Você está na página 1de 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP)

tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,

untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di

wilayah kerjanya (PERMENKES, 2014).

Dalam menyelenggarakan upaya keseharan perorangan (UKP) pengelolaan

obat menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Pengelolaan obat, bahan

medis habis pakai, dan alat kesehatan bertujuan untuk menjamin

ketersediaannya baik dari segi jumlah dan jenisnya, serta pemeratan,

pendistribusian dan penyerahan obat-obatan harus sesuai dengan kebutuhan

masing-masing unit lauanan di puskesmas. Dengan adanya pengelolaan obat

yang baik diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi

lebih maksimal (PERMENKES, 2014).

Menurut PERMENKES RI, 2014 No. 30 tahun 2014 tentang standar

pelayanan kefarmasian di puskesmas, dikatakan bahwa obat merupakan

sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi

dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (PERMENKES, 2014).

1
Implementasi desentralisasi kebijakan obat membawa implikasi berupa

perubahan mekanisme pembiayaan. Sebelum desentralisasi, anggaran

dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan persentase penduduk miskin,

sedangkan pasca desentralisasi anggaran ditetapkan masing-masing daerah

menurut kebutuhan dan permasalahan kesehatan yang dihadapi. Perubahan

ini menimbulkan masalah dalam alokasi dan distribusi terutama di daerah

dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif kecil. Alokasi menjadi sangat

dipengaruhi oleh besar kecilnya Dana Alokasi Umum (DAU) serta

kemampuan manajer obat di daerah mengelola dana obat ini, oleh karena itu

perlu memperhatikan aspek-aspek yang tercakup didalamnya antara lain

perencanaan obat harus berdasarkan data pengelolaan obat yang akurat

(PERMENKES, 2012).

Manajemen obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting dari

Puskesmas karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif

terhadap biaya operasional Puskesmas, karena bahan logistik obat

merupakan salah satu tempat kebocoran anggaran. Tujuan manajemen obat

adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis,jumlah

maupun kualitas secara efesien, dengan demikian manajemen obat dapat

dipakai sebagai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua

sumber daya yang dimiliki/potensial yang untuk dimanfaatkan dalam rangka

mewujudkan ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional

efektif dan efesien (PERMENKES, 2012).

2
Ketidakcukupan obat-obatan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu

faktor yang sangat menentukan yaitu faktor perencanaan/perhitungan

perkiraan kebutuhan obat yang belum tepat, belum efektif dan kurang

efisien (PERMENKES, 2012).

Permintaan/pengadaan obat juga merupakan suatu aspek dimana

permintaan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan obat yang ada agar

tidak terjadi suatu kelebihan atau kekurangan obat. Kelebihan obat atau

kekosongan obat tertentu ini dapat terjadi karena perhitungan kebutuhan

obat yang tidak akurat dan tidak rasional, agar hal-hal tersebut tidak terjadi

maka pengelolaan obat puskesmas perlu dilakukan sesuai yang ditetapkan

dan diharapkan dimana dalam pengelolaan harus memperhatikan

penerimaan, penyimpanan serta pencatatan dan pelaporan yang baik

(DEPKES, 2011).

Terjaminnya ketersediaan obat di pelayanan kesehatan akan menjaga

citra pelayanan kesehatan itu sendiri, sehingga sangatlah penting menjamin

ketersediaan dana yang cukup untuk pengadaan obat esensial, namun lebih

penting lagi dalam mengelola dana penyediaan obat secara efektif dan

efisien (DEPKES, 2011).

Dari permasalahan tersebut , maka seorang apoteker/staf farmasi

harus mampu melakukan fungsi manajerial dengan baik di sebuah institusi.

Manajemen obat ini sama seperti manajemen yang lain yaitu melibatkan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian (DEPKES,

2011).

3
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimanakah Manajemen Pengelolaan Obat di

Puskesmas Poned Balowerti.


1.2.2 Tujuan Khusus

a) Mengetahui struktur organisasi di Puskesmas Poned Balowerti

b) Mengetahui perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan di

Puskesmas Poned Balowerti

c) Mengetahui tentang pengadaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas

Poned Balowerti

d) Mengetahui tentang penyimpanan obat dan alat kesehatan di Puskesmas

Poned Balowerti

e) Mengetahui tentang pendistribusian obat dan alat kesehatan di

Puskesmas Poned Balowerti

f) Mengetahui tentang pemantauan obat dan alat kesehatan di Puskesmas

Poned Balowerti

g) Mengetahui tentang mekanisme pemeliharaan dan perbaikan alat

kesehatan di Puskesmas Poned Balowerti

h) Mengetahui tentang form-form yang dipergunakan di apotik Puskesmas

Poned Balowerti.

1.3 Manfaat

a) Manfaat Teori

Memperluas wawasan Dokter Muda mengenai manajemen obat dan alat

kesehatan tentang aspek-aspek yang diteliti berupa proses perencanaan,

4
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemantauan, mekasnisme

pemeliharaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Poned Balowerti.

b) Manfaat Praktis

Sebagai salah satu sumber informasi bagi pemerintah Kota Kediri

dalam rangka penentuan arah kebijakan, perbaikan dalam hal

pengelolaan obat di Puskesmas Poned Balowerti.

Bahan masukan bagi Puskesmas Poned Balowerti dalam pengelolaan

obat dalam rangka peningkatan efisiensi.

Sebagai aplikasi ilmu dan pengalaman berharga dalam memperluas

wawasan dan pengetahuan penelitian tentang pengelolaan obat di

Puskesmas Poned Balowerti.

5
BAB 2

MANAJEMEN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

2.1 Struktur Organisasi Manajemen Obat dan Alat Kesehatan Serta Pembagian

Kepala Puskesmas

Apoteker Penanggung Jawab

Gudang Farmasi Puskesmas

AA AA Penanggung Penanggung Penanggung Penanggung Jawab


Jawab Obat Jawab Obat Jawab Obat Obat
Kamar Obat Penanggung jawab Pustu Pustu Pustu POSKESKEL
Rawat Inap/ Kaber

POSYANDU KIA
P3K POLI GIGI
LANSIA

Bagan 2.1. Struktur Organisasi Manajemen Obat di Puskesmas Poned

Balowerti

(Laporan Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014)

Bagian kefarmasian Puskesmas Poned Balowerti memiliki 3 orang staf.

Terdiri dari satu apoteker penanggung jawab dan 2 asisten apoteker. Satu

asisten apoteker yang bertanggungjawab di rawat jalan, dan satu asisten

apoteker yang bertanggungjawab di rawat inap dan kamar bersalin.

Puskesmas pembantu dan dan Poskeskel masing masing memiliki 1 orang

6
pengelola obat, yaitu perawat yang diberi wewenang dengan SK

pendelegasian tugas oleh kepala puskesmas untuk melakukan fungsi

pengelolaan obat dan penyampaian informasi obat terbatas di masing-

masing unit nya (Laporan Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014).

2.2 Perencanaan Kebutuhan Obat dan Alat Kesehatan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan kebutuhan obat antara lain:

a. Tahap pemilihan obat


Fungsi seleksi/ pemilihan obat adalah untuk menentukkan apakah

obat benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan

pola penyakit di daerah. Untuk mendapatkan pengadaan obat yang

baik, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat

yaitu meliputi:
1. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang

memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek

samping yang akan ditimbulkan.


2. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari

duplikasi dan kesamaan jenis.


3. Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi

yang lebih baik.


4. Hindari penggunaan kombinasi, kecuali jika obat kombinasi

mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.


5. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat

pilihan (drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi

(Laporan Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014).

b. Tahap perhitungan kebutuhan obat


Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian

bulanan masing-masing jenis obat di unit pelayanan

7
kesehatan/puskesmas selama setahun dan sebagai pembanding bagi

stok optimum.
Informasi yang didapat dari kompilasi pemakaian obat adalah:

(Laporan Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014).


1. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit

pelayanan kesehatan/puskesmas.
2. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian

setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/puskesmas.


3. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat di seluruh unit pelayanan

kesehatan/puskesmas dalam periode satu tahun.


Tahap perhitungan kebutuhan obat menentukkan kebutuhan obat

merupakan tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga

farmasi yang bekerja di UPOPPK kabupaten/kota maupun Unit

Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD). Masalah kekosongan obat atau

kelebihan obat dapat terjadi apabila informasi semata-mata hanya

berdasarkan informasi teoritis terhadap kebutuhan pengobatan.

Koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat secara

terpadu serta melalui tahapan seperti diatas, diharapkan obat yang

direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat waktu dan

tersedia pada saat dibutuhkan (Laporan Tahunan Puskesmas Poned

Balowerti, 2014).

Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat di

tiap unit pelayanan kesehatan adalah: (Laporan Tahunan Puskesmas Poned

Balowerti, 2014).

a. Metode konsumsi

8
Metode ini dilakukan dengan menganalisis data komsumsi obat tahun

sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan antara lain:


1. Pengumpulan data dan pengolahan data
2. Analisis data untuk informasi dan evaluasi
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
b. Metode epidemiologi
Metode ini dilakukan dengan menganalisis kebutuhan obat

berdasarkan pola penyakit, perkiraan kunjungan dan waktu tunggu

(lead time).
Langkah-langkah dalam metode ini antara lain:
1. Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani
2. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi
penyakit
3. Menyediakan standar/pedoman pengobatan yang digunakan
4. Menghitung perkiraan kebutuhan obat
5. Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

Dasar yang digunakan untuk merencanakan pengadaan obat dan alat

kesehatan di Puskesmas Poned Balowerti menggunakan metode konsumsi,

yaitu didasarkan atas analisis data konsumsi periode sebelumnya dan

analisis data prevalensi penyakit, khususnya yang diderita masyarakat

setempat. Untuk menentukan jumlah permintaan obat diperlukan data

sebagai berikut:

a. Data pemakaian obat periode sebelumnya.


b. Jumlah kunjungan resep.
c. Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
d. Jumlah Stok Optimal
e. Sisa stok, jika salah satu obat masih ada sisa bulan kemarin, maka

pengadaan obat tersebut tetap direncanakan dengan jumlah obat yang

disesuaikan.

2.3 Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan

2.3.1 Pengadaan Obat

9
Permintaan/pengadaan obat adalah suatu proses pengusulan dalam rangka

menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayan di

puskesmas. Permintaan/pengadaan dimaksudkan agar obat tersedia dengan

jenis dan jumlah yang tepat. Pegadaan meliputi kegiatan pengusulan kepada

kota/kabupaten melalui mekanisme Lembar Pemakaian dan Lembar

Permintaan Obat (LPLPO). Permintaan/pengadaan obat di puskesmas

merupakan bagian dari tugas distribusi obat oleh Gudang Farmasi

Kabupaten/Kota (GFK), sehingga ketersediaan obat di puskesmas sangat

tergantung dari kemampuan GFK dalam melakukan distribusi berdasarkan

laporan pemakaian dan permintaan obat di semua puskesmas (Laporan

Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014).

Dalam rangka mengajukan usulan kebutuhan obat ke kota/kabupaten,

puskesmas perlu memperhatikan tenggang waktu antara pengajuan usulan

dengan waktu penyerahan obat ke puskesmas. Umumnya waktu pengajuan

dan pengiriman obat oleh GFK ke masing-masing puskesmas sudah

ditetapkan sebelumnya berdasarkan kesepakatan antara GFK dengan

puskesmas. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan kesehatan di

puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Dinas Kesehatan

kabupaten/kota melalui GFK dengan menggunakan format LPLPO,

sedangkan permintaan dari sub unit. Berdasarkan pertimbangan efisiensi

dan ketepatan waktu penyerahan obat kepada puskesmas, Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menyusun petunjuk mengenai alur

permintaan dan penyerahan obat dari GFK ke puskesmas (Laporan Tahunan

Puskesmas Poned Balowerti, 2014).

10
Kegiatan permintaan dari puskesmas ke GFK dapat dilakukan

sebagai berikut:

a. Permintaan rutin yaitu permintaan yang dilakukan sesuai dengan

jadwal yang disepakati oleh Dinas Kesehatan dan masing-masing

Puskesmas.

b. Permintaan khusus yaitu permintaan yang dilakukan diluar jadwal

yang telah disepakati apabila terjadi peningkatan yang menyebabkan

kekosongan obat dan penanganan kejadian luar bias (KLB) serta obat

rusak.

Sumber penyediaan obat di Puskesmas berasal dari Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diadakan di Puskesmas adalah obat

esensial yang jenis dan itemnya merujuk pada DOEN. Selain itu sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.085/1989 tentang kewajiban

menuliskan resep generik dan atau menggunakan obat generik di fasilitas

pelayanan kesehatan pemerintah, maka hanya obat generik yang

diperkenankan tersedia di Puskesmas. Dengan dasar pertimbangan:


a. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar

pengobatan
b. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik
c. Menjaga kelangsungan pelayanan publik
d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi alokasi dana obat pelayanan

kesehatan publik (Laporan Tahunan Puskesmas Poned Balowerti,

2014).
Kegiatan utama dalam permintaan dalam pengadaan obat baik di

Rumah sakit maupun Puskesmas antara lain berupa: (Laporan Tahunan

Puskesmas Poned Balowerti, 2014).

11
a. Menyusun daftar permintaan obat-obatan yang sesuai dengan

kebutuhan.
b. Mengajukan permintaan kebutuhan obat kepada Dinas Kesehatan

Kota/Kabupaten dan GFK dengan menggunakan LPLPO.


c. Penerimaan dan pengecekan jenis dan jumlah obat.

Bagan 2.2. Alur Pengadaan Obat Di Puskesmas Poned Balowerti

: Jalur Pelaporan Obat

: Jalur Distribusi Obat

2.3.2 Pengadaan Alat Kesehatan

Pengadaan alat kesehatan dilakukan apabila alat kesehatan di Puskesmas

Poned Balowerti sudah dirasakan perlu untuk ditambahkan. Pengadaan alat

12
kesehatan di Puskesmas Poned Balowerti dilakukan setiap dua kali dalan

setahun atau dilakukan sewaktu-waktu, sedangkan dari DINKES pengadaan

dilakukan setiap tahun sekali. Ruangan-ruangan di Puskesmas Induk

memerlukan alat kesehatan yang diperlukan, akan lapor ke bagian inventaris

atau pemegang alat kesehatan, dan akan dilanjutkan ke kepala Puskesmas.

Manajemen alat kesehatan dan alat kedokteran di Puskesmas Poned

Balowerti dipegang oleh bendahara barang puskesmas. Pengadaan alat

kesehatan di Puskesmas Poned Balowerti tidak rutin setiap bulannya

(Laporan Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014).

PUSTU Rawat Inap Apotek Polindes


Puskesmas
POSYANDU Induk

Inventaris Alat
Kesehatan oleh
bendahara barang
Bagan 2.3. Alur Distribusi Pengadaan Alat Kesehatan Di Puskesmas Poned

Balowerti Kepala
Puskesmas
2.4 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan

2.4.1 Penyimpanan Obat DINKES

Penyimpanan obat ditujukan untuk memelihara mutu obat sedemikian

rupa sehingga obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan yang

diharapkan. Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengamanan

terhadap obat-obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari

kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.

Alur penerimaan obat dari DINKES / GFK Petugas penerima obat

bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan,

13
pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang

menyertainya. Petugas wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang

diserah terimakan, meliputi tanggal kadaluarsa, kemasan, jenis dan jumlah

obat, bentuk sediaan obatm serta kesesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan

Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dari gudang farmasi, dan ditanda tangani

oleh petugas penerima.

Kegiatan penyimpanan obat yaitu disimpan di ruangan khusus

(gudang obat), yang disusun di rak berdasarkan bentuk sediaan, dan kelas

terapi dan disusun secara alfebatis. Pada saat obat sampai digudang, obat

dipisahkan dari semua obat yang berbahaya dari obat lainnya yang ada di

dalam gudang dan disimpan di tempat khusus yang terkunci baik. Obat-

obatan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari kayu pintu ganda yang

terkunci. Obat di gudang obat disimpan di rak, obat bentuk sirup dalam

botol diletakkan di lantai yang beralaskan kayu palet (alas yang memberi

jarak antara lantai dan tumpukan obat). Pada setiap unit layanan, persediaan

obat dipisah menjadi 2, yaitu stok gudang dan stok pelayanan. Gudang induk

puskesmas selalu dalam keadaan terkunci, dan kamar obat selalu terkunci

bila di luar jam pelayanan (Laporan Tahunan Puskesmas Poned Balowerti,

2014).

14
Gambar 2.4.1 Gudang Penyimpanan Obat

Gambar 2.4.2 Lemari Khusus Penyimpanan Obat Psikotropika dan narkotika

Gambar 2.4.3 Lemari kaca tempat penyimpanan obat di pelayanan

Obat yang ada di kamar obat yang disusun di dalam rak dan lemari

dengan sistem FEFO, dimana obat yang lebih awal kadaluwarsanya harus

diletakkan di depan, sehingga dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang

15
kadaluwarsanya kemudian. Obat-obat di tempatkan di lemari atau rak yang

mudah di jangkau dan beri penandaan khusus kelompok terapinya

selanjutnya diurutkan secara alfabetis. Penyimpanan juga harus dilengkapi

dengan kartu stok untuk memudahkan kontrol terhadap sediaan obat.

Khusus untuk obat-obatan narkotika dan psikotropika disimpan di sebuah

lemari ganda menyatu dengan lemari besar pelayanan dengan kunci

tersendiri (Laporan Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014).

Kekurangan dalam penyusunan Puskesmas Poned Balowerti, dimana

belum tersedianya alat pengukur suhu ruangan penyimpanan obat atau

termometer, alat pengatur suhu dan kelembabab ruangan obat atau air

conditioner, jumlah rak obat yang masih belum memenuhi dan luas ruangan

gudang obat yang sempit sehingga banyak tumpukan obat yang kurang rapi.

Gudang dan kamar obar juga belum memebuhi standar keamanan

penyimpanan yaitu adanya teralis dan alat pemadam kebakaran (Laporan

Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014).

16
Gambar 2.4.4 Lemari pendingin penyimpanan vaksin dan suhu lemari pendingin

penyimpanan vaksin

2.4.2 Manajemen Alat Kesehatan


Alat kesehatan disimpan di Gudang yang berukuran 3x4 m, berlantai

keramik, dan lumayan luas. Namun penataan alat kesehatan tersebut terlihat

begitu tidak rapi. Pengelolaan dan penyimpanan alat kesehatan di

Puskesmas Poned Balowerti diletakkan di gudang tersendiri, dan dilakukan

oleh bendahara barang puskesmas. Oleh karena itu masih butuh pengelolaan

lebih lanjut untuk memperbaiki penyimpanan alat kesehatan di Puskesmas

Poned Balowerti (Laporan tahunan Puskesma Balowerti, 2014).

Gambar 2.4.5 Gudang Penyimpanan Alat Kesehatan

2.5 Pendistribusian

Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin

keabsahannya serta tepat jenis dan jumlahnya dari gudang obat di unit-unit

pelayanan kesehatan termasuk penyerahan obat kepada pasien.


Distribusi obat bertujuan untuk mendekatkan obat dan alat

kesehatan kepada pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap

saat tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis

dan efektif (Laporan Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014)

17
Kegiatan distribusi meliputi:

a. Menentukan frekuensi/jadwal distribusi

dalam menentukkan frekuensi distribusi perlu pertimbangan jarak sub

unit pelayanan dan biaya distribusi yang tersedia.

b. Menentukan jumlah obat

dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan pemakaian

rata-rata setiap jenis obat, sisa stok obat, pola penyakit, jumlah

kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan dengan

menghitung stok optimum setiap jenis obat.

c. Memeriksa mutu dan kadaluarsa obat

obat dan alat bantu kesehatan yang didistribusi ke sub unit pelayanan

kesehatan perlu dicek mutu dan kadaluarsanya.

d. Melaksanakan penyerahan dapat dilakukan dengan cara:

1. Gudang obat menyerahkan/mengirim obat dan diterima di sub unit

pelayanan
2. Diambil sendiri oleh petugas sub unit pelayanan. Obat diserahkan

dengan formulir LPLPO yang sudah ditanda tangani dan satu

rangkap disimpan sebagai tanda bukti penyerahan/penerimaan

obat.
3. Menandatangani dokumen penyerahan obat ke sub unit berupa

LPLPO sub unit.


Tata cara pendistribusian obat antara lain:
a. Unit pengelola obat tingkat Kabupaten/Kota melaksanakan distribusi

obat ke puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah kerjanya

sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit pelayanan kesehatan.


b. Obat-obatan yang akan dikirim ke Puskesmas harus disertai dokumen

penyerahan dan pengiriman obat.

18
c. Sebelum dilakukan pengepakan atas obat-obat yang akan dikirim, maka

perlu dilakukan pemeriksaan terhadap:


1. Jenis dan jumlah obat
2. Kualitas/kondisi obat
3. Isi kemasan
4. Kelengkapan dan kebenaran dokumen
5. Puskesmas induk mendistribusikan kebutuhan obat untuk
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan unit-unit pelayanan

kesehatan harus dicatat dalam kartu stok obat.


Untuk PUSTU obat-obat yang telah keluar direkap untuk laporan

pengeluaran obat dan BMHP, kemudian penanggungjawa PUSTU juga

mengajukan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang obat

puskesmas induk melalui LPLPO Laporan Pemakaian dan Lembar

Permintaan Obat yang nantinya akan direkapitulasi di puskesmas induk

(Laporan Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014).

Bagan 2.5. Alur Distribusi Obat Di Puskesmas Pned Balowerti

2.6 Pemantauan Obat dan Alat Kesehatan

Pemantauan obat bertujuan agar menjamin tersedianya informasi

untuk pengendalian persediaan, perencanaan, pengadaan, perencanaan

distribusi baik di puskesmas maupun di DINKES/GFK, sehingga dapat

dipenuhi jumlah, jenis dan ketepatan waktu penyediaan obat di Puskesmas

19
Poned Balowerti serta unit pelayanan kesehatan lainnya untuk lebih

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pemantauan

obat meliputi pencatatan dan pelaporan data obat dan data kesakitan

(Laporan tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014).


Obat-obatan disimpan terlebih dahulu di gudang obat (kecuali obat

untuk imunisasi disimpan di lemari pendingin di ruangan imunisasi),

sedangkan untuk alat kesehatan disimpan sementara di gudang alkes

puskesmas kemudian didistribusikan langsung pada tiap-tiap unit yang

memerlukan dengan disertai SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) (Laporan

Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2014).


Pencatatan dan pelaporan data puskesmas, Dinas Kesehatan

menyediakan software khusus untuk mengolah dan merekam keluar masuk

obat dan BMHP. Obat yang baru datang, disimpan dalam gudang dan

diletakkan berdasarkan tanggal kadaluwarsanya. Untuk fungsi pengendalian

obat diberikan kartu data keluar-masuk (checklist) yang disebut kartu stok.

Mekanisme keluar masuknya obat berdasarkan prinsip Frist Expired-First

Out yaitu berdasarkan tanggal kadaluwarsa. Untuk obat-obat yang telah

kadaluwarsa dicatat dalam bentuk berita acara yang kemudian dikembalikan

ke gudang farmasi untuk dilakukan pemusnahan (Laporan Tahunan

Puskesmas Poned Balowerti, 2014).


Pemantauan obat di Puskesmas Poned Balowerti, dan dilakukan oleh

apoteker puskesmas. Pemantauan (khususnya obat) mencakup laporan dari


PUSTU unit kerja
masing-masing Rawat Inap
(polindes, Apotek
pustu, Polindes pada masing-
apotik). Kemudian
POSYANDU Puskesmas Induk

masing periode pelaporan diserahkan kepada kepala puskesmas sebagai

penanggung jawab untuk dipantau


Gudang
lebih lanjut.Pemantauan obat dilakukan
Farmasi
sebulan sekali, sedangkan alatPuskesmas
kesehatan dilakukan setahun sekali.

Kepala
Puskesmas
20

DINKES
Bagan 2.5 Alur Pemantauan Obat di Puskesmas Poned Balowerti

2.7 Mekanisme Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Kesehatan

Pemeliharaan alat kesehatan dilakukan bila ada kerusakan pada alat

kesehatan, laporan ditujukan pada kepala puskesmas, kemudian dilaporkan

kepada inventaris alat kesehatan oleh masing-masing ruangan (BP, KIA,

rawat inap, laboratorium, poli gigi). Bila ringan dan memungkinkan, alat

kesehatan tersebut diperbaiki oleh petugas alat kesehatan, namun bila

kerusakan cukup berat dan membutuhkan anggaran yang besar maka

dilaporkan kepada kepala puskesmas. Perbaikannya tergantung dari tingkat

kerusakan alat kesehatan tersebut (Laporan Tahunan Puskesmas Poned

Balowerti, 2014).
Puskesmas Poned Balowerti memiliki system pemeliharan yang

bersifat aktif atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit

kerja atau unit kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu),

biasanya kerusakan bersifat ringan. Pasif dilakukan pada saat terdapat

pelaporan kerusakan dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan

lainnya (pustu, polindes) kepada kepala Puskesmas dan biasaya

kerusakannya berat. Pelaporan alat kesehatan diberikan kepada kepala

puskesmas sebagai penanggungjawab alat kesehatan (Laporan Tahunan

Puskesmas Poned Balowerti, 2014).

2.8 Form-Form yang Dipergunakan

21
Form yang digunakan di Puskesmas Poned Balowerti terdiri dari :
a. Kartu Stelling
Kartu ini digunakan hanya untuk mencatat tanggal dan jumlah obat yang

keluar atau masuk serta sisa obat. Mengontrol penggunaan dan

pendistribusian obat.Memantau keseimbangan antara stock obat yang

tersisa dengan obat yang keluar. Di Puskesmas Poned Balowerti, Kartu

stelling obat puskesmas tidak digunakan, perannya digantikan oleh

program komputer pengelolaan obat puskesmas (Laporan Tahunan

Puskesmas Poned Balowerti, 2014)

Gambar 2.7.2 Kartu Stelling


b. Kartu stok gudang obat puskesmas

Kartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat

(penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di gudang obat

puskesmas. Fungsinya dari kartu stok gudang puskesmas adalah untuk

mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran) dan data pada kartu

stok digunakan untuk menyusun laporan pemakaian obat dengan format

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO/LB2) dan

sebagai data pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat

penyimpanan.

Form ini mencatat tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi

obat) atau penerima obat (Polindes/Pustu/Apotik), jumlah obat yang

diterima dari pihak pemberi dan jumlah obat yang dikeluarkan untuk

22
pihak penerima obat, sisa stok obat pada gudang puskesmas, tanggal

kadaluarsa, dan no batch. Informasi dan manfaat kartu stok :

o Informasi
Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
Jumlah obat yang diterima selama 1 bulan/1 periode
Jumlah obat yang keluar selama 1 bulan/1 periode
Jangka waktu/lama kekosongan obat
Neraca pemasukan dan pengeluaran obat
o Manfaat
Untuk pengisian LPLPO/LB2
Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat
Mengawasi neraca pemasukan dan pengeluaran obat.
Di Puskesmas Poned Balowerti, Kartu Stok gudang obat

puskesmas sudah digunakan sesuai dengan fungsinya dan sudah dicatat

dengan baik oleh petugas apotek (Laporan Tahunan Puskesmas Poned

Balowerti, 2014).

Gambar 2.7.1 Kartu Stok Gudang Obat Puskesmas


c. Laporan Penggunaan Narkotika

Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat

golongan narkotika, jumlah obat golongan narkotika yang diterima dari

pihak pemberi dan jumlah obat golongan narkotika yang dikeluarkan

untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan

narkotika. Pencatatan pelaporan pada form ini dilakukan setiap bulan

oleh kepala gudang obat.

d.Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dinas

kesehatan.

23
Digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal

dan sisa stok obat dan alat kesehatan habis pakai yang ada di puskesmas,

tujuan pemberian obat (PKD/ASKES/APBD/lain-lain). Pencatatannya

dilakukan setiap bulan oleh kepala gudang obat.Mengetahui penggunaan

serta stock obat dan BMHP. Sebagai sarana pengadaan obat.

Mengusulkan permintaan obat ke gudang farmasi kabupaten.

Gambar 2.7.3 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

e.Laporan Penggunaan Psikotropika

Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat

golongan psikotopika, jumlah obat golongan psikotropika yang diterima

dari pihak pemberi dan jumlah obat golongan psikotropika yang

dikeluarkan untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat

golongan psikotropika yang ada di gudang puskesmas. Pencatatan

pelaporan pada form ini dilakukan tiap bulan oleh kepala gudang obat.

f. Laporan inventaris peralatan kesehatan puskesmas

Digunakan untuk mencatat jumlah alat kesehatan pada masing-masing

unit (ruangan-ruangan di puskesmas, pustu, polindes), keadaan alat

kesehatan, kebutuhan, pengadaan sendiri, permintaan serta penerimaan

alkes. Pencatatan pada form ini dilakukansetiap tahun.

g. Laporan Farmasi Klinis

24
Laporan farmasi klinis adalah laporan farmasi yang diberikan sebagai

bagian dari perawatan penderita melalui interaksi dengan profesi

kesehatan lainnya yang secara langsung terkait dengan perawatan

penderita.

h. Laporan Penggunaan Obat Rasional

Digunakan untuk mencatat penggunaan obat sesuai indikasi

penggunaan obat berdasarkan eviden based medicine. Dan dibuat

laporan dalam bentuk laporan bulanan.

i. Laporan Penggunaan Antibiotika

Digunakan untuk mencatat penggunaan obat Antibiotik sesuai indikasi

penggunaan obat berdasarkan eviden based medicine. Dan dibuat

laporan dalam bentuk laporan bulanan.

25
BAB 3

PEMBAHASAN

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai terpisah dengan

pengelolaan alat kesehatan di Puskesmas Poned Balowerti. Bagian kefarmasian

Puskesmas Poned Balowerti memiliki 3 orang staf. Terdiri dari satu apoteker

penanggung jawab dan 2 asisten apoteker. Satu asisten apoteker yang

bertanggungjawab di rawat jalan, dan satu asisten apoteker yang

bertanggungjawab di rawat inap dan kamar bersalin.

Perencanaan kebutuhan obat berupa tahap pemilihan obat, yang

berfungsi untuk menentukkan apakah obat benar-benar diperlukan sesuai dengan

jumlah penduduk dan pola penyakit di daerah. Untuk mendapatkan pengadaan

obat yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat,

Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian bulanan

masing-masing jenis obat di unit pelayanan kesehatan/puskesmas selama setahun

dan sebagai pembanding bagi stok optimum.

26
Permintaan/pengadaan obat adalah suatu proses pengusulan dalam rangka

menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayan di

puskesmas. Permintaan/pengadaan dimaksudkan agar obat tersedia dengan jenis

dan jumlah yang tepat. Pegadaan meliputi kegiatan pengusulan kepada

kota/kabupaten melalui mekanisme Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan

Obat (LPLPO).

Penyimpanan obat ditujukan untuk memelihara mutu obat sedemikian rupa

sehingga obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan yang diharapkan.

Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obat

yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun

kimia dan mutunya tetap terjamin.

Alur penerimaan obat dari DINKES / GFK Petugas penerima obat

bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan,

pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang

menyertainya. Petugas wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang diserah

terimakan, meliputi tanggal kadaluarsa, kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk

sediaan obatm serta kesesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan Surat Bukti

Barang Keluar (SBBK) dari gudang farmasi, dan ditanda tangani oleh petugas

penerima.

Kekurangan dalam penyusunan Puskesmas Poned Balowerti, dimana

belum tersedianya alat pengukur suhu ruangan penyimpanan obat atau

termometer, alat pengatur suhu dan kelembabab ruangan obat atau air

conditioner, jumlah rak obat yang masih belum memenuhi dan luas ruangan

gudang obat yang sempit sehingga banyak tumpukan obat yang kurang rapi.

27
Vaksin harus disimpan di kulkas khusus penyimpanan vaksin. Vaksin disimpan di

dalam lemari es untuk menjaga agar vaksin tetap efektif. Puskesmas Poned

Balowerti memiliki 2 lemari es.

Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan

pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat jenis

dan jumlahnya dari gudang obat di unit-unit pelayanan kesehatan termasuk

penyerahan obat kepada pasien. Distribusi obat bertujuan untuk mendekatkan obat

dan alat kesehatan kepada pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap

saat tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis dan

efektif .
Puskesmas Poned Balowerti memiliki sistem pemeliharan yang bersifat

aktif atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit

kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu), biasanya kerusakan bersifat

ringan. Pasif dilakukan pada saat terdapat pelaporan kerusakan dari masing-

masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu, polindes) kepada kepala

Puskesmas dan biasaya kerusakannya berat. Pelaporan alat kesehatan diberikan

kepada kepala puskesmas sebagai penanggungjawab alat kesehatan.

28
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

- Puskesmas Poned Balowerti memiliki 3 staf dalam pengelolaan obat baik

diapotek dan gudang farmasi. Seorang apoteker dan dibantu oleh 2 asisten

apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan

kefarmasian.

- Penyuplaian obat dilakukan oleh dinas kesehatan, dalam hal kekosongan

obat atau BMHP yang penting harus ada pada pelayanan, maka puskesmas

melakukan pembelian terbatas untuk memenuhi, dengan

mempertimbangkan urgensi dan keuangan puskesmas.

- Penyimpanan obat di Puskesmas Poned Balowerti belum memenuhi

standarisasi tidak adanya pengukur suhu atau termometer ruang, dan

pengatur suhu atau air conditioner dan gudang alat kesehatan juga kurang

rapi karena belum adanya rak rak yang memenuhi. Penumpuk dus obat

terlalu tinggi yang terkait dengan ukuran gudang yang terlalu kecil dan

kurangnya rak rak penyimpanan.

- Farmasi klinis

4.2 Saran

Hal-hal yang belum memenuhi standarisasi dalam penyimpanan obat

sebaiknya segera diperbaiki, antara lain :

- Gudang alat kesehatan juga sebaiknya disusun secara rapi agar alat

kesehatan tidak mudah rusak.

29
- Ruangan yang lebih besar untuk gudang obat karena banyaknya jumlah

obat

- AC untuk ruang penyimpanan obat (gudang obat) guna menjamin

stabilitas suhu dan kelembaban, sehingga dapat menjamin stabilitas

sediaan farmasi.

- Termometer dan higrometer dibutuhkan untuk mengukur suhu dan

kelembaban ruangan.

- Standar keamanan penyimpanan obat juga harus dipenuhi, yaitu

pemasangan teralis dan pengadaan alat pemadam kebakaran

- Standar capaian penggunaan obat rasional harus diupayakan intuk

dipenuhi dengan selalu melakukan komunikasi antara petugas farmasi dan

penulis resep.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 075 Tahun 2014

Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.


2. Depkes RI, 2011. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departmen

Kesehatan RI 2011.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

001/MENKES/IV/2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

Perorangan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.


4. Laporan Tahunan Puskesmas PONED Balowerti Tahun 2014, Kota Kediri.

31

Você também pode gostar

  • Farmako Anemia Def Besi
    Farmako Anemia Def Besi
    Documento18 páginas
    Farmako Anemia Def Besi
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Alkes G22 REV.2 Twoti
    Alkes G22 REV.2 Twoti
    Documento30 páginas
    Alkes G22 REV.2 Twoti
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar, Daftar Isi
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Documento4 páginas
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Obat Fix
    Obat Fix
    Documento46 páginas
    Obat Fix
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Manajemen Obat
    Manajemen Obat
    Documento41 páginas
    Manajemen Obat
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Alkes G22 REV.1 FOTO
    Alkes G22 REV.1 FOTO
    Documento31 páginas
    Alkes G22 REV.1 FOTO
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Aira
    Pomr Aira
    Documento3 páginas
    Pomr Aira
    putri
    Ainda não há avaliações
  • POMR Edit
    POMR Edit
    Documento6 páginas
    POMR Edit
    husain abdul halim
    Ainda não há avaliações
  • Farmakologi Kds
    Farmakologi Kds
    Documento22 páginas
    Farmakologi Kds
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Present As I
    Present As I
    Documento34 páginas
    Present As I
    husain abdul halim
    Ainda não há avaliações
  • Present As I
    Present As I
    Documento34 páginas
    Present As I
    husain abdul halim
    Ainda não há avaliações
  • Lapsus Putri Orto Fix
    Lapsus Putri Orto Fix
    Documento40 páginas
    Lapsus Putri Orto Fix
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Hepatic Encephalopathy
    Hepatic Encephalopathy
    Documento4 páginas
    Hepatic Encephalopathy
    saiiawidia_793976295
    Ainda não há avaliações
  • POMR Edit
    POMR Edit
    Documento6 páginas
    POMR Edit
    husain abdul halim
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Aira
    Pomr Aira
    Documento3 páginas
    Pomr Aira
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Ega
    Pomr Ega
    Documento3 páginas
    Pomr Ega
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Aira
    Pomr Aira
    Documento3 páginas
    Pomr Aira
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Salva
    Pomr Salva
    Documento3 páginas
    Pomr Salva
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Rheni
    Pomr Rheni
    Documento5 páginas
    Pomr Rheni
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Fika
    Pomr Fika
    Documento5 páginas
    Pomr Fika
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Anak Koas-Salva
    Pomr Anak Koas-Salva
    Documento3 páginas
    Pomr Anak Koas-Salva
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Putri Orto
    Pomr Putri Orto
    Documento5 páginas
    Pomr Putri Orto
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Chichi
    Pomr Chichi
    Documento4 páginas
    Pomr Chichi
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Faritz
    Pomr Faritz
    Documento4 páginas
    Pomr Faritz
    putri
    Ainda não há avaliações
  • COVER Referat
    COVER Referat
    Documento3 páginas
    COVER Referat
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Ulkus (Putri)
    Pomr Ulkus (Putri)
    Documento1 página
    Pomr Ulkus (Putri)
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Referat Ulkus (Putri)
    Referat Ulkus (Putri)
    Documento35 páginas
    Referat Ulkus (Putri)
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Pomr Ulkus (Putri)
    Pomr Ulkus (Putri)
    Documento1 página
    Pomr Ulkus (Putri)
    putri
    Ainda não há avaliações
  • Referat Ulkus (Putri)
    Referat Ulkus (Putri)
    Documento35 páginas
    Referat Ulkus (Putri)
    putri
    Ainda não há avaliações