Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pada saat melakukan hubungan seksual ada banyak faktor yang mempengaruhi
gairah seks dari seorang wanita itu meningkat, salah satunya adalah hormon seks pada
wanita tersebut. Sangat tergoda untuk mencoba memahami perilaku seksual dalam
istilah hormon. Pada manusia ada hubungan yang lebih rumit antara hormon dan
perilaku seksual. Wanita yang mempunyai kadar hormon rendah dalam tubuhnya akan
kehilangan kemampuan mereka untuk dirangsang secara seksual atau untuk mengalami
orgasme. Secara singkat, hormon-hormon seks merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi ketertarikan atau perilaku seks.
Haid tentunya suatu yang diharapkan oleh perempuan sehat, yang menandakan
fungsi reproduksinya normal. Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-
hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan
implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Akhir dari masa haid disebut
menopause, dimana hormon seks wanita tidak diproduksi lagi. Pada masa itu pula
wanita tidak bisa bereproduksi lagi.

1.2 Rumusan masalah

1. Menjelaskan tentang defenisi hormon serta hormon.


2. Menjelaskan mengenai tahap fungsi hormon.
3. Menjelaskan tentang kelainan genetik atau menopause dini
4. Menjelaskan proses menstruasi.

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan penulisan ini adalah :
1. Agar pembaca mampu memahami tentang apa yang dimaksudkan dengan
hormon.
2. Bisa mengenal jenis jenis hormon serta fungsinya.
3. Bisa mengetahui masa dimana fungsi dari organ reproduksi wanita dan
hormon yang dihasilkan pada masa itu.
4. Mengerti tentang proses menstruasi serta hormon hormon apa saja yang
berperan serta dan prsoes menstruasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2. HORMON REPRODUKSI

2.1 Definisi Hormon

Hormon berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Hormaein yang mempunyai arti yang
menimbulkan gairah. Definisi klasik hormon adalah suatu zat kimia organik yang
diproduksi oleh sel-sel khusus yang sehat, dirembeskan melalui aliran darah, dalam
jumlah sedikit dan dapat menghambat atau merangsang aktivitas fungsional dari target
organ atau jaringan.

Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang bergerak
dalam aliran darah yang mengantarnya ke organ target atau jaringan dalam tubuh yang
memberikan suatu reaksi yang dapat menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam
tubuh.

Hormon berasal dari kata hormao yang berarti pembangkit aktivitas adalah sebuah
zat organik. Sifat-sifat atau kekhususan dari hormon adalah zat ini merupakan pengatur
fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem. Hormon dapat
didefinisikan sebagai zat organik yang diproduksi oleh sel-sel khusus dalam bahan dan
dialirkan ke dalam peredaran darah dan dengan jumlah yang sangat kecil dapat
merangsang sel-sel tertentu untuk berfungsi.

Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang bergerak
dalam aliran darah yang mengantarnya ke organ target atau jaringan dalam tubuh yang
memberikan suatu reaksi yang dapat menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam
tubuh. Hormon dapat memberikan efeknya pada struktur-struktur target dengan cara :

Mengubah fungsi gen

Memengaruhi jalur-jalur metabolik secara langsung

Mengontrol perkembangan organ-organ spesifik atau produk-produk


skretorisnya.

Hormon adalah zat kimia berupa getah yang dihasilkan kelenjar endokrin dan
disekresi secara alami yang kemudian dibawa darah ke areal yang dituju atau
ditentukan. Adanya hormon menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Oleh karena itu, sama halnya dengan sistem tubuh lainnya, sistem
reproduksi juga mempunyai hormon yang memberikan efek dan fungsi dalam
perkembangannya.
2.2 Perbedaan antara Hormon, Pheromon dan Kairomon

Perbedaan antara hormon, pheromon dan kairomon adalah :

Hormon dihasilkan oleh tubuh dan bekerja ditubuh itu sendiri.

Pheromon dihasilkan oleh individu tertentu yang bekerja pada saat ada atau
terdapat lawan jenis.

Kairomon dihasilkan oleh spesies tertentu yang bekerja padaa individu yang
lain.

2.3 Kaitan antara Hormon dan Reproduksi

Kaitan hormon dan reproduksi adalah :

Hormon primer adalah hormon yang berhubungan langsung dengan reproduksi.


Contohnya : spermatogenesi, ovulasi dan lain-lain.

Hormon-hormon metabolik adalah hormon yang mempertahankan fungsi tubuh


dalam keadaan normal (hemeostatis). Contohnya : insulin, hormon tiroid,
vasopressin dan glukagon

2.4 Klasifikasi Hormon Reproduksi Berdasarkan Unsur Pembentuknya

Semua hormon berpartisipasi dalam semua aspek reproduksi. Partisipasi ini


mungkin melalui kerja langsung terhadap fungsi fisiologik lingkungan internal yang
menjamin keberhasilan reproduksi atau pengaruh tidak langsung. Hormon-hormon
reproduksi dibagi dalam tiga kategori menurut unsur pembentuknya, yakni Golongan
protein (peptida), Golongan steroid, dan Golongan asam lemak. Berikut penjelasan dari
ketiga golongan hormon diatas, sebagai berikut :

1. Hormon protein atau polipeptida bermolekul besar dengan berat molekul 300-
70.000 dalton dengan sifat-sifat mudah dipisahkan oleh enzim sehingga tidak
dapat diberikan melalui oral tetapi harus diberikan melalui suntikan
(Contohnya : Gn-RH).

2. Hormon steroid mempunyai berat molekul 300-400 dalton. Hormon steroid


alami tidak efektif apabila diberikan melalui oral, tetapi steroid sintesis dan yang
berasal dari tumbuhan dapat diberikan melalui oral maupun suntikan
(Contohnya : estrogen, progesteron, dan androgen).

3. Hormon asam lemak mempunyai berat molekul 400 dalton dan hanya dapat
diberikan melalui suntikan (Contohnya : prostaglandin).
2.5 Fungsi Hormon Reproduksi

Fungsi hormon reproduksi adalah :

Merangsang keluarnya hormon-hormon lain

Mempengaruhi fungsi gonad

Activator sexual

Mempertahankan kebuntingan

Melisis corpus luteum

2.6 Hormon-hormon Reproduksi

Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat
menghasilkan hormon reproduksi, yakni Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium,
Endometrium, dan Testis. Berikut hormon-hormon yang dihasilkan oleh empat kelenjar
tersebut, antara lain :

1. Kelenjar Hipofisa, yang masing-masing bagian anterior meghasilkan tiga macam


hormon reproduksi yaitu, Follicle Stimulating Hormone , Luteinizing Hormone
yang pada hewan jantan disebut dengan Interstitial Cell Stimulating Hormone
dan Luteotropic Hormone, serta bagian posterior yang menghasilkan dua macam
hormon yakni oksitoksin dan vasopressin.

2. Kelenjar Ovarium yang menghasilkan tiga hormon yaitu estrogen, progesteron,


dan relaksin.

3. Endometrium dari uterus yang menghasilkan hormon Prostaglandin.

4. Testis pada hewan jantan menghasilkan hormon testosteron. Kedua belas


hormon ini mempunyai peranan mengatur kegiatan reproduksi pada tubuh
hewan, sehingga disebut hormon reproduksi.

Hormon Estrogen.

Hormon Estrogen dihasilkan oleh ovarium, Estrogen berguna untuk


pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada betina yaitu pembentukan payudara,
lekuk tubuh, rambut kemaluan, dan lain-lain.

Hormon Progesteron
Hormon Progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat
menerima implantasi zygot, mengatur pembentukan plasenta dan produksi air susu.

Hormon FSH (Folikel Stimulating Hormone)

Hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis


akibat rangsangan dari GnRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel.

Hormon LH (Luteinizing Hormone)

Hormon ini ujuga dihasilkan oleh hipofisis akibat rangsangan dari GnRH.
Berfungsi untuk merangsang sekresi kelenjar Gonade / Foliclle menjadi matang pecah
dan ovulasi.

Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)

GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH


akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis.

Hormon Testosteron

Dihasilkan di dalam testes. Berfungsi mempegaruhi pertumbuhan alat kelamin


jantan, menstimulasi bermacam-macam metabolisme tubuh, memperpanajang daya
hidup spermatozoa dalam saluran kelamin, meningkatkan pertumbuhan tulang.

Hormon Pertumbuhan / Growth Hormone (GH)

Hormon pertumbuhan (Somatotrop) dihasilkan di Kelenjar hipofisa. Fungsinya


antara lain mengendalikan pertumbuhan & perkembangan, meningkatkan pembentukan
protein, mendorong pertumbuhan umum tubuh, mempercepat sintesa protein.

Hormon Prostaglandin (PGF2)

Dihasilkan di endometrium dari uterus.

2.7 Klasifikasi Hormon Reproduksi Berdasarkan Cara Kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya, hormon-hormon reproduksi dapat dibagi dalam tiga


kelompok yaitu hormon reproduksi primer, hormon reproduksi sekunder, dan hormon
pelepas.

Hormon-hormon reproduksi primer secara langsung memengaruhi berbagai


aspek reproduksi seperti spermatogenesis, ovulasi, kelakuan kelamin, fertilisasi,
pengangkutan ovum, implantasi, kelangsungan kebuntingan, kelahiran, laktasi dan
tingkah laku induk.Hormon-hormon reproduksi sekunder berfungsi untuk
mempertahankan keadaan fisiologik yang memungkinkan terjadinya proses reproduksi.

Tabel 1. Hormon-hormon reproduksi primer

Kelenjar Hormon Beberapa fungsi


Adenohipofisis Follicle Stimulating spermatogenesis,
Hormone (FSH) pertumbuhan folikel
Luteinizing Hormon (LH) ovulasi, pelepasan estrogen,
pelepasan progesteron
Interstitial Cell Stimulasi sel-sel interstitial
Stimulating Hormone leydig, pelepasan testosteron
(ICSH)
Prolaktin/Luteotropic Pelepasan progesteron, laktasi
Hormone (LTH)
Neurohipofisis Oksitosin Kontraksi uterus, kelahiran,
penurunan (let down) susu
Testis Testosteron Spermatogenesis,
mempertahankan sistem
kelamin jantan dan sifat-sifat
kelamin sekunder, kelakuan
kelamin jantan.
Ovarium Estrogen/estradiol Mempertahankan sistem
saluran kelamin betina dan
sifat-sifat kelamin sekunder,
tanda-tanda birahi/ekstrus,
kelakuan kelamin betina,
stimulasi kelenjar susu,
mobilisasi Ca, dan lemak
pada unggas
Progesteron Implantasi, mempertahankan
kebuntingan, stimulasi
kelenjar susu
Relaxin Relaksasi serviks uteri,
kontraksi uterus, pemisahan
simfisis pubis
Plasenta Human Chorionic Seperti LH (LH-like)
Gonadotrophin (HCG)
Pegnan Mare Serum Seperti FSH (FSH-like)
Gonadotrophin (PMSG)
Estradiol Lihat ovarium
Progesteron Lihat ovarium
Relaxin Lihat ovarium
Prostaglandin Luteolisis (melisiskan korpus
luteum)

Reproduksi merupakan hasil kerjasama berbagai sekresi endoktrin terhadap


organ sasaran dan reaksi-reaksi khusus di dalam tubuh. Kelompok ketiga dari hormon-
hormon reproduksi terdapat di dalam hipotalamus dan kelompok hormon ini disebut
sebagai faktor-faktor pelepas (releasing factors).

Tabel 2. Hormon-hormon reproduksi sekunder

Kelenjar Hormon Beberapa fungsi


Adenohipofisis Somatotropic Hormone (STH) Pertumbuhan, sintesa protein
Thyroid Stimulating Hormone Stimulasi kelenjar tyroid,
(TSH) pelepasan tiroksin, dan
pengikatan iodium oleh thyroid
Adrenocorticotrophic Hormone Stimulasi korteks adrenal,
(ACTH) pelepasan kortikoid adrenal
Neurohipofisis Vasopressin (Antidiuretic Pertumbuhan tubuh,
Hormone, ADH) perkembangan dan pematangan,
oksidasi zat makanan
Tri-iodothyronin Sama dengan atas
Thyrocalcitonin Metabolisme kalsium
Pankreas Aldosteron Metabolisme air dan elektrolit
Corticoid Metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein
Parathyroid Insulin Metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein
Parathormon Metabolisme Ca dan P

Tabel 3. Faktor-faktor pelepas (Releasing factors)

Faktor (Hormon) Fungsi


Gonadotropin Releasing Hormone (Gn-RH) Stimulasi pelepasan gonadotropin
(FSH dan LH)
Thyrotropin Hormone (TRH) Stimulasi pelepasan TSH
Prolacting Inhibition Factore (PIF) Inhibisi pelepasan prolaktin
Corticotropin Releasing Factore ( CRF) Stimulasi pelepasan ACTH
Somatotropic Hormone Releasing Factore Stimulasi pelepasan STH
(STH-RH)

2.7.1 Hormon-hormon reproduksi primer


Kelenjar Hipofisis

Kelenjar hipofisis terletak di dalam legokan pada dasar ruang otak yang dikenal
sebagai sella turcic. Kelenjar ini mensekresikan sejumlah hormon-hormon, seperti
Melanophore Stimulating Hormone (MSH) dan Vasopressin juga disekresikan oleh
kelenjar hipofisis. MSH mengatur sintesis dan penyebaran melanin sedangkan
Vasopressin mempengaruhi tekanan darah dan keseimbangan air dalam tubuh.

Hormon-hormon gonadotropin

Kelenjar adenohipofisis mensekresikan tiga hormon gonadotropin yaitu, FSH,


LH dan LTH. Hormon-hormon ini sangat penting dalam pengaturan ovarium dan testis
untuk produksi ova dan spermatozoa dan pelepasan hormon-hormon gonadal yaitu
testosteron, estradiol, dan progesteron.

Fungsi utama FSH menstimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel deGraaf di


dalam ovarium dan spermatogenesis di dalam tubuli semeniferi testis. FSH murni
menstimulir pertumbuhan folikel pada hewan betina yang dihipofisektomi tetapi tidak
menyebabkan ovulasi, luteinisasi, atau stimulasi terhadap jaringan interstistial ovarium.

Luteinizing Hormon (LH) bekerja sama dengan FSH untuk menstimulir pematangan
folikel dan pelepasan estrogen. Sesudah pematangan folikel, LH menyebabkan ovulasi
dengan menggertak pemecahan dinding sel dan pelepasan ovum. FSH dan LH bersifat
sinergistik dalam pengaruhnya terhadap gonad. Keduanya terdapat dalam berbagai
perbandingan yang berimbang sesuai dengan berbagai kondisi atau tahap siklus kelamin
dari berbagai jenis hewan.

Luteotropic Hormone (LTH) atau Prolaktin. Hormon ini merupakan hormon


protein dengan berat molekul 22.000 sampai 35.000. prolaktin yang berasal dari domba
dan sapi tampaknya terdiri dari satu rantai peptida tunggal dengan suatu konfigurasi
siklis dan mengandung jembatan-jembatan disulfida.

Oksitosin

Oksitosin adalah suatu oktapeptida yang mengandung 8 asam amino yaitu


tirosin, leusin, isoleusin, prolin, asam glutamik, asam aspartic, glisin dan sistin. Aktifitas
oksitosin adalah kontraksi uterus dan let down atau penurunan air susu.

Hormon-hormon gonadal

Gonad, yaitu testis pada hewan jantan dan ovaria pada hewan betina sebagai
organ-organ kelamin merupakan tempat pembentukan hormon-hormon kelamin jantan
dan betina selain fungsinya sebagai penghasil gamet atau sel-sel kelamin. Pada
umumnya, hormon-hormon gonadal berfungsi mempertahankan organ-organ kelamin
pelengkap dan sifat-sifat kelamin sekunder
Androgen. Androgen atau testosteron merupakan hormon kelamin jantan
diproduksi di dalam testis dan sedikit ole korteks adrenal. Selain androgen, testis juga
menghasilkan sejumlah kecil estrogen. Testosteron dan testis berfungsi untuk:

1. Diferensiasi sesual organ-organ kelamin luar dan penurunan testis kedalam


skrotum pada fetus yang baru lahir,

2. Keratinisasi epithel praeputium, pemisahan glands penis dari praeputium, serta


pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas,

3. Pertumbuhan dan kelangsungan fungsi kelenjar-kelenjar kelamin untuk


menghasilkan cairan atau plasma semen pada waktu ejakulasi,

4. Keinginan kelamin atau libido dan kesanggupan untuk ereksi serta ejakulasi,

5. Perkembangan sistem-sistem kelamin sekunder yang khas bagi hewan jantan,


misalnya pertumbuhan tanduk, bentuk tubuh yang kecil pada pinggul, jengger
ayam dan perubahan suara,

6. Kelangsungan sekretoris dan aktivitas absorbsi dan struktur ductulli eferentes,


epididimis, ductus defferensia termasuk ampula,

7. Spermatogenesis, perkembangan dan pematangan spermatid dan spermatozoa


didalam saluran-saluran testiskuler dan memperpanjang umur sperma di dalam
epididymis,

8. Aktifitas metabolik terhadap protein.

Kastrasi (penghilangan testis) yang dilakukan sebelum pubertas akan


menghambat perkembangan fungsi, dan aktivitas organ-organ yang memerlukan
testosteron. Apabila kastrasi dilakukan sesudah pubertas maka akan menyebabkan atropi
organ-organ reproduksi dan terhentinya aktivitas-aktivitas tersebut dapat dipulihkan
kembali dengan penyuntikan preparat-preparat testosteron.

Estrogen. Hormon ini merupakan hormon yang menimbulkan estrus atau birahi
pada hewan betins. Hormon estrogen disekresikan oleh sel-sel theca interna dan folikel
de Graaf. Estrogen bertanggung jawab atas timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder pada
hewan betina. Hormon ini menggertak pertumbuhan sistem saluran kelenjar susu,
mempengaruhi deposisi dan distribusi lemak tubuh, serta mempercepat ossifikasi epifise
tulang.

Progesteron. Progesteron merupakan progesteron alamiah terpenting yang di


ekskresikan oleh sel-sel lutein korpus luteum. Fungsi progesteron sulit dipisahkan dari
hormon-hormon lsin seperti estrogen. Hal ini disebabkan progesteron secara normal
bekerja sama dengan estrogen dan steroid-steroid lainnya yang menghasilkan hanya
sedikit pengaruh khusus jika berdiri sendiri. Beberapa pengaruh progesteron dapat
disebut sebagai berikut:

1. Menstimulir pertumbuhan sistem glanduler pada endometrium uterus yang telah


disensitifkan oleh estrogen.

2. Mempertahankan kebuntingan dengan menghasilkan suatu lingkungan


endometrial yang sesuai untuk kelanjutan hidup dan perkembangan embrio,

3. Menghambat otilitas atau pergerakan uterus secara spontan dan meniadakan atau
menurunkan respon miometrium terhadap oksitosin,

4. Dengan menghambat produksi FSH dan LH, progesteron mencegah terjadinya


estrus, ovulasi dan siklus strus,

5. Bekerjasama dengan estrogen untuk menstimulir ovulasi dengan menggertak


LH, apabila disuntikkan dalam jumlah kecil selama permulaan estrus pada sapi,
progesteron akan mempercepat terjadinya ovulasi,

6. Bekerjasama dengan estrogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan


sistem alveolar kelenjar mammae.

Relaxin. Hormon ini terutama dihasilkan oleh korpus luteum selama masa
kebuntingan. Fungsi fisiologik terutama berhubungan dengan partus yaitu:

1. Menstimulir pemisahan simfisis pubis pada marmot dan mencit sesudah


pemberian estrogen. Fungsi ini mempermudah keluarnya fetus pada waktu
partus.

2. Menghambat aktivitas miometrium yaitu menghambat kontraksi uterus.

3. Menurunkan kadar air dalam uterus.

4. Bersama estrogen menyebabkan pertambahab pertumuhan uterus.

5. Meningkatkan pertumbuhan kelenjar susu bila diberikan bersama estrogen dan


progesteron.

Hormon-hormon plasenta

Gonadotropin telah ditemukan pada plasenta kuda, kera, manusia, dan tikus.
Sifat-sifat fisiologik hormon-hormon plasenta dari kuda dan manusia telah banyak
dipelajari dan merupakan sumber biologik hormon-hormon gonadotropin. Pada kuda,
hormon gonadotropin dihasilkan oleh mangkok-mangkok endometrium uterus kuda
bunting kira-kira 40 sampai 120 hari masa kebuntingan dan tidak diekskresikan melalui
urin tetapi terdapat dalam konsentrasi tinggi pada serum darah sehingga disebut
Pregnant Mare Serum Gonadotrophin ( PMSG).

Hormon-hormon uterus

Prostaglandin merupakan hormon yang meregulasi beberapa fenomena


fisiologik seperti kontraksi otot polos pada saluran reproduksi dan saluran
gastrointestinal, transpor sperma, ovulasi, kelahiran dan turun susu, menstimulasi
kontraksi uterus, serta meregenerasi korpus luteum.

2.7.2 Hormon-hormon reproduksi sekunder

Hormon-hormon reproduksi sekunder adalah zat-zat endoktrin dengan aktivitas


metabolik yang mempertahankan fungsi fisiologik tubuh dan memungkinkan
berlangsungnya proses-proses reproduksi.

Tiroksin. Kelancaran sekresi kelenjar tiroid merupakan salah satu syarat untuk
kelangsungan reproduksi secara normal. Hormon tiroid memengaruhi reproduksi dn
fertilitas dengan mempertahankan hubungan gonadohipofiseal.

Corticoid adrenal. Keterlibatan korteks adrenal dalam proses-proses reproduksi


dinyatakan oleh (a) kesanggupan kelenjar tersebut menghasilkan steroid-steroid
kelamin, dan (b) kegunaan dasar kortikoid adrenal untuk mempertahankan hidup hewan
dan fungsi reproduksi.

Pankreas. Pada umumnya, pancreatectomi (penghilangan kelenjar pankreas)


akan menyebabkan disfungsi aktivitas reproduksi, yaitu perpanjangan waktu atau
pemberhentian siklus estrus dan kelambatan masa pubertas.

Paratiroid. Peninggian aktivitas paratiroid terjadi selama kebuntingan. Pada


sapi, parathreoidectomi selama kebuntingan tidak mempengaruhi kebuntingan
walaupun produksi susu menurun, tetapi pada kambing parathreoidectomi menimulkan
gejala-gejala tetanik dan kegagalan laktasi.

Thyrocalcitonin. Hormon ini diekskresikan oleh kelenjar tiroid dan berfungsi


menurunkan kadar kalsium dalam darah dan meninggikan retesi kalsium pada tulang.

Hipotalamus. Hipotalamus berfungsi dalam pengaturan proses penting yang


terjadi secara otomatis, seperti nafsu dan selera makan, detak jantung, kontrol suhu
tuuh, tingkah laku kawin, serta aktivitas neuroendoktrin. Hipotalamus merupakan pusat
pengolahan dan integrasi informasi yang diterima kemudian menterjemahkan kepada
neurohumoral untuk memberikan respon secara fisiologis.

2.8 Mekanisme Kerja Hormon dalam Mengatur Fungsi Reproduksi


Secara umum hormon reproduksi dihasilkan oleh tiga bagian utama yakni
Hipotalamus, Hipofisa, dan Gonadotropin. Ketiga bagian inilah yang memegang
peranan penting dalam mensintesis ataupun mensekresikan hormon reproduksi.
Hipotalamus menghasilkan hormon Gn-RH (Gonadotropin Releasing Hormone),
dimana Gn-RH berfungsi untuk merangsang atau menstimulasi hipofisa anterior untuk
mensintesis hormon gonadotropin yakni FSH dan LH, ICSH pada laki-laki.

Setelah hipotalamus menstimulasi hipofisa anterior, maka hipofisa anterior akan


mensintesis dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin yakni FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada betina dan ICSH
(Interstitial Cell Stimulating Hormone) pada laki-laki.

Hormon gonadotropin (FSH, LH, dan ICSH) berperan dalam merangsang


perkembangan pada organ reproduksi baik jantan maupun betina. FSH akan
menstimulasi pertumbuhan folikel di dalam ovarium dalam menghasilkan hormon
estrogen tepatnya pada folikel yang terdapat di dalamnya, sedangkan LH akan
menstimulasi ovarium dalam menghasilkan hormon progesteron tepatnya pada corpus
luteum.

Pada laki-laki, FSH akan menstimulasi testis dalam menghasilkan dan mengatur
perkembangan sperma serta proses spermatogenesis tepatnya di dalam tubulus
seminiferus. Sedangkan LH akan menstimulasi testis dalam mensintesis hormon
testosteron yang tepatnya berlangsung di dalam sel leydig atau sel interstitial.

2.8.1 Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi pada Hewan Betina

Telah diketahui bahwa hipotalamus merupakan kelenjar sumber hormon


reproduksi. Dimana hipotalamus dalam kerjanya menghasilkan hormon Gn-RH yang
kemudian Gn-RH akan menstimulasi hipofisa anterior dalam mengatur pelepasan
hormon FSH dan hormon LH. Hormon FSH akan menstimulasi pertumbuhan folikel
dalam ovarium dan menghasilkan hormon estrogen, sedangkan hormon LH akan
menstimulasi corpus luteum dalam ovarium untuk menghasilkan hormon progesteron.
Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh HA (hipofisa anterior) maka kadar
estrogen yang dihasilkan oleh folikel akan semakin meningkat, disinilah peranan enzim
inhibin dalam menghambat folikel dalam menghasilkan hormon estrogen melalui
feedback negatif terhadap HA (hipofisa anterior).

2.8.2 Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi pada Hewan Jantan

Tidak jauh beda dengan penjelasan diatas, hal yang membedakan adalah pada
hewan jantan yang berperan sebagai alat reproduksi primer adalah testis. Di dalam testis
terdiri dari tubulus seminiferus dan sel leydig. Tubulus seminiferus akan menghasilkan
dan mengatur perkembangan sperma dalam proses spermatogenesis, sedangkan sel
leydig berperan dalam mensintesis hormon testosteron.

Proses spermatogenesis yang terjadi di dalam tubulus seminiferus distimulasi


oleh FSH sedangkan pelepasan hormon testosteron oleh sel leydig distimulasi oleh
ICSH. Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh HA (hipofisa anterior)
maka kadar spermatozoa yang dihasilkan oleh tubulus seminiferus akan semakin
meningkat, disinilah peranan enzim inhibin dalam menghambat tubulus seminiferus
dalam menghasilkan spermatozoa melalui feedback negatif terhadap HA (hipofisa
anterior).

2.9 PROSES MENSTRUASI


Setelah ovulasi sel telur meninggalkan ovarium dan ditangkap oleh fimbria dan
masuk kesaluran telur atau tuba falopii. Telur yang masuk ketuba akan mengalami dua
kemungkinan, yaitu dibuahi atau tidak oleh sel spermatozoa. Dua hal tersebut akan
berdampak pada pertumbuhan dinding rahim, dan diatur oleh berbagai hormon. Bila
tidak terjadi pembuahan, akan diikuti peristiwa yang dikenal dengan menstruasi. Bila
terjadi pembuahan diikuti peristiwa kehamilan.

2.9.1 Menstruasi
Bila sel telur yang keluar dari ovarium tidak dibuahi, produksi estrogen terhenti.
Hal ini menyebabkan kadar estrogen dalam darah sangat rendah, akibatnya aktivitas
pituari untuk memproduksi LH juga menurun. Penurunan produksi LH menyebabkan
korpus luteum tidak dapat memproduksi Progesteron. Tidak adanya progesterone dalam
darah menyebabkan penebalan dinding rahim tidak dapat dipertahankan, selanjutnya
akan luruh dan terjadilah pendarahan. Inilah yang disebut Menstruasi.
Mekanisme produksi sel telur oleh folikel diatur oleh hormon yang dihasilkan
hipofisis. Mulai aktif pada waktu selaput lendir rahim tipis setelah selesai menstruasi.
Peristiwa menstruasi mengalami 4 fase, yakni fase menstruasi, fase praovulasi,
fase ovulasi, dan fase pasca ovulasi.

2.9.2 Fase menstruasi


Bila sel telur tidak di buahi, maka setelah berusia tertentu korpus luteum yang
merupakan pemroduksi hormon estrogen dan progesterone menghentikan
aktivitasnya, akibatnya kadar hormon tersebut di dalam darah mengalami reduksi
mendadak. Peristiwa ini terjadi pada 5 hari awal menstruasi. Turunnya kadar estrogen
dan progesterone secara mendadak berakibat lepasnya ovum dan robeknya
endometrium yang menebal. Robek dan hancurnya endometrium menyebabkan tipisnya
dinding rahim. Pada masa menstruasi biasanya hormon wanita ini berpengaruh dalam
tingkah lakunya sehari hari, misalnya mudah marah, mudah tersinggung, rasa cemas,
dan lain lain.
Fase Praovulasi
Turunnya progesterone memungkinkan hipofisis mensekresikan FSH
merangsang folikel dalam ovarium untuk memproduksi hormon estrogen.
Estrogen ini akan menghambat hipofisis dalam memproduksi FSH, tetapi
memacu hipofisis dalam memproduksi LH. Di samping itu estrogen juga
merangsang penebalan endometrium rahim.
Fase Ovulasi
Terhentinya produksi FSH oleh hipofisis akibat pengaruh tingginya kadar
estrogen memungkinkan hipofisis memproduksi hormon LH. Hormon LH
merangsang pematangan ovum dan meninggalkan folikel. Peristiwa ini disebut
ovulasi. Folikel yang ditinggalkan telur akan mengkerut dan berubah menjadi
korpus luteum. Badan ini berfungsi untuk memproduksi progesterone. Fase ini
terjadi pada sekitar hari ke-14 dari waktu menstruasi yang berkisar 24-35 hari
( 28 hari ).
Fase Pasca Ovulasi
Fase ini merupakan waktu anatara ovulasi dengan menstruasi berikutnya.
Jadi, berlangsung dari hari ke-15 hingga hari ke-28. Hormon yang berperan pada
fase ini adalah progesterone dan estrogen yang di hasilkan korpus luteum. Bila
tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikans
yang kemampuannya memproduksi estrogen dan progesterone amat rendah.
Akibatnya kadar kedua hormon ini dalam darah menurun. Keadaan ini
menyebabkan hipofisis aktif memproduksi FSH dan selanjutnya LH. Fase paska
ovulasi akan bersambung dengan fase berikutnya sehingga terjadilah siklus
menstruasi.
Gambar 01. Proses menstruasi

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hormon merupakan hal yang berperan pada proses reproduksi salah satunya
pada proses menstruasi. Setiap hormon memiliki peran dan fungsi yang berbeda serta
tempat produksi hormon tersebut pun berbeda. Hormon seks utama pada wanita adalah
hormon estrogen dimana memiliki fungsi yang besar bagi proses reproduksi wanita.
Menstruasi merupakan suatu proses yang terjadi pada wanita yang tidak mengalami
gangguan pada organ kelaminnya, dimana haid tersebut di rangsang oleh hormon
hormon seks seperti FSH dan LH.

B. SARAN

Bila anda kelainan akan kadar hormon serta mempengaruhi kesehatan anda
secara umum atau fungsi seksual anda, berkonsultasilah dengan dokter untuk diadakan
pemeriksaan lebih lanjut.
Kita sebagai generasi muda penerus bangsa harusbanyak mencari informasi tentang
kesehatan reproduksi, khususnya pada kaum wanita dimana mereka harus banyak
merawat organ reproduksi mereka agar tidak terjadi penyakit maupun kelainan pada
organ kelamin serta sebagai mahasiswa dalam bidang kesehatan,memberi contoh
kepada masyarakat luar yang baik tentang bagaimana cara menjaga dan merawat tubuh
dengan baik, terlebih khusus dalam perawatan organ reproduksi agar proses reproduksi
berjalan dengan baik tanpa ada gangguan maupun kelainan pada organ reproduksi
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dellmaan, Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II 3rd. Jakarta: UI Press.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press.
Surabaya.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Linda J. Heffner and Danny J. Schust., At a Glance Sistem Reproduksi, Jakarta: EGC,
2008.

Luqman, M., 1999. Fisiologi Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas


Airlangga. Surabaya.

Syaifuddin., Fisiologi Tubuh Manusia, Jakarta: Salemba Medica, 2011.

Você também pode gostar