Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
Fachrul Aditama
1615051020
Perbuatan perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama,
sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi pelakunya.
Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan jiwanya, bukan karena
adanya tekanan dari luar,seperti adanya paksaan yang menimbulkan
ketakutan atau bujukan dengan harapan mendapatkan sesuatu.
Disamping istilah akhlak,kita juga mengenal istilah etika dan moral.
Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk dari sikap dan
perbuatan manusia.Perbedaannya terletak pada standar masing-
masing.Akhlak standarnya adalah Al-Quran dan Sunnah.Sedangkan etika
standarnya pertimbangan akal pikiran,dan moral standarnya adat kebiasaan
yang umum berlaku di masyarakat.
2.2 Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan.
Dalam pelajaran filsafat, etika merupakan bagian daripadanya. Di dalam
Ensiklopedia Pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang
nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali etika mempelajari nilai-
nilai, ia merupakan juga pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. Di dalam
Kamus Istilah Pendidikan dan Umum dikatakan bahwa etika adalah bagian
dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk).
Etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku
manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka
ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal pikiran. Atau dengan kata lain,
dengan akallah orang dapat menentukannya baik atau buruk karena akal yang
memutuskan . Dalam hubungan ini Dr. H. Hamzah Yaqub
menyimpulkan/merumuskan: Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Abuddin Nata melihat ada empat segi yang dapat digunakan untuk
mengetahui etika ini, yakni melihat dari segi obyek pembahasannya,
sumbernya, fungsinya dan terakhir dilihat dari segi sifatnya.
Kalau dilihat dari segi pembahasan menurutnya, etika berupaya membahas
perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan bila dilihat dari segi
sumbernya, maka etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sementara itu bila dilihat dari segi fungsinya maka etika berfungsi sebagai
penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia. Oleh karena itu ia berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah
perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Karena ia sebuah konseptor, hasil
produk pemikiran karena itu dilihat dari segi sifatnya ia dapat berubah-ubah
sesuai dengan tuntutan zaman dan keadaan humanistis.
Etika dapat dibedakan menjadi tiga macam:
1. etika sebagai ilmu, yang merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang
penilaian perbuatan seseorang.
2. etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. Misalnya,
seseorang dikatakan sopan apabila orang tersebut telah berbuat kebajikan.
3. etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan,
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan.
- -
.
Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata : Aku telah mendengar
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallama bersabda : Sesungguhnya
seorang mukmin dengan kebagusan akhlaknya dapat mencapai derajat
orang yang berpuasa dan orang yang melakukan shalat malam. [Shahih
wa Dhaif Sunan Abi Dawud no. 4798]
Allah taala telah mengkhususkan dan memuji Nabi shallallahualaihi wa
sallam dengan ayat yang mulia. Disebutkan padanya akhlak yang terpuji
dan adab yang baik, yaitu firman Allah Azza wa Jalla:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.(QS. al-Qalam : 4)
Akhlak yang baik akan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang,
sedangkan akhlak yang buruk dapat menumbuhkan rasa saling benci, iri,
dan acuh.
Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam sanagt menganjurkan
kita untuk berakhlak mulia dan berpegang teguh dengannya. Beliau juga
menyebutkan akhlak yang baik dengan ketakwaan dalam satu hadits,
yaitu sabda beliaushallallahualaihi wa sallam yang berbunyi:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya, Apakah yang
paling banyak menyebabkan manusia masuk ke dalam surga? Beliau
menjawab, Takwa dan akhlak yang baik. (HR. Shahih Ibnu Majah
3443)
Akhlak yang baik tercermin dalam wajah yang berseri-seri di hadapan
orang lain, melakukan perbuatan yang baik dan tidak menyakiti orang
lain. Semua perbuatan ini harus disertai dengan perkataan yang baik dan
sopan, tidak membuat orang marah, dan tidak pula menyakiti hati orang
lain. Oleh karena itu, pengaruh yang besar dan ganjaran yang banyak
dapat diperoleh dari perbuatan yang baik dan terpuji.
Akhlak yang baik adalah tanda keimanan, Nabi shallallahu alaihi wa
sallam mengabarkan bahwa akhlak yang baik itu merupakan bentuk dari
sempurnanya iman, sebagaimana beliau shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya. (HR. at-Tirmidzi 1162)
Setiap muslim diperintahkan untuk mengucapkan perkataan yang baik
dan lembut agar timbangan kebaikannya bertambah berat, karena akhlak
yang baik merupakan sedekah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda Ucapan yang baik adalah sedekah. (HR. Bukhari 2989,
Muslim 1009)
Bahkan senyum yang tidak memberatkan seorang muslim sedikitpun
juga akan mendapatkan ganjaran yang baik, berdasarkan sabda Nabi
shallallahu alaihi wa sallam:
Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah bagimu. (HR.At-
Tirmidzi)
2.5 Taqwa
Taqwa ,yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan
dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah:
1. Melaksanakan segala perintah Allah
2. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
Imam an Nawawi rahimahullah berkata bahwa takwa adalah istilah tentang
melaksanakan segala kewajiban dan meninggalkan segala larangan.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyebutkan bahwa takwa artinya melakukan
perintah dan meninggalkan larangan.
Thuluq ibnu Habib rahimahullah berkata tentang takwa, engkau
melaksanakan ketaatan (melaksanakan perintah), di atas cahaya dari Allah
(ilmu), dengan berharap pahala dari Allah. Dan engkau meninggalkan
maksiat terhadap Allah, di atas cahaya Allah dari Allah, karena takut
terhadap hukuman Allah.
Imam Ali bin Abi Thalib radliyallah anhu berkata, takwa adalah al Khaufu
minal Jalil (takut kepada Allah yang Mahaagung), al Amal bil Tanziili
(mengamalkan al Quran dan al Sunnah), al Ridla bil Qalil (ridla atas
pembagian rizki yang sedikit), dan al istidad liyaum al Rahiil
(mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhriat).
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102)
"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-Thalaq: 2-3)
"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. Al-Thalaq: 4)
HaditsRasulullah :
"
- "
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang hal
apakah yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga? Beliau
menjawab, Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik. Lalu beliau ditanya
tentang hal apakah yang paling banyak memasukkan orang ke dalam
neraka? Beliau menjawab, Lisan dan kemaluan. (HR. Turmudzi)
:
: .
.
Dari Abu Tharif Adiy bin Hatim - -, katanya: Aku mendengar
Rasulullah - - bersabda: Barangsiapa bersumpah dengan
sungguh-sungguh (untuk melakukan atau meninggalkan suatu perkara),
kemudian dia melihat hal yang lebih taqwa bagi Allah, maka hendaknya dia
mendatangi (hal yang) taqwa itu. (HR Muslim)
Bukanlah menghadapkan wajah kalian ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada
Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, ibnu sabil, dan orang-orang yang meminta-minta, dan
memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat,
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila mereka berjanji, dan orang-
orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang orang yang benar imannya dan mereka itulah orang
orang yang bertakwa. (Al-Baqarah: 177)
Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-
orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartany, baik
di waktu lapang maupun sempit, dan orang orang yang menahan amarahnya
dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah mencintai orang-orang yang
berbuat kebajikan. (Ali Imran: 133-134)
Hasanah sendiri adalah nama dari segala perbuatan yang dapat mendekatkan
seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Taala. Hasanah yang paling
agung yang dapat menolak kejelekan adalah taubat nashuha, istighfar, dan
inabah (kembali) kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan mengingat dan
mencintai-Nya, takut dan berharap kepada-Nya, serta berambisi untuk
meraih keutamaan-Nya pada setiap waktu.
Akhlak baik terhadap manusia yang pertama adalah menahan diri dari
mengganggu mereka dari segala sisi. Memaafkan keburukan mereka dan
gangguan mereka terhadapmu, kemudian engkau bermuamalah dengan
mereka dengan muamalah yang baik dalam ucapan maupun perbuatan.
Termasuk akhlak baik yang paling khusus adalah sabar menghadapi mereka,
tidak jenuh dengan mereka, berwajah cerah, berkata lembut, berucap indah
yang menyenangkan teman duduk, memberikan kegembiraan pada teman,
menghilangkan rasa tidak enak di hati mereka, dan terkadang memberikan
gurauan jika memang ada maslahat. Akan tetapi tidak sepantasnya banyak
bergurau atau guyonan. Karena bercanda dalam ucapan seperti garam pada
makanan. Kalau tidak ada garam, makanan terasa hambar, namun bila
terlalu banyak makanan menjadi asin. Dengan demikian, bila bercanda ini
tidak ada atau sebaliknya melebihi batasan, maka menjadi tercela.
Termasuk akhlak yang baik adalah bergaul kepada manusia dengan apa
yang pantas bagi mereka dan sesuai dengan keadaannya, dengan
memandang apakah orang yang diajak bergaul itu masih kecil atau sudah
besar, berakal atau terbelakang, seorang alim ataukah orang yang
jahil/bodoh.
Sifat, sikap atau akhlak orang mukmin dan orang bertaqwa yang dapat
difahami dari ayat di atas dapat disenaraikan seperti berikut:
3. Tidak ragu
Yakni percaya dengan Allah secara ainul yakin dan bukan setakat ilmul
yakin. Orang mukmin dan orang bertaqwa yang percayakan Allah secara
ainul yakin ini, dia merasa hebat dengan Allah SWT. Dia juga rasa gerun
kepada Allah manakala hatinya sentiasa rasa malu kepada Allah. Hatinya
sentiasa cinta kepada Allah dan redha apa sahaja yang ditimpakan oleh
Allah kepadanya.
Selain itu, dia bertawakal kepada Allah sahaja. Yang mana dia percaya
hanya Allah sahaja yang boleh membela dirinya. Inilah kepercayaan orang
yang percaya kepada Allah secara ainul yakin. Orang ini sudah bertauhid
kepada Allah dengan jiwanya, bukan setakat akal atau fikirannya sahaja.
Orang yang percaya kepada Allah secara ilmul yakin, itu sekadar imannya
sah tetapi amat sukar baginya untuk memiliki sifat sabar dan redha kepada
apa sahaja yang Allah timpakan kepadanya. Tidak mungkin dia dapat
memiliki sifat tawakal, rasa hebat dan rasa cinta kepada Allah.
Seperti dalam firman Allah SWT: Hanya sanya orang mukmin yang
sebenar itu, apabila disebut sahaja nama Allah, gementarlah hatihati mereka
dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah, bertambahlah mereka beriman dan
mereka terus menyerah diri kepada Allah. (Al Anfal: 2)
Ayat-ayat Allah dalam firman ini yang boleh menambah iman orang
mukmin itu mempunyai dua maksud iaitu:
ii.Ciptaan Allah yang dapat kita lihat dan dengar seperti langit, bumi, laut,
gunung-ganang dan sebagainya. Itu adalah tanda kebesaran, kekuasaan dan
bijaksana-Nya Tuhan. Itu juga tanda Tuhan itu Maha Mentadbir.
Ini bererti percaya dengan sifat-sifat yang wajib ada pada Rasulullah SAW
yang diyakini dengan sepenuh keyakinan iaitu siddiq, amanah, tabligh dan
fatonah. Siddiq bererti benar dan betul tentang apa yang dikhabarkan serta
bersetuju dengan setiap apa yang disampaikannya adalah dari Allah sama
ada pada perkataan mahupun perbuatan. Kemudian percaya bahawa pada
Rasulullah itu ada sifat amanah, tabligh (menyampaikan) dan juga sifat
fatonah (bijaksana).
Orang mukmin yang sebenar, lebih-lebih lagilah orang yang bertaqwa bukan
percaya setakat itu sahaja tetapi dia juga mengikuti sunnah Rasul. Dia ikuti
sunnah Rasul dalam apa aspek sekalipun termasuk dalam hal makan minum,
ber-pakaian, rumah tangga, pergaulan, masyarakat, dalam berjuang dan
berjihad, dalam pendidikan dan pelajaran, dalam ekonomi pentadbiran
hinggalah kepada soal-soal negara dan alam sejagat.
Jadi orang mukmin dan orang bertaqwa itu, dia bukan sahaja percaya
dengan adanya para rasul yang bermula dari Nabi Adam a.s. hinggalah
kepada Rasulullah SAW tetapi dia juga ikut menegakkan sunnah Rasulullah
SAW atau perjalanan Rasulullah atau cara hidup Rasulullah. Barulah dengan
itu akan tertegak dan akan nampak syiar Islam. Dalam Al Quran, kita
disuruh oleh Allah untuk mene-gakkan syiar.
3. Tidak Ragu
Orang mukmin yang sebenar dan orang bertaqwa itu, dia mengorbankan
hartanya, jiwanya, dirinya dan tenaganya di jalan Allah. Iaitu dia berkorban
menegakkan hukum-hakam Allah yang lima iaitu wajib, sunat, haram,
makruh dan harus di dalam kehidupan. Sama ada dalam hal yang mengenai
dirinya ataupun rumah tangganya, pergaulannya, kenduri-kendaranya,
pendidikannya, ekonominya, politiknya dan seterusnya kepada persoalan
negara dan hubungan sejagat.
4. Menjaga kehormatan
5. Menunaikan amanah
6. Menunaikan janji
III. KESIMPULAN
Akhlak adalah kata jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau karakter.Ada empat hal yang harus ada
apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.
Taqwa / takwa dalam bahasa Arab berarti memelihara diri dari siksaan Allah
dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya;
tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Allah berfirman: