Você está na página 1de 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan

yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu

wilayah kerja tertentu. Puskesmas sebagai salah satu organisasi fungsional

pusat pengembangan masyarakat yang memberikan pelayanan promotif

(peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif

(pemulihan kesehatan). CARI PENGERTIAN PUSK DI PERMENKES

YANG PALING BARU 2015

Salah satu upaya pemulihan kesehatan yang dilakukan melalui

kegiatan pokok Puskesmas adalah pengobatan. Dalam memberikan

pelayanan kesehatan terutama pengobatan di Puskesmas maka obat-obatan

merupakan unsur yang sangat penting. Untuk itu pembangunan di bidang

perobatan sangat penting pula. Berdasarkan analisis pembiayaan kesehatan

(Pemerintah dan Masyarakat termasuk Swasta) yang dilakukan oleh

Departemen Kesehatan, masyarakat dan Bank Dunia selama tahun

1982/1983 dan tahun 1986/1987 menunjukkan bahwa pengeluaran khusus

obat-obatan di sektor pemerintah sebesar 18% dari keseluruhan pembiayaan

pelayanan kesehatan dan masyarakat mengeluarkan sebesar 40% biaya

pelayanan kesehatan mereka untuk membeli obat-obatan. CARI DI

LITERATUR YANG BARU YA...

1
Kebijakan Obat Nasional (KONAS) bertujuan untuk menjamin

ketersediaan obat baik dari segi jumlah dan jenis yang mencukupi, juga

pemeratan, pendistribusian dan penyerahan obat-obatan harus sesuai dengan

kebutuhan masing-masing Puskesmas. Dengan adanya pengelolaan obat

yang baik diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi lebih

maksimal.

Implementasi desentralisasi kebijakan obat membawa implikasi

berupa perubahan mekanisme pembiayaan. Sebelum desentralisasi, anggaran

dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan persentase penduduk miskin,

sedangkan pasca desentralisasi anggaran ditetapkan masing-masing daerah

menurut kebutuhan dan permasalahan kesehatan yang dihadapi. Perubahan

ini menimbulkan masalah dalam alokasi dan distribusi terutama di daerah

dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif kecil. Alokasi menjadi sangat

dipengaruhi oleh besar kecilnya Dana Alokasi Umum (DAU) serta

kemampuan manajer obat di daerah mengelola dana obat ini, oleh karena itu

perlu memperhatikan aspek-aspek yang tercakup didalamnya antara lain

perencanaan obat harus berdasarkan data pengelolaan obat yang akurat.

Manajemen obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting

dari Puskesmas karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif

terhadap biaya operasional Puskesmas, karena bahan logistik obat

merupakan salah satu tempat kebocoran anggaran, sedangkan ketersediaan

obat setiap saat menjadi tuntutan pelayanan kesehatan maka pengelolaan

yang efesien sangat menentukan keberhasilan manajemen Rumah Sakit

secara keseluruhan. Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat setiap

2
saat dibutuhkan baik mengenai jenis,jumlah maupun kualitas secara efesien,

dengan demikian manajemen obat dapat dipakai sebagai sebagai proses

penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki/potensial

yang untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat

setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan efesien.

Ketidakcukupan obat-obatan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah

satu faktor yang sangat menentukan yaitu faktor perencanaan/perhitungan

perkiraan kebutuhan obat yang belum tepat, belum efektif dan kurang

efisien.

Permintaan/pengadaan obat juga merupakan suatu aspek dimana

permintaan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan obat yang ada agar

tidak terjadi suatu kelebihan atau kekurangan obat. Kelebihan obat atau

kekosongan obat tertentu ini dapat terjadi karena perhitungan kebutuhan

obat yang tidak akurat dan tidak rasional, agar hal-hal tersebut tidak terjadi

maka pengelolaan obat puskesmas perlu dilakukan sesuai yang ditetapkan

dan diharapkan dimana dalam pengelolaan harus memperhatikan

penerimaan, penyimpanan serta pencatatan dan pelaporan yang baik.

Terjaminnya ketersediaan obat di pelayanan kesehatan akan menjaga

citra pelayanan kesehatan itu sendiri, sehingga sangatlah penting menjamin

ketersediaan dana yang cukup untuk pengadaan obat esensial, namun lebih

penting lagi dalam mengelola dana penyediaan obat secara efektif dan

efisien.

3
Dari permasalahan tersebut , maka seorang apoteker/staf farmasi

harus mampu melakukan fungsi manajerial dengan baik di sebuah institusi.

Manajemen obat ini sama seperti manajemen yang lain yaitu melibatkan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimanakah Manajemen Pengelolaan Obat di

Puskesmas Balowerti.
1.2.2 Tujuan Khusus

a) Mengetahui struktur organisasi di puskesmas Balowerti

b) Mengetahui perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan di

puskesmas Balowerti

c) Mengetahui tentang pengadaan obat dan alat kesehatan di puskesmas

Balowerti

d) Mengetahui tentang penyimpanan obat dan alat kesehatan di puskesmas

Balowerti

e) Mengetahui tentang pendistribusian obat dan alat kesehatan di

puskesmas Balowerti

f) Mengetahui tentang pemantauan obat dan alat kesehatan di puskesmas

Balowerti

g) Mengetahui tentang mekanisme pemeliharaan dan perbaikan alat

kesehatan di puskesmas Balowerti

h) Mengetahui tentang form-form yang dipergunakan di apotik puskesmas

Balowerti.

4
1.3 Manfaat

a) Manfaat Teori

Memperluas wawasan Dokter Muda mengenai manajemen obat dan alat

kesehatan tentang aspek-aspek yang diteliti berupa proses perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemantauan, mekasnisme

pemeliharaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Balowerti.

b) Manfaat Praktis

Sebagai salah satu sumber informasi bagi pemerintah Kota Kediri

dalam rangka penentuan arah kebijakan, perbaikan dalam hal

pengelolaan obat di Puskesmas Balowerti.

Bahan masukan bagi puskesmas Balowerti dalam pengelolaan obat

dalam rangka peningkatan efisiensi.

Sebagai aplikasi ilmu dan pengalaman berharga dalam memperluas

wawasan dan pengetahuan penelitian tentang pengelolaan obat di

Puskesmas Balowerti.

5
BAB II

MANAJEMEN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

2.1 Struktur Organisasi Manajemen Obat dan Alat Kesehatan Serta Pembagian

Bagan 2.1. Struktur Organisasi Manajemen Obat di Puskesmas


Balowerti (TARUH DIBAWAH BAGAN)

Kepala Puskesmas

Apoteker Penanggung Jawab

Gudang Farmasi Puskesmas

AA AA Penanggung Penanggung Penanggung Penanggung Jawab


Jawab Obat Jawab Obat Jawab Obat Obat
Kamar Obat Penanggung jawab Pustu Pustu Pustu POSKESKEL
Rawat Inap/ Kaber

POSYANDU
P3K POLI GIGI KIA
LANSIA

Bagian kefarmasian puskesmas Balowerti memiliki 3 orang staf.

Terdiri dari satu apoteker penanggung jawab dan 2 asisten apoteker. Satu

asisten apoteker yang bertanggungjawab di rawat jalan, dan satu asisten

apoteker yang bertanggungjawab di rawat inap dan kamar bersalin.

Puskesmas pembantu dan dan Poskeskel masing masing memiliki 1 orang

pengelola obat, yaitu perawat yang diberi wewenang dengan SK

pendelegasian tugas oleh kepala puskesmas untuk melakukan fungsi

6
pengelolaan obat dan penyampaian informasi obat terbatas di masing-

masing unit nya.

2.2 Perencanaan Kebutuhan Obat dan Alat Kesehatan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan kebutuhan obat antara lain:

a. Tahap pemilihan obat


Fungsi seleksi/ pemilihan obat adalah untuk menentukkan apakah

obat benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan

pola penyakit di daerah. Untuk mendapatkan pengadaan obat yang

baik, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat

yaitu meliputi:
1. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang

memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek

samping yang akan ditimbulkan.


2. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari

duplikasi dan kesamaan jenis.


3. Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi

yang lebih baik.


4. Hindari penggunaan kombinasi, kecuali jika obat kombinasi

mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.


5. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat

pilihan (drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.


b. Tahap perhitungan kebutuhan obat
Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian

bulanan masing-masing jenis obat di unit pelayanan

kesehatan/puskesmas selama setahun dan sebagai pembanding bagi

stok optimum.
Informasi yang didapat dari kompilasi pemakaian obat

adalah:

7
1. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit

pelayanan kesehatan/puskesmas.
2. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian

setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/puskesmas.


3. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat

kabupaten/kota. TINGKAT PKM


Tahap perhitungan kebutuhan obat menentukkan kebutuhan obat

merupakan tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga

farmasi yang bekerja di UPOPPK kabupaten/kota maupun Unit

Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD). Masalah kekosongan obat atau

kelebihan obat dapat terjadi apabila informasi semata-mata hanya

berdasarkan informasi teoritis terhadap kebutuhan pengobatan.

Koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat secara

terpadu serta melalui tahapan seperti diatas, diharapkan obat yang

direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat waktu dan

tersedia pada saat dibutuhkan.


Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan

obat di tiap unit pelayanan kesehatan adalah:


a. Metode konsumsi
Metode ini dilakukan dengan menganalisis data komsumsi obat tahun

sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan antara lain:


1. Pengumpulan data dan pengolahan data
2. Analisis data untuk informasi dan evaluasi
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
b. Metode epidemiologi
Metode ini dilakukan dengan menganalisis kebutuhan obat

berdasarkan pola penyakit, perkiraan kunjungan dan waktu tunggu

(lead time).
Langkah-langkah dalam metode ini antara lain:
1. Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani
2. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi
penyakit

8
3. Menyediakan standar/pedoman pengobatan yang digunakan
4. Menghitung perkiraan kebutuhan obat
5. Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

Dasar yang digunakan untuk merencanakan pengadaan obat dan alat

kesehatan di Puskesmas Balowerti menggunakan metode konsumsi, yaitu

didasarkan atas analisis data konsumsi periode sebelumnya dan analisis data

prevalensi penyakit, khususnya yang diderita masyarakat setempat. Untuk

menentukan jumlah permintaan obat diperlukan data sebagai berikut:

a. Data pemakaian obat periode sebelumnya.


b. Jumlah kunjungan resep.
c. Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
d. Jumlah Stok Optimal
e. Sisa stok, jika salah satu obat masih ada sisa bulan kemarin, maka

pengadaan obat tersebut tetap direncanakan dengan jumlah obat yang

disesuaikan.

2.3 Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan

2.3.1 Pengadaan Obat

Permintaan/pengadaan obat adalah suatu proses pengusulan dalam

rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan

pelayan di puskesmas. Permintaan/pengadaan dimaksudkan agar obat

tersedia dengan jenis dan jumlah yang tepat. Pegadaan meliputi kegiatan

pengusulan kepada kota/kabupaten melalui mekanisme Lembar Pemakaian

dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Permintaan/pengadaan obat di

puskesmas merupakan bagian dari tugas distribusi obat oleh Gudang

Farmasi Kabupaten/Kota (GFK), sehingga ketersediaan obat di puskesmas

9
sangat tergantung dari kemampuan GFK dalam melakukan distribusi

berdasarkan laporan pemakaian dan permintaan obat di semua puskesmas.


Dalam rangka mengajukan usulan kebutuhan obat ke

kota/kabupaten, puskesmas perlu memperhatikan tenggang waktu antara

pengajuan usulan dengan waktu penyerahan obat ke puskesmas.

Umumnya waktu pengajuan dan pengiriman obat oleh GFK ke masing-

masing puskesmas sudah ditetapkan sebelumnya berdasarkan kesepakatan

antara GFK dengan puskesmas. Permintaan obat untuk mendukung

pelayanan kesehatan di puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas

kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota melalui GFK dengan

menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit.

Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu penyerahan obat

kepada puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat

menyusun petunjuk mengenai alur permintaan dan penyerahan obat dari

GFK ke puskesmas.
Kegiatan permintaan dari puskesmas ke GFK dapat dilakukan

sebagai berikut:

a. Permintaan rutin yaitu permintaan yang dilakukan sesuai dengan

jadwal yang disepakati oleh Dinas Kesehatan dan masing-masing

Puskesmas.

b. Permintaan khusus yaitu permintaan yang dilakukan diluar jadwal

yang telah disepakati apabila terjadi peningkatan yang menyebabkan

kekosongan obat dan penanganan kejadian luar bias (KLB) serta obat

rusak.

10
Sumber penyediaan obat di Puskesmas berasal dari Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diadakan di Puskesmas adalah obat

esensial yang jenis dan itemnya merujuk pada DOEN. Selain itu sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.085/1989 tentang kewajiban

menuliskan resep generik dan atau menggunakan obat generik di fasilitas

pelayanan kesehatan pemerintah, maka hanya obat generik yang

diperkenankan tersedia di Puskesmas. Dengan dasar pertimbangan:


a. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar

pengobatan
b. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik
c. Menjaga kelangsungan pelayanan publik
d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi alokasi dana obat pelayanan

kesehatan publik.
Kegiatan utama dalam permintaan dalam pengadaan obat baik di

Rumah sakit maupun Puskesmas antara lain berupa:


a. Menyusun daftar permintaan obat-obatan yang sesuai dengan

kebutuhan.
b. Mengajukan permintaan kebutuhan obat kepada Dinas Kesehatan

Kota/Kabupaten dan GFK dengan menggunakan LPLPO.


c. Penerimaan dan pengecekan jenis dan jumlah obat.
Langkah-langkah pengadaan obat meliputi:
a. Memilih metode pengadaan melalui pelelangan umum, terbatas,

penunjukkan langsung, perundingan kompetisi dan pengadaan

langsung.
b. Memilih pemasok dan dokumen kontrak
c. Pemantauan status pesanan, dengan maksud untuk pengiriman,

pesanan terlambat segera ditangani


d. Penerimaan dan pemeriksaan obat melalui penyusunan rencana

pemasukan obat, pemeriksaan penerimaan obat, berita acara dan

pemeriksaan obat, obat-obat yang tidak memenuhi syarat

dikembalikan serta pencatatan harian penerimaan obat.

11
Masalah yang sering dihadapi dalam pengadaan obat di puskesmas

Balowerti yakni anggaran yang terbatas sehingga kebutuhan tidak

mencukupi, pemasok yang yang kurang baik, kualitas obat rendah dan

jadwal penerimaan barang yang tidak sesuai. CEK KEMBALI APAKAH

INI KEGIATAN PKM ATAU BUKAN

Bagan 2.2. Alur Pengadaan Obat Di Puskesmas Balowerti

: Jalur Pelaporan Obat

: Jalur Distribusi Obat

2.3.2 Pengadaan Alat Kesehatan

Pengadaan alat kesehatan dilakukan apabila alat kesehatan di Puskesmas

Balowerti sudah dirasakan perlu untuk ditambahkan. Pengadaan alat

kesehatan di Puskesmas Balowerti dilakukan setiap dua kali dalan setahun

atau dilakukan sewaktu-waktu, sedangkan dari DINKES pengadaan

dilakukan setiap tahun sekali. Ruangan-ruangan di Puskesmas Induk

memerlukan alat kesehatan yang diperlukan, akan lapor ke bagian inventaris

atau pemegang alat kesehatan, dan akan dilanjutkan ke kepala Puskesmas.

12
Manajemen alat kesehatan dan alat kedokteran di Puskesmas Balowerti

dipegang oleh bendahara barang puskesmas. Pengadaan alat kesehatan di

Puskesmas Balowerti tidak rutin setiap bulannya.

Bagan 2.3. Alur Distribusi Pengadaan Alat Kesehatan Di PuskesmasBalowerti

PUSTU Rawat Inap Apotek Polindes


Puskesmas
POSYANDU Induk

Inventaris Alat
Kesehatan oleh
bendahara barang

Kepala
2.4 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan
Puskesmas

PENGELOLAAN OBAT DAN BMHP DI PKM BALOWERTI TERPISAH


DINKES
DARI ALKES. ALKES DIKELOLA BENDAHARA BARANG. TOLONG

KONSUL PAK PUJI.

Penyimpanan obat ditujukan untuk memelihara mutu obat sedemikian

rupa sehingga obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan yang

diharapkan. Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengamanan

terhadap obat-obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari

kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.

Alur penerimaan obat dari DINKES / GFK Petugas penerima obat

bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan,

pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang

menyertainya. Petugas wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang

13
diserah terimakan, meliputi tanggal kadaluarsa, kemasan, jenis dan jumlah

obat, bentuk sediaan obatm serta kesesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan

Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dari gudang farmasi, dan ditanda tangani

oleh petugas penerima.

Kegiatan penyimpanan obat yaitu disimpan di ruangan khusus

(gudang obat), yang disusun di rak berdasarkan bentuk sediaan, dan kelas

terapi dan disusun secara alfebatis. Pada saat obat sampai digudang, obat

dipisahkan dari semua obat yang berbahaya dari obat lainnya yang ada di

dalam gudang dan disimpan di tempat khusus yang terkunci baik.

Penyimpanan berbeda-beda, tergantung tempat. Obat-obatan narkotika dan

psikotropika disimpan di lemari kayu PINTU GANDA yang terkunci.

Gudang dan apotik ISTILAH TERBARU SESUAI PERMENKES

ADALAH KAMAR OBAT selalu terkunci. Obat di gudang obat disimpan

di rak, obat bentuk sirup dalam botol diletakkan di lantai yang beralaskan

kayu palet (alas yang memberi jarak antara lantai dan tumpukan obat). Obat

di ruang perawatan disimpan di lemari kaca, sedangkan obat di apotik

disimpan di rak atau lemari kayu.BUKANKAH ADA LEMARI KACA

JUGA? ADA 2 PENYOPANAN, STOK UNTUK PEAYANAN DAN

GUDANG.

14
Gambar 2.4.1 Gudang Penyimpanan Obat

Gambar 2.4.2 Lemari Khusus Penyimpanan Obat Psikotropika DAN

NARKOTIKA

15
Gambar 2.4.3 Lemari kaca tempat penyimpanan obat di pelayanan

Obat yang disusun di dalam rak atau lemari dilakukan dengan sistem

FEFO, dimana obat yang lebih awal kadaluwarsanya harus dikeluarkan lebih

dahulu dari obat yang kadaluwarsanya kemudian. Obat-obat di tempatkan di

lemari atau rak yang mudah di jangkau dan beri tanda khusus, agar dapat

dipantau keadaan stoknya, sehingga menghindari kemungkinan terjadinya

kekosongan obat. Obat yang mempunyai batas kedaluwarsanya lebih dekat,

diletakkan di depan, sedangkan yang kedaluwarsanya masih jauh diletakkan

di belakang. Khusus untuk obat-obatan narkotika dan psikotropika disimpan

di sebuah lemari kayu pintu ganda dengan kunci tersendiri.

Kekurangan dalam penyusunan Puskesmas Balowerti, dimana belum

tersedianya alat pengukur suhu ruangan penyimpanan obat atau termometer,

alat pengatur suhu dan kelembabab ruangan obat atau air conditioner,

jumlah rak obat yang masih belum memenuhi dan luas ruangan gudang obat

yang sempit sehingga banyak tumpukan obat yang kurang rapi. Vaksin harus

disimpan di kulkas khusus penyimpanan vaksin.SUDAH KONSUL KE BU

16
SRI UNTUK PENYIMPANAN VAKSIN? Vaksin disimpan di dalam lemari

es untuk menjaga agar vaksin tetap efektif. Puskesmas Balowerti memiliki 2

lemari es.

Gambar 2.4.4 Lemari pendingin penyimpanan vaksin dan suhu lemari pendingin
penyimpanan vaksin

Penyimpanan yang dapat mempengaruhi efektivitas obat menutup

obat dengan baik agar tidak terjadi kerusakan obat karena kelembapan. Obat

tertentu yang membutuhkan suhu dingin diletakkan dalam lemari pendingin.

Disimpan dalam suhu kamar, obat-obat tertentu dapat rusak karena pengaruh

panas. Tidak terkena sinar matahari langsung, karena sinar UV dapat

mempengaruhi stabilitas obat. Misalnya : salep, supposutoria. Tidak

menumpuk dus obat terlalu tinggi dan tidak meletakkan dus berdekatan

dengan benda-benda tajam karena dapat merusak fisik obat. Menutup wadah

obat dengan rapat karena apabila wadah terbuka, obat mudah tercemar oleh

bakteri atau fungi. Sediaan yang terkontaminasi dapat menimbulkan masalah

17
kesehatan bagi yang menggunakannya. Menjaga kebersihan ruangan karena

ruangan yang kotor dapat mengundang tikus yang dapat merusak obat.

Selain itu etiket menjadi kotor sehingga tidak bisa di baca. DITATA

KEMBALI KALIMATNYA DAN DISESUAIKAN DENGAN

KONDISINYA

Alat kesehatan disimpan di Gudang yang berukuran 3x4 m, berlantai

keramik, dan lumayan luas. Namun penataan alat kesehatan tersebut terlihat

begitu tidak rapi. Pengelolaan dan penyimpanan alat kesehatan di

Puskesmas Balowerti diletakkan di gudang tersendiri, dan dilakukan oleh

bendahara barang puskesmas. Oleh karena itu masih butuh pengelolaan lebih

lanjut untuk memperbaiki penyimpanan alat kesehatan di Puskesmas

Balowerti.

2.4.5 Gudang Penyimpanan Alat Kesehatan

ALKES NYA FOTONYA MINTA PAK PUJI YA.... INI FOTO LEMARI
BMHP

18
2.5 Pendistribusian

Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin

keabsahannya serta tepat jenis dan jumlahnya dari gudang obat di unit-unit

pelayanan kesehatan termasuk penyerahan obat kepada pasien.


Distribusi obat bertujuan untuk mendekatkan obat dan alat

kesehatan kepada pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap

saat tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis

dan efektif .
Kegiatan distribusi meliputi:

a. Menentukan frekuensi/jadwal distribusi

dalam menentukkan frekuensi distribusi perlu pertimbangan jarak sub

unit pelayanan dan biaya distribusi yang tersedia.

b. Menentukan jumlah obat

dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan pemakaian

rata-rata setiap jenis obat, sisa stok obat, pola penyakit, jumlah

kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan dengan

menghitung stok optimum setiap jenis obat.

c. Memeriksa mutu dan kadaluarsa obat

obat dan alat bantu kesehatan yang didistribusi ke sub unit pelayanan

kesehatan perlu dicek mutu dan kadaluarsanya.

d. Melaksanakan penyerahan dapat dilakukan dengan cara:

19
1. Gudang obat menyerahkan/mengirim obat dan diterima di sub unit

pelayanan
2. Diambil sendiri oleh petugas sub unit pelayanan. Obat diserahkan

dengan formulir LPLPO yang sudah ditanda tangani dan satu

rangkap disimpan sebagai tanda bukti penyerahan/penerimaan

obat.
3. Menandatangani dokumen penyerahan obat ke sub unit berupa

LPLPO sub unit.


Tata cara pendistribusian obat antara lain:
a. Unit pengelola obat tingkat Kabupaten/Kota melaksanakan distribusi

obat ke puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah kerjanya

sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit pelayanan kesehatan.


b. Obat-obatan yang akan dikirim ke Puskesmas harus disertai dokumen

penyerahan dan pengiriman obat.


c. Sebelum dilakukan pengepakan atas obat-obat yang akan dikirim, maka

perlu dilakukan pemeriksaan terhadap:


1. Jenis dan jumlah obat
2. Kualitas/kondisi obat
3. Isi kemasan
4. Kelengkapan dan kebenaran dokumen
5. Puskesmas induk mendistribusikan kebutuhan obat untuk
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan unit-unit pelayanan

kesehatan
harus dicatat dalam kartu stok obat
Untuk PUSTU obat-obat yang telah keluar direkap untuk laporan

pengeluaran obat dan BMHP, kemudian penanggungjawa PUSTU juga

mengajukan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang obat

puskesmas induk melalui LPLPO Laporan Pemakaian dan Lembar

Permintaan Obat yang nantinya akan direkapitulasi di puskesmas induk.

20
Bagan 2.5. Alur Distribusi Obat Di PuskesmasBalowerti

2.6 Pemantauan Obat dan Alat Kesehatan

Pemantauan obat bertujuan agar menjamin tersedianya informasi

untuk pengendalian persediaan, perencanaan, pengadaan, perencanaan

distribusi baik di puskesmas maupun di DINKES/GFK, sehingga dapat

dipenuhi jumlah, jenis dan ketepatan waktu penyediaan obat di Puskesmas

Balowerti serta unit pelayanan kesehatan lainnya untuk lebih meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pemantauan obat meliputi

pencatatan dan pelaporan data obat dan data kesakitan.


Obat-obatan disimpan terlebih dahulu di gudang obat (kecuali obat

untuk imunisasi disimpan di lemari pendingin di ruangan imunisasi),

sedangkan untuk alat kesehatan disimpan sementara di puskesmas

GUDANG ALKES kemudian didistribusikan langsung pada tiap-tiap unit

yang memerlukan DENGANDISERTAI SBBK (SURAT BUKTI BARANG

KELUAR).
Pencatatan dan pelaporan data puskesmas, Dinas Kesehatan

menyediakan software khusus untuk mengolah dan merekam keluar masuk

obat dan BMHP. Obat yang baru datang, disimpan dalam gudang dan

diletakkan berdasarkan tanggal kadaluwarsanya. Untuk mencocokkan

dengan buku keluar masuk, maka masing-masing obat diberikan kartu data

21
keluar-masuk (checklist) KARTU STOK. Mekanisme keluar masuknya obat

berdasarkan prinsip Frist Expired-First Out yaitu berdasarkan tanggal

kadaluwarsa. Untuk obat-obat yang telah kadaluwarsa dicatat dalam bentuk

berita acara yang kemudian dikembalikan ke gudang farmasi untuk

dilakukan pemusnahan.
Pemantauan obat di Puskesmas Balowerti, dan dilakukan oleh

apoteker puskesmas. Pemantauan (khususnya obat) mencakup laporan dari

masing-masing unit kerja (polindes, pustu, apotik). Kemudian pada masing-

masing periode pelaporan diserahkan kepada kepala puskesmas sebagai

penanggung jawab untuk dipantau lebih lanjut.Pemantauan obat dilakukan

sebulan sekali, sedangkan alat kesehatan dilakukan setahun sekali.

PUSTU Rawat Inap Apotek Polindes


Puskesmas
POSYANDU Induk

Gudang
Farmasi
Puskesmas
Bagan 2.5 Alur Pemantauan Obat di Puskesmas Balowerti

2.7 Mekanisme Pemeliharaan dan Perbaikan


Kepala Alat Kesehatan
Puskesmas
Pemeliharaan alat kesehatan dilakukan bila ada kerusakan pada alat

kesehatan, laporan ditujukan padaDINKES


kepala puskesmas, kemudian dilaporkan

kepada inventaris alat kesehatan oleh masing-masing ruangan (BP, KIA,

rawat inap, laboratorium, poli gigi). Bila ringan dan memungkinkan, alat

kesehatan tersebut diperbaiki oleh petugas alat kesehatan, namun bila

kerusakan cukup berat dan membutuhkan anggaran yang besar maka

22
dilaporkan kepada kepala puskesmas. Perbaikannya tergantung dari tingkat

kerusakan alat kesehatan tersebut.


Puskesmas Balowerti memiliki system pemeliharan yang bersifat

aktif atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau

unit kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu), biasanya

kerusakan bersifat ringan. Pasif dilakukan pada saat terdapat pelaporan

kerusakan dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu,

polindes) kepada kepala Puskesmas dan biasaya kerusakannya berat.

Pelaporan alat kesehatan diberikan kepada kepala puskesmas sebagai

penanggungjawab alat kesehatan. KONSUL PAK PUJI YAA

2.8 Form-Form yang Dipergunakan

Form yang digunakan di Puskesmas Balowerti terdiri dari :


a. Kartu Stelling
Kartu ini digunakan hanya untuk mencatat tanggal dan jumlah obat yang

keluar atau masuk serta sisa obat. Mengontrol penggunaan dan

pendistribusian obat.Memantau keseimbangan antara stock obat yang

tersisa dengan obat yang keluar. Di Puskesmas Balowerti, Kartu stelling

obat puskesmas tidak digunakan, perannya digantikan oleh program

komputer pengelolaan obat puskesmas.

Gambar 2.7.2 Kartu Stelling


b. Kartu stok gudang obat puskesmas

Kartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat

(penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di gudang obat

puskesmas. Fungsinya dari kartu stok gudang puskesmas adalah untuk

23
mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran) dan data pada kartu

stok digunakan untuk menyusun laporan pemakaian obat dengan format

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO/LB2) dan

sebagai data pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat

penyimpanan.

Form ini mencatat tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi

obat) atau penerima obat (Polindes/Pustu/Apotik), jumlah obat yang

diterima dari pihak pemberi dan jumlah obat yang dikeluarkan untuk

pihak penerima obat, sisa stok obat pada gudang puskesmas, tanggal

kadaluarsa, dan no batch. Informasi dan manfaat kartu stok :

o Informasi
Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
Jumlah obat yang diterima selama 1 bulan/1 periode
Jumlah obat yang keluar selama 1 bulan/1 periode
Jangka waktu/lama kekosongan obat
Neraca pemasukan dan pengeluaran obat
o Manfaat
Untuk pengisian LPLPO/LB2
Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat
Mengawasi neraca pemasukan dan pengeluaran obat.
Di Puskesmas Balowerti, Kartu Stok gudang obat puskesmas sudah

digunakan sesuai dengan fungsinya dan sudah dicatat dengan baik oleh

petugas apotek.

Gambar 2.7.1 Kartu Stok Gudang Obat Puskesmas

c.Laporan penggunaan narkotika

24
Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat

golongan narkotika, jumlah obat golongan narkotika yang diterima dari

pihak pemberi dan jumlah obat golongan narkotika yang dikeluarkan

untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan

narkotika yang ada di gudang HAPUS KATA GUDANGNYA KARENA

BISA SAJA SUDAH ADA PADA PELAYANAN puskesmas. Pencatatan

PELAPORAN pada form ini dilakukan setiap bulan oleh kepala gudang

obat.

d.Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dinas kesehatan


Digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal

dan sisa stok obat dan alat kesehatan habis pakai yang ada di puskesmas,

tujuan pemberian obat (PKD/ASKES/APBD/lain-lain). Pencatatannya

dilakukan setiap bulan oleh kepala gudang obat.Mengetahui penggunaan

serta stock obat dan BMHP. Sebagai sarana pengadaan obat.

Mengusulkan permintaan obat ke gudang farmasi kabupaten.

Gambar 2.7.3 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

b. Laporan penggunaan psikotropika

Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat

golongan psikotopika, jumlah obat golongan psikotropika yang diterima

25
dari pihak pemberi dan jumlah obat golongan psikotropika yang

dikeluarkan untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat

golongan psikotropika yang ada di gudang puskesmas. Pencatatan

PELAPORAN pada form ini dilakukan tiap bulan oleh kepala gudang

obat.

e. Laporan inventaris peralatan kesehatan puskesmas

Digunakan untuk mencatat jumlah alat kesehatan pada masing-masing

unit (ruangan-ruangan di puskesmas, pustu, polindes), keadaan alat

kesehatan, kebutuhan, pengadaan sendiri, permintaan serta penerimaan

alkes. Pencatatan pada form ini dilakukansetiap tahun.

26
BAB III

PEMBAHASAN

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai terpisah dengan

pengelolaan alat kesehatan di Puskesmas Balowerti. Bagian kefarmasian

puskesmas Balowerti memiliki 3 orang staf. Terdiri dari satu apoteker penanggung

jawab dan 2 asisten apoteker. Satu asisten apoteker yang bertanggungjawab di

rawat jalan, dan satu asisten apoteker yang bertanggungjawab di rawat inap dan

kamar bersalin.

Perencanaan kebutuhan obat berupa tahap pemilihan obat, yang

berfungsi untuk menentukkan apakah obat benar-benar diperlukan sesuai dengan

jumlah penduduk dan pola penyakit di daerah. Untuk mendapatkan pengadaan

obat yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat,

Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian bulanan

masing-masing jenis obat di unit pelayanan kesehatan/puskesmas selama setahun

dan sebagai pembanding bagi stok optimum.

Permintaan/pengadaan obat adalah suatu proses pengusulan dalam rangka

menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayan di

puskesmas. Permintaan/pengadaan dimaksudkan agar obat tersedia dengan jenis

dan jumlah yang tepat. Pegadaan meliputi kegiatan pengusulan kepada

kota/kabupaten melalui mekanisme Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan

Obat (LPLPO).

Penyimpanan obat ditujukan untuk memelihara mutu obat sedemikian rupa

sehingga obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan yang diharapkan.

27
Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obat

yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun

kimia dan mutunya tetap terjamin.

Alur penerimaan obat dari DINKES / GFK Petugas penerima obat

bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan,

pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang

menyertainya. Petugas wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang diserah

terimakan, meliputi tanggal kadaluarsa, kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk

sediaan obatm serta kesesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan Surat Bukti

Barang Keluar (SBBK) dari gudang farmasi, dan ditanda tangani oleh petugas

penerima.

Kekurangan dalam penyusunan Puskesmas Balowerti, dimana belum

tersedianya alat pengukur suhu ruangan penyimpanan obat atau termometer, alat

pengatur suhu dan kelembabab ruangan obat atau air conditioner, jumlah rak obat

yang masih belum memenuhi dan luas ruangan gudang obat yang sempit sehingga

banyak tumpukan obat yang kurang rapi. Vaksin harus disimpan di kulkas khusus

penyimpanan vaksin. Vaksin disimpan di dalam lemari es untuk menjaga agar

vaksin tetap efektif. Puskesmas Balowerti memiliki 2 lemari es.

Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan

pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat jenis

dan jumlahnya dari gudang obat di unit-unit pelayanan kesehatan termasuk

penyerahan obat kepada pasien. Distribusi obat bertujuan untuk mendekatkan obat

dan alat kesehatan kepada pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap

28
saat tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis dan

efektif .
Puskesmas Balowerti memiliki sistem pemeliharan yang bersifat aktif atau

pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit kesehatan

lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu), biasanya kerusakan bersifat ringan.

Pasif dilakukan pada saat terdapat pelaporan kerusakan dari masing-masing unit

kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu, polindes) kepada kepala Puskesmas dan

biasaya kerusakannya berat. Pelaporan alat kesehatan diberikan kepada kepala

puskesmas sebagai penanggungjawab alat kesehatan.

29
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Puskesmas Balowerti memiliki 3 staf dalam pengelolaan obat baik

diapotek dan gudang farmasi. Seorang apoteker dan dibantu oleh 2 asisten

apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan

kefarmasian.

Penyuplaian obat dilakukan oleh dinas kesehatan, dalam hal kekosongan

obat atau BMHP yang penting harus ada pada pelayanan, maka puskesmas

melakukan pembelian terbatas untuk memenuhi, dengan

mempertimbangkan urgensi dan keuangan puskesmas.

Penyimpanan obat di Puskesmas Balowerti belum memenuhi standarisasi

tidak adanya pengukur suhu atau termometer ruang, dan pengatur suhu

atau air conditioner dan gudang alat kesehatan juga kurang rapi karena

belum adanya rak rak yang memenuhi. Penumpuk dus obat terlalu tinggi

yang terkait dengan ukuran gudang yang terlalu kecil dan kurangnya rak

rak penyimpanan.

1.2 Saran

Hal-hal yang belum memenuhi standarisasi dalam penyimpanan obat sebaiknya

segera diperbaiki, antara lain :

Gudang alat kesehatan juga sebaiknya disusun secara rapi agar alat

kesehatan tidak mudah rusak.

Ruangan yang lebih besar untuk gudang obat karena banyaknya

jumlah obat

30
AC untuk ruang penyimpanan obat (gudang obat) guna menjamin

stabilitas suhu dan kelembaban, sehingga dapat menjamin stabilitas

sediaan farmasi.

Termometer dan higrometer dibutuhkan untuk mengukur suhu dan

kelembaban ruangan.

31

Você também pode gostar