Você está na página 1de 4

ANALISIS dan PEMBAHASAN

PERCOBAAN HIDROGEN
Sumber : - Lee, J.D. Concise inorganik chemistry
- http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogen, diakses tgl 5 maret 2011 pukul 18.30 wib
Pernyataan I : Pembentukkan Hidrogen
- Hidrogen dapat dibentuk melalui reaksi antara logam golongan I A atau II A dengan air (H2O)
yang juga menghasilkan larutan hidroksida yang bersifat basa.
- Hidrogen dapat dibentuk melalui reaksi antara logam dengan suatu asam encer atau sebuah
logam alkali dengan alumunium
Pernyataan II : Sifat fisika dan kimia Hidrogen
- Hidrogen merupakan gas tidak berwarna, tidak berbau, dapat dicairkan dan didinginkan dalam
nitrogen cair. Hidrogen cair mempunyai titik didih -250 0C dan titik beku pada -2590C. Hidrogen
dapat terbakar di udara, bereaksi sambil mengeluarkan ledakkan (letupan) dengan gas oksigen
maupun halogen.
- Kelarutan dan karakteristik hidrogen dengan berbagai macam logam merupakan subyek yang
sangat penting dalam bidang metalurgi (karena perapuhan hidrogen dapat terjadi pada
kebanyakan logam ) dan dalam riset pengembangan cara yang aman untuk meyimpan hidrogen
sebagai bahan bakar.Hidrogen sangatlah larut dalam berbagai senyawa yang terdiri dari logam
tanah nadir dan logam transisi dan dapat dilarutkan dalam logam kristal maupun logam amorf.
Kelarutan hidrogen dalam logam disebabkan oleh distorsi setempat ataupun ketidakmurnian
dalam kekisi hablur logam.Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada
konsentrasi serendah 4% H2 di udara bebas. Entalpi pembakaran hidrogen adalah -286 kJ/mol.
Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia:
2 H2(g) + O2(g) 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)
Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen
meledak seketika disulut dengan api dan akan meledak sendiri pada temperatur 560
C.Lidah api hasil pembakaran hidrogen-oksigen murni memancarkan gelombang ultraviolet
dan hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, sangatlah sulit
mendeteksi terjadinya kebocoran hidrogen secara visual.

1. Pembuatan gas hidrogen dan identifikasi senyawa hidrogen

Serbuk kalsium ( Ca ) seberat 0,5 gram diletakkan di dalam cawan porselin dan disiram dengan air . Setelah itu, sebagian serbuk
kalsium larut dalam air dan larutan yang terbentuk berwarna puth keruh. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut.
Ca (s) + 2H2O (l) Ca(OH)2 (aq) + H2(g)
Larutan diperiksa menggunakan kertas lakmus merah. Setelah kertas lakmus merah dicelupkan pada larutan, warna kertas lakmus
merah berubah menjadi biru. Sedangkan pada kertas lakmus biru warna kertas lakmus tetap (tidak berubah).
Ini menandakan bahwa larutan bersifat basa [ Ca(OH) 2 (aq) ]. Gas hydrogen terbentuk dengan ditandai munculnya gelembung gas
pada larutan yang terbentuk. Alasan yang sesuai untuk menjelaskan hal tersebut adalah dari pernyataan I yaitu karena Ca adalah
logam golongan II A dan apabila bereaksi dengan air akan menghasilkan suatu larutan yang bersifat basa dan gas hydrogen.
2. Pembuatan gas hidrogen dan identifikasi senyawa hidrogen
Cawan porselin yang berisi air suling ditambah sedikit serbuk magnesium (0,5 gram). Kemudian pada larutan yang terbentuk,
terdapat gelembung gas yang diketahui adalah gas hydrogen dan serbuk magnesium tidak larut semua. Adapun reaksinya adalah
sebagai berikut :
Mg (s) + 2H2O (l) Mg(OH)2 (aq) + H2 (g)
Larutan diperiksa dengan indikator fenoftalin (PP). Setelah ditetesi dengan PP, warna larutan yang semula jernih menjadi merah
muda.
Warna merah muda (pink), ini menandakan larutan bersifat basa [Mg(OH) 2 ]. Alasan yang sesuai untuk menjelaskan hal tersebut
adalah dari pernyataan I yaitu karena Mg adalah logam golongan II A dan apabila bereaksi dengan air akan menghasilkan suatu
larutan yang bersifat basa dan gas hydrogen.
3. Pembuatan dan identifikasi gas hidrogen.
Pada tabung reaksi berpipa samping diisi dengan bahan bahan yang disusun dengan urutan sebagai berikut : Kapas kaca yang
sedikit basah kapas kaca kering serbuk seng kapas kaca kering. Setelah semua tersusun, tabung reaksi berpipa samping
ditutup dengan karet penutup, sedangkan pipa sampingnya disambung dengan selang. Kemudian dipanaskan pada bagian serbuk
seng dan sesekali pada bagaian kapas kaca basah. Serbuk seng akan bereaksi dengan uap air yang berasal dari kapas basah
yang dipanaskan. Proses ini menghasilkan gas hidrogen. Untuk mengetahui apakah benar gas hidrogen dapat terbentuk maka
dilakukan uji nyala setelah proses pemanasan dilakukan. Ketika bara api dimasukkan pada tabung reaksi yang berisi gas hidrogen,
bara api akan semakin membara, tetapi tidak meletup.
Persamaan reaksi :
Zn (s) + 2H2O (l) Zn(OH)2 (aq)+ H2 (g)
Tidak meletupnya bara api, tentunya bertentangan dengan pernyataan II. Tidak meletupnya bara
api tersebut karena gas hydrogen telah bereaksi dengan oksigen yang membentuk uap air,
sehingga yang membarakan bara api bukan gas hydrogen melainkan uap air.
4. Pembuatan dan identifikasi gas hidrogen
Logam seng ( Zn ) ditetesi dengan HCl 4 M dalam tabung reaksi. Serbuk seng dan asam klorida dapat bereaksi menghasilkan gas
hidrogen. Tabung reaksi segera ditutup agar gas hidrogen yang terbentuk tidak menguap ke udara. Gas hidrogen dialirkan pada
gelas ukur untuk mengetahui berapa besar volum gas hidrogen yang dihasilkan.
Zn (s) + 2HCl (l) ZnCl2 (aq) + H2 (g)
Setelah beberapa saat, volume gas terkumpul sebesar 12 mL. Kemudian dilakukan uji nyala
pada gas hidrogen. Ketika bara api dimasukkan pada gelas ukur yang berisi gas hidrogen, nyala
dari bara api semakin membesar. Seharusnya bara api akan meletup, sesuai sifat yang dimiliki
gas hydrogen (pernyataan II). Tidak meletupnya bara api tersebut karena gas hydrogen telah
bereaksi dengan oksigen yang membentuk uap air, sehingga yang membarakan bara api bukan
gas hydrogen melainkan uap air. Sesuai pernyataan I, HCl dalam percobaan ini berfungsi untuk
membentuk gas hydrogen dan melarutkan logam Zn menjadi larutan Zn2+ dalam bentuk ZnCl2.
5. Pembuatan gas hidrogen
Pada tabung reaksi dicampurkan 5 tetes H2O2 3 % + 1 mL KI + amilum
Pada reaksi ini amilum tidak ikut bereaksi melainkan hanya sebagai indikator adanya iod dalam larutan. Iod terbentuk perlahan
lahan dan larutan akan berangsur angsur menjadiungu-kebiruan yaitu menandakan adanya iod. Selain warna ungu-kebiruan,
adanya gelembung pada larutan menandakan adanya gas hidrogen. Berikut persamaan reaksinya :
2KI + H2O2 2KOH + I2 + H2

PERCOBAAN OKSIGEN

Sumber :
- Sukmanawati, Wening, 2009, Kimia untuk SMA dan MA kelas XII, Jakarta :
Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 61 77.
- Lee, J.D. Concise inorganik chemistry
Oksigen merupakan unsur VIA. Oksigen adalah salah satu unsur yang sangat
umum di antara unsur-unsur golongan VI A.
a. Sifat Fisika
Perhatikan sifat fisika dari oksigen dan belerang pada tabel berikut.
Oksigen lebih larut dalam air daripada nitrogen. Air mengandung sekitar
satu molekul O2 untuk setiap dua molekul N2, bandingkan dengan rasio atmosferik
yang sekitar 1:4. Kelarutan oksigen dalam air bergantung pada suhu. Pada suhu 0
C, konsentrasi oksigen dalam air adalah 14,6 mgL1, manakala pada suhu 20 C
oksigen yang larut adalah sekitar 7,6 mgL1. Pada suhu 25 C dan 1 atm udara, air
tawar mengandung 6,04 mliliter (ml) oksigen per liter, manakala dalam air laut
mengandung sekitar 4,95 mL per liter. Pada suhu 5 C, kelarutannya bertambah menjadi 9,0
mL (50% lebih banyak daripada 25C) per liter untuk air murni dan 7,2 mL (45%
lebih) per liter untuk air laut. Oksigen mengembun pada 90,20 K (182,95
C, 297,31F), dan membeku pada 54.36 K (218,79 C, 361,82F). Baik oksigen
cair dan oksigen padat berwarna biru langit. Hal ini dikarenakan oleh penyerapan
warna merah. Oksigen cair dengan kadar kemurnian yang tinggi biasanya
didapatkan dengan destilasi bertingkat udara cair; Oksigen cair
juga dapat dihasilkan dari pengembunan udara, menggunakan nitrogen cair
dengan pendingin. Oksigenmerupakan zat yang sangat reaktif dan harus dipisahkan
dari bahan-bahan yang mudah terbakar
b. Sifat Kimia
1) Sifat Kimia Oksigen
Oksigen membentuk senyawa dengan semua unsur, kecuali gas-gas mulia
ringan. Biasanya oksigen bereaksi dengan logam membentuk ikatan yang bersifat ionik
dan bereaksi dengan bukan logam membentuk ikatan yang bersifat kovalen sehingga
akan membentuk oksida.
Terdapat enam macam oksida, yaitu:
a) Oksida asam
Oksida asam adalah oksida dari unsur nonlogam dan oksida unsur blok
d dengan bilangan oksidasi besar.
d) Oksida netral
Oksida ini tidak bereaksi dengan asam maupun basa, misal NO, N2O, dan CO.
e) Oksida campuran
Oksida ini merupakan campuran dari oksida sederhana, misalnya
P3O4 merupakan campuran PbO (dua bagian) dan PbO2 (satu
bagian).
f) Peroksida dan superperoksida
Oksigen membentuk peroksida H2O2, N2O2 dan BaO2 dengan bilangan
o ksidasi oksigen 1 serta RbO2, CsO2 dengan bilangan oksidasi oksigen 1/2
Pada pembuatan gas oksigen, percobaan kesatu menghasilkan oksige yang lebih banyak
daripada pada percobaan kedua. Hal ini dikarenakan pada percobaan 1 proses pembuatan gas
oksigen dilakukan dengan cara pemanasan yang bisa mempersepat reaksi. Sedangkan pada
percobaan kedua tidak ada proses pemanasan.
1. Pembuatan dan identifikasi gas oksigen
Memanaskan campuran kalium klorat dan serbuk batu kawi (MnO 2). Reaksi ini dapat menghasilkan gas oksigen. Gas yang
terbentuk ditampung dalam gelas ukur untuk mengetahui volume gas oksigen yang terbentuk.
KClO3 2KCl + 3O2

Warna campuran setelah dipanaskan berubah menjadi hitam. Volume gas oksigen yang terbentuk setelah 10 menit adalah 7 mL.
Setelah itu melakukan uji nyala terhadap oksigen. Ketika bara api dimasukkan gelas ukur bara api padam. Seharusnya bara api
semakin membara atau api akan menyala karena ada gas oksigen. Alasan yang mungkin dapat menjelaskan anomaly
(penyimpangan) tersebut adalah gas yang terbentuk tidak sepenuhnya oksigen, melainkan ada campuran lain yaitu sedikit Cl 2 atau
Cl2O.
2. Pembuatan dan identifikasi gas oksigen
0,5 gram permanganat ditetesi H2O2 4,5 % yang akan menghasilkan gas oksigen. Gas oksigen yang terbentuk dikumpulkan dalam
gelas ukur untuk mengetahui besar volum yang diperoleh.
2MnO4- + 5H2O2 + 6H+ Mn2+ + 2H2O + 5O2
Warna larutan menjadi ungu kehitaman dan timbul asap putih. Volume oksigen yang terbentuk
sebesar 4 mL. Volume oksigen yang terbentuk pada percobaan 2 lebih kecil dari percobaan1
karena pada percobaan 1 dilakukan dengan cara pemanasan yang bisa mempercepat reaksi. Gas
oksigen dalam gelas ukur duji nyala dan hasilnya adalah bara api semakin membesar ketika
dimasukkan dalam gelas ukur yang berisi gas oksigen. Tetapi, pada percobaan ini terjadi hal
yang sebaliknya. Alasan yang mungkin dapat menjelaskan anomaly (penyimpangan) tersebut
adalah kelarutan gas oksigen dalam air yang relatif tinggi.
http://chemistry21-chemistry21.blogspot.co.id/2011/07/analisis-dan-pembahasan-
hidrogen.html (3-10-2015)

Você também pode gostar