Você está na página 1de 5

Pembatasan terhadap lingkup audit umumnya tidak daapat dilaksanakannya

pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan dan komfirmasi piutang melalui komunikasi
langsung dengan debitur klien . pembatasan lain terhadap lingkup audit yang umum adalah
dalam investasi akuntansi jangka panjang, auditor tidak memperoleh laporan keuangan dari
pihak yang klien menginvestasikan dana didalamnya. Pembatasan terhadap penerapan
prosedur audit tersebut atau proseedur audit lain terhadap unsur penting dalam laporan
keuangan mengharuskan aditor untuk memutuskan apakah ia memiliki bukti kompeten yang
cukup untuk memungkinkannya menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian atau
pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat wajar dengan pengecualian, atau apakah ia
harus menyatakan tidak memberikan pendapat. Bila klien mengenakan pembatasa yang
signifikan membatasi lingkup audit, biasanya auditor harus mempertimbangkan untuk
menyatakan tidak memberikan pendapat.
Bila pendapat wajar dengan pengecualian disebabkan oleh pembatasan atas lingkup
audit atau kurangnya bukti audit, situasi ini harus disajikan dalam paragraf penjelasan yang
dicantumkan sebelum paragraf pendapat dalam laprn audit. Pencantuman penjelasan lingkup
audit dalam catatan atasa laporan keuangan tidaklah tepat, karena penjelasan linkup audit
merupakan tanggung jawab auditor, bukan tanggung jawab klien.
Bila auditor membuat pengecualian dalam pendapatannya karena batasan atas lingkup
audit, kata-kata yang dicantumkan dalam paragraf pendapat harus menunjukkan bahwa
pengecualian tersebut berkaitan dengan dampak yang mungkin timbul terhadap laporan
keuangan dan bukan terhadap pembatasan lingkup audit itu sendiri. Kata-kata seperti
Menurut pendapat kami, kecuali untuk pembatasan seperti yang telah yang disebutkan
dalam paragraf lingkup audit ... mendasarkan pengecualian atas dasar pembatasan itu
sendiri, bukan atas dampak yang mungkin timbul atas laporan keuangan, dan oleh karena itu
tidak dapat digunakan. Contoh pendapat wajar dengan pengeualian karena pembatasan yang
berhubungan degan investasi dalam anak perusahaan diluar negeri (misalnya dampak
pembatasan tersebut tidak menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat)
disajikan pada Gambar 27.13.
Jika pembatasaan terhadap lingkup audit ini kurang material dampaknya terhadap
informasi yang disajikan oleh klien dalma laporan keuangannya, sehingga auditor masih
dapat memberikan pendapat wajar terhadap laporan keuangan secara kesluruhan, maka
auditor akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian. Jika pembatasan terhadap
lingkup audit mengakibatkan auditor sangat kekurangan bukti yang kompeten untuk
memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka seperti dalam contoh laporan
audit pada Gambar 27.10, auditor akan menyatakan tidak memberikan pendapat atas laporaan
keuangan tersebut.
PENYIMPANGAN DARI PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM
Penyimangan dari prinsip akuntansi berterima umum dapat mengakibatkan auditor
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian, jika penyebab penyimpangan material,
atau dapat mengakibatkan auditor memberikan pendapat tidak wajar, jika akibat
penyimpangan tersebut merembes ke hampir semua informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.
Lalaporan Auditor Independen
[Pihak yang di tuju oleh auditor]
[Sama dengan paragraf pertama laporan audit buku]
kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, kami Paragraf pengantar
melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
IkatanAkuntansi Indonesia. Stadar tersebut mengharuskan kami Paragraf lingkup
merencanakan dan menjelaskan audit agar kami memperoleh keyakinan Dengan pengecualian
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Audit
meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumlah dan dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga
meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunkan dan estimasi
signifikan yang dibuat oleh manajemen serta penilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami
memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat.

kami tidak dapat memperoleh laporn keuangan pengauditan oleh auditor


indipenden lain yang mendukung investasi perusahaan dalam anak
perusahaan dalam negri sebesar Rp______ dan Rp______ berturut turut Paragraf ketiga
pada tanggal 31 desember 20X2 dan 20X1 atau hak atas laba anak ditambahkan
perusahaan sebesar Rp_____ danRp_____ yang dicantumkan dalam laba
bersih untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut diatas,
seperti yang dijelaskan pada catatan X dalam catatan atas laporan
keuangan. Kami juga tidak dapat memperoleh keyakinan atas nilai
investasi dalam anak perusahaan diluar negri tersebut beserta hak atas
labanya dengan prosedur audit kami.

Menurut pendapat kami, kecuali dampak penyusaian tersebut jika ada yang
mungkin perlu dilakukan jika kami memeriksa bukti tentang investasi di Paragraf pendapat
luar negri dan labanya tersebut, laporan keuangan yang kami sebut dalam
paragraf pertaa diatas menyajikan secara wajar dalam semua hal yang Yang berisi pendapat
material, posisi keuangan perusahaan KXT tanggal 31 desember 20X2 dan Wajar dengan
20X1 hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
Pengecualian
tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi umum di indonesia.

[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor
akuntan publik]

[Tanggal]

Gmabar 27.13. laporan audit dengan pendapat wajar dengan pengecualian karena pembatas lingkup
audit
Jika pendapat tidak wajar dinyatakan oleh auditor, paragraf pendapat harus berisi
penunjukan langsung ke paragraf terpisah yang menjeaskan dasar untuk pendapat tidak wajar
tersebut. Contoh laporan audit yang berisi pendapat tidak wajar sebagai akibat penyimpangan
klien dari prinsip akuntansi berterima umum dalam menyajikan laporan keuangannya
disajikan pada gambar 27.9.
Dari contoh laporan audit yang berisi pendapat tidak wajar di atas dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Paragraf lingkup audit tidak berisi perkecualian agar auditor dapat mengambil keputusan
mengenai ketidak wajaran laporan keuangan auditan.
2. Dalam mengambil keputusan apakah auditor akan memberikan pendapat tidak wajar,
auditor harus mempertimbangkan mateial atau tidaknya akibat penyimpangan dari prinsip
akuntansi berterima umum tersebut terhadap laporan keuangan. Jika akibat
penyimpangan tersebut tidak material, auditor dapat meberikan pendapat wajar tnpa
pengecualian, seolah-olah penyimpangan tersebut tdak ada, karena kecilnya akibat yang
ditimbulkannya. Jika akibat penyimpangan tersebut material (tetapi tidak sangat material)
dan hanya berakibat penyajian satu unsur dalam laporan keuangan, maka auditor
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian. Jika akibat penyimpangan tersebut
merembes kehampir semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, auditor
memberikan pendapat tidak wajar.
3. Laporan keuangan yang diberikan pendapat yang tidaak wajar oleh auditor berisi
informasi yang tidak dapat dipercaya dan akan berakibat menyesatkan bagi pemakai
laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu praktik, pendapat ini diberikan oleh auditor
jika auditor telaah gagal dalam mencoba segala cara untuk membujuk klien agar men-
adjust laporan keuangannya sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, alternatif
yang diterima auditor adalah menarik diri dari perikatan audit atau memberikan pendapat
tidak wajar
4. Auditor hanya dapat memberikan pndapat tidak wajar hanya terhadap neraca, sedangkan
terhadap laba-rugi, laporan perubahan laporan ekuitas, serta laporan arus kas, auditor
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Jika auditor memberikan pendapat tidak
wajar terhadap semua laporan keuangan yang di auditnya, maka isi pendapat adalah
sebagai berikut:
Menurut pendapat kami, karena dampah hal yang kami uraikan dalam paragraf
diatas, laporan keuangan yang kami sebutkan tidak disajikan scara waja, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umumnya di indonesia, posisi keuangan
perusahaan X tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X, atau aruskan yang berakhir pada
tanggal - tanggal tersebut.
5. Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam paragraf
terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya (a) semua alasan yang mendukung
pendapat tidak wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian pndapat
tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasi usaha dan arus kas, jika secara praktis
dimungkinkan. Jika dampat tersebut tidak dapat ditemukan secara beralasan, laporan
audit harus mmenyatakan hal itu.
6. Jika pendapat tidak wajar dinyatakan oleh audito, paragraf pendapat harus berisi
penunjukan langsung ke paragraf terpisah yang menjelaskan dasar untuk memberikan
pendapat tidak wajar tersebut.

PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM YANG TIDAK KONSISTEN


DENGAN TAHUN SEBELUMNYA
Standar pelaporan yang kedua berbunyi sebagai berikut:
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
Oleh karena itu, jikka klien menerapkan prinsip akuntansi berterima umum secara
konsisten, laporan audit tidak menyebutkan mengenai konsistensi penerapan prinsip
akuntansi tersebut. Namun, jika klien tidak menerapkan secara konsisten prinsip akuntansi
berterima umum, ada dua kemungkinan yang akan dilakukan oleh auditor:
1. Jika (a) perinsip akuntansi yang baru diterapkan bukan prinsip akuntansi beterima umu,
(b) metode akuntansi untuk memperlakikan daampak perubahan tersebut tidak sesuai
dengan prinsip akutansi berterima uamu, atau (c) manajemen tidak memberikan alasan
perubahan yang masuk akal, auditor harus menyatakan pendapat yang tidak wajar atas
laporan keuangan
2. Jika manajemen tidak memberikan alasan yang masuk akal tentangperubahan prinsip
akuntansi yang diterapkan, auditor harus menyatakan pengecuali mengenai perubahan
akuntansi yang telah dilakukan oleh perusaahaan tanpa alasan yag masuk akal tersebut.
Contoh laporan audit yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian karena alasan
tersebut disajikan pada gambar 27.14.
Tujuan penerapan perinsip konsistensi ini adalah (1) untuk memberikan jaminan
bahwa perbandingan laporan keuangan antar periode tidak dipengaruhi dalam jumlah yang
material oleh perubahan dalam perinsip akuntansi, yang tidak hanya meliputi prinsip dan
peraktik akuntansi tetapi juga dalam penerapan atau (2) jika perbandingan laporan keuangan
antar periode tersebut dipengaruhi dalam jumlah material oleh perubahn terseut, auditor
berkewajiban utuk melaporkan akibat perubahan tersebut terhadap laporan keuangan yang
diauditnya
Dalam audit pertama kali terhadap perusahaan yang laporan keuangannya belum
pernah diatur oleh auditor indipenden, auditor harus melakukan prosedur audit terhadap
laporan keuangan tahun sebelumnya untuk memperoleh keyakinan mengenai konsistensi
penerapan prinsip akuntansi dalam tahun yang diaudit dengan tahun sebeluumnya. Dalam
audit terhadap aporan keuangan yang dibuat pertama kalinya oleh perusahaan yang baru
melewati tahun pertama usahanya, auditor tidak berkeewajiban untuk me-review konsistensi
penerapan prinsip akuntansi.

Você também pode gostar