Você está na página 1de 18

AUDIT PENGADAAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit Manajemen

Oleh:
Zuhrotul Munawaroh 145020300111035
Fitriyana Miftahul Dini 145020300111042
Dian Ayu Nurfitriana 145020307111015

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MEI 2017
AUDIT PENGADAAN BARANG DAN JASA

I. Dasar Hukum Pengadaan Barang dan Jasa


Peraturan atau Dasar hukum untuk pengadaan barang dan jasa meliputi:
a) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan Negara
c) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
d) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
e) Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
f) Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
g) Keputusan Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keppres
Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
h) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Ketentuan Mengenai Tata Cara
Pembebasan Tanah.
i) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011, dan
perubahan kedua dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012.

II. Gambaran Umum Pengadaan Barang dan Jasa


Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan
barang milik negara/daerah sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 70
Tahun 2012 (perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010) yang
merupakan dasar pelaksanaan pengelolaan barang milik negara/daerah. Ruang lingkup
pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi semua aktivitas yang berkaitan dengan
barang milik negara/daerah terdiri dari perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah yang
dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh
penyedia barang/jasa.
Pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi beberapa jenis pengadaan, yaitu barang,
jasa pemborongan, jasa konsultansi dan jasa lainnya yang pengertiannya sebagai berikut:
1. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun
tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan
oleh Pengguna Barang.
2. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
kontruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
3. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu di
berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah piker (brainware).
4. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan
keterampilan (skillware) dalam suatu sistem kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan penyediaan jasa selain
Jasa Konsultasi, pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi, dan Pengadaan Barang.

Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah adalah :


1. Pengguna Anggaran (PA)
Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah;
2. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran untuk
menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD;
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
4. Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)
Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) adalah unit organisasi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi melaksanakan
Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen serta memberikan pelayanan/pembinaan,
dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.
5. Pejabat Pengadaan
Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan
Langsung.
6. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh
PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.
7. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi.
8. Penyedia Barang/Jasa
Penyedia barang/jasa adalah badan usaha/orang perseorangan yang kegiatan usahanya
menyediakan barang/layanan jasa.

Beberapa pengertian mengenai cara pelaksanaan berdasarkan jenis pengadaan


barang/jasa pemerintah pemborongan/jasa lainnya dan jasa konsultansi, adalah sebagai
berikut :
1. Pengadaan barang/jasa pemerintah pemborongan/jasa lainnya
Pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan
melalui pelelangan umum, dimana pemilihan penyedia barang/jasa ini dilakukan secara
terbuka dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional
dan/atau satu surat kabar provinsi. Selain metoda pelelangan umum, pemilihan penyedia
barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dapat juga dilakukan sebagai berikut:
a) Pelelangan Terbatas
Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas
dan untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat
dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas sekurang-
kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dengan
mencantumkan penyedia barang/jasa yang mampu, guna memberi kesempatan kepada
penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi
b) Pemilihan langsung
Dalam hal metoda pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari
segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan
metoda pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga)
penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan
negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet;
c) Penunjukan langsung
Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat
dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa
dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga
yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria penunjukan
langsung dalam keadaan tertentu dan dalam keadaan khusus yang ditentukan dalam
Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003 telah mengalami perubahan
beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007
(sampai dengan 20 Oktober 2008).
2. Pengadaan jasa konsultansi
Pemilihan penyedia jasa konsultansi pada prinsipnya harus dilakukan melalui seleksi
umum. Seleksi umum merupakan metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi yang
daftar pendek (short-list) pesertanya dipilih melalui proses prakualifikasi yang
diumumkan secara luas sekurangkurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu
surat kabar provinsi. Selain metoda seleksi umum, pemilihan penyedia jasa konsultansi
dapat juga dilakukan sebagai berikut :
a) Seleksi terbatas
Merupakan metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang
kompleks dan diyakini jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan
tersebut jumlahnya terbatas, dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu
surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dengan mencantumkan
penyedia jasa yang mampu guna memberikan kesempatan kepada penyedia jasa
lainnya yang memenuhi kualifikasi
b) Seleksi langsung
Dalam hal metoda seleksi umum atau seleksi terbatas dinilai tidak efisien dari segi
biaya seleksi, maka pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan
seleksi langsung, yaitu: metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar
pendek pesertanya ditentukan melalui proses prakualifikasi terhadap penyedia jasa
konsultansi yang dipilih langsung dan diumumkan sekurang-kurangnya di papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum dan diupayakan diumumkan di website
pengadaan nasional;
c) Penunjukan langsung
Dalam keadaan tertentu dan khusus, pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat
dilakukan dengan menunjuk satu penyedia jasa konsultansi yang memenuhi kualifikasi
dan dilakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun biaya sehingga diperoleh biaya
yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria penunjukan
langsung dalam keadaan tertentu dan dalam keadaan khusus yang ditentukan dalam
Keppres No. 80 Tahun 2003 telah mengalami perubahan beberapa kali, terakhir
dengan Perpres No 95 Tahun 2007 (sampai dengan 20 Oktober 2008).

III. Etika dan Prinsip Dasar Pengadaan Barang dan Jasa


Dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah ada etika yang harus
dipatuhi oleh pelaksana yang mengadakan pengadaan barang/jasa pemerintah, etika tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;
2. Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan
dokumen pengadaan barang/jasa pemerintah yang seharusnya dirahasiakan untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan
menghindari terjadinya persaingan tidak sehat;
4. Menerima dan bertanggugjawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan para pihak;
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait,
langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah
(conflict of interest);
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah;
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan
untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara;
8. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk member atau menerima
hadiah atau imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat
diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pengadaan barang/jasa harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip yang dipraktikkan secara
internasional yaitu prinsip efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak
diskriminasi dan akuntabel. Pengertian masing-masing prinsip tersebut, sebagai berikut:
1. Efisien
Pengadaan barang/jasa pemerintah harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya
dan dapat dipertanggungjawabkan;
2. Efektif
Pengadaan barang/jasa pemerintah harus sesuai dengan dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan yang
ditetapkan;
3. Terbuka dan bersaing
Pengadaan barang/jasa pemerintah harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang
memenuhi persyaratan, dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara para penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang jelas dan transparan;
4. Transparan
Semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah, termasuk
syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, serta penetapan
calon penyedia barang/jasa yang berminat maupun masyarakat luas pada umumnya;
5. Adil/tidak diskriminatif
Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak
mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara dan/atau
alasan apapun;
6. Akuntabel
Pengadaan barang/jasa pemerintah harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun
manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan
masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip dan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah.

IV. Proses Pengadaan Barang dan Jasa

Proses Pengadaan adalah rangkaian kegiatan untuk mencapai kesepakatan harga dan
kesepakatan lainnya dalam rangka memperoleh layanan jasa konsultansi, layanan jasa
semborongan/barang/jasa lainnya. Secara umum proses pengadaan barang/jasa pemerintah
dapat dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Proses
pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilihat dalam bagan alur pada gambar berikut :
TAHAP PROSES PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH
Dari bagan alur tersebut, proses pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dijabarkan secara rinci
berikut ini:
1. Tahap persiapan pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi kegiatan:
a. Perencanaan Pengadaan barang/jasa pemerintah
Perencanaan pengadaan barang /jasa pemerintah merupakan tahap awal kegiatan yang
peranannya sangat strategik dan menentukan. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan
secara detail mengenai hal sebagai berikut:
1) Merencanakan Pemaketan Pekerjaan
2) Merencanakan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
3) Biaya Pengadaan
4) Pelaksana Pengadaan
5) Mengumumkan Paket-Paket Pengadaan
b. Pembentukan Panitia Pengadaan atau Penunjukan Pejabat Pengadaan
Panitia pengadaan/pejabat pengadaan merupakan unsur pelaksana pengadaan yang
personilnya harus memahami tatacara pengadaan, substansi pekerjaan dan bidang lain yang
diperlukan. Panitia pengadaan/pejabat pengadaan diangkat oleh PA/KPA.
c. Penetapan sistem pengadaan yang dilaksanakan penyedia barang/jasa
dengan mempertimbangkan jenis, sifat, dan nilai barang/jasa serta kondisi lokasi,
kepentingan masyarakat dan jumlah penyedia barang/jasa yang ada, panitia/pejabat
pengadaan bersama dengan PPK terlebih dahulu harus menetapkan sistem pengadaan yang
meliputi sebagai berikut:
1) Metode pemilihan penyedia barang/jasa
2) Metode penyampaian dokumen penawaran
3) Metode evaluasi penawaran
4) Jenis Kontrak

d. Penyusunan jadwal pelaksanaan pengadaan


Penyusunan jadwal pelaksanaan pengadaan disesuaikan dengan waktu yang diperlukan &
memperhatikan alokasi waktu yang diperlukan untuk tiap tahapan proses pengadaan.
Jadwal pengadaan mulai dari pengumuman s/d penunjukan penyedia barang/jasa.
e. Penyusunan Harga Perhitungan Sendiri (HPS)
Penyusunan HPS oleh panitia/ personel yg memahami dan disahkan oleh PPK dan harus
diperhitungkan penggunaan produksi dalam negeri
f. Penyusunan Dokumen Pengadaan barang/jasa pemerintah
Dokumen pengadaan disiapkan oleh Panitia dan di sahkan oleh PPK. Nilai jaminan
penawaran ditetapkan Panitia (1% - 3%). Dokumen pengadaan untuk penyedia barang/jasa
meliputi undangan, petunjuk/instruksi kepada peserta lelang, syarat umum kontrak, syarat
khusus kontrak, daftar kuantitas dan harga, spesifikasi teknis dan gambar, bentuk
penawaran, bentuk kontrak, bentuk surat jaminan penawaran, bentuk surat jaminan
pelaksanaan dan bentuk surat jaminan uang muka.
Dokumen pengadaan untuk jasa konsultansi terdiri dari:
1) Dokumen pemilihan penyedia jasa yang meliputi :
a) Surat Undangan;
b) KAK yang sudah disetujui PPK;
c) Rencana kerja dan syarat;
d) Konsep kontrak;
2) Dokumen prakualifikasi yang berupa formulir isian yang memuat data administrasi
keuangan, personil dan pengalaman kerja.
2. Tahap pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi kegiatan:
a. Pemilihan penyedia barang/jasa
Pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan
melalui Pelelangan Umum. Selain pelelangan umum, pemilihan penyedia barang/jasa
pemerintah dapat juga dilakukan melalui Pelelangan Terbatas, Pemilihan Langsung dan
Penunjukan Langsung, dengan rincian tahapan sebagai berikut:
1) Pelelangan Umum
a) Pengumuman dan Pendaftaran Peserta;
Panitia/Pejabat pengadaan harus mengumumkan secara luas melalui media cetak,
papan pengumuman resmi dan bila memungkinkan melalui media elektronik.
b) Pasca Kualifikasi dan Prakualifikasi;
Penilaian kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan usaha peserta lelang dilakukan
dengan Pasca Kualifikasi, untuk pekerjaan yang kompleks dapat dilakukan dengan
Prakualifiaksi.
c) Penyusunan Daftar Peserta Lelang, Penyampaian Undangan dan Pengambilan
Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
Daftar peserta lelang yang disahkan oleh PPK harus diundang untuk mengambil
dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan hanya penyedia barang/jasa yang
diundang sebagai peserta lelang yang diperkenankan memasukkan penawaran.
d) Penjelasan Lelang;
Penjelasan lelang dihadiri oleh para penyedia barang/jasa yang terdaftar dalam daftar
peserta lelang. Bila diperlukan panitia/pejabat pengadaan dapat memberikan
penjelasan dengan melakukan peninjauan lapangan. Berita Acara Penjelasan (BAP)
harus ditandatangani oleh panitia/pejabat pengadaan dan minimal 1 (satu) wakil
peserta yang hadir.
e) Penyampaian dan Pembukaan Dokumen Lelang;
Metoda penyampaian dokumen penawaran yang akan digunakan harus dijelaskan
pada waktu penjelasan. Pada akhir batas waktu penyampaian dokumen penawaran,
panitia/pejabat pengadaan menolak dokumen penawaran yang terlambat dan/atau
tambahan dokumen penawaran yang masuk. Saat pembukaan, panitia harus meminta
kesediaan sekurang-kurangnya 2 (dua) wakil dari peserta lelang yang hadir sebagai
saksi.
f) Evaluasi Penawaran;
Evaluasi dilakukan terhadap semua penawaran masuk yang meliputi evaluasi
administrasi, teknis dan harga.
g) Pembuktian Kualifikasi;
Pada penyedia barang/jasa yang diusulkan sebagai pemenang dan pemenang
cadangan dilakukan verifikasi data dan informasi dengan meminta asli dokumen yang
sah dan bila diperlukan dilakukan konfirmasi dengan pihak terkait.
h) Pembuatan Berita Acara Hasil Lelang;
Panita/Pejabat Pengadaan membuat kesimpulan dari hasil evaluasi administrasi,
teknis dan harga dalam Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP). BAHP memuat hasil
pelaksanaan pelelangan dan bersifat rahasia sampai penandatanganan kontrak.
i) Penetapan Pemenang Lelang;
Panitia/Pejabat Pengadaan membuat dan menyampaiakan laporan kepada PPK untuk
menetapkan pemenang. Laporan disertai usulan calon pemenang lelang yang
menguntungkan bagi negara.
j) Pengumuman Pemenang Lelang;
Pemenang lelang diumumkan dan diberitahukan oleh panitia/pejabat pengadaan pada
peserta selambat-lambatnya 2(dua) hari kerja setelah diterima surat penetapan
penyedia barang/jasa dari pejabat berwenang.
k) Sanggahan Peserta Lelang dan Pengaduan Masyarakat;
Keberatan atas penetapan pemenang lelang diberi kesempatan mengajukan sanggahan
secara tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang
lelang. Sanggahan disampaikan kepada pejabat yang menetapkan pemenang lelang
disertai bukti penyimpangan dan untuk yang disampaikan bukan pada pejabat
berwenang yang menetapkan pemenang dianggap sebagai pengaduan dan tetap harus
ditindaklanjuti. Panitia/pejabat pengadaan wajib menyampaikan bahan-bahan yang
berkaitan dengan sanggahan kepada pejabat berwenang dan memberikan jawaban
sanggahan.
l) Penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
Pejabat Pembuat Komitmen mengeluarkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ) sebagai pelaksana pekerjaan yang dilelangkan.
m) Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang;
Pelelangan dapat dinyatakan gagal dengan beberapa kondisi diantaranya penawaran
yang masuk kurang dari 3 (tiga) atau pelelangan tidak sesuai dengan ketentuan.
Dalam hal pelelangan dinyatakan gagal, PPK memerintahkan pelelangan ulang
dengan beberapa prosedur.
n) Penandatanganan Kontrak.
Setelah SPPBJ terbit, PPK menyiapkan dan menandatangani kontrak pelaksanaan.
2) Pelelangan Terbatas
Pada prinsipnya sama dengan pelelangan umum kecuali dalam pengumuman
dicantumkan kriteria peserta dan nama penyedia barang/jasa yang diundang.
3) Pemilihan Langsung
a) Penetapan Calon Peserta;
Panitia/pejabat pengadaan wajib melakukan prakualifikasi dan harus diumumkan.
b) Undangan, Permintaan Penawaran dan Evaluasi;
Panitia/pejabat pengadaan mengundang sebanyak-banyaknya calon peserta yang lulus
prakualifikasi dan menyusun penawaran sebagai dasar melakukan klarifikasi serta
negosiasi. Berita acara klarifikasi dan negosiasi dijadikan dasar panitia/pejabat pengadaan
membuat surat usulan penetapan penyedia barang/jasa pada pejabat berwenang.
c) Penetapan Pemenang;
Berdasarkan usulan dari panitia/pejabat pengadaan, pejabat yang berwenang menetapkan
pemenang pemilihan langsung.
d) Sanggahan dan Pengaduan;
Mekanisme dan prosedur sanggarahan dan pengaduan mengikuti ketentuan seperti yang
ditetapkan pada proses pelelangan.
e) Penunjukan Pemenang;
PPK menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/jasa untuk melaksanakan pekerjaan
f) Penandatanganan Kontrak.
PPK menyiapkan dan menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan.
4) Penunjukan Langsung
a) Penilaian Kualifikasi;
Panitia/pejabat pengadaan melakukan prakualifikasi terhadap penyedia barang/jasa yang
akan ditunjuk untuk pekerjaan kompleks.
b) Permintaan Penawaran dan Negosiasi Harga;
Panitia /pejabat pengadaan mengundang penyedia barang/jasa untuk mengajukan
penawaran secara tertulis dan melakukan evaluasi, klarifikasi, negosiasi teknis dan harga,
serta membuat berita acara hasil evaluasi, klarifikasi dan negosiasi.
c) Penetapan Penunjukan Langsung;
Panitia/pejabat pengadaan mengusulkan hasil evaluasi, klarifikasi dan negosiasi kepada
pejabat yang berwenang untuk ditetapkan.
d) Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
Berdasarkan surat penetapan, panitia/pejabat pengadaan mengumumkan di papan
pengumuman resmi dan PPK menerbitkan SPPBJ pada penyedia barang/jasa yang ditunjuk.
e) Pengaduan;
Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan apabila dalam proses penunjukan langsung
dipandang tidak transparan, tidak adil dan terdapat indikasi KKN.
f) Penandatanganan Kontrak.
Penandatanganan kontrak mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam proses
pelelangan.

b. Penyusunan dan penandatanganan kontrak Kegiatan terakhir pada proses pelelangan adalah
penandatanganan kontrak pekerjaan, yang meliputi nilai pekerjaan, hak dan kewajiban kedua
belah pihak, serta waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditentukan secara pasti.
Penandatanganan kontrak selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
diterbitkan surat keputusan penetapan penyedia barang/jasa.

c. Pelaksanaan kontrak/penyerahan barang/jasa


Setelah penandatangan kontrak, PPK segera melakukan pemeriksaan lapangan bersama
dengan penyedia barang/jasa dan membuat berita acara keadaan lapangan/serah terima
lapangan. Barang/jasa yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam
dokumen lelang. Penyerahan dapat dilakukan secara bertahap atau menyeluruh dan diakhiri
dengan penyerahan final setelah masa pemeliharaan selesai.

V. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Pengadaan Barang dan Jasa


Jenis audit pengadaan barang/jasa pemerintah (APBJ) adalah audit dengan tujuan
tertentu, (vide penjelasan Pasal 4 ayat 4 Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara).1 Audit dengan tujuan
tertentu ini merupakan audit ketaatan terhadap ketentuan pengadaan barang/jasa yang
dilaksanakan selama proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa, dengan pendekatan Probity.

Ruang lingkup audit adalah setiap kegiatan pengadaan barang/jasa di lingkungan


Kementerian/Lembaga/Institusi dan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam satu tahun
anggaran atau lebih, antara lain: Satuan Kerja /SKPD, Kantor, Dinas, Unit Pelaksana Teknis
Pusat/Daerah, BI/BHMN/BUMN/BUMD dan Badan Usaha Lainnya, termasuk pemanfaatan
barang/jasa.

1
Kegiatan pengadaan barang/jasa dimaksud dimulai dari perencanaan, persiapan
pemilihan penyedia, pelaksanaan pemilihan penyedia, penandatanganan kontrak, pelaksaaan
kontrak sampai dengan pemanfaatan barang/jasa.

Tujuan dan Sasaran Audit

Audit pengadaan barang/jasa ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan


pengadaan barang/jasa telah dilakukan oleh pelaksana pengadaan berdasarkan kejujuran,
integritas dan kebenaran untuk mentaati prinsip pengadaan sesuai ketentuan yaitu efisien,
efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.

Sasaran probity audit adalah:

1) Meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa dilakukan secara benar sesuai dengan


kebutuhan yang benar, baik segi jumlah, kualitas, waktu dan nilai pengadaan yang
menguntungkan negara.

2) Meyakinkan bahwa prosedur pengadaan barang/jasa yang digariskan dalam Pedoman


Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa telah diikuti dengan benar sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

3) Meyakinkan bahwa kuantitas, kualitas dan harga barang/jasa yang diperoleh melalui
proses pengadaan telah sesuai dengan ketentuan dalam kontrak serta diserahterimakan
tepat waktu.

4) Meyakinkan bahwa barang yang diperoleh telah ditempatkan di lokasi yang tepat,
dipertanggungjawabkan dengan benar, dan dimanfaatkan sesuai tujuan penggunaannya.

5) Mencegah penyimpangan dalam kegiatan pengadaan barang/jasa.

6) Mengidentifikasi kelemahan sistem pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa


guna penyempurnaan sistem tersebut.
VI. Proses Pelaksanaan Audit Pengadaan Barang dan Jasa

1) Tahapan Audit

Audit pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1) Persiapan audit, yang merupakan tahapan yang harus dilakukan oleh APIP untuk
merancang penugasan probity audit dan penyusunan tim termasuk koordinasi
dengan auditan, sesuai dengan kebijakan masing-masing instansi.

Audit dilaksanakan oleh tim berdasarkan surat tugas yang diterbitkan oleh APIP
K/L/D/I sesuai dengan rencana penugasan.

Audit dapat dilakukan terhadap keseluruhan tahapan proses pengadaan atau


terhadap tahapan tertentu yang telah ditetapkan.

2) Pelaksanaan audit, sesuai dengan program audit rinci dalam pedoman ini.

3) Pelaporan hasil audit, sesuai dengan tahapan yang diaudit dan mengacu pada
kebijakan pelaporan masing-masing instansi.

2) Dasar Hukum Pemeriksaan


Pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu dengan prosedur eksaminasi yang mengacu kepada:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 4286);
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 4355);
3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400);
4. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4654);
5. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
4707);
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tanggal 19
Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan.
3) Standar Pemeriksaan
Standar pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa pemerintah adalah Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh Badan Badan Pemeriksa Keuangan yang
mengatur Standar Umum, Standar Pelaksanaan Pemeriksaan dan Standar Pelaporan.

Você também pode gostar

  • Soal Uas Ta s1 Juni 17
    Soal Uas Ta s1 Juni 17
    Documento2 páginas
    Soal Uas Ta s1 Juni 17
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Bab 7 & 8 SIA
    Bab 7 & 8 SIA
    Documento9 páginas
    Bab 7 & 8 SIA
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Pertanyaan 15
    Pertanyaan 15
    Documento1 página
    Pertanyaan 15
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Uts SPM
    Uts SPM
    Documento5 páginas
    Uts SPM
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • MKS CA Tugas 9 Zuhrotul Munawaroh
    MKS CA Tugas 9 Zuhrotul Munawaroh
    Documento8 páginas
    MKS CA Tugas 9 Zuhrotul Munawaroh
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Keuntungan Kerugian e Commerce
    Keuntungan Kerugian e Commerce
    Documento3 páginas
    Keuntungan Kerugian e Commerce
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Audit Pengadaan
    Audit Pengadaan
    Documento18 páginas
    Audit Pengadaan
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • UTS Teori Akuntansi
    UTS Teori Akuntansi
    Documento10 páginas
    UTS Teori Akuntansi
    Zuhrotul Munawaroh
    0% (1)
  • Makalah Pendidikan Anti Korupsi
    Makalah Pendidikan Anti Korupsi
    Documento16 páginas
    Makalah Pendidikan Anti Korupsi
    Dede Banteng Tempur
    Ainda não há avaliações
  • Audit Kinerja
    Audit Kinerja
    Documento13 páginas
    Audit Kinerja
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • ETBIS Anti Korupsi
    ETBIS Anti Korupsi
    Documento13 páginas
    ETBIS Anti Korupsi
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Audit SDM
    Audit SDM
    Documento8 páginas
    Audit SDM
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Faktor Terjadinya Korupsi
    Faktor Terjadinya Korupsi
    Documento18 páginas
    Faktor Terjadinya Korupsi
    Zul
    Ainda não há avaliações
  • Praksi 6
    Praksi 6
    Documento6 páginas
    Praksi 6
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Etbis 2
    Etbis 2
    Documento9 páginas
    Etbis 2
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • TA Bab 12
    TA Bab 12
    Documento6 páginas
    TA Bab 12
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Uts Alk
    Uts Alk
    Documento16 páginas
    Uts Alk
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • MKS CA Tugas 9 Zuhrotul Munawaroh
    MKS CA Tugas 9 Zuhrotul Munawaroh
    Documento8 páginas
    MKS CA Tugas 9 Zuhrotul Munawaroh
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Olah Rasa Keindahan Tumbuhan
    Olah Rasa Keindahan Tumbuhan
    Documento1 página
    Olah Rasa Keindahan Tumbuhan
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Ta 13
    Ta 13
    Documento7 páginas
    Ta 13
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • PPT. Periklanan Dan Etika Pengantar Etika Bisnis K. Bertens
    PPT. Periklanan Dan Etika Pengantar Etika Bisnis K. Bertens
    Documento28 páginas
    PPT. Periklanan Dan Etika Pengantar Etika Bisnis K. Bertens
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Audit Pemasaran
    Audit Pemasaran
    Documento12 páginas
    Audit Pemasaran
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • ETBIS Etika
    ETBIS Etika
    Documento5 páginas
    ETBIS Etika
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Ta 13
    Ta 13
    Documento7 páginas
    Ta 13
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Praksi
    Praksi
    Documento6 páginas
    Praksi
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Olah Rasa Tuhan
    Olah Rasa Tuhan
    Documento1 página
    Olah Rasa Tuhan
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Auditing Bab 15
    Auditing Bab 15
    Documento8 páginas
    Auditing Bab 15
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • PUSAT TANGGUNG JAWAB Pusat Pendapatan Dan Beban
    PUSAT TANGGUNG JAWAB Pusat Pendapatan Dan Beban
    Documento7 páginas
    PUSAT TANGGUNG JAWAB Pusat Pendapatan Dan Beban
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações
  • Auditing Bab 15
    Auditing Bab 15
    Documento8 páginas
    Auditing Bab 15
    Zuhrotul Munawaroh
    Ainda não há avaliações