Você está na página 1de 15

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No.

2, Juni 2015

PENGARUH FAMILY PSYCHOEDUCATION TERHADAP


PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PENURUNAN
KECEMASAN KELUARGA DALAM MERAWAT PENDERITA
KANKER SERVIKS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Dian Anisia Widyaningrum* Titin Andri Wihastuti* Tina H.Nasution*

*Stikes Bakti Husada Mulia, Madiun


**Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

ABSTRACT
Cervical cancer is the cancer most of Indonesia's first and most deadly
sufferer. Anxiety often occurs in families who care for patients with cervical
cancer because of fear of loss and frustration can not do much business. Lack of
knowledge related to the treatment and prognosis of the disease is also a stressor
for families. Nurses can reduce the impact of family therapy with
psychoeducation. The purpose of this study, wanted to know the effect of family
psychoeducation to increase knowledge and decrease family anxiety in treating
patients with cervical cancer. This study design is quasi-experimental (Quasy
Experiment) with non randomized control group pretest posttest. The population
of all families who care for family members with cervical cancer at the Hospital
Dr. Moewardi Surakarta. The total sample of 28 respondents, drawn from that
meet the inclusion criteria, and methods of non-probability sampling is purposive
sampling. The independent variable is the treatment of family psychoeducation
and the dependent variable is the level of knowledge and family anxiety. The data
collected using questionnaires pretest and posttest on respondents. Then analyzed
by Wilcoxon and Man Whitney test and significant when <0.05. Results showed
no effect of family psychoeducation to increase knowledge with = 0.002 and
decreased anxiety families with = 0.001. Therefore, every nurse souls should
implement family psychoeducation in family therapy who have less knowledge and
anxiety in the hospital.
Keywords: Therapeutic family psychoeducation, level of knowledge, level of
anxiety, family.

PENDAHULUAN
Kanker serviks merupakan Dampak fisik maupun
jenis kanker kedua terbanyak yang psikologis tidak hanya dialami oleh
dialami wanita di seluruh dunia dan pasien tapi juga oleh keluarga pasien
paling banyak terdapat di Amerika dengan kanker. Keluarga mengalami
Latin dan negara berkembang seperti dampak fisik seperti kelelahan, gang-
di Indonesia (Rasjidi, 2010). guan tidur, dan dampak psiko-
Berdasarkan data IARC logisnya depresi dan kecemasan
(Internasional Agency for Research karena takut kehilangan orang yang
on Cancer) (2012), kanker serviks dicintai dan keprihatinan tentang
33,4 % penderitanya dapat bertahan penderitaan anggota keluarganya
hidup kurang dari lima tahun. serta beban akan masalah keuangan.

165
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

Bahkan menurut beberapa penelitian rawat inap maupun kemoterapi di


bahwa stres dan kecemasan keluarga Ruang Mawar pada bulan Februari
lebih tinggi dibandingkan pasien 2015 sebanyak 69 orang dan bulan
(Adler & Ann, 2008; Girgis et al., Maret 2015 sebanyak 62 orang.
2013). Berdasarkan hasil wawancara dengan
Selain masalah kecemasan, 2 keluarga pasien yang terdiagnosa
pengetahuan keluarga terkait peng- kanker serviks kurang dari 6 bulan
obatan yang lama dan prognosis diketahui bahwa 2 keluarga tersebut
yang buruk dari penyakit yang mengalami ketakutan, khawatir, dan
diderita anggota keluarganya yang perasaan tidak menentu akan nasib
sakit juga merupakan sumber anggota keluarganya yang menderita
stressor bagi keluarga. Menurut be- kanker. Sedangkan keluarga tidak
berapa hasil penelitian bahwa tingkat mengetahui apa yang harus
pengetahuan orangtua memiliki hu- dilakukan bila perasaan takut dan
bungan dengan kecemasan orangtua khawatir itu muncul
yang anaknya sakit (Rinaldi, 2013).
Upaya yang dapat dilakukan METODE PENELITIAN
perawat untuk mengurangi dampak Rancangan penelitian yang
tersebut salah satunya adalah family digunakan dalam penelitian ini
psychoeducation yakni terapi ke- adalah eksperimen semu (Quasy
perawatan kesehatan jiwa keluarga Experiment) dengan non rando--
dengan cara pemberian informasi mized control group pretest post test.
dan edukasi melalui komunikasi Sample dalam penelitian ini
terapeutik. Sehingga diharapkan berjumlah 14 orang kelompok
tujuan dari terapi ini adalah me- kontrol dan 14 orang kelompok
ningkatkan pengetahuan dan me- intervensi dan memenuhi kriteria :
nurunkan intensitas emosi seperti memiliki hubungan dan tinggal satu
kecemasan melalui sumber kekuatan rumah dengan penderita kanker
dalam keluarga itu sendiri melalui serviks yang menjalani kemoterapi
(Stuart & Sundeen, 2005). serta bersedia menjadi responden.
Hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Nurbani (2009) Pengumpulan data dilakukan
menunjukkan bahwa kecemasan dengan menggunakan kuesioner
pada keluarga pasien stroke dapat tingkat pengetahuan yang
menurun setelah dilakukan terapi dimodifikasi dari Hidayat (2007)
psikoedukasi keluarga. Senada terdiri 11 pertanyaan dan kuesioner
dengan hal itu, penelitian oleh Chien tingkat kecemasan dari Skala Zung
dan Wong (2007) tentang pengaruh Self Rating Anxiety (ZRAS) yang
psikoedukasi keluarga di Cina ter- terdiri dari 20 pertanyaan.
hadap keluarga dengan penderita Penelitian ini menggunakan
skizofrenia, menyimpulkan bahwa uji Wilcoxon dan uji Mann Whitney.
terjadi peningkatan pengetahuan dan
kemampuan keluarga dalam merawat Mekanisme intervensi terapi
keluarga yang sakit. family psychoeducation adalah
Dari studi pendahuluan di sebagai berikut:
RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 1) Hari I (sesi I), setelah dilakukan
didapatkan data jumlah pasien pretest peneliti memberikan
kanker serviks yang melakukan menjelaskan tujuan psikoedukasi

166
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

keluarga dan keluarga diminta intervensi terbanyak pada usia 46-68


menyampaikan pengalamannya tahun (71,4%), sedangkan pada
dalam merawat. Lalu memberi- kelompok kontrol usia ter-banyak
kan penjelasan tentang penyakit, adalah 23-45 tahun (71,4%). Jenis
pengobatan, dan penanganan pekerjaan pada kelompok intervensi
dampak kemoterapi. terbanyak adalah tidak bekerja
2) Hari II (sesi II) peneliti (61,5%), sedangkan kelom-pok
menjelaskan tentang cara kontrol terbanyak adalah bekerja
mengelola kecemasan yang (60,0%). Pada kelompok intervensi
dialaminya selama merawat dan stadium awal (65,0%) paling banyak
berlatih teknik relaksasi nafas dan kelompok kontrol lama merawat
dalam. Kemudian responden di- penderita memiliki proporsi yang
berikan kesempatan untuk ber- sama.
bagi pengalaman dengan ke- Proporsi yang sama pada
luarga lain yang memiliki masalah kelompok intervensi dan kontrol
yang sama. Kemudian 18 hari yang paling banyak adalah jenis
selanjutnya melakukan postest. kelamin laki-laki, tingkat pendidikan
lanjut, status hubungan adalah selain
HASIL PENELITIAN
suami, dan lama merawat kurang
Kesetaraan Karakteristik dari 6 bulan dan lebih dari 6 bulan
Responden memiliki jumlah sama.
Dari 28 responden menun-
jukkan bahwa usia pada kelompok

Tingkat Pengetahuan
Tabel 1. Perubahan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Penderita
Kanker Serviks Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi
Variabel Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
Pengetahuan Pre test Post test Pre test Post test
n % n % n % n %
Kurang 5 35,7 5 35,7 7 50,0 0 0
Sedang 6 42,9 6 42,9 5 35,7 4 28,6
Baik 3 21,4 3 21,4 2 14,3 10 71,4
Total 14 100,0 14 100 14 100 14 100
Pvalue 1,000 0,002

Hasil analisa uji wilcoxon education. pvalue kelompok inter-


menunjukkan bahwa p value vensi sebesar 0,002 (p < 0,05), hal
kelompok kontrol 1,000 (p > 0,05), ini menunjukkan bahwa ada
hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah
perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan terapi family psycho-
dilakukan terapi family psycho- education.

167
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

Tabel 2. Perbedaan Perubahan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat


Penderita Kanker Serviks Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pada
Kelompok Kontrol Dengan Kelompok Intervensi
Variabel Kelompok N Mean P value
Perubahan Intervensi 14 20,00 .000
Pengetahuan Kontrol 14 9,00
Total 28
Analisa uji Man whitney intervensi 20,00 lebih tinggi daripada
diketahui p value 0,000 (p < 0,05), kelompok kontrol yaitu 9,00 berarti
menunjukkan bahwa terdapat bahwa kelompok intervensi
perbedaan perubahan tingkat mengalami peningkatan pengetahuan
pengetahuan. Rata-rata tingkat yang lebih besar.
pengetahuan pada kelompok

Tingkat Kecemasan
Tabel 3. Perubahan Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Merawat Penderita
Kanker Serviks Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pada Kelompok
Kelompok Kontrol dan Intervensi
Variabel Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
Kecemasan Pre test Post test Pre test Post test
N % n % N % n %
Tidak 0 0,0 0 0 0 0 8 57,1
Ringan 6 42,9 7 50,0 3 21,4 5 35,7
Sedang 7 50,0 6 42,9 11 78,6 1 7,1
Berat 1 7,1 1 7,1 0 0 0 0,0
Total 14 1 100,0 14 100 14 100 14 100,0
P Value 0,317 0,001

Hasil analisa uji wilcoxon menun- Psychoeducation. p value kelompok


jukkan bahwa p value kelompok intervensi sebesar 0,001 (p < 0,05),
kontrol 0,317 (p > 0,05), hal ini hal ini menunjukkan bahwa ada
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah
perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan terapi family psycho-
dilakukan terapi family education
.Tabel 4. Perbedaan Perubahan Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Merawat
Penderita Kanker Serviks Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pada
Kelompok Kelompok Kontrol Dengan Kelompok Intervensi
Variabel Kelompok N Mean P value
Perubahan Intervensi 14 21,18 0.000
Kecemasan Kontrol 14 7,82
Total 28
perbedaan perubahan tingkat
Analisa uji Man whitney kecemasan. Rata-rata tingkat
diketahui p value 0,000 (p < 0,05),
menunjukkan bahwa terdapat

168
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

kecemasan pada kelompok intervensi kelompok intervensi mengalami


21,18 lebih tinggi daripada kelompok penurunan kecemasan yang lebih
kontrol yaitu 7,82 berarti bahwa besar.

Hubungan Perubahan Tingkat


Pengetahuan dan Kecemasan
Tabel 5. Hubungan Antara Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat
Kecemasan Keluarga dalam Merawat Penderita Kanker Serviks Di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Kelompok Kontrol Dengan Kelompok
Intervensi
Variabel N R P value
Perubahan Pengetahuan 28 0.627 0.000
Perubahan Kecemasan

dialami perawat yang mengganggu


Analisa hubungan didapatkan
untuk menjalankan perannya sebagai
p = 0,000 (0,05) yang berarti
edukator yakni waktu yang terbatas,
bahwa ada hubungan dan memiliki
terlalu banyak pekerjaan dan pasien
nilai korelasi 0,627 yang berarti
dan lain-lain. Sedangkan dari pasien
bahwa korelasi positif dengan
sendiri, pendidikan pasien dan
kekuatan korelasi yang kuat.
keluarga yang rendah dan kurangnya
PEMBAHASAN motivasi akan informasi kesehatan
menyebabkan pemberian informasi
Perubahan Tingkat Pengetahuan menjadi tidak efektif (Lasmito,
Keluarga Pada Kelompok Kontrol 2008).
Dari hasil analisa statistika, Ditinjau dari hasil
bahwa tidak terdapat perbedaan yang karakteristik responden
signifikan tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa tingkat
keluarga sebelum dan sesudah terapi. pendidikan kelompok kontrol
Penelitian ini sesuai dengan terbanyak adalah pendidikan lanjut
penelitian Dwijayanti (2014) tentang 57,14%. Notoatmodjo (2003)
kurangnya pengetahuan keluarga dan mengungkapkan bahwa pendidikan
kebutuhan edukasi terkait kanker dapat membawa wawasan atau
payudara di RSUP Sanglah Denpasar pengetahuan seseorang.
yang berdampak pada kebingungan Sebagian besar usia
keluarga dalam merawat pasien. responden pada kelompok kontrol
Dan dari hasil jawaban adalah usia muda 71,43%. Semakin
kuesioner pengetahuan keluarga bertambahnya usia maka pengalaman
tentang kanker serviks didapatkan dan pengetahuan semakin bertambah
bahwa 9 responden menjawab tidak dan sumber informasi yang didapat
tahu pada item pertanyaan nomer 9, lebih baik (Notoatmodjo, 2003).
10, dan 11 tentang cara mengatasi Ditambahkan Bastable (2002),
dampak kemoterapi. Ditinjau dari bahwa seseorang pada usia dewasa
segi teori, masih banyak perawat (45 tahun ke atas) akan mencapai
yang melaksanakan pendidikan perkembangan kesadaran diri yang
kesehatan namun hasilnya tidak baik, memikirkan yang terbaik untuk
memuaskan. Dan hambatan yang keluarganya dengan mengkaji

169
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

kembali tujuan dan dan nilai-nilai pengetahuan yang signifikan


yang ada di masyarakat serta dibandingkan orang yang ber-
mempunyai banyak ilmu pendidikan rendah. Karena orang
pengalaman. yang berpendidikan tinggi lebih
Mayoritas jenis kelamin pada memungkinkan memiliki fungsi
responden kelompok kontrol adalah kognitif dan perhatian yang lebih
laki-laki (57,14%). Pengetahuan laki- baik dan ini mendukung proses
laki pada kanker serviks psikoedukasi.
menunjukkan hasil bahwa laki-laki Stadium kanker yang diderita
cenderung memiliki pengetahuan keluarga pada kelompok intervensi
yang rendah tentang kanker serviks paling banyak stadium awal (65%).
dibandingkan perempuan. Hampir Hal ini senada dengan pendapat
semuanya merasa takut untuk Dinkes (2007) bahwa stadium lanjut
mengetahuinya dan takut apakah pada kanker serviks banyak
mereka dapat memberikan support ditemukan karena rendahnya
pada pasangannya ketika didiagnosis pengetahuan dan kesadaran akan
kanker serviks (Rosser et al. , 2014). bahaya kanker serviks.
Dari hasil analisa jawaban
Perubahan Tingkat Pengetahuan responden setelah diberikan terapi
Keluarga Pada Kelompok Inter- family psychoeducation menunjuk-
vensi kan bahwa hampir semua responden
Hasil analisis pengetahuan menjawab benar pada pertanyaan no
keluarga kelompok intervensi ada 1, 2, dan 6 tentang faktor resiko dan
perbedaan yang bermakna antara pengobatan pada kanker serviks.
pengetahuan sebelum dan sesudah Menurut pendapat Mc Williams et
terapi Ini sesuai dengan penelitian al., (2007) bahwa keluarga pe-
Lestari (2011) bahwa pemberian rempuan pengetahuannya meningkat
psikoedukasi keluarga dapat pada tanda gejala, penyembuhan, dan
meningkatkan pengetahuan keluarga pemberian support, sedangkan lai-
yang merawat anggota keluarga yang laki pengetahuannya meningkat
mengalami tuberkulosis paru di Kota terkait faktor resiko penyakit. Hal ini
Bandar Lampung. Juga hasil sesuai dengan jumlah responden
penelitian oleh Choe et al. (2015) laki-laki 71,43% pada kelompok
bahwa psikoedukasi berdampak pada intervensi.
peningkatan pengetahuan tentang
medikasi pada klien dengan Perbedaan Perubahan Tingkat
skizofrenia setelah post intervensi. Pengetahuan Kelompok Kontrol
Yang paling banyak pada dan Intervensi
kelompok ini adalah tingkat Hasil penelitian menunjukkan
pendidikan lanjut 52,9%. Hal bahwa terdapat perbedaan selisih
tersebut didukung oleh hasil tingkat pengetahuan antara
penelitian Bossema et al. (2011) kelompok kontrol dengan kelompok
bahwa faktor yang mendukung intervensi. Dimana kelompok yang
peningkatan pengetahuan setelah diberikan terapi family psycho-
pemberian psikoedukasi adalah education mengalami peningkatan
faktor pendidikan, orang yang pengetahuan yang lebih besar
berpendidikan menengah dan tinggi daripada kelompok yang tidak
akan mengalami peningkatan

170
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

diberikan terapi family psycho- banyak pengalaman dan pengetahuan


education. yang dimiliki dan pada akhirnya
Sesuai dengan pendapat kecemasannya akan semakin rendah.
Carson (2000) bahwa prinsipnya Mayoritas kelompok inter-
psikoedukasi membantu anggota vensi berstatus tidak bekerja dan
keluarga dalam meningkatkan kelompok kontrol mayoritas
pengetahuan tentang penyakit berstatus bekerja. Namun dalam
melalui pemberian informasi dan pengukuran hasil pengetahuan,
edukasi yang dapat mendukung kelompok intervensi lebih signifikan
pengobatan dan rehabilitasi pasien dalam peningkatan pengetahuan
dan meningkatkan dukungan bagi dibandingkan kelompok kontrol. Hal
anggota keluarga itu sendiri. Dan ini bertolak belakang dengan
dalam penelitian metanalisa pendapat Darmojo dan Hadi (2006)
Sorenson al. (2002) ditemukan bahwa orang yang tidak bekerja
bahwa psikoedukasi memiliki cenderung memiliki tingkat
dampak besar dalam peningkatan pengetahuan yang tidak banyak
pengetahuan dan kemampuan perubahan,sedangkan orang yang
keluarga dalam merawat anggota bekerja dan memiliki aktivitas sosial
keluarga yang sakit. di luar rumah akan lebih banyak
Dalam pelaksanaannya, pada mendapat informasi baik dari teman
kelompok intervensi banyak respon- maupun dari pengalamannya bekerja.
den yang antusias dengan
pelaksanaan terapi family Perubahan Tingkat Kecemasan
psychoeducation ini terlihat dengan Keluarga Pada Kelompok Kontrol
pertanyaan yang diajukan setelah Hasil penelitian bahwa tidak
pemberian terapi sesi I terutama ada perbedaan kecemasan yang
terkait penyebab kanker serviks dan signifikan pada kelompok kontrol
penatalaksanaan dampak kemoterapi. sebelum dan sesudah dilakukan
Hal ini sesuai dengan pendapat terapi family psychoeducation. Hal
Riggio et al., (2003) bahwa reaksi ini sesuai dengan hasil penelitian
subjek termasuk keaktifan Lestari (2011) bahwa tanpa diberikan
partisipasinya dalam proses terapi family psychoeducation,
psikoedukasi ikut menentukan kecemasan keluarga yang merawat
keberhasilan terapi ini. Begitu juga anggota keluarga dengan TBC paru
dengan pendapat Nurhidayah (2010) tidak akan menurun. Begitu juga
bahwa pendidikan kesehatan sangat dengan pendapat Gonzales, dkk
dipengaruhi oleh motivasi individu (2010) menyimpulkan bahwa
untuk berubah. psikoedukasi yang berperan pada
Peningkatan pengetahuan pencegahan ekspresi emosi dan
pada kelompok intervensi lebih beban dalam merawat pasien.
signifikan daripada kelompok Pada kelompok kontrol
kontrol dimungkinkan karena faktor responden yang berusia muda lebih
usia responden. Kelompok intervensi banyak daripada yang berusia tua.
lebih didominasi oleh responden Pada beberapa penelitian
yang berusia 46-68 tahun (71,43%). membuktikan bahwa usia muda
Sesuai dengan pendapat Nursalam menjadi prediktor terjadinya
dan Pariani (2001) bahwa semakin kecemasan caregiver (Price et al. ,
tua usia seseorang maka semakin 2010). Begitu juga dengan pendapat

171
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

Pollock et al. (2012) bahwa usia ditinggal di rumah oleh family


muda lebih beresiko mengalami caregiver.
kecemasan dan terjadinya kualitas
tidur yang buruk pada family Perubahan Tingkat Kecemasan
caregiver. Keluarga Pada Kelompok
Jumlah laki-laki yang lebih Intervensi
banyak 57,1% pada kelompok Hasil analisa statistik
kontrol sesuai dengan pendapat menunjukkan ada perbedaan
Kaplan dan Sadock (2007) bahwa sebelum dan sesudah terapi family
laki-laki lebih jarang mengalami psychoeducation pada kelompok
ansietas daripada perempuan. Dan intervensi. Sesuai dengan penelitian
Meriggi et al., (2014) mengemu- Yamaguchi et al. (2006) tentang
kakan bahwa perempuan sering pengaruh psikoedukasi jangka
mengekspresikan kecemasannya pendek dalam tiga sesi dengan
daripada laki-laki. Tingginya waktu dua jam per sesi pada pasien
kecemasan pada perempuan skizofrenia di Jepang, menunjukkan
dikarenakan perempuan memiliki penurunan kecemasan secara
tanggung jawab banyak selain signifikan. Penelitian yang
menjadi caregiver bagi pasien dilakukan oleh Nurbani (2009)
kanker, yakni bekerja, melakukan menyebutkan bahwa terapi
pekerjaan rumah tangga, dan psikoedukasi keluarga sangat
menjaga anak-anaknya. dibutuhkan untuk menyelesaikan
Dari hasil kuesioner, masalah psikososial akibat penyakit
diketahui bahwa semua responden fisik.
mengalami gangguan pola tidur. Hal Pada kelompok intervensi,
ini sesuai dengan pendapat Stenberg jenis kelamin laki laki 71,4% lebih
et al., (2010) yang menyatakan banyak daripada perempuan. Copel
bahwa prevalensi masalah fisik yang (2007) berpendapat bahwa
dilaporkan caregiver pada pasien perempuan mengalami kecemasan
kanker terbanyak adalah gangguan dua kali lebih sering dibandingkan
tidur, kelelahan, dan kehilangan laki-laki. Dan Grov et al. (2005)
berat badan. Pollock et al., (2012) berpendapat bahwa perempuan
membuktikan beberapa caregiver memiliki tingkat kecemasan lebih
yang melaporkan tidak mengalami tinggi dan mampu mengekspresikan
kecemasan juga menunjukkan gejala kecemasannya dibandingkan laki-
cemas seperti menurunnya kualitas laki.
tidur. Responden pada kelompok
Kecemasan pada kelompok intervensi banyak yang tidak bekerja
kontrol tidak mengalami perubahan 57,1% dan terjadi penurunan
dimungkinkan disebabkan oleh kecemasan secara bermakna. Hal ini
faktor anak yang ditinggalkan di tidak sesuai dengan teori bahwa
rumah oleh keluarga. Ini didukung sosial ekonomi keluarga yang
pendapat oleh Dunn et al. (2012), rendah seperti tidak bekerja dapat
Bower (2008), dan Deshield et al. menyebabkan kecemasan pada
(2006) bahwa tingginya kecemasan keluarga (Gulseren dkk, 2010).
pada family caregiver dapat Namun hal ini sesuai dengan situasi
disebabkan oleh adanya anak yang keluarga mendapatkan bantuan
jaminan kesehatan dari pemerintah

172
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

dimana biaya pengobatan ditang- Hasil penelitian menunjukkan


gung penuh. bahwa pada kelompok yang
Hampir 64,29% pendidikan diberikan terapi family psycho-
responden adalah pendidikan lanjut education mengalami perubahan
(SMA, PT), menurut Weitzner et al. kecemasan yang lebih besar daripada
(1999) bahwa pendidikan yang kelompok yang tidak diberikan terapi
tinggi akan berdampak pula pada family psychoeducation. Dan dapat
tingginya sosial ekonomi keluarga. disimpulkan bahwa terapi family
Sedangkan tingkat sosial ekonomi psychoeducation berpengaruh pada
yang rendah akan berdampak pada penurunan kecemasan keluarga.
kecemasan keluarga dan kesehatan penelitian Rachmaniah (2012) bahwa
fisik caregiver yang menurun. psikoedukasi sangat berpengaruh
Usia responden kelompok terhadap kecemasan dan koping
intervensi berusia tua (46 68 orang tua dalam merawat anak
tahun). Hal ini sesuai dengan dengan thalasemia. Yamaguchi et al.
pendapat Suprapto (2002) (2006) tentang pengaruh psiko-
menyatakan bahwa usia yang edukasi pada pasien skizofrenia di
tergolong muda lebih mudah Jepang yang diberikan tiga sampai
mengalami kecemasan empat sesi pada 46 responden
dibandingkan usia dewasa, karena menunjukkan hasil bahwa
lebih matang dan stabil secara kecemasan menurun secara ber-
psikologis serta mampu berpikir makna.
secara logis. Kelompok intervensi lebih
Dilihat dari hasil penelitian 1 banyak responden yang tidak bekerja
orang dengan kecemasan tetap daripada kelompok kontrol, hal ini
setelah diberikan terapi family sesuai dengan pendapat Rachmaniah
psychoeducation. Hal ini (2012) bahwa keluarga yang tidak
dimungkinkan karena kriteria bekerja memungkinkan untuk rutin
inklusi pada penelitian ini adalah membawa keluarganya untuk
anggota keluargnya menjalani pengobatan, sehingga keluarga dapat
kemoterapi dengan beberapa bersosialisasi melakukan hubungan
diantaranya telah menjalani terapi interpersonal dengan keluarga lain
kuratif berupa operasi. Weitzner et yang memiliki masalah yang sama
al. (1999) berpendapat bahwa begitu juga dengan petugas
kecemasan yang dialami keluarga kesehatan sehingga akan terjadi
yang merawat anggota keluarga pertukaran informasi, menambah
yang menderita kanker dipengaruhi pengetahuan, dan menurunkan
oleh terapi yang diterima oleh kecemasan.
pasien. Penelitian membuktikan Hal ini terlihat jelas
bahwa kelompok pasien yang perbedaan karakteristik responden
menjalani terapi kuratif keluarga pada kelompok intervensi lebih
yang merawat akan mengalami didominasi oleh responden yang
kecemasan lebih besar daripada berusia 46-68 tahun (71,43%),
yang menjalani terapi paliatif sedangkan pada kelompok kontrol
lebih banyak yang berusia 23-45
Perbedaan Perubahan Tingkat tahun (71,43%). Ini sesuai dengan
Kecemasan Keluarga Pada pendapat Dunn et al. (2012), Stark
Kelompok Kontrol dan Intervensi et al. (2002), dan Weisberg (2009)

173
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

bahwa family caregiver yang salah satunya adalah terapi family


merawat pasien kanker yang usianya psychoeducation (Videbeck, 2006).
lebih muda melaporkan kecemasan Sehingga diharapkan tujuan dari
yang lebih tinggi dibandingkan pada terapi ini adalah meningkatkan
family caregiver yang usianya lebih pengetahuan dan menurunkan
tua yang dianggap memiliki lebih intensitas emosi seperti kecemasan
banyak pengalaman dan adaptif melalui sumber kekuatan dalam
dalam mengatasi masalah yang keluarga itu sendiri melalui (Stuart &
dihadapi. Sundeen, 2005).
Karakteristik responden Korelasi yang kuat antara
stadium kanker pada kelompok perubahan pengetahuan dan
intervensi lebih banyak pada stadium kecemasan pada kelompok kontrol
awal dibandingkan pada kelompok dan kelompok intervensi dapat
kontrol, hal ini sesuai dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
pendapat Kurtz et al. (2005) yang diantaranya tingkat pendidikan
mengemukakan bahwa keluarga responden yang tinggi baik pada
yang merawat anggota keluarga kelompok kontrol maupun kelompok
dengan kanker stadium lanjut intervensi. Notoatmodjo (2003)
melaporkan mengalami tingkat menyebutkan bahwa tingkat
kecemasan yang lebih tinggi kecemasan yang terjadi pada
dibandingkan pada stadium awal. seseorang memiliki hubungan
dengan tingkat pengetahuan orang
Hubungan Antara Perubahan tersebut, dan pengetahuan tersebut
Tingkat Pengetahuan dan juga diantaranya dipengaruhi oleh
Kecemasan Kelompok Kontrol tingkat pendidikannya. Karena
dan Intervensi pengetahuan atau kognitif
Berdasarkan hasil penelitian merupakan dominan yang sangat
terdapat hubungan antara antara penting dalam membentuk tindakan
perubahan pengetahuan dan tingkat seseorang. sejalan dengan pendapat
kecemasan keluarga. Menurut Stuart dan Laraia (2005) bahwa
beberapa hasil penelitian bahwa seseorang yang memiliki pendidikan
tingkat pengetahuan orangtua tinggi cenderung mengalami
memiliki hubungan dengan kecemasan ringan dibandingkan
kecemasan orangtua yang anaknya dengan pendidikan rendah cenderung
sakit (Rinaldi, 2013). Penelitian oleh mengalami kecemasan berat dan
Yamaguchi et al. (2006) hasil penelitian Kasdu (2002) yaitu
menunjukkan bahwa kecemasan responden yang dikategorikan
yang timbul pada keluarga pasien memiliki pengetahuan baik maka
skizofrenia disebabkan oleh akan lebih mampu mengatasi
kurangnya pengetahuan tentang kecemasan yang dialaminya, begitu
penyakit pasien dan ketidakpastian juga sebaliknya.
akan nasib anggota keluarganya di
masa mendatang. KETERBATASAN PENELITIAN
Upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dampak Pada pelaksanaaan sesi II
psikososial yang dialami keluarga peneliti berencana untuk
dalam merawat anggota keluarga memberikan terapi family
yang mengalami penyakit kanker psychoeducation melalui ceramah

174
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

dan diskusi berkelompok dalam 4. Tidak terdapat perubahan tingkat


forum khusus atau di tempat yang kecemasan keluarga dalam
sudah ditentukan, namun dalam merawat penderita kanker serviks
pelak-sanaannya responden tidak di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
bersedia meninggalkan anggota pada kelompok kontrol.
keluarganya yang sakit sendiri. 5. Terdapat perubahan tingkat
Berdasarkan kondisi tersebut, kecemasan keluarga dalam
peneliti melakukan modifikasi merawat penderita kanker serviks
dengan membentuk kelompok di di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
setiap ruangan. Karena satu ruang pada kelompok intevensi.
rawat inap terdiri dari 3 pasien, maka 6. Terdapat perbedaan perubahan
kelompok terdiri dari 3 keluarga. tingkat kecemasan keluarga dalam
Selain itu dalam melakukan post test, merawat penderita kanker serviks
awalnya peneliti berencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
melakukannya setelah 18 hari terapi pada kelompok kontrol dan
hal ini sesuai dengan jadwal intervensi.
kemoterapi anggota keluarganya 7. Terdapat hubungan antara
yakni sekitar 18-21 hari setelah perubahan tingkat penge-tahuan
kemoterapi sebelumnya. Namun ke- dan perubahan tingkat kecemasan
nyataannya, ada beberapa responden keluarga dalam merawat penderita
yang tidak hadir untuk melakukan kanker serviks di RSUD Dr.
post test karena belum mendapatkan Moewardi Surakarta.
tempat untuk kemoterapi, sehingga
posttest dilakukan dengan Saran
komunikasi telepon atau membuat Aplikasi Keperawatan
kontrak lagi. Ini yang menyebabkan
waktu posttest untuk tiap responden Terapi family psychoeducation dapat
tidak sama. diaplikasikan sebagai salah satu
terapi jiwa di Rumah Sakit Umum.
KESIMPULAN DAN SARAN Dan perlunya terapi kelompok
seperti terapi supportive group
Kesimpulan sebagai lanjutan dari terapi family
1. Tidak terdapat perubahan tingkat psychoeducation. Serta rumah sakit
pengetahuan keluarga dalam hendaknya mengoptimalkan program
merawat penderita kanker serviks pendidikan kesehatan terkait upaya
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dilakukan untuk manajemen
pada kelompok kontrol. masalah psikososial.
2. Terdapat perubahan tingkat Pengembangan Ilmu
pengetahuan keluarga dalam
merawat penderita kanker serviks Sebagai evidence based dalam
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta membandingkan keefektifan ber-
pada kelompok intervensi. bagai terapi jiwa yang dapat
3. Terdapat perbedaan perubahan diberikan pada keluarga penderita
tingkat pengetahuan keluarga kanker serviks. Dan dalam mengem-
dalam merawat penderita kanker bangkan konsep terapi family
serviks di RSUD Dr. Moewardi psychoeducation yang efektif dalam
Surakarta pada kelompok kontrol waktu dan tepat guna untuk
dan intervensi. diterapkan di Rumah Sakit Umum.
Serta menerapkan penggunaan terapi

175
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

family psychoeducation untuk Carson, B.V. (2000). Mental Health


keluarga yang menderita gangguan Nursing : The Nurse-Patient
jiwa juga. Journey (2 edition).
Philadelphia : W.B Saunders
Penelitian Selanjutnya
Company.
Penelitian lebih lanjut dengan
metode kualitatif perlu dilakukan Chien, WT and Wong, KF. (2007). A
untuk melihat sejauh mana terapi Family Psychoeducation
family psychoeducation dirasakan Group Program for Chinese
efektif dalam meningkatkan penge- People with Schizophrenia in
tahuan dan menurunkan kecemasan Hong Kong. Psychiatric
keluarga. Dan dapat dilakukan pene- Services Arilington.
litian terapi jiwa lain pada keluarga http://www.proquest.com.pqd
yang merawat penderita kanker auto. Diakses tanggal 3
serviks di RSUD Dr. Moewardi Oktober 2014.
Surakarta terkait masalah psiko-
sosialnya seperti terapi kelompok Choe, Kwisoon, et al. (2015). Impact
suportif. of Psychoeducation on
Knowledge of and Attitude
DAFTAR PUSTAKA Toward Medications in
Adler, Nancy E. and Ann EK. Clients With Schizophrenia
(2008). Cancer Care for the and Schizoaffective Dis-
Whole Patient Meeting orders. Journal of Per-
Psychosocial Helath Needs. spective Psychiatric Care
Washington (DC) : National 2015 Jan 30. doi:
Academies Press (US). 10.1111/ppc.12106.

Bastable, B.S. (2002). Perawat Copel, L.C. (2007). Psychiatric and


sebagai Pendidik : Prinsip- Mental Health Nursing Care
prinsip Pengajaran dan : Nurses Clinical Guide
Pembelajaran. Jakarta : EGC. (2.ed). Philadelphia :
Lippincott Williams &
Bossema, E.R, et al. (2011). Wilkins.
Psychoeucation for Patients
With a Psychotic Disorder : Darmojo, R.B dan Hadi, M. (2006).
Buku Ajar Geriatri : Ilmu
Effects on Knowledge and Coping. Kesehatan Usia Lanjut.
The Primary Care Jakarta : Balai Penerbit
Companion for CNS FKUI.
Disorder 13 (4) :
PMC3219515. Deshields, T., et al. (2006).
Differences in Patterns of
Bower, J.E. (2008). Beahvioral Depression After Treatment
Symptoms in Patients with for Breast Cancer.
Breast Cancer and Survivors. Psychooncology 15 : 398-
Journal of Cilinical 406.
Oncology 26 : 768-777.

176
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

Dunn, L.B, et al. (2012). Trajectories Kasdu, D. (2004). Kiat Sehat dan
of Anxiety in Oncology Bahagia di Usia Menopause.
Patient and Family Jakarta : Puspa Swara.
Caregivers During and After
Radiation Therapy. European Lasmito, W. (2008). Motivasi
Journal of Oncology Nursing Perawat Melakukan
16 (2012) : 1-9. Pendidikan Kesehatan di
Ruang Anggrek RS Tugurejo
Dwijayanti, K.A. (2014). Semarang.
Pengalaman Caregiver http://core.ac.uk/download/pd
Keluarga Dalam Merawat f/11709965.pdf. Diakses
Pasien Kanker Payudara. tanggal 7 Juni 2015.
http://www.sanglahhospitalba
li.com. Diakses tanggal 6 Juni Lestari, A. (2011). Pengaruh Terapi
2015. Psikoedukasi Keluarga
terhadap Pengetahuan dan
Girgis, A. et al. (2013). Physical, Tingkat Ansietas Keluarga
Psychosocial, Realtionship, dalam Merawat Anggota
and Economic Burden of Keluarga yang Mengalami
Caring for People with Tuberkolosis Paru di Kota
Cancer : A Review. Bandar Lampung. Tesis tidak
http://jop.ascopubs.org. dipublikasikan.
Diakses tanggal 3 Oktober
2014. Mc Williams S, et al. (2007).
Caregiver Psychoeducation
Globocan, IARC. (2012). Estimated
for Schizophrenia : Is Gender
Cancer Incidence, Mortality
Important? Eur.Psychiatry 22
and Prevalence Worldwide
: 323-327.
2012.
http://globocan.iarc.fr/Pages/
Meriggi, F., et al. (2014). Assessing
online.aspx. Diakses tanggal
3 Oktober 2014. Cancer Caregivers Need for
An Early Targeted
Psychosocial Support Project
Grov, EK; Dahl, AA; Moum, T; and
: The Experience of The
Fossa, SD. (2005). Anxiety,
Oncology Department of The
Depression, and Quality of
Poliambulanza Foundation.
Life in Caregivers of Patiens
Journal Palliative and
with Cancer in Late Palliative
Supportive Care : 1-9.
Phase. Annals of Oncology
16: 1185-1191.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan.
Gulseren, et al. (2010). The
Jakarta : Rineka Cipta.
Perceived Burden of Care and
Its Correlates in Schizofrenia.
Nurbani. (2009). Pengaruh
Turkish Journal of Psychiatry
Psikoedukasi Keluarga
: 1-8.
terhadap Masalah
Psikososial : Ansietas dan
Beban Keluarga (Caregiver)

177
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

dalam Merawat Pasien Leadership Development. In


Stroke di Rumah Sakit Umum S.E Murphy & R.E.
Pusat Dr. Cipto Mangun
Kusumo Jakarta. Tesis tidak Rinaldi, PA. (2013). Hubungan
dipublikasikan. Pengetahuan dengan Tingkat
Kecemasan Ibu yang
Nurhidayah, R.E. (2010). Ilmu Anaknya Dirawat RSUP
Perilaku dan Pendidikan Prof.Dr.R.D.Kandou
Kesehatan untuk Perawat. Manado. Jurnal e-Biomedik
Medan : USU Press. (eBM) 1 (3).

Pollock, Elizabeth A., et al. (2012). Rosser, J. et al. (2014). Mens


Correlates of Physiological Knowledge and Attitudes
dan Psychological Stress about Cervical Cancer
Among Parents of Chilhood Screnning in Kenya. BMC
Cancer and Brain Tumor Womens Health 2014, 14 :
Survivors. Academic 138.
Pediatric 2013; 13 : 105-112
Sorenson, S., et.al. (2002). How
Price, MA; Butow, PN, et al. (2010). Effective Are Interventions
Prevalence and Predictors of With Caregivers? An Update
Anxiety and Depression in Meta-Analysis. Gerontologist
Women with Invasive 42 (3) : 357-372.
Ovarian Cancer and Their
Caregivers. Med J.Aust 193 Stark, D., et.al. (2002). Anxiety
(5): 52. Disorders in Cancer Patients
: Their Nature, Associations,
Rachmaniah, Dini. (2012). Pengaruh
and Relation to Quality of
Psikoedukasi Terhadap
Life. Journal of Clinical
Kecemasan dan Koping
Oncology 20 : 3137-3148
Orang Tua Dalam Merawat
Anak Dengan Thalasemia
Stenberg, U., et al. (2010). Review of
Mayor di RSU Kabupaten
The Literature on The Effects
Tangerang Banten.
of Caring for A Patient With
http://lib.ui.ac.id/file?file=dig
Cancer. Psycho-oncology 19
ital/20300920-T30476%20-
: 1013-1025.
%20Pengaruh%20psikoeduka
si.pdf. Diakses tanggal 7 Juni
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005).
2015.
Principle and Practice of
Psychiatric Nursing. 8th Ed.
Rasjidi, I. (2010). Epidemiologi
Philadelphia, USA : Mosby,
Kanker pada Wanita. Jakarta
Inc
: Sagung Seto.
Stuart, GW and Sundeen, SJ. (2005).
Riggio, R.E, Ciulla, J., & Sorenson,
Principles and Practice
G. (2003). Leadership
Videbeck, SL. (2006).
Education At The
Psychiatric Mental Helath
Undergraduate Level : A
Nursing (3rd edition).
Liberal Arts Approach to

178
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,Vol 5,No. 2, Juni 2015

Philadhelpia : Lippincott Treatment Settings. Journal


Williams & Wilkin. of Pain and Symptom
Management 17 (6) : 418
Weisberg, R.B. (2009). Overview of 428.
Generalized Anxiety Disorder
: Epidemiology, Presentation, Yamaguchi H, et al. (2006). Direct
and Course. Journal of Effects of Short-Term
Clinical Psychiatry 70 (2) : 4- Psychoeducational Inter-
9. vention for Relatives of
Psychiatry and Clinical
Weitzner, M.A, et al. (1999). Family Neurosciences 60 (5) : 590-
Caregiver Quality of Life : 597. Patients with
Differences Between Curative Schizophrenia of Psychiatric
and Palliative Cancer Nursing (8th ed).

179

Você também pode gostar