Você está na página 1de 5

4. Infeksi oportinistik HIV ?

Infeksi Oportunistik :
Dalam tubuh, kita membawa banyak kuman bakteri, parasit, jamur dan virus. Sistem kekebalan
yang sehat mampu mengendalikan kuman ini. Tetapi bila sistem kekebalan dilemahkan oleh
penyakit HIV atau obat tertentu, kuman ini mungkin tidak terkendali lagi dan menyebabkan
masalah kesehatan.
Infeksi yang mengambil kesempatan dari kelemahan dalam pertahanan kekebalan disebut
oportunistik. Istilah infeksi oportunistik sering kali disingkat menjadi IO.
Angka IO sudah menurun secara dramatis sejak tersedia terapi antiretroviral (ART). Namun IO
masih menimbulkan masalah, terutama untuk orang yang baru diketahui terinfeksi HIV setelah
infeksinya lebih lanjut. Banyak orang masih dirawat inap di rumah sakit dengan IO yang berat.
Akibat ini, mereka dites HIV, dan baru diketahui terinfeksinya.
Tes untuk IO :
Kita dapat terinfeksi IO, dan dites positif untuk IO tersebut, walaupun IO tersebut belum
menimbulkan penyakit. Misalnya, hampir setiap orang dengan HIV jika dites untuk virus
sitomegalia (cytomegalovirus atau CMV) ternyata positif. Tetapi penyakit CMV sangat jarang
berkembang kecuali bila jumlah CD4 turun di bawah 50, yang merupakan tanda kerusakan berat
terhadap sistem kekebalan.
Untuk menentukan apakah kita terinfeksi IO, darah kita dapat dites untuk antigen (potongan
kuman penyebab IO) atau untuk antibodi (protein yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk
memerangi antigen). Ditemukan antigen berarti kita terinfeksi. Ditemukan antibodi berarti kita
pernah terpajan pada infeksi. Kita mungkin diberikan imunisasi atau vaksinasi terhadap infeksi
tersebut, atau sistem kekebalan mungkin memberantas infeksi dari tubuh kita, atau pun kita
mungkin tetap terinfeksi. Jika kita terinfeksi kuman penyebab IO, dan jika jumlah CD4 kita
cukup rendah sehingga memungkinkan IO berkembang, dokter kita akan mencari tanda penyakit
aktif. Tanda ini tergantung pada IO.
IO dan AIDS
Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat mengembangkan IO jika sistem kekebalannya rusak.
Misalnya, banyak obat yang dipakai untuk mengobati kanker menekan sistem kekebalan.
Beberapa orang yang menjalani pengobatan kanker dapat mengembangkan IO.
HIV melemahkan sistem kekebalan, sehingga IO dapat berkembang. Jika kita terinfeksi HIV dan
mengalami IO, kita mungkin AIDS.
Di Indonesia, Kemenkes bertanggung jawab untuk memutuskan siapa yang AIDS. Kemenkes
mengembangkan pedoman untuk menentukan IO yang mana mendefinisikan AIDS. Jika kita
HIV, dan mengalami satu atau lebih IO resmi ini, maka kita dianggap AIDS.
IO Mana yang Paling Umum:
Pada tahun-tahun pertama epidemi AIDS, IO menyebabkan banyak kesakitan dan kematian.
Namun, setelah orang mulai memakai ART, penyakit akibat IO dialami oleh jauh lebih sedikit
orang. Tidak jelas berapa banyak orang dengan HIV akan jatuh sakit dengan IO tertentu.
Pada perempuan, penyakit pada vagina dapat menjadi tanda awal infeksi HIV. Masalah ini,
antara lain, termasuk penyakit radang panggul dan vaginosis bakteri.
Berikut tercantum IO yang paling umum, berbarengan dengan penyakit yang biasa
disebabkannya, dan jumlah CD4 waktu penyakit menjadi aktif:
Kandidiasis adalah infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina. Rentang CD4: dapat
terjadi bahkan dengan CD4 yang agak tinggi.
Virus sitomegalia (CMV) adalah infeksi virus yang menyebabkan penyakit mata yang dapat
menimbulkan kebutaan. Rentang CD4: di bawah 50.
Dua macam virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes pada mulut atau kelamin. Ini
adalah infeksi yang agak umum, tetapi jika kita terinfeksi HIV, perjangkitannya dapat jauh lebih
sering dan lebih berat. Penyakit ini dapat terjadi pada jumlah CD4 berapa pun.
Malaria adalah umum di beberapa daerah di Indonesia. Penyakit ini lebih umum dan lebih berat
pada orang terinfeksi HIV.Mycobacterium avium complex (MAC) adalah infeksi bakteri yang
dapat menyebabkan demam berulang, seluruh badan terasa tidak enak, masalah pencernaan, dan
kehilangan berat badan yang berlebihan. Rentang CD4: di bawah 50.Pneumonia
pneumocystis(PCP) adalah infeksi jamur yang dapat menyebabkan pneumonia (radang paru)
yang gawat. Rentang CD4: di bawah 200. Sayangnya PCP tetap menjadi IO yang agak umum
pada orang yang belum diketahui HIV, atau Odha yang belum mulai ART.Toksoplasmosis
(tokso) adalah infeksi protozoa yang menyerang otak. Rentang CD4: di bawah 100.Tuberkulosis
(TB) adalah infeksi bakteri yang menyerang paru, dan dapat menyebabkan meningitis (radang
pada sistem saraf pusat). Rentang CD4: TB dapat menimbulkan penyakit dengan jumlah CD4
berapa pun.
Mencegah IO
Sebagian besar kuman penyebab IO sangat umum, dan mungkin kita telanjur terinfeksi beberapa
infeksi ini. Kita dapat mengurangi risiko infeksi baru dengan tetap menjaga kebersihan dan
menghindari sumber kuman penyebab IO yang diketahui.
Meskipun kita terinfeksi beberapa IO, kita dapat memakai obat yang akan mencegah
pengembangan penyakit aktif. Pencegahan ini disebut profilaksis. Cara terbaik untuk mencegah
IO adalah untuk memakai ART. Lihat
Mengobati IO :
Pemulihan kekebalan tubuh :
Pemulihan kekebalan berarti memperbaiki kerusakan yang dilakukan pada sistem kekebalan
tubuh kita oleh HIV.
Dalam sistem kekebalan tubuh yang sehat, ada serangkaian sel CD4 yang penuh untuk
memerangi penyakit yang berbeda ada satu jenis sel CD4 khusus untuk setiap jenis infeksi.
Sebagaimana penyakit HIV berlanjut, jumlah sel CD4 menurun. Sel CD4 yang pertama diserang
adalah sel yang seharusnya secara khusus melawan HIV. Beberapa jenis sel CD4 dapat hilang,
dan ini berarti ada kelemahan pada pertahanan kekebalan. Pemulihan kekebalan mencari cara
untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat melawan infeksi oportunistik (IO lihat Lembaran
Informasi (LI) 500). Karena infeksi ini berkembang waktu jumlah sel CD4 rendah, banyak
peneliti menganggap bahwa jumlah CD4 adalah ukuran yang baik mengenai fungsi kekebalan.
Peningkatan pada jumlah CD4 adalah tanda pemulihan kekebalan. Namun masih ada keraguan
tentang ini lihat Apakah Sel CD4 Baru Sama Baik dengan Sel Lama? di bawah.
Cara pemulihan kekebalan tubuh :
Jika terapi antiretroviral (ART) dimulai segera setelah kita terinfeksi HIV, sistem kekebalan
tubuh kita belum mulai dirusakkan lihat LI 103 mengenai infeksi HIV primer. Sayangnya,
sedikit sekali kasus HIV didiagnosis begitu dini. Sebagaimana infeksi HIV berlanjut, sistem
kekebalan semakin dirusakkan. Para ilmuwan menyelidiki beberapa cara untuk memperbaiki
kerusakan ini.
Perbaiki fungsi timus: Timus adalah organ kecil yang terletak di dada di bawah tenggorokan.
Organ ini mematangkan sel CD4 dari sel darah putih baru yang dibuat di sumsum tulang. Timus
paling efektif waktu kita baru berusia enam bulan sampai dua tahun. Setelah itu, timus menjadi
semakin kecil. Para ilmuwan dulu menganggap bahwa timus tidak bekerja lagi setelah kita
berusia 20 tahun. Namun penelitian menunjukkan bahwa organ ini tetap bisa membuat sel CD4
baru, mungkin sehingga kita berusia 50 tahun. ART dapat memungkinkan timus mengganti jenis
sel CD4 yang hilang.
Waktu para ilmuwan menganggap bahwa timus tidak bekerja lagi pada usia muda, mereka
meneliti pencangkokan timus manusia atau hewan pada seorang dengan HIV. Mereka juga
mencoba merangsang timus dengan hormon. Cara ini mungkin masih penting untuk orang lanjut
usia dengan HIV.
Pulihkan jumlah sel kekebalan: Sebagaimana penyakit HIV berlanjut, jumlah sel CD4 dan CD8
menurun. Beberapa peneliti mencari cara untuk menahan atau meningkatkan jumlah sel ini.
Satu pendekatan disebut perluasan sel. Sel tersebut digandakan di luar tubuh, kemudian
ditransfusi kembali pada tubuh. Pendekatan kedua adalah pemindahan sel, yang mencakup
pemberian sel kekebalan dari saudara kembar atau sanak saudara yang HIV-negatif.
Cara ketiga memakai sitokin. Sel ini adalah pesuruh kimia yang mendukung tanggapan
kekebalan. Penelitian terbanyak dilakukan pada interleukin-2 (IL-2), yang dapat mengakibatkan
peningkatan besar pada sel CD4. Sayangnya hal ini tampaknya tidak menghasilkan kesehatan
yang lebih baik. LI 482 memberi informasi lebih lanjut.
Pendekatan lain adalah terapi gen. Terapi ini mencakup perubahan sel yang berpindah dari
sumsum tulang ke timus untuk menjadi sel CD4. Terapi gen ini coba membuat sel di sumsum
tulang kebal terhadap infeksi HIV. Satu pendekatan adalah zinc finger inhibitor, yang pernah
diteliti untuk membuat sel CD4 tanpa koreseptor CCR5 (lihat LI 106, langkah 2).
Biarkan sistem kekebalan memperbaiki dirinya: Jumlah CD4 meningkat pada banyak orang yang
memakai ART. Beberapa ilmuwan menganggap bahwa sistem kekebalan dapat memulihkan
dirinya bila tidak harus terus-menerus melawan jumlah virus yang sangat besar. Pendekatan ini
tampaknya lebih mungkin setelah kita mengetahui bahwa timus tetap bekerja sehingga kita
hampir berusia 50 tahun.
Kita seharusnya memakai obat untuk mencegah IO setelah jumlah CD4 kita turun di bawah 200.
Namun jika kita memakai ART dan jumlah CD4 kita naik kembali di atas 200, kita dapat
berhenti memakai obat pencegahan tersebut. Bicara dengan dokter sebelum berhenti memakai
obat apa pun.
Merangsang tanggapan kekebalan khusus HIV: Para peneliti memakai jenis HIV yang diubah
dan dibunuh (Remune) untuk merangsang tanggapan tubuh pada HIV. Penelitian bertahun-tahun
mencapai hasil yang membingungkan dan mengecewakan. Pendekatan baru saat ini sedang
diteliti. Salah satunya adalah vaksin terapeutik yang dikenal sebagai DermaVir, yang dipakai
pada kulit. DermaVir dalam uji coba klinis Fase II.
Dalam penelitian lain, sebuah kombinasi vaksin HIV dan IL-2 meningkatkan tanggapan
kekebalan anti-HIV dan mengakibatkan pengendalian HIV selama satu tahun pada satu
penelitian.
Mengurangi peradangan: HIV menyebabkan peradangan (lihat LI 484). Peradangan dikaitkan
dengan banyak penyakit. Mengurangi peradangan terkait HIV mungkin membantu memulihkan
sistem kekebalan tubuh.
Apakah Sel CD4 Baru Sama Baik dengan Sel Lama :
Sebagian besar pendekatan untuk pemulihan kekebalan mencoba meningkatkan jumlah sel CD4.
Pendekatan ini berdasarkan pemikiran bahwa jika jumlah sel CD4 meningkat, sistem kekebalan
tubuh akan lebih kuat.
Waktu Odha mulai memakai ART, jumlah CD4-nya biasanya meningkat. Pada awal, sel CD4
baru kemungkinan tiruan dari jenis sel yang masih ada. Bila beberapa jenis sel CD4 hilang, sel
tersebut tidak akan langsung kembali. Hal ini dapat berarti bahwa pertahanan kita belum
lengkap.
Namun jika HIV tetap dikendalikan selama beberapa tahun, timus mungkin membuat sel CD4
baru yang dapat memenuhi kekurangan ini dan memulihkan kembali sistem kekebalan. Beberapa
di antara sel tersebut mungkin dapat membantu mengendalikan HIV. Beberapa obat antiretroviral
menghasilkan peningkatan yang lebih tinggi pada jumlah CD4 dibandingkan yang lain. Belum
jelas apakah hal ini berdampak pada kesehatan.
Banyak orang yang memakai ART sekarang mempunyai jumlah CD4 yang normal. Namun Odha
tersebut tetap mengalami penyakit non-AIDS, mis. kanker dan penyakit jantung. Penyakit ini
terjadi dengan angka di atas normal berdasarkan usia.
Penelitian baru menunjukkan bahwa tingkat jumlah CD4 yang paling rendah (nadir) mungkin
meramalkan masalah susunan saraf pusat lebih baik daripada jumlah CD4 saat ini. Peningkatan
pada jumlah CD4 tidak mengurangi gejala ini.
Jumlah CD4 yang normal tidak sendiri berarti bahwa sistem kekebalan tubuh sudah pulih.
Penelitian terus dilanjutkan untuk melihat apakah ada cara lebih biak untuk mengukur kesehatan
sistem kekebalan tubuh.
SUMBER :
Yayasan Spirita. Infeksi Oportunistik. Lembar Informasi 500. Diperbaharui 1 Juni 2014
berdasarkan FS 500 The AIDS InfoNet 29 Agustus 2013.

Você também pode gostar