Você está na página 1de 12

ALIRAN ALIRAN TEOLOGI DALAM ISLAM, TOKOH DAN POKOK POKOK PEMIKIRAN

DALAM MASA KLASIK


By Aqsol Aziz,MA
I. PENDAHULUAN
Segala perkataan dan perbuatan nabi Muhammad saw pasti semuanya akan terbukti mengenai
kebenaran dan kepastiannya, bahkan sebagaimana beliau bersabda mengenai akan nasib umat
Islam mendatang dalam haditsnya yang telah diriwayatkan oleh Ibn Majah dan At Turmudzi
sebagai berikut :



:
.

.
.
: : :
:
.
Artinya : Nabi saw memberitahu : bahwa umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, yang
selamat hanya satu, lainnya binasa. Beliau ditanya : siapa yang selamat ? Beliau menjawab :
Ahlussunnah Wal Jamaah. Ditanya lagi : siapa itu Ahlussunnah Waljamaah ? Beliau menjawab :
yang mengikuti apa yang saya lakukan beserta para sahabatku .

II. POKOK PEMBAHASAN


A. Sejarah Pertumbuhan Aliran aliran Teologi dalam Islam
B. Aliran Khawarij
C. Aliran Murjiah
D. Aliran Syiah
E. Aliran Qadariah dan Jabariah
F. Aliran Mutazilah
G. Aliran Ahlussunnah Wal Jamaah

III. PEMBAHASAN
A. Sejarah Pertumbuhan Aliran aliran Teologi dalam Islam
Awal mula tumbuhnya aliran aliran dalam Islam adalah karena masalah politik yang terus
meningkat menjadi persoalan teologi. Hal ini sebenarnya sudah terjadi pada saat wafatnya nabi
Muhammad saw yaitu mengenai permasalahan siapakah yang nantinya pantas menjadi
pengganti beliau, dan masalah ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan khalifah Ali
Ibn Thalib tepatnya pada saat perang Shiffin.
Perang Shiffin adalah peperangan antara khalifah Ali dan Muawiyah (gubernur propinsi Syam
atau Syria), terjadi pada bulan Shafar tahun 37H/658M. Sebenarnya kemenangan sudah ada
pada pihak khalifah Ali, akan tetapi dengan kelicikkan dan taktik perpolitikkan para tokoh
Muawiyah terutama Amr Ibn al - As maka disepakati untuk diadakannya proses arbitrasi guna
menyelesaikan masalah peperangan ini. Sebagai pengantara diangkat dua orang : Amr Ibn al
As dari pihak Muawiyah dan Abu Musa al Asyari dari pihak Ali. Dalam pertemuan mereka,
kelicikkan Amr mengalahkan perasaan takwa Abu Musa. Sejarah mengatakan antara keduanya
terjadi permupakatan untuk menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan, Ali dan Muawiyah.
Tradisi menyebut bahwa Abu Musa al Asyari, sebagai yang tertua, terlebih dahulu berdiri
mengumumkan kepada orang ramai putusan menjatuhkan ke dua pemuka yang bertentangan
itu. Berlainan dengan apa yang telah disetujui, Amr Ibn al As, mengumumkan hanya
menyetujui penjatuhan Ali yang telah di umumkan al Asyari, tetapi menolak penjatuhan
Muawiyah.

Dengan kejadian ini maka tentunya sangat merugikan bagi pihak khalifah Ali, karena secara
tidak langsung terdapat penyerahan jabatan khalifah dari khalifah Ali kepada Muawiyah. Hal ini
memicu protes yang sangat keras dari sebagian barisan Ali sendiri mengenai diadakannya
proses arbitrasi tersebut. Mereka berpendapat bahwa putusan hanya datang dari Allah dengan
kembali pada hukum hukum yang ada dalam al Quran, La Hukma Illa Lillah (tidak ada
hukum selain hukum Allah). Sehingga mereka memandang Ali Ibn Thalib telah berbuat salah,
oleh karena itu mereka keluar dari barisannya Ali, dan golongan inilah yang nantinya disebut al
Khawarij (orang orang yang keluar atau memisahkan diri) .

Pada saat itulah awal mula terjadinya pertumbuhan aliran aliran teologi dalam Islam. Golongan
khawarij tidak hanya memandang Ali, Muawiyah, Amr Ibn al As, Abu Musa al Asyari telah
berbuat salah saja tetapi mereka telah kafir, karena al Quran mengatakan :

. ( 44 : )
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu
adalah orang-orang yang kafir.
Akan tetapi pada perkembangannya mereka tidak hanya mengkafirkan orang yang tidak
menentukan hukum dengan al Quran saja, tetapi orang yang berbuat dosa besar (murtakib al
kabair) juga dipandang telah kafir.

Persoalan orang yang berbuat dosa inilah kemudian yang memicu tumbuhnya aliran aliran
teologi lain. Pertama, aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang berdosa besar adalah kafir.
Kedua, aliran Murjiah yang menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap masih
mukmin dan bukan kafir, adapun soal dosa yang telah dilakukan terserah kepada Allah swt untuk
mengampuni atau tidak. Ketiga, aliran Mutazilah yang berpendapat bahwa orang yang berbuat
dosa besar itu bukanlah kafir tetapi bukan pula mukmin (al manzilah bain al manzilitain).
Keempat, aliran Qadariah yang berpanutan bahwa manusia itu mempunyai kemerdekaan dalam
kehendak dan perbuatannya. Kelima, aliran Jabariah beritikad sebaliknya dari aliran Qadariah
yaitu manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.

B. Aliran Khawarij
1. Asal-usul Khawarij
Banyak nama yang diberikan pada aliran ini antara lain :

a. Nama khawarij diambil dari kata asal kharaja artinya telah keluar. Maksudnya ialah orang-
orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib karena tidak setuju terhadap sikapnya yang mau
menerima perdamaian dalam penyelesaian sengketa kekhalifahan dengan Muawiyah bin Abi
Sofyan.

b. Dinamakan khawarij, karena mereka keluar dari rumah-rumah mereka dengan maksud
berjihad di jalan Allah.

c. Dinakan Syurah karena mereka menganggap bahwasannya diri mereka telah mereka jual
kepada Allah. Maksudnya menjual diri mereka untuk menegakkan agama Allah.

d. Dinamakan Haruriyah, karena mereka pergi berlindung ke suatu kota kecil dekat Kufah yang
bernama Harura.

e. Dinamakan Muhakkimah, karena mereka dalam perjuangannya selalu menggunakan simbol


Lahukma illa lillah.

2. Paham dan pokok ajarannya


Khawarij adalah merupakan pecahan dari pengikut Ali bin Abi Thalib yang mulai timbul dan
memisahkan diri setelah terjadi perang Shiffin. Mereka memilih Abdullah bin Wahab Al Rasidi
menjadi imam mereka. Dalam pertempuran dengan Ali, mereka mengalami kekalahan, tapi
akhirnya seorang dari mereka bernama Abd al Rahman bin Muljam dapat membunuh Ali.

Adapun paham dan pokok ajarannya adalah :

a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam

b. Yang berhak menjadi khalifah adalah siapa saja yang sanggup, asal beragama Islam.

c. Khalifah yang terpilih akan terus memegang jabatannya selama ia bersikap adil dan
menjalankan syariat Islam.

d. Khalifah Abu Bakar dan Umar diakui sah karena keduanya diangkat dan tidak
menyeleweng dari ajaran Islam.
e. Khalifah Utsman bin Affan dianggap menyeleweng mulai dari tahun ketujuh
khilafahnya, sedang Ali bin Abi Thalib dianggap menyeleweng setelah peristiwa
perdamaian dengan Muawiyah. Dan sejak itu Utsman dan Ali dihukumi kafir, demikian
pula Muawiyah serta semua orang yang telah mereka anggap melanggar ajaran-ajaran
Islam.

3. Sekte, tokoh dan ajarannya


Khawarij terpecah menjadi beberapa aliran kecil (sekte) dan dipimpin oleh tokoh yang mereka
anut, antara lain:

a. Al Azariqah, tokohnya ialah Nafi bin Al Azraq (686 M). Sekte ini merupakan sekte yang
ekstrim, karena pandangannya hanya merekalah yang sebenarnya orang Islam dan daerah
kekuasaannya terletak di perbatasam Irak dengan Iran.

b. An Najaddat, tokohnya ialah Najdah bin Amir. Ajaran sekte ini antara lain:

1) Orang yang salah setelah melakukan ijtihad dimaafkan

2) Agama itu meliputi dua hal yaitu mengetahui kepada Allah dan Rasul-Nya.

3) Orang yang berjihad sampai menghalalkan yang haram atau sebaliknya


dimaafkan.

c. Al Ibadiyah, tokohnya bernama Abdullah bin Ibad At Tamimy. Mereka agak moderat dan
toleran terhadap golongan lain. Sebagai contohnya mereka menganggap bahwa orang Islam
yang tidak sepaham dengan mereka boleh diadakan hubungan perkawinan dan warisan,
syahadatnya dapat diterima, serta haram membunuhnya.

d. Syufriah, tokohnya bernama Ziyad bin Al Asfar. Paham mereka tidak berbeda dengan
golongan Az Zariqah oleh sebab itu merupakan golongan yang ekstrim. Pendapat yang menjadi
ciri khas mereka :

1) Taqiyah hanya boleh dalam bentuk perkataan dan tidak dalam bentuk perbuatan.
2) Demi untuk keamanan dirinya perempuan Islam boleh kawin dengan laki-laki kafir, di daerah
bukan Islam.

C. Aliran Murjiah
1. Asal-usul Murjiah

Murjiah berasal dari kata Al Irjaa mempunyai dua arti:

a. At Takhiir, artinya mengemudiankan, menunda. Pengertian ini menunjukkan bahwa aliran ini
mengemudiankan amal dari niat.
b. Ithoo Al Rajaa, artinya memberi pengharapan. Pengertian ini menunjukkan bahwa iman itu
tidak rusak karena perbuatan dosa, begitu pula perbuatan kafir tidak merusak dari ketaatan.
c. Pendapat lain nama Murjiah diambil dari kata Arjaa yang berarti menangguhkan atau
mengakhirkan. Maksudnya mereka menangguhkan persoalan golongan-golongan umat Islam
yang berselisih dan yang telah banyak mengalirkan darah sampai hari pembalasan nanti dan
mereka tidak menentukan hukumnya bagi setiap yang berselisih.

2. Paham dan pokok ajarannya.

Setelah terjadi perdamaian antara Ali dan Muawiyah, muncul golongan yang tidak mau campur
tangan terhadap persoalan tersebut, merekalah yang disebut aliran Murjiah. Dan setelah
menjadi aliran politik mulai membicarakan persoalan-persoalan ketuhanan. Pembahasan yang
terpenting adalah mengenai pembatasan iman, kufur, dan mukmin.

Murjiah menganggap bahwa iman itu adalah mengenal kepada Allah dan utusannya, dan siapa
yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu rasul Allah maka
dia termasuk orang mukmin. Barang siapa percaya kepada Tuhan dan utsanNya, tetapi ia
meninggalkan kewajiban agama dan menjalankan dosa besar menurut mereka orang semacam
ini tetap mukmin tetapi menurut Khawarij adalah kafir. Murjiah tidak mengartikan iman kecuali
hanya kepercayaan dalam hati saja terhadap Allah dan utusanNya, adapun amal lahiriyah tidak
termasuk iman. Pandangan ini sesuai dengan pandangan mereka dalam politik, mereka tidak
mengkafirkan golongan Umawy, Syiah ataupun Khawarij sebab iman menurut mereka dalam
hati, dan tidak dapat mengetahuinya kecuali Allah.

3. Sekte, tokoh dan ajarannya.

a. Yunusiah, tokohnya adalah Yunus bin Aun Annamiri yang berpendapat bahwa iman ialah
mengetahui Allah, tunduk, patuh, dan meninggalkan sifat-sifat kesombongan dan cinta dalam
hati. Barangsiapa yang melakukan maksiat tidak merusak iman seseorang.
b. As Sahiliyah, tokohnya ialah Abu Hasan As Sahili. Pendapatnya bahwa iman ialah mengetahui
Tuhan dan kufur ialah tidak mengetahui Tuhan. Yang disebut ibadah hanyalah iman.
c. Al Ubaidiyah, tokohnya ialah Ubaid Al Maktaab. Pendapatnya diantaranya selain syirik
diampuni, jika seorang mati dalam iman dosa-dosa dan perbuatan jahat yang dikerjakan tidak
akan merugikan bagi yang bersangkutan.
d. Al Ghasaniyah, tokohnya ialah Ghasan Al Kufi. Ia berpendapat bahwa amal tidak sepenting
iman yang mengakibatkan pada pengertian bahwa hanya imanlah yang penting dan yang
menentukan mukmin dan tidaknya seseorang.
e. Assaubaniyah, tokohnya ialah Abu Syauban Al Murjii. Pendapatnya bahwa iman adalah
mengetahui Allah dan RasulNya yang masuk akal boleh diperbuat dan yang tidak masuk akal
boleh ditinggalkan karena bukan dari iman. Artinya iman ialah sesuai dengan akal dan amal tidak
campur tangan dengan iman.
f. At Tumaniyah, tokohnya ialah Abu Muaz At Tumani. Ia berpendapat bahwa iman ialah
membenarkan dengan hati dan lidah dan kafir ialah tidak tahu kepada Tuhan.

D. Aliran Syiah
1. Asal-usul Syiah dan ahlul bait.

Kata Syiah menurut Ibnu Khaldun berarti As shahbu wal Ittibaau yang artinya pengikut atau
partai. Menurut istilah Syiah adalah suatu golongan umat Islam yang memberikan kedudukan
istimewa kepada keturunan Nabi Muhammad SAW dan menempatkan Ali bin Abi Thalib serta
Ahlul Bait pada derajat yang lebih utama daripada sahabat Nabi yang lain, mereka mencintai Ali
dan keturunannya dengan sepenuh hati dan disertai sikap dan tindakan yang nyata.

2. Paham dan pokok ajarannya

Adapun pokok-pokok ajarannya sebagai berikut:

a. Yang menuntut agar hak untuk menjabat khalifah baik dalam urusan keagamaan ataupun
urusan kenegaraan harus menjadi hak waris bagi keluarga Nabi (Ali bin Abi Thalib dan anak
cucunya).
b. Syahnya imam atau khalifah hanya apabila mendapat nash atau diangkat oleh Nabi sendiri
dan kemudian oleh imam-imam sesudah beliau secara berurutan.
c. Bahwa tiap-tiap imam yang telah diangkat oleh imam sebelumnya itu adalah makshum artinya
terpelihara dari dosa sejak dilahirkannya.

3. Sekte, tokoh dan ajarannya


a. Al Imamiyah atau Al Isna Asyariyah atau Rafidhah. Pokok-pokok ajarannya :

1) Bahwa Ali bin Abi Thalib satu-satunya khalifah yang sah sesudah Nabi.
2) Mereka mengajarkan ajarannya dua belas imam yang berurutan satu sama lain dari
keturunan Ali dengan Fathimah.
3) Mereka mengajarkan adanya kemakshuman, kemahdiyan, dan akan datangnya imam yang
terakhir dan taqiyah.

b. Zaidiyah, tokohnya ialah Zaid bin Ali. Dia mengajarkan bahwa:

1) Imam-imam itu terbatas hanya dari anak cucu Ali dengan Fathimah.
2) Kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman dianggap sah namun kurang utama.

c. Ismailliyah, tokohnya ialah Ismail bin Jafar Ash Shadiq. Ia diriwayatkan suka minum khamar,
sehingga sebagian penganutnya menggugurkan keimamannya dan beralih beriman kepada adik
Ismail, yaitu Musa Al Kodhim. Golongan ini membatasi imam-imam hingga yang ketujuh saja.
Golongan ini termasuk aliran yang ekstrim yang ajarannya banyak yang melampaui batas.

d. Gholliyah (Ghullat), dipimpin oleh Abdullah bin Sabak, seorang yang semula beragama
Yahudi. Golongan ini juga dikenal ekstrim.

E. Aliran Qadariah dan Jabariah


Disebabkan karena Tuhan bersifat Maha Kuasa dan mempunyai kehendak yang mutlak maka
timbullah pertanyaan sampai dimanakah manusia sebagai ciptaan Tuhan, bergantung kepada
kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya? Diberi
Tuhankah manusia kemerdekaan dalam mengatur hidupnya? Ataukah manusia terikat
seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan?

Maka terdapat dua perbedaan pendapat. Yang pertama, kaum Qadariah berpendapat bahwa
manusia mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam menentukan perjalanan hidupnya
dengan demikian nama Qadariah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah
atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Yang kedua, kaum Jabariah berpendapat bahwa
manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.
Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Jadi, nama Jabariah berasal dari
kata jabara yang berarti memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia
mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.

Paham Qadariah pertama kali dipelopori oleh Mabad al Juhani dan Ghailan al Dimasyqi.
Menurut Ghailan, manusia berkuasa atas perbuatannya, manusia sendirilah yang melakukan
perbuatan baik maupun jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.

Paham Jabariah dipelopori oleh Al Jad Ibn Dirham, tetapi yang menyiarkannya adalah Jahm Ibn
Safwan. Menurut Jahm, manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa, tidak
mempunyai daya, tidak mempunya kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan, manusia
dalam melakukan perbuatannya hanya dipaksa. Tuhanlah yang menciptakan perbuatan dalam
diri manusia.

Tokoh Jabariah yang lain yaitu Al Husain Ibn Muhammad Al Najjar yang bersifat lebih moderat.
Menurutnya, Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia, tetapi manusia mempunyai
bagian dalam perwujudan perbuatan itu. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai
efek untuk mewujudkan perbuatannya. Paham yang sama diberikan oleh Dirar Ibn Amr.

F. Aliran Mutazilah
1. Lahirnya aliran Mutazilah
Lahirnya aliran Mutazilah tidak dapat dipisahkan dengan suasana pada waktu itu yang
merupakan faktor-faktor pendorongnya, yaitu:

a. Banyaknya orang-orang yang hendak menghancurkan Islam dari segi aqidah.


b. Kota Bashrah yang merupakan pusat ilmu dan peradaban Islam dan merupakan tempat
bertemunya aneka kebudayaan asing disamping bertemunya bermacam-macam agama.
c. Perguruan di masjid Bashrah yang berbentuk halaqah (lingkaran pelajaran) di bawah asuhan
Hasan Basri yang digelari Abu Said (642-728 M).
Hasan Basri adalah murid yang terkenal dari sahabat besar Anas bin Malik. Dari perguruan
Basrah inilah menjadi pangkal dari pergerakan-pergerakan agama dalam Islam terutama
pergerakan dalam ilmu kalam. Dua murid terkenal dari perguruan ini memainkan perannya
sebagai pembangkit aliran scholastik, yaitu Wasil bin Ata (669-748 M) dan Amru bin Ubaid (143
H) yang membina suatu aliran besar yang kemudian terkenal dengan nama Mutazilah. Dalam
membahas masalah ilmu kalam, golongan ini banyak menggunakan akal sehingga terkenal
dengan sebutan aliran rasionalis islam.

2. Asal-usul Mutazilah

a. Dinamakan Mutazilah sebab Wasil dan Amru memisahkan diri dari halaqah Hasan Basri,
karena adanya perbedaan pendapat antara Wasil dan Amru dengan Hasan Basri tentang hukum
orang Islam yang berbuat dosa besar. Menurut Wasil dan Amru, orang Islam yang berbuat dosa
besar itu bukan mukmin bukan pula kafir, tetapi dia berada diantara keduanya, yaitu fasiq.
b. Dinamakan Mutazilah sebab mereka melepaskan diri dari pendapat ulama atau aliran
terdahulu yaitu mengenai hukum orang Islam yang berbuat dosa besar.
c. Dinamakan Mutazilah sebab menurut anggapan mereka, orang Islam yang berbuat dosa
besar itu menjauhkan diri (Itizal) dari golongan mukmin dan kafir.

3. Paham dan pokok ajarannya

Mutazilah menganut paham lima pokok ajaran dasar yang harus dipegang yaitu:

a. Tauhid (keesaan), yaitu ajaran monotheisme yang murni dan mutlak adalah dasar Islam yang
pertama dan utama.
b. Adil (keadilan Allah), yaitu dasar keadilan yang dipegang aliran Mutazilah ialah meletakkan
pertanggungan jawab manusia atas segala perbuatannya. Aliran ini telah mengemukakan
teorinya tentang assilah wa aslah (baik dan terbaik) dan teorinya tentang hasan dan qobih (baik
dan buruk).
c. Waad dan Waid (janji dan ancaman), yaitu aliran Mutazilah meyakini bahwa janji Allah akan
memberi pahala dan ancaman siksa kepada mereka yang melakukan perbuatan pasti
dilaksanakanNya.
d. Manzilatu Bainal Manzilatain (diantara dua tempat), yaitu orang Islam yang berbuat dosa
besar selain syirik itu bukan mukmin bukan pula kafir, tetapi dia berada diantara keduanya, yaitu
fasiq.
e. Amar Maruf Nahi Munkar (memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan).

4. Tokoh-tokoh Mutazilah

a. Abu Huzaifah Wasil bin Ata Al Ghazali (669-748 M), di antara karyanya:

1) Al Alf Masalah fi Ar Rodi ala Al Manawiyah


2) Almanzilat bainal Manzilatain
3) Al Khattab fi Al Adl wa At Tauhid

b. Abu Huzail Al Allaf (753-840 M)

c. Ibrahim bin Sayyar An Nazzan (845 M)


d. Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al Jubbai (849-917 M)

G. Aliran Ahlussunnah Wal Jamaah


Banyak kalangan yang menentang aliran Mutazilah, terutama di kalangan rakyat biasa yang
tidak dapat menyelami ajaran-ajaran Mutazilah yang bersifat rasional itu. Rakyat biasa, dengan
pemikiran yang sederhana, ingin ajaran yang sederhana pula. Kaum Mutazilah dalam sejarah
memang merupakan golongan minoritas, dan dikenal sebagai golongan yang tidak kuat
berpegang pada hadits.

Mungkin inilah yang menimbulkan term ahli sunnah dan jamaah, yaitu golongan yang
berpegang teguh pada sunnah dan merupakan golongan mayoritas. Yang dimaksud dengan ahli
sunnah wal jamaah dalam ilmu kalam adalah aliran Asyariah dan Maturidiah yang menentang
ajaran-ajaran Mutazilah.

1. Aliran Asyariah

a. Al Asyari dan karyanya

Al Asyari (873-935 M) pernah menjadi pengikut setia aliran Mutazilah selama 40 tahun, tetapi
akhirnya ia keluar disebabkan karena perbedaan pendapat dengan gurunya, Al Jubbai.
Kemudian Al Asyari mendirikan aliran baru yang disebut aliran Asyariah yang dalam
perluasannya diidentikkan dengan sebutan aliran ahlussunnah wal jamaah. Di antara karya-
karyanya:

1) Maqaalat al Islaamiyyin
2) Al Ibanah an Ushul al Diniyah
3) Al Luma fi al rad ala ahla ziagh wa al bida

b. Ajaran-ajaran Al Asyariah
1) Tentang wahyu Tuhan yang disebut Kalam Allah. Kalam Allah yaitu lafal-lafal yang diturunkan
Tuhan melalui malaikat Jibril kemudian disampaikan kepada Nabi Muhammad, adalah dalalah
dari kalam yang sifatnya azali. Dalalah yang disebutkan itu adalah makhluk (diciptakan), yang
madlul bersifat qadim dan azali.
2) Pengakuan adanya sifat-sifat Tuhan. Menurut Al Asyari sifat-sifat Tuhan itu tidak sama
dengan Zat Tuhan, keduanya qadim. Jadi, Tuhan mempunyai Zat, sifat dan perbuatan.
3) Melihat Tuhan di akhirat. Manusia dapat melihat Tuhan di akhirat karena Tuhan itu maujud,
setiap yang maujud memungkinkan untuk padat dilihat.
4) Dosa besar. Orang Islam yang melakukan dosa besar, ia tetap mukmin ashi atau fasiq,
apabila ia meninggal dunia sebelum bertaubat maka ia terserah kepada Tuhan atas
pelanggarannya itu, apakah Tuhan akan menyiksa atau mengampuninya. Walaupun ia masuk
neraka, tetapi akhirnya dimasukkan ke dalam surga juga.
5) Imamah atau kepala pemerintahan ditetapkan berdasarkan musyawarah untuk mendapatkan
mufakat dan dengan pemilihan.

c. Tokoh-tokoh aliran Asyariah

1) Al Baqillani
2) Al Juwaini
3) Al Ghazali
4) As Sanusi

2. Aliran Maturidiyah

a. Al Maturidi dan karyanya


Al Maturidi (944 M) adalah pengikut Abu Hanifah. Sistem pemikiran theologinya masuk dalam
golongan theologi ahlussunah waljamaah dan dikenal dengan nama Al Maturidiyah. Diantara
karyanya adalah sebagai berikut:

1) Kitab Tawilat Al Quran atau Tawilat As Sunah


2) Kitab Al Jadal
3) Kitab Maqalat
4) Kitab At Tauhid
5) Kitab Ushul

b. Ajaran-ajaran Al Maturidi
Perlu diketahui bahwa aliran Maturidiah terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan
Samarkand yang merupakan pengikut Al Maturidi sendiri dan golongan Bukhara yang
merupakan pengikut Al Bazdawi (murid Al Maturidi). Ajaran-ajaran Al Maturidi:
1) Peranan akal dan wahyu, menurutnya meskipun kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui
dengan akal, tetapi kewajiban itu sendiri datangnya dari Tuhan.
2) Sifat-sifat Allah, Aliran Maturidiyah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat.
3) Al Quran, menurut Al Maturidi bahwa Al Quran itu sifat Tuhan, ia tidak diciptakan, tetapi
bersifat qadim.
4) Anthropomorphisme, Al maturidi tidak menyetujui paham tashbih dan tajsim bagi Tuhan.
Adapun kata-kata tangan, wajah, mata, yang diidhofahkan pada Tuhan dalam Al Quran harus
ditawilkan.
5) Melihat Tuhan di akhirat, Al Maturidi sependapat dengan paham Al Asyari bahwa Tuhan akan
dapat dilihat oleh manusia di akhirat.
6) Kekuasaan dan kehendak Tuhan, menurut Al Maturidi bahwa kekuasaan mutlak Tuhan dan
kehendak Tuhan dibatasi oleh batasan-batasan yang telah ditentukan Tuhan sendiri.
Diantaranya dalam bentuk kebebasan yang diciptakan Tuhan untuk manusia berupa perbuatan
dan kehendak terhadap yang baik dan yang buruk.
7) Keadilan Tuhan, menurut Maturidi perbuatan manusia bukanlah kehendak Tuhan akan tetapi
adalah perbuatan manusia itu sendiri.
8) Janji dan ancaman atau kewajiban Tuhan, Al Maturidi menerima paham adanya kewajiban
Tuhan terhadap manusia, sekurang-kurangnya kewajiban menepati janji, tentang pemberian
pahala bagi perbuatan baik dan pemberian siksa bagi perbuatan jahat.
9) Beban di luar kemampuan manusia, Al Maturidi berpendapat bahwa Tuhan tidak membebani
manusia dengan kewajiban-kewajiban yang tak terpikul.

c. Tokoh aliran Maturidiyah


Salah satu tokoh yang penting yaitu Al Bazdawi (421-493 H). Ia berhasil mengarang beberapa
kitab penting yaitu Ushul Al Din, Al Waaqiaat dan Al Mabsuth.

IV. KESIMPULAN
1. Perpecahan umat islam menjadi beberapa aliran secara umum dapat disebabkan oleh :

a. Masalah perpolitikan mengenai pengangkatan khalifah.


b. Masalah pengkafiran seseorang yang telah berbuat dosa besar

2. Aliran aliran teologi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Aliran Khawarij
b. Aliran Murjiah
c. Aliran Syiah
d. Aliran Qadariah dan Jabariah
e. Aliran Mutazilah
f. Aliran Ahlussunnah Wal Jamaah

V. PENUTUP
Alhamdulillah, kami sampaikan kepada Allah karena dengan anugerah dan kebesaran-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tetapi kami menyadari betul bahwa makalah kami masih jauh
dari kesempurnaan. Sehingga kritik dan saran dari para pembaca sangat kami butuhkan.
Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Muhammad Tholhah, Ahlussunnnah Wal Jamaah dalam Persepsi dan Tradisi NU,
Jakarta : Lan Tabora Press, 2005.
Muhaimin, HM., IlmuKalam-Sejarah dan Aliran-aliran, Yogyakarta: Pusaka Pelajar,1999.
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI
Press, 1986.
Souyb, Joesoef, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987

Você também pode gostar