Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2. HORMON REPRODUKSI
Hormon berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Hormaein yang mempunyai arti yang
menimbulkan gairah. Definisi klasik hormon adalah suatu zat kimia organik yang
diproduksi oleh sel-sel khusus yang sehat, dirembeskan melalui aliran darah, dalam
jumlah sedikit dan dapat menghambat atau merangsang aktivitas fungsional dari target
organ atau jaringan.
Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang bergerak
dalam aliran darah yang mengantarnya ke organ target atau jaringan dalam tubuh yang
memberikan suatu reaksi yang dapat menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam
tubuh.
Hormon berasal dari kata hormao yang berarti pembangkit aktivitas adalah sebuah
zat organik. Sifat-sifat atau kekhususan dari hormon adalah zat ini merupakan pengatur
fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem. Hormon dapat
didefinisikan sebagai zat organik yang diproduksi oleh sel-sel khusus dalam bahan dan
dialirkan ke dalam peredaran darah dan dengan jumlah yang sangat kecil dapat
merangsang sel-sel tertentu untuk berfungsi.
Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang bergerak
dalam aliran darah yang mengantarnya ke organ target atau jaringan dalam tubuh yang
memberikan suatu reaksi yang dapat menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam
tubuh. Hormon dapat memberikan efeknya pada struktur-struktur target dengan cara :
Hormon adalah zat kimia berupa getah yang dihasilkan kelenjar endokrin dan
disekresi secara alami yang kemudian dibawa darah ke areal yang dituju atau
ditentukan. Adanya hormon menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Oleh karena itu, sama halnya dengan sistem tubuh lainnya, sistem
reproduksi juga mempunyai hormon yang memberikan efek dan fungsi dalam
perkembangannya.
2.2 Perbedaan antara Hormon, Pheromon dan Kairomon
Pheromon dihasilkan oleh individu tertentu yang bekerja pada saat ada atau
terdapat lawan jenis.
Kairomon dihasilkan oleh spesies tertentu yang bekerja padaa individu yang
lain.
1. Hormon protein atau polipeptida bermolekul besar dengan berat molekul 300-
70.000 dalton dengan sifat-sifat mudah dipisahkan oleh enzim sehingga tidak
dapat diberikan melalui oral tetapi harus diberikan melalui suntikan
(Contohnya : Gn-RH).
3. Hormon asam lemak mempunyai berat molekul 400 dalton dan hanya dapat
diberikan melalui suntikan (Contohnya : prostaglandin).
2.5 Fungsi Hormon Reproduksi
Activator sexual
Mempertahankan kebuntingan
Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat
menghasilkan hormon reproduksi, yakni Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium,
Endometrium, dan Testis. Berikut hormon-hormon yang dihasilkan oleh empat kelenjar
tersebut, antara lain :
Hormon Estrogen.
Hormon Progesteron
Hormon Progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat
menerima implantasi zygot, mengatur pembentukan plasenta dan produksi air susu.
Hormon ini ujuga dihasilkan oleh hipofisis akibat rangsangan dari GnRH.
Berfungsi untuk merangsang sekresi kelenjar Gonade / Foliclle menjadi matang pecah
dan ovulasi.
Hormon Testosteron
Kelenjar hipofisis terletak di dalam legokan pada dasar ruang otak yang dikenal
sebagai sella turcic. Kelenjar ini mensekresikan sejumlah hormon-hormon, seperti
Melanophore Stimulating Hormone (MSH) dan Vasopressin juga disekresikan oleh
kelenjar hipofisis. MSH mengatur sintesis dan penyebaran melanin sedangkan
Vasopressin mempengaruhi tekanan darah dan keseimbangan air dalam tubuh.
Hormon-hormon gonadotropin
Luteinizing Hormon (LH) bekerja sama dengan FSH untuk menstimulir pematangan
folikel dan pelepasan estrogen. Sesudah pematangan folikel, LH menyebabkan ovulasi
dengan menggertak pemecahan dinding sel dan pelepasan ovum. FSH dan LH bersifat
sinergistik dalam pengaruhnya terhadap gonad. Keduanya terdapat dalam berbagai
perbandingan yang berimbang sesuai dengan berbagai kondisi atau tahap siklus kelamin
dari berbagai jenis hewan.
Oksitosin
Hormon-hormon gonadal
Gonad, yaitu testis pada hewan jantan dan ovaria pada hewan betina sebagai
organ-organ kelamin merupakan tempat pembentukan hormon-hormon kelamin jantan
dan betina selain fungsinya sebagai penghasil gamet atau sel-sel kelamin. Pada
umumnya, hormon-hormon gonadal berfungsi mempertahankan organ-organ kelamin
pelengkap dan sifat-sifat kelamin sekunder
Androgen. Androgen atau testosteron merupakan hormon kelamin jantan
diproduksi di dalam testis dan sedikit ole korteks adrenal. Selain androgen, testis juga
menghasilkan sejumlah kecil estrogen. Testosteron dan testis berfungsi untuk:
4. Keinginan kelamin atau libido dan kesanggupan untuk ereksi serta ejakulasi,
Estrogen. Hormon ini merupakan hormon yang menimbulkan estrus atau birahi
pada hewan betins. Hormon estrogen disekresikan oleh sel-sel theca interna dan folikel
de Graaf. Estrogen bertanggung jawab atas timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder pada
hewan betina. Hormon ini menggertak pertumbuhan sistem saluran kelenjar susu,
mempengaruhi deposisi dan distribusi lemak tubuh, serta mempercepat ossifikasi epifise
tulang.
3. Menghambat otilitas atau pergerakan uterus secara spontan dan meniadakan atau
menurunkan respon miometrium terhadap oksitosin,
Relaxin. Hormon ini terutama dihasilkan oleh korpus luteum selama masa
kebuntingan. Fungsi fisiologik terutama berhubungan dengan partus yaitu:
Hormon-hormon plasenta
Gonadotropin telah ditemukan pada plasenta kuda, kera, manusia, dan tikus.
Sifat-sifat fisiologik hormon-hormon plasenta dari kuda dan manusia telah banyak
dipelajari dan merupakan sumber biologik hormon-hormon gonadotropin. Pada kuda,
hormon gonadotropin dihasilkan oleh mangkok-mangkok endometrium uterus kuda
bunting kira-kira 40 sampai 120 hari masa kebuntingan dan tidak diekskresikan melalui
urin tetapi terdapat dalam konsentrasi tinggi pada serum darah sehingga disebut
Pregnant Mare Serum Gonadotrophin ( PMSG).
Hormon-hormon uterus
Tiroksin. Kelancaran sekresi kelenjar tiroid merupakan salah satu syarat untuk
kelangsungan reproduksi secara normal. Hormon tiroid memengaruhi reproduksi dn
fertilitas dengan mempertahankan hubungan gonadohipofiseal.
Pada laki-laki, FSH akan menstimulasi testis dalam menghasilkan dan mengatur
perkembangan sperma serta proses spermatogenesis tepatnya di dalam tubulus
seminiferus. Sedangkan LH akan menstimulasi testis dalam mensintesis hormon
testosteron yang tepatnya berlangsung di dalam sel leydig atau sel interstitial.
Tidak jauh beda dengan penjelasan diatas, hal yang membedakan adalah pada
hewan jantan yang berperan sebagai alat reproduksi primer adalah testis. Di dalam testis
terdiri dari tubulus seminiferus dan sel leydig. Tubulus seminiferus akan menghasilkan
dan mengatur perkembangan sperma dalam proses spermatogenesis, sedangkan sel
leydig berperan dalam mensintesis hormon testosteron.
2.9.1 Menstruasi
Bila sel telur yang keluar dari ovarium tidak dibuahi, produksi estrogen terhenti.
Hal ini menyebabkan kadar estrogen dalam darah sangat rendah, akibatnya aktivitas
pituari untuk memproduksi LH juga menurun. Penurunan produksi LH menyebabkan
korpus luteum tidak dapat memproduksi Progesteron. Tidak adanya progesterone dalam
darah menyebabkan penebalan dinding rahim tidak dapat dipertahankan, selanjutnya
akan luruh dan terjadilah pendarahan. Inilah yang disebut Menstruasi.
Mekanisme produksi sel telur oleh folikel diatur oleh hormon yang dihasilkan
hipofisis. Mulai aktif pada waktu selaput lendir rahim tipis setelah selesai menstruasi.
Peristiwa menstruasi mengalami 4 fase, yakni fase menstruasi, fase praovulasi,
fase ovulasi, dan fase pasca ovulasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hormon merupakan hal yang berperan pada proses reproduksi salah satunya
pada proses menstruasi. Setiap hormon memiliki peran dan fungsi yang berbeda serta
tempat produksi hormon tersebut pun berbeda. Hormon seks utama pada wanita adalah
hormon estrogen dimana memiliki fungsi yang besar bagi proses reproduksi wanita.
Menstruasi merupakan suatu proses yang terjadi pada wanita yang tidak mengalami
gangguan pada organ kelaminnya, dimana haid tersebut di rangsang oleh hormon
hormon seks seperti FSH dan LH.
B. SARAN
Bila anda kelainan akan kadar hormon serta mempengaruhi kesehatan anda
secara umum atau fungsi seksual anda, berkonsultasilah dengan dokter untuk diadakan
pemeriksaan lebih lanjut.
Kita sebagai generasi muda penerus bangsa harusbanyak mencari informasi tentang
kesehatan reproduksi, khususnya pada kaum wanita dimana mereka harus banyak
merawat organ reproduksi mereka agar tidak terjadi penyakit maupun kelainan pada
organ kelamin serta sebagai mahasiswa dalam bidang kesehatan,memberi contoh
kepada masyarakat luar yang baik tentang bagaimana cara menjaga dan merawat tubuh
dengan baik, terlebih khusus dalam perawatan organ reproduksi agar proses reproduksi
berjalan dengan baik tanpa ada gangguan maupun kelainan pada organ reproduksi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dellmaan, Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II 3rd. Jakarta: UI Press.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press.
Surabaya.
Linda J. Heffner and Danny J. Schust., At a Glance Sistem Reproduksi, Jakarta: EGC,
2008.