanjut dibagian
hiker sungai akibat luapan banjir pasir maka dibuat checkdam.
Checkdam ini dibangungun secara berurutan, sehingga pada satu sungai
sangat dimungkinkan dibangun beberapa buah checkdam. Sebagai contoh
untuk mengendalikan sungai Boyong yang berhulu dilereng puncak G.
Merapi, Jawa tengah yag mengalir melalui daeerah antara Turgo dan
Kaliurang, kearah selatan (Daerah Istimewa Yogyakarta) paling sedikit
telah dibaangun 5 buah checkdam dengan nama BOD 1 BOD 5, fungsi
lain dari bangunan ini :
1. Menghambat dan menampung aliran pasir.
2. Menyediakan tempat sedimen pasir sehingga erosi vertical tebing
sungai dapat dicegah, pendalaman sungai dapat dihindarkan.
3. Mencegah terjadinya banjir lahar dingin.
4. Menyediakan tempat meresapnya air sungai/air hujan, sehingga ikut
berperan dalam melakukan konservasi air tanah.
Teknik Penambangan
Teknik penambangan pasir gunung api disesuaikan dengan jenis
endapan, produksi yang diinginkan dan rencana pemanfaatannya , yaitu:
1. Endapan G. Api Kuarter/Resen Pada endapan ini tanah penutup
belum terbentuk.didapatkan sepanjang alur sungai.taknik
penambangan dengan alat sederhana antara lain dengan sekop dengan

22
pemilihan endapan secara selektif dengan cara ini jumlah
produksisangat terbatas/
2. Endapan pasir gunung api yang telah membentuk formasi endapan
seperti ini telah tertutup oleh tanah penutup/soil. Pekerjaan awal
dilakukan dengan cara land clearing/ pembersihantanah penutup.
Endapan pasir jenis ini pada umumnya sudah agak keras tercampur
dengan lempung.
3. Endapan pasir pantai Endapan ini merupakan endapan lanjutan dari
pasir yang ada di sekitar muara sungai/lepas pantai. Untuk
menambang dipergunakan pompa hisap berkekuatan tinggi dan hasil
pemompaan akan ditampung ditongkang dan siap diangkut dan
dipasarkan.
Pemanfaatan
Pemanfaatan utama pasir gunung api untuk bahan konstruksi
bangunan, persyaratan utama jika dimanfaatkan pasir harus bersih bebas
dari lemung dan zat organik.
M. Breksi Pumice
Breksi pumice merupakan batuan piroklastik berbutir kasar fragmen
breksinya merupkan pumice dengan bentuk dan ukuran sangat bervariasi,
berwarna putih abu-abu, matrik terdiri batu lempung dngan silika amorf
Teknik penambangan
Endapan breksi pumice tersingkap dipermukaan. Oleh sebab itu
teknik pelaksanaan dilakukan dengan tambang terbuka mempergunakan
alat alat sederhana. Breksi pumice mudah lapuk menghasilkan tanah
warnanya gelap.pada saat ditambang tanah ini harus dikupas lebih dulu.
Pengolahan dan Pemanfaaatan
Balok breksi pumice(breksi batu apung) diproses ditempat
pemotongan batu dengan gergaji khusus.Breksi pumice dengan ukuran 5
x 10 x 22 cm bila dibandingkan dengan bata merah dan batako dengan
dasar sifat fisiknya.

23
Beberapa hal yang perlu dicermati dalam pemakaian breksi pumice
sebagai bahan bangunan kinstruksi antara lain:
1. Mempunyai kekuatan tinggi hamper 2 x kuat tekan bata merah
2. Lebih ringan dibandingkan dengan bata merah dan batako, oleh
karenanya sangat sesuai untuk bangunan bertingkat
3. Menyerap panas dengan prioritas tinggi apabila dipakai sebagai
dinding akan mudah menyerap kelembaban udara sehingga
menyejukkan ruangan disiang hari.
4. Daya hantar panas rendah, sehingga menghangatkan ruangan
dimalam harimempunyai tekstur alami yang cukup menarik.
Tempat Diketemukan
Breksi pumice terjadi karena aktifitas vulkanisme merupakan
batuan piroklastik. Dengan demikian keberadaannya disepanjang jalur
vulkanik di Indonesia. Rekayasa breksi pumice untuk bahan bangunan
bernilai ekonomi cukup tinggi baru saja dilaksanakan (pada tahun 1970-
an) dengan demikian belum dikenal masyarakat.Tempat yang sudah
diketahui potensinya adalah pada Ormasi semilir yang tersebar luas
didaerah pegunungan selatan, Daerah istimewa Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Rusdiana, dkk. 2010. Bahan Konstruksi Kimia. Palembang: Politeknik Negeri


Sriwijaya
http://bosstambang.com/Minerals/rencana-bahan-galian-industri.html

24
http://imadedwisg.blogspot.com/2010/10/penggolongan-bahan-galian-dan-
bahan.html
http://dennynatalian.blogspot.com/2010/12/bahan-galian-industri.html
http://rizkimartarozi.blogspot.com/2011/01/bahan-galian-industri-bgi.html

25

Você também pode gostar