Você está na página 1de 9

A.

Sejarah Hidup Al-Haitam

Abu Ali Al-Hasan Ibnu Al-Hasan Ibnu Al-


Haitham atau
yang lebih
dikenal sebagai
Alhazen di barat,
lahir pada tahun
965 Masihi di
Basrah, Persia,
saat Dinasti
Muwaih dari Persia menguasai Kekhalifahan
Abbasiyah.
Sejak kecil al-Haitham dikenal berotak encer. Ia menempuh pendidikan
pertamanya di tanah kelahirannya . Beranjak dewasa ia merintis kariernya sebagai
pegawai pemerintah di Basrah. Namun, Al-Haitham lebih tertarik untuk menimba
ilmu dari pada menjadi pegawai pemerintah. Setelah itu, ia merantau ke Ahwaz
dan metropolis intelektual dunia saat itu yakni kota Baghdad. Di kota Baghdad, dia
melanjutkan belajarnya dan mendalami ilmu-ilmu arab dan Agama. Selain itu, dia
juga mendalami ilmu matematika, fisika, astronomi, kedokteran, dan filsafat. Pada
usianya yang ketiga puluh tahun, dia pergi ke Mesir atas undangan dari
kekhalifahan Fatimiyyah, Al-Hakim Biamrillah. Ia diundang ke Mesir karena Al-
Hakim Biamrillah mendengar perkataan al-Haitam ,kalau saya di Mesir niscaya
saya dapat melakukan suatu pekerjaan yang dapat melestarikan sungai nil dan
sangat bermanfaat dalam keadaan sungai itu pasang ataupun surut. Saya
mendengar bahwa sungai itu bergemuruh dari tempat yang tinggi, dan itu berada di
ujung daerah Mesir. Al-hakim kemudian tertarik untuk mengetahui dan
memanfaatkan kecerdasan ilmuwan ini. Maka dia mengirim utusan dan
mengundangnya untuk datang ke mesir. Dia berangkat sendiri ke luar kota Cairo
untuk menyambut kedatangan ibnul haitam, kemudian mengajaknya untuk
mempelajari aliran sungai Nil dari Cairo ke Aswan. Ibnul-Haitam telah melihat
aliran sungai itu hingga sampai di daerah Al-Janadil di Selatan Aswan. Dia
memeriksa aliran sungai itu di dua bendungan yangternyata tidak sesuai dengan
gambarannya dan juga tidak cocok dengan proyeknya. Dia kemudian kembali ke
Cairo dan memohon maaf kepada Al-Hakim Biamrillah dengan perasaan malu,
karena ia tidak bisa memenuhi janjinya. Dia menghabiskan sebagian besar
waktunya di Cairo. Di sana dia melanjutkan penelitiannya dan menulis banyak
buku. Dia hidup di Cairo dalam keadaan sederhana dan tawaddu, yang mana dia
hanya tinggal di sebuah kamar di dekat pintu gerbang Masjid Al-Azhar. Dia
terpaksa menyibukkan diri dengan menggandakan buku-buku Euklides dan
Ptolemaeus serta lainnya dan menjualnya di depan mesjid Al-Azhar untuk dapat
menyambung hidupnya. Al haitam merupakan ilmuwan yang mulia bersih hatinya
dan mencintai kebaikan. Dia juga bukan tipe orang yang suka mendekatkan diri
kepada penguasa agar mendapatkan jabatan dan memperoleh penghargaan secara
materi, melainkan ia selalu bergantung kepada dirinya sendiri dan hidup dari hasil
keringatnya sendiri. Dia memilih berprofesi sebagai pengganda naskah-naskah
manuskrip. Untuk dapat hidup setahun, dia cukup menggandakan tiga naskah
manuskrip dan menjualnya. Setelah itu, dia menjalani hari-harinya dengan pola
hidup zuhud agar dapat konsentrasi dalam melakukan penelitian dan menulis
karya-karyanya. Salah satu karyanya yang terkenal yaitu Kitab al-Manazhir telah di
terjemahkan dalam bahasa ke dalam bahasa latin pada tahun 1572, dan diterbitkan di
Basel, Switzerland, dengan judul Thesaurus Opticus, buku ini menjadi rujukan para
pengembang ilmu di Eropa.. Al-Haitham sempat mengenyam pendidikan di
Universitas al-Azhar yang didirikan Kekhalifahan Fatimiyah.
Al-haitam wafat di Kairo sekitar tahun 1039 M.

B. Sejarah Penemuan Konsep

Dunia mengenal al-Haitham sebagai perintis di


bidang optik yang terkenal lewat bukunya bertajuk
Kitab al-Manazir (Buku optik). Untuk membuktikan teori-teori dalam bukunya itu,
sang fisikawan Muslim legendaris itu lalu menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih
dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap. Itulah salah satu karya al-
Haitham yang paling menumental. Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil
dilakukan al-Haithan bersama Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan
merekam fenomena kamera obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya
mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham
membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata
diproyeksikan melalui permukaan datar.

Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja
kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini
secara harfiah diartikan sebagai ''ruang gelap''. Biasanya bentuknya berupa kertas
kardus dengan lubang kecil untuk masuknya cahaya. Teori yang dipecahkan Al-
Haitham itu telah mengilhami penemuan film yang kemudiannya disambung-
sambung dan dimainkan kepada para penonton.

Selain penemuan kamera obscura, terdapat banyak penemuan konsep lain


yang dicetuskan Al-Haitam, yaitu dalam bidang optik, dia menjelaskan bahwa
penglihatan merupakan hasil dari cahaya menembus mata dari benda, dengan
demikian merupakan bantahan terhadap kepercayaan kuno yang mengatakan bahwa
sinar penglihatan datang dari mata. Dia juga mampu menjelaskan bagian-bagian mata
serta fungsinya masing-masing dalam proses penglihatan, Dialah ilmuwan pertama
yang mengajukan argument bahwa penglihatan terjadi di otak, dibandingkan di mata.
Al-Haitham mengesakan bahwa pengalaman seseorang memiliki efek pada apa yang
dilihat dan bagaimana seseorang melihat.

Menurut Al-Haitham, penglihatan dan persepsi adalah subjektif. Al-Haitham


juga adalah ilmuwan pertama yang menggabungkan fisika dengan psikologi
sehingga terbentuklah psychophysics. Melalui percobaan yang dilakukannya dalam
studi psikologi, Al-Haitham banyak mengupas tentang persepsi visual termasuk
sensasi, variasi, dalam sensitivitas, sensasi rabaan, persepsi warna, serta persepsi
kegelapan.
Dalam buku lainnya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul Light
On Twilight Phenomena, al-Haitham membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya
di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.

Menurut Al-Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19


derajat ufuk timur. Warna merah pada senja akan hilang apabila matahari berada di
garis 19 derajat ufuk barat. Ia pun menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias
cahaya dan pembalikan cahaya.

C. Pengembangan Konsep

Istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pun diperkenalkan di


Barat sekitar abad ke-16 M. Lima abad setelah penemuan kamera obscura, Cardano
Geronimo (1501 -1576), yang terpengaruh pemikiran al-Haitham mulai mengganti
lobang bidik lensa dengan lensa (camera).

Setelah itu, penggunaan lensa pada kamera obscura juga dilakukan Giovanni
Batista della Porta (15351615 M). Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah
kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pertama kali diperkenalkan di Barat oleh
Joseph Kepler (1571 - 1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu dengan
menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga dapat memperbesar
proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak jauh modern).

Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang
berbentuk kecil, tanpa kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada 1665 M. Setelah
900 tahun dari penemuan al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara
permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto
permanen pertama diambil oleh Joseph Nicephore Niepce di Prancis pada 1827.

Tahun 1855, Roger Fenton menggunakan plat kaca negatif untuk mengambil
gambar dari tentara Inggris selama Perang Crimean. Dia mengembangkan plat-plat
dalam perjalanan kamar gelapnya - yang dikonversi gerbong. Tahun 1888, George
Eastman mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Hitham dengan
baik sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah
mengikuti perkembangan teknologi.

Pada abad ke-13 M, sarjana Inggris, Roger Bacon (1214 M - 1294 M),
menulis tentang kaca pembesar dan menjelaskan bagaimana membesarkan benda
menggunakan sepotong kaca. "Untuk alasan ini, alat-alat ini sangat bermanfaat untuk
orang-orang tua dan orang-orang yang memiliki kelamahan pada penglihatan, alat ini
disediakan untuk mereka agar bisa melihat benda yang kecil, jika itu cukup
diperbesar," jelas Roger Bacon.

Beberapa sejarawan ilmu pengetahuan menyebutkan Bacon telah mengadopsi


ilmu pengetahuannya dari ilmuwan Muslim, Ibnu al-Haitam. Bacon terpengaruh
dengan kitab yang ditulis al-Haitham berjudul Ktab al-Manazir Kitab tentang Optik.
Kitab karya al-Haitham itu ternyata telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.

D. Aplikasi Konsep

Sebuah versi kamera obscura digunakan dalam Perang Dunia I untuk melihat
pesawat terbang dan pengukuran kinerja. Pada Perang Dunia II kamera obscura juga
digunakan untuk memeriksa keakuratan navigasi perangkat radio.
Ibnu al-Haitham telah banyak melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah
memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam
menciptakan mikroskop serta teleskop.

Konsep lensa dikembangkan dalam pembuatan kaca mata.

Penjelasan cara penglihatan dan bagian-bagian mata dikembangkan dalam kedokteran


yaitu dalam pembedahan dan operasi mata

E. Pengembangan Konsep Ke Depan

Kiranya di kemudian hari dapat dibuat kamera digital dengan resolusi


pembesaran yang sangat tinggi sehingga dapat digunakan mengamati benda nano
sehingga proyek nano yang sedang di kembangkan saat ini lebih cepat terealisasi.
F. Soal

Pertanyaan:

1. Bagaimana sejarah penemuan kamera obscura?


Jawaban: Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan al-Haithan
bersama Kamaluddin al-Farisi. Penemuan itu berawal ketika keduanya
mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-
Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari
semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar.

2. Bagaimana pengembangan konsep kamera obscura?


jawaban : Istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham diperkenalkan di
Barat sekitar abad ke-16 M. Lima abad setelah penemuan kamera obscura,
Cardano Geronimo (1501 -1576), yang terpengaruh pemikiran al-Haitham mulai
mengganti lobang bidik lensa dengan lensa (camera). Setelah itu, penggunaan
lensa pada kamera onscura juga dilakukan Giovanni Batista della Porta (1535
1615 M). Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah kamera obscura yang
ditemukan al-Haitham pertama kali diperkenalkan di Barat oleh Joseph Kepler
(1571 - 1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu dengan menggunakan
lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga dapat memperbesar proyeksi
gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak jauh modern).
Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang
berbentuk kecil, tanpa kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada 1665 M.
Setelah 900 tahun dari penemuan al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali
digunakan secara permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh
kamera obscura. Foto permanen pertama diambil oleh Joseph Nicephore Niepce
di Prancis pada 1827.
Tahun 1855, Roger Fenton menggunakan plat kaca negatif untuk mengambil
gambar dari tentara Inggris selama Perang Crimean. Dia mengembangkan plat-
plat dalam perjalanan kamar gelapnya - yang dikonversi gerbong. Tahun 1888,
George Eastman mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-
Hitham dengan baik sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak itulah,
kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi.
3. Mengapa Al-Haitam disebut sebagai the first Scientist?
Jawaban : Beliau dianggap sebagai the first Scientist karena beliau merupakan
seorang ilmuwan muslim yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika,
geometri, pengobatan, dan filsafat, dan karena kehebatannya dalam menjabarkan
optic, sebagai pelopor metode ilmiah modern dan juga sebagai psikolog pertama.

Você também pode gostar