Você está na página 1de 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan kurikulum berkaitan dengan pengelolaan pengalaman belajar


yang membutuhkan stretegi tertentu sehingga menghasilkan produktifitas belajar
bagi siswa. Dengan demikian, pengelolaan kurikulum adalah upaya
mengoktimalkan pengalaman-pengalaman belajar siswa secara produktif.
Mengapa guru dituntut untuk mengetahui konsep-konsep tentang
kurikulum, dalam hal ini model-model pengembangan kurikulum ? Karena
pemahaman tentang kurikulum itu sendiri merupakan salah satu unusr kompetensi
pedagogik yang harus dimilki oleh seorang guru, sesuai dengan bunyi pasal 10,
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentanag Guru dan Dosen, yang
mengatakan bahwa kompetensi guru itu mencakup kompetensi pedagogik,
kompetrensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang salah satunya kemampuan pengembangan
kurikulum. Pada tahun 2006 pemerintah menerapkan pemberlakuan tentang
kurikulum baru. Yang berlaku sebagai pengganti kurikulum 2004 yaitu Kurkulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan inovasi baru dalam
bidang kurikulum pendidikan di Indonesia, karena dengan adanya KTSP pihak
satuan pendidikan dituntut kemampuannya dalam menyusun kurikulum sesuai
dengan keadaan,atau kondisi dan keperluan satuan sekolah tersebut yang lebih
dikenal dengan system desentralisasi. Yang tentunya ini merupakan perbedaan
pada kurikulum sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada sekolah untuk
melaksanakannya saja sedangkan yang membuat dan menyusunnya adalah
pemerintah atau disebut juga denngan system sentralisasi.Dalam tuntutan
kemampuan penyususnan KTSP bagi stekholder-stekholder di sekolah, maka
konsep-konsep kurikulum terutama model model pengembanagn kurikulum
patut untuk dipahami dan dimengerti oleh guru, agar dalam pengembanagn KTSP
mendapatkan rambu-rambu yang jelas.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sumber daya Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala
sekolah. (Sudarman 2002: 145). Meskipun senabagi guru yang mendapat tugas
tambahan kepala sekolah merupakan orang yang paling betanggung jawab
terhadap aflikasi prinsif-prinsif administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah.

Sebagai orang yang mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok kepala
saekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan pendidik,di sisni
berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus mempunyai tugas
sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan pelajaran atau
mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berati kepala sekolah
menduduki dua fungsi yaitu sebagai tenaga kependidikan dan tenaga pendidik.

Hal ini sesuai dikemukakan oleh Sudarwan tentang jenis-jenis tenaga


Kependidikan sebagai berikut: tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, penguji,
pengajar dan pelatih tenaga fungsional pendidikan,terdiri atas penilik, pengawas,
peneliti dan pengembang di bidang kependidikan, dan pustakawan tenaga teknis
kependidikan,terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar tenaga pengelola
satuan pendidikan,terdiri atas kepala sekolah,direktur,ketua,rector, dan pimpinan
satuan pendidikan luar sekolah. tenaga lain yang mengurusi masalah-masalah
manajerial atau administrative kependidikan.(2002: 18).
Pada pembahasan ini penulis meninjau kepala sekolah (presiden direktur
sekolah) sebagai tenaga pengelola satuan pendidikan (poin 4). Mengapa penulis
mengambil istilah presden direktur sekolah? Karena istilah ini lebih identik
dengan kekuasaan seorang dalam menguasai suatu tempat. Di mana
wewenag,tangung jawab dan kebikajsanaan ada di tangan kepala sekolah,sekolah
lain atau Negara lain tak berhak ikut capur dalam urusan suatu sekolah yang
menjadi hak otonomi sekolahnya
2. Kompetensi Kepala Sekolah
Para pakar pendidikan dan administrasi pendidikan cendrung sependapat
bahwa kemajuan besar dalam bidang pendidikan hanya mungkin dicapai jika
administrasi pendidikan itu sendiri dikelola secara inovatif.Hal ini sejalan dengan
pendapat Sanusi dkk yang menyatakan bahwa Adminstrasi yang baik mendudduki
tempat yang sangat menentukan dalam struktur dan artikulasi system pendidikan
(2002: 132).Siapa yang bertanggung jawab mengelola,merencakan dan
melaksanakan administrasi tersebut di suatu sekolah adalah di bawah kendali
kepala sekolah.Untuk itu kepala sekolah harus memilki kemampuan professional
yang menurut Sanusi ada empat kemampuan profesional kepala sekolah yaitu:
a. kemampuan untuk menjalankan tanggungjawab yang diserahkan kepadanya
selaku unit kehadiran murid. Kemampuan untukmenerapkan keterampilan-
keterampilan konseptual,manusiawi, dan teknis pada kedudukan jenis ini.
b. Kemampuan untuk memotivasi para bawahan untuk bekerja sama secara
sukarela dalam mencapai maksud-maksud unit dan organisasi.
c. Kemamapuan untuk memahami implikasi-implikasi dari perubahan social,
ekonomis,politik,dan educational; arti yang mereka sumbangkan kepada
unit; untuk memulai dan memimpin perubahan-perubahan yang cocok di
dalam unit didasarkan atas perubahan-perubahan social yang luas.(2002 :
133)
Sedangkan menurut PERMEN DIKNAS No 13 tahun 2007 tentang
Satandar kepala sekolah/Madrasah kepala sekolah harus memiliki
kompetensi atau kemampuan yang meliputi demensi kompetensi
kepribadian,manajerial, kewirausahaan supervisi dan sosial. Secara lebih
rinci penjelasan kelima kompetensi tersebut dapat dilihat di bawah ini:
d. Uraian Kompetensi Kepala Sekolah
1) Mencipatakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai
organisasai pembelajar yang efektif.
3) Memilki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai pimpinan sekolah/madrasah.
4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi
kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
5) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
3. Supervisi.
a. Merencanakan program supervise akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
b. Melaksanakan supervise akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
c. Menindaklanjuti hasil supervise akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru.
4. Sosial
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah.
b. Berpartisifasi dalam kegiatan social kemasyarakatan.
c. Memiliki kepekaan social terhadap orang atau kelompok lain.
Disamping kompetenssi yang tersebut diatas yang harus dimilki oleh
kepala sekolah, mereka juga harus mampu mengakomodasi tiga jenis
keterampilan baik secara perjenis maupun secara terintegrasi tercermin dalam
mekanisme kerja adminsitrasi sekolah sebagai proses social. Tiga keterampilan
tersebut menurut Katz (1995), yang dikutip oleh Sergiovani dkk(1987) meliputi:
Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan melakukan hubungan-hubungan kemanusiaan (human
skill).
Keterampilan konseptual (conceptual skill).
Seorang Kepala Sekolah pada hakekatnya adalah pemimpin yang
menggerakkan, mempengaruhi, memberi motivasi, serta mengarahkan orang di
dalam organisasi atau lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Mulyasa (2004:182) secara tersirat menegaskan bahwa
tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah menyangkut keseluruhan kegiatan
sekolah. Seorang Kepala Sekolah harus mampu memobilisir sumber daya
sekolah meliputi teknis dan administrasi pendidikan, lintas program dan lintas
sektoral dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada di sekolah agar tujuan
pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dengan demikian peran
Kepala Sekolah sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan.
Aspek kunci lain berkaitan dengan peran Kepala Sekolah dalam
melaksanakan upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah dengan memberikan
bimbingan kepada guru dalam memperbaiki mutu proses belajar mengajar.
Ukuran keberhasilan Kepala Sekolah dalam menjalankan peran dan tugasnya
adalah dengan mengukur kemampuan dia dalam menciptakan iklim
pembelajaran, dengan mempengaruhi, mengajak, dan mendorong guru, siswa,
dan staf lainnya untuk menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-
baiknya. Terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif, tertib, lancar, dan efektif
tidak terlepas dari kapasitasnya sebagai pimpinan sekolah. Dengan demikian,
pembinaan yang intensif dari Kepala Sekolah dapat meningkatkan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah.
5. Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah
Ada banyak pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala sekolah
dasar. Campbell, Corbally & Nyshand (1983) mengemukakan tiga klasifikasi
peranan kepala sekolah dasar, yaitu: (1) peranan yang berkaitan dengan hubungan
personal, mencakup kepala sekolah sebagai figurehead atau simbol organisasi,
leader atau pemimpin, dan liaison atau penghubung, (2) peranan yang berkaitan
dengan informasi, mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor, disseminator, dan
spokesman yang menyebarkan informasi ke semua lingkungan organisasi, dan (3)
peranan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, yang mencakup kepala
sekolah sebagai entrepreneur, disturbance handler, penyedia segala sumber, dan
negosiator.
Di sisi lain, Stoop & Johnson (1967) mengemukakan empat belas peranan
kepala sekolah dasar, yaitu: (1) kepala sekolah sebagai business manager, (2)
kepala sekolah sebagai pengelola kantor, (3) kepala sekolah sebagai administrator,
(4) kepala sekolah sebagai pemimpin profesional, (5) kepala sekolah sebagai
organisator, (6) kepala sekolah sebagai motivator atau penggerak staf, (7) kepala
sekolah sebagai supervisor, (8) kepala sekolah sebagai konsultan kurikulum, (9)
kepala sekolah sebagai pendidik, (10) kepala sekolah sebagai psikolog, (11)
kepala sekolah sebagai penguasa sekolah, (12) kepala sekolah sebagai eksekutif
yang baik, (13) kepala sekolah sebagai petugas hubungan sekolah dengan
masyarakat, dan (14) kepala sekolah sebagai pemimpin masyarakat.
Dari keempat belas peranan tersebut, dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu
kepala sekolah sebagai administrator pendidikan dan sebagai supervisor
pendidikan. Business manager, pengelola kantor, penguasa sekolah, organisator,
pemimpin profesional, eksekutif yang baik, penggerak staf, petugas hubungan
sekolah masyarakat, dan pemimpin masyarakat termasuk tugas kepala sekolah
sebagai administrator sekolah. Konsultan kurikulum, pendidik, psikolog dan
supervisor merupakan tugas kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan di
sekolah.
Sergiovanni (1991) membedakan tugas kepala sekolah menjadi dua, yaitu
tugas dari sisi administrative process atau proses administrasi, dan tugas dari sisi
task areas bidang garapan pendidikan. Tugas merencanakan, mengorganisir,
meng-koordinir, melakukan komunikasi, mempengaruhi, dan mengadakan
evaluasi merupakan komponen-komponen tugas proses. Program sekolah, siswa,
personel, dana, fasilitas fisik, dan hubungan dengan masyarakat merupakan
komponen bidang garapan kepala sekolah dasar.
Di sisi lain, sesuai dengan konsep dasar pengelolaan sekolah, Kimbrough
& Burkett (1990) mengemukakan enam bidang tugas kepala sekolah dasar, yaitu
mengelola pengajaran dan kurikulum, mengelola siswa, mengelola personalia,
mengelola fasilitas dan lingkungan sekolah, mengelola hubungan sekolah dan
masyarakat, serta organisasi dan struktur sekolah.
Berdasarkan landasan teori tersebut, dapat digarisbawahi bahwa tugas-
tugas kepala sekolah dasar dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu tugas-tugas di
bidang administrasi dan tugas-tugas di bidang supervisi.
Tugas di bidang administrasi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang
berkaitan dengan pengelolaan bidang garapan pendidikan di sekolah, yang
meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, sarana-
prasarana, dan hubungan sekolah masyarakat. Dari keenam bidang tersebut, bisa
diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola komponen organisasi sekolah yang
berupa manusia, dan komponen organisasi sekolah yang berupa benda.
Tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang
berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi
merupakan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki
atau meningkatkan proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari
kegiatan supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
Fungsi dan tugas kepala sekolah dapat diakronimkan menjadi emanslime
(education,manager, administrator,supervisor, leader, inovator, motivator dan
entrepreneur). Peran tersebut dapat dilihat secara lebih rinci sebagai berikut:
a. Peran sebagai educator, kepala sekolah berperan dalam pembentukan
karakter yang didasari nilai-nilai pendidik.
1) Kemampuan mengajar/membimbing siswa
2) Kemampuan membimbing guru
3) Kemampuan mengembangkan guru
4) Kemampuan mengikuti perkembangan di bidang pendidikan
b. Peran sebagai manager,kepala sekolah berperan dalam mengelola
sumber daya untuk mencapai tujuan institusi secara efektif dan efisien
1) Kemampuan menyusun program
2) Kemampuan menyusun organisasi sekolah
3) Kemampuan menggerakkan guru
4) Kemampuan mengoptimalkan sarana pendidikan
c. Peran sebagai administrator, kepala sekolah berperan dalam mengatur
tata laksana sistem administrasi di sekolah sehingga efektif dan efisien
1) Kemampuan mengelola administrasi PBM/BK
2) Kemampuan mengelola administrasi kesiswaan
3) Kemampuan mengelola administrasi ketenagaan
4) Kemampuan mengelola administrasi keuangan
5) Kemampuan mengelola administrasi sarana prasarana
6) Kemampuan mengelola administrasi persuratan
d. Peran sebagai supervisor, kepala sekolah berperan dalam upaya
membantu mengembangkan profesionalitas guru dan tenaga
kependidikan lainnya.
1) Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan
2) Kemampuan melaksanakan program supervisi
3) Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi
e. Peran sebagai leader, kepala sekolah berperan dalam mempengaruhi
orang-orang untuk bekerja sama dalam mencapai visi dan tujuan
bersama.
1) Memiliki kepribadian yang kuat
2) Kemampuan memberikan layanan bersih, transparan, dan
profesional
3) Memahami kondisi warga sekolah
f. Peran sebagai innovator, kepala sekolah adalah pribadi yang dinamis dan
kreatif yang tidak terjebak dalam rutinitas
1) Kemampuan melaksanakan reformasi (perubahan untuk lebih
baik)
2) Kemampuan melaksanakan kebijakan terkini di bidang
pendidikan
g. Peran sebagai motivator, kepala sekolah harus mampu memberi
dorongan sehingga seluruh komponen pendidikan dapat berkembang
secara profesional
1) Kemampuan mengatur lingkungan kerja (fisik)
2) Kemampuan mengatur suasana kerja/belajar
3) Kemampuan memberi keputusan kepada warga sekolah
h. Peran sebagai entrepreneur, kepala sekolah berperan untuk melihat
adanya peluang dan memanfaatkan peluang untuk kepentingan sekolah
1) Kemampuan menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah
2) Kemampuan bekerja keras untuk mencapai hasil yang efektif
3) Kemampuan memotivasi yang kuat untuk mencapai sukses
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
6. Hubungan Manajemen Kepala Sekolah dengan Manajemen
Kurikulum
Tugas dan peran kepala sekolah yang harus dimiliki berkenaan dengan
manajemen kurikulum yaitu berhubungan dengan kompetensi kepala sekolah
dalam memahami sekolah sebagai sisten yang harus dipimpin dan dikelola dengan
baik,diantaranya adalah pengetahuan tentang manajemen itu sendiri.
Tugas dan peran kepala sekolah yang berkenaan dengan manajemen
kurikulum terdapat pada kompetensi manajerial, yaitu:
a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan
perencanaan.
b. Mengembangkan organisasi sekolah/ madrasah sesuai dengan kebutuhan.
c. Memimpin sekolah/ madrasah dalam rangka mendayagunakan sumber daya
sekolah/madrasah secara optimal.
d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah / madrasah menuju
organisasi pembelajar yang efektif.
e. Mencipatakan budaya dan ilkim sekolah/ madrasah yang kondusif dan
inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal.
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka
penbdayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan sekolah/ madrasah dan masyarakat dalam rangka
pendirian dukungan ide, sumber belajar dan pembinaan sekolah/
madrasah.
i. Mengelola peserta didik dalam ranagka penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
j. Mengelola pengembangan kuirkulum dan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah / madrasah sesuai dengan prinsif pengelolaan
yang akuntabel, transfaran dan efesien.
l. Mengelola ketatausahaan sekolah/ madrasah dalam mendukung pencapaian
tujuan sekolah/madrasah.
m. Mengelola unit layanan sekolah / madrasah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
n. Mengelola system informasi sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan.
o. Memamfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.
p. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
kegiiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta
merencanakan tindak lanjut.
Secara umum tugas dan peran kepala sekolah dalam manajemen
kurikulum ini juga termasuk di dalamnya kemampuan dalam system
administrasi/pengelolaan sekolah.
Jadi dalam hal ini kepala sekolah adalah pengelola lembaga pendidikan
sesuai dengan jenjang pendidikannya masing-masing. Namun demikian
penegasan terhadap eksistensi seorang kepala sekolah sebagai manajer dalam
suatu lembaga pendidikan dapat dinilai dari kompetensi mengelola kelembagaan
yang mencakup: menyusun system administrasi kepala sekolah; mengembangkan
kebijakan operasional sekolah; mengembangkan pengaturan sekolah yang
berkaitan kualifikasi, spesifikasi, prosedur kerja, pedoman kerja,petunjuk kerja
dsb; melakukan analisis kelembagaan untuk menghasilkan struktur organisasi
yang efisien dan efektif; mengambangkan unit-unit organisasi sekolah atas dasar
fungsi.
Kepala sekolah juga harus paham betul bahwa dirinya bertugas sebagai
manajer sekolah diantaranya harus memehami betul tentang manajemen
kurikulum. Maka seorang kepala sekolah dalam memahami kurikulum sebagai
jantungnya lembaga pendidikan harus benar-benar dikuasainya, dengan demikian
kepala sekolah dalam upaya mewujudkan kinerjanya dalam bidang ini harus
mampu untuk memfasilitasi sekolah untuk membentuk dan memberdayakan tim
pengembang kurikulum terutama dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, di mana setiap satuan pendidikan harus mampu mengembangkan
kurikulum dengan kebutuhan dan kemampuannya masing-masing,
memberdayakan tenaga pendidikan sekolah agar mampu menyediakan dokumen-
dokumen kurikulum yang relevan dengan tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua
siswa, dan masyarakat; memfasilitasi guru untuk mengembangkan standar
kompetensi setiap mata pelajaran yang diampunya; memfasilitasi guru untuk
menyusun silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap mata pelajaran ; memfasilitasi
guru untuk memilih sumber dan bahan ajar yang sesuai untuk setiap mata
pelajaran; memfasilitasi guru untuk memilih media dan alat pelajaran yang sesuai
untuk setiap materi pelajaran, mengarahkan tenaga pendidik dan kependidikan
untuk menyusun rencana dan program pelaksanaan kuirikulum; membimbing para
guru untuk mengembangkan memperbaiki dan mengembangkan proses belajar
mengajar seperti pemberian motivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan
kelas (classroom action research); mengarahkan tim pengembang kurikulum
untuk mengupayakan kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan siswa dan
kemamauan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), tuntutan dan
kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan stajeholders; menggali dan memobilisasi
sumber daya pendidikan; mengidentifikasi kebutuhan bagi pengembangan
kurikulum local; mengevaluasi pelaksanaan kurikulum di sekolahnya masing-
masing, melakukan penelitian dan pengembangan terhadap usaha untuk
meningkatkan kualitas dan manajemen sekolah bermutu.
Tugas dan peran kepala sekolah dalam mewujudkan subkompetensi
manajemen kurikulum ini dapat direfleksi oleh dirinya dari isi program kurikulum
yang didesain/dirancang dan dikembangkan mulai dari tingkat perencanaan,
pelaksanaan, sampai dengan evaaluasi kuirkulum itu sendiri misalnya dalam
bentuk evaluasi hasil pembelajaran, dan evaluasi terhadap sekolah secara
keseluruhan.
Tugas dan peran kepala sekolah lainhya yaitu pada sub mengelola guru
dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal, maka
itu dapat dilihat dari indicator-indikatornya yang mecakup: mengidentifikasi
karakteristik tenaga pendidik dsan kependidikan yang fektif; merencanakan
tenaga kependidikan sekolah (permintaan, pesediaan, dan kesenjangan); merekrut,
menyeleksi dan menempatkan serta mengorientasikan tenaga kependidikan baru;
memamfaatkan dan memelihara tenaga kependidikan; menilai kinerja tenaga guru
dan kependidikan; memngembangkan system pengupahan, reward dan
punishment yang mampu menjamin kepastian dan keadilan; melaksanakan dan
mengambangkan system pembinaan karir; memotivasi tenaga pendidik dan
kependidikan; membina hubungan kerja yang harmonis; memelihara dikumen
personel sekolah atau mengelola administrasi personel sekolah; megelola komflik;
melakukan analisis jabatan dan menyusun uraian jabatan tenaga kependidikan;
memiliki apresiasi, empati dan simpati terhadap tenaga pendidik dan
kependidikan.

D. Guru atau tenaga pendidik.


Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan
antara lain dengan data UNESCO pada tahun 2000 tentang peringkat Indeks
Pembangunan Manusia
( Human Develelopment Indeks) yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
pendidikan, kesehatan, dan penghasilan perkepala yang menunjukkan bahwa
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia ( Human Develelopment Indeks) makin
menurun. Diantara 174 negara di dunia Indonesia menempati urutan ke 102 pada
tahun 1996, ke 99 pada tahun 1997, 105 pada tahun 1998 dan 109 tahun 1999
Apa makna data-data tentang rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia
itu? Maknanya jelas ada masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia .
Masalahnya antara lain :
1. Masalah Kurikulum
2. Masalah Metode pembelajaran
3. Masalah Fasilitas atau sarana dan prasarana
4. Masalah Guru atau tenaga pendidik.
5. Masalah evaluasi
Yang lebih menyedihkan lagi ada anggapan dari berbagai pihak bahwa
rendahnyanya kualitas pendidikan adalah karena peran dan tanggungjawab guru
yang kurang optimal. Berkenaan dengan angapan tersebut penulis memaparkan
tentang harapan dan peranan guru itu sendiri. Agar guru dapat tersentak untuk
kembali mengangkat citranya.
Pendidikan formal dirasakan urgensinya ketika keluarga tidak mampu lagi
memberikan pendidikan yang wajar kepada anak-anaknya.Lembaga ini akhirnya
diterima sebagai wahana proses kemanusiaan dan pemanusiaan kedua setelah
keluarga. Dalam lembaga ini banyak komponen-komponen atau elemen-elemen
yang terlibat mulai dari siswa, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah,masyarakat,
pemerintah .Komponen guru adalah komponen yang selalu diminta untuk
membimbing,mendidik dan mengajar peserta didik (siswa). Yang tentu semua
orang menutut harapan-harapan secara nyata dari sososk guru.
Ibarat serdadu, guru di medan pendidikan mengemban misi
memerdekakan generasi bangsa dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan.
Mereka berada di garda depan dalam menciptakan generasi-generasi muda yang
cerdas, terampil, tangguh, kreatif, penuh inisiatif, bermoral tinggi, berwawasan
luas, memiliki basis spiritual yang kuat, dan beretos kerja yang handal, sehingga
kelak mampu menghadapi kerasnya tantangan peradaban. Mengemban misi
tersebut jelas bukan tugas yang ringan.
Sebagai tenaga kependidikan keberadaan guru menempati urutan pertama
dari empat katagori dalam pembagia jenis-jenis tenaga kependidikan yaitu tenaga
pendidik, terdiri atas pembimbing, penguji,pengajar, dan pelatih. (Sudarwan
2002:18).
Seperti apakah guru yang diharapkan oleh semua kalangan? Pertanyaan ini
sangat sulit untuk dijawab, dan tentunya jawaban yang didapatpun berbagai
macam, tergantung kepada dari mana audien memandangnya.
Sebagai orang yang banyak berkecimpung dalam dunia pendidikan yang
kesehariannya berada di dalam kelas yang selalu berhadapan dengan sosok-sosok
generasi penerus bangsa(siswa), tentu masing-masing siswa mempunyai harapan
yang berbeda-beda. Disaat guru berhadapan dengan pimpinan sekolah (kepala
sekolah) ada harapan-harapan yang tentunya diruntut oleh pimpinan tersebut dari
seorang guru. Dan pada saat guru berada dalam masyarakat tuntutan-tuntutan
yang diharapkan berbeda pula.
Berbagai macam harapan-harapan terhadap seorang guru dari berbagai
pihak tentunya tidak mempunyai standar yang pasti.Tetapi yang pasti guru adalah
juga manusia yang sama dengan orang yang meminta harapan-harapan tersebut
(pandangan umum), dalam pandangan khusus (dunia pendidikan) guru harus
memilki-harapan-harapan yang sudah diatur baik dalam KODE ETIK GURU
maupun dalam permen-permen diknas.
Mengapa harapan-harapan guru dipandang sebagai sesuatu yang layak
dikemukan dalam tulisan ini? Setidaknya ingin mengembalikan citra guru dari
pandangan masyarakat bahwa yang salama ini kegagalan pendidikan penyebab
factor salah satunya adalah guru dan agar guru tidak kehilangan arah dan tujuan
yang menjadi tugas utamanya di suatu sekolah
Sementara itu, jika kita melihat fakta di lapangan, banyak kalangan mulai
meragukan kapabilitas dan kredibiltas guru. Perannya sebagai pengajar dan
pendidik mulai dipertanyakan. Misinya sebagai pencetak generasi terampil dan
bermoralbelum sepenuhnya terwujud. Para pelajar kita justru kian menjauh dari
kondisi ideal seperti yang diharapkan. Yang lebih memperihatinkan, para pelajar
itu dinilai mulai kehilangan kepekaan moral, terbius ke dalam atmosfer zaman
yang serba gemerlap, tersihir oleh perikehidupan yang memburu selera dan
kemanjaan nafsu, terjebak ke dalam sikap hidup instan. Tawur antarpelajar
merajalela, pesta pil setan menyeruak, pergaulan bebas semakin mencuat ke
permukaan. ( Lentera pendidikan ), Akibat ini masyarakat selalu mempertanyakan
siswa sekolah di mana, siapa gurunya dan sangat jarang seklai terdengan itu anak
siapa? Tetapi sebaliknya jika seorang siswa berpretasai dalam bidang akademik,
olah raga dan sebagainya yang dipertanyakan oleh orang adalah putra-putri siapa
itu? Sehingga hal ini benar seperti kata pepatah Sapi punya usaha tetapi kerbau
punya nama.
Dr. Dedi Supriadi dalam bukunya Menganangkat Citra dan Maartabat
Guru menuliskan pandangan dan harapan anak didik kepada gurunya yang
dilakukan oleh UNESCO yaituWhat makes a good teacher? Seperti apakah guru
yang baik itu? Pertanyaan ini tidak ditujukan kepada ahli pendidikan atau kepada
dewan juri pemelihina guru teladan, tetapi justru kepada seluruh siswa di dunia.
Dari hasil pertanyaa-pertanyaan tersebut didapatkan bebarapa jawaban
diantaranya: 1. Zaira Alexsandra Rodriques Guijari dati Mexico siswa berumur 11
tahun Guru terhadap siswanya ibarat hujan terhadap ladang, 2. Rose dari
Selandia Baru siswa SD berumur 9 tahun Engkau mesti sayang, bersabar
kepadaku, engkau mesti mendengar dan mengerti kami semua, selalu
bersemangat, dan tidak mengabaikan kami, aku suka senyuman dan kata-katamu
yang ramah. Dan 3. Tassha Leigh siswa berumur 12 tahun dari Jamaika Karibia
Guru yang baik bukan hanya mengajar tetapi juga belajar dari siswanya. Dan
masih banyak lagi suara-suara hati yang dikememukakan oleh anak-anak
diseluruh dunia tentang harapannya kepada gurunya. Cara yang dilakukan oleh
UNESCO ini adalah meminta jawaban secara tertulis dan sepontan dari anak-anak
didik yang rata-rata berusia 9-12 tahun.
Dari katagori berdasarkan usia respon mereka adalah masih tegolong
dalam kategori anak-anak, yang tentu jawaban mereka belum tentu terinfeksi oleh
berabagai virus alam pemikiran yang mendunia atau dengan kata lain jawaban
yang masih polos dan lugu.
Sedangkan dari pandangan masyakakat Mendiknas Bambang S. dalam
Harian Harapan menyatakan bahwa selama ini dalam anggapan masyarakat
khususnya masyarakat perkotaan, atau daerah yang wilayahnya telah mengalami
kemajuan ekonomi pekerjaan guru dianggap tidak menjanjikan masa depan.
Bagi alumni perguruan tinggi, profesi guru hanyalah pekerjaan sambilan,
daripada sama sekali menganggur. Di daerah pedesaan yang tingkat kecerdasan
rata-rata masyarakat masih rendah guru dihormati, namun penghargaan tersebut
terasa semu. Karena masyarakat akan jauh menghormati elite desa yang lebih
kaya secara materi dan berkuasa dalam pemerintahan di desa.(2000)
Secara historis, keberadaan kaum pendidik di Indonesia memang telah ada
sejak zaman baheula atawa zaman penjajahan Belanda. Belanda menyekolahkan
kaum priyai, untuk menghindari penggunaan guru-guru asal Belanda dalam
mendidik para siswa di tanah jajahannya. Bisa dibayangkan berapa besar dana
yang dikeluarkan jika Kaum Londo harus mengimpor langsung dari Belanda.
Anggaran untuk bayar gaji, penginapan, transportasi dll. akan menguras kas
Belanda. Kondisi demikian lantas diakali dengan memilih pribadi dan warga
terbaik untuk menjadi guru. Jika guru lokal (Pribumi), tidak perlu dana yang besar
untuk mengalokasikan untuk mencetak SDM yang akan bekerja untuk kaum
kolonialis, tak terkecuali mereka dibayar murah sebagai kompensasi gaji yang
diterimanya. Kondisi seperti itu ternyata di adopsi saat Indonesia merdeka (1945)
hingga pra Reformasi (1998). Guru dimarginalkan, dilecehkan, dianaktirikan,
dieksploitasi dan dininabobokan dengan sebutan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Lalu bagaimanakah cara kita sebagai pendidik untuk menepik semua
anggapan tersebut? Jawabananya yang pasti adalah kita harus bersifdat
profesionalisme. Bukankah melalui Undang-undangNo 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen semuanya sudah jelas dan untuk memenuhi harapan sesuai
dengan tuntutan undang-undang guru dan dosen tersebut diatur lagi Permen
Diknas No.16 hatun 2007 yang memberikan rambu-rambu tentang kompetensi
yang harus dimilki oleh guru, yang dalam permen tersebut disebut dengan
kompetensi inti guru, antara lain:
a. Kompetensi pedagogic, yang meliputi:
1) menguasai karakteristik peserta didik dari asfek
fisik,moral,spiritual,social,cultural,emosional dan intelektual
2) menguasai teori belajar dn prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu
4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
5) memanfaatkan teknologi informasi dn komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran
6) memfasilitasi pengembangan fotensi peserta didak objektif, serta tidak
kardik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
7) berkomunikasi secara efektif,empatik, dan santun den gan peserta didik
menyelenggarakan peneilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
8) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran
9) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
b. Kompetensi kepribadian yang meliputi
1. bertindak sesuai dengan norma agama,hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional
2. menampilkan diri sebagaai pribdi yang jujur, berahklak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat
3. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa
4. menunjukkan etos kerja, tangung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri
5. menjunjung tinggi kode etik profesi guru
c. Kompetensi social, yang meliputi:
1. Bersikapi insklusif, bertindak objektif, serta tidak deskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga dan status social ekonomi
2. berkomunikasi secara efektif, empatik daan santun dengan sesame
pendidik, tenaga kjependidikan, orang tua dan asyarakat
3. beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah republic Indonesia yang
memilki keragaman social yang berbeda
4. beradaptasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain
d. Kompetensi professional, yang meliputi:
1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuwan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
3) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
4) Memamfaatkan teknologiinformasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.(2007:16-21).
Zaman terus berkembang, dan abad 21 ini menuntut profesi guru yang
handal sejalan dengan kebutuhan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tuntutan ini sangat beralasan dalam menenpatkan guru sebagai suatu profesi
dengan memberikan kedudukan social, proteksi jabatan, penghasilan, dan status
hukum yang lebih dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Tetapi yang jadi
persoalan adalah: apakah ini khususnya di Indonesia memang terjadi; sementera
penghargaan masyarakat terhadap profesi guru tidak meningkat seiring dengan
upaya peningkatan tuntutan terhadap profesi tersebut? (Hamied Hasan dalam
Pembaharu Pendidikan Guru). Sebagai suatu profesi guru menghadapi berbagai
permasalahan, antara lain:
1. penghargaan masyarakat terhadap profesi guru belum sepenuhnya
menunjukkan peningkatan berarti sehubungan dengan mutu guru, beban
kerja guru dan penghargaan secara financial (system penggajian yang
belum memadai).
2. Sikap terhadap profesi guru itu sendiri, umumnya masih rendah. Ini
ditunjukkan dengan adanya tugas-tugas atau pekerjaan lain (di luar tugas
sebagai guru) untuk menambah dan memenuhi keutuhan hidupnya.
3. Standar profesi guru belum sesuai dengan tuntutan akan mutu atau kualitas
guru yang diharapkan. Banyak guru melakukan tugasnya bukan karena
profesi atau didasarkan pada profesi yang diembannya, tetapi lebih
didasrkan pada suatu pekerjaan (artinya guru sebagai suatu pekerjaan, dan
bukan sebagai suatu profesi).
4. Guru masih terlalu banyak dilibatkan pada hal-hal yang bersifat
administrative. Hal-hal yang bersifat akademik berupa upaya peningkatan
profesionalisme, belum sepenuhnya mendapat perhatian khusus,baik di
kalangan guru sendiri maupun di kalangan para pengambil kebijakan.(Ajis
2008:32-33).
Bagaimana untuk menepis dan menghilangkan pradigma masalah di atas?
Hal ini dikembalikan lagi kepada guru itu sendiri dengan sadar dan mengerti akan
tugas dan peranannya.
Apakah fungsi dan peranan guru itu? Berbicara mengenai peranan guru
kita akan mengacu kepada UU Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Dalam udang-undang ini disebutkan tujuh fungsi atau peranan guru yaitu:
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi.
1. Guru sebagai pendidik
Mendidik berarti pemberian bimbingan pada anak agar potensi yang
dimilikinya berkembang seoptimal mungkin dan dapat meneruskan serta
mengembangkan nilai-nilai hidup. Sebab tugas guru disamping menyampaikan
ilmu pengetahuan, juga mencakup pembentukan nilai-nilai pada diri murid yang
tertuju pada pengembangan seluruh aspek kepribadian murid secara utuh agar
tumbuh menjadi manusia dewasa. Untuk itu guru dituntut untuk mengetahui
karktristik, kepribadian anak didik
2. guru sebagai pengajar
Mengajar berarti memberikan pengajaran dalam bentuk penyampaian
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan ketrampilan (psikomotor) pada diri
murid agar dapat menguasai dan mengembangkan ilmu dan teknologi. Guru
sebagai pengajar lebih menekankan pada pelaksanaan tugas merencanakan,
melaksanakan proses belajar-mengajar dan menilai hasilnya. Untuk melaksanakan
tugas ini, guru disamping harus menguasai materi atau bahan yang akan diajarkan,
juga dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknis
mengajar Guru sebagai tenaga pengajar harus memilki kemampuan profsional.
Guru harus bertanggungjawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi
belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya
proses belajar mengajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip
belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain : guru
harus mampu menciptakan situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya.
3. guru sebagai pembimbing
Istilah pembimbing berasal dari kata bimbing yang berarti pimpin,
asuh, tuntun. Membimbing sama dengan menuntun, seperti seorang dewasa
yang sedang menuntun anak kecil atau anak yang baru belajar berjalan. Orang
dewasa itu dapat membawa anak itu ke mana saja dikehendakinya.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk
mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat.
Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama.
Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang mau
tidak mau harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Setiap jabatan atau tugas tertentu
akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula. Sehubungan dengan peranannya
sebagai pembimbing, seorang guru harus :
Mengumpulkan data tentang siswa
Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari
Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus
Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orangtua siswa baik secara
individu maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian
tentang pendidikan anak
Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga lainnya untuk membantu
memecahkan masalah siswa
Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik
Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu
Bekerja sama dengan petugas bimbingan lainnya untuk membantu
memecahkan masalah siswa
Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas
bimbingan lainnya
Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah
4. guru sebagai pengarah
Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua.
Sebagai pengarah guru harus mampu menbantu peserta didik dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam
mengambil suatu keputusan dan menemukan jati dirinya.Guru juga dituntut untuk
mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga
peserta didik dapat membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam
menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.
5. guru sebagai pelatih
Melatih lebih ditekankan pada tujuan mengembangkan ketrampilan
tertentu agar para siswa mengalami peningkatan kemampuan kerja yang
memadai.Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan,
baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai
pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar
sesuai dengan potensi masing-masing peserta didik.Pelatihan yang dilakukan,
disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus
mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya.
Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal dan tidak
setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
6. guru sebagai penilai
Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel
lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak
mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran
tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil
belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran
peserta didik.Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik apapun yang
dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga
tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.Mengingat kompleksnya
proses penilaian, maka guru perlu memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap
yang memadai. Guru harus memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes
yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan,
serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas,
reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal.
7. Guru sebagai pengevaluasi
Konsep luas:
Proses yang ditujukan untuk mengetahui (perencanaan, pelaksanaan, hasil)
kebijakan, kegiatan, program
Pengukuran (measurement) & koleksi data (collecting data)
Kuantitatif dan kualitatif
Konsep sempit:
Membandingkan hasil pengukuran /pengumpulan data dengan kriteria
/standar
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program
yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat
pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. sedangkan menilai berarti
mengambil satu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif).
Adapun pengertian evaluasi meliputi keduanya. Esensi dari evaluasi yakni
memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan . Kegiatan
evaluasi harus dilaksankan oleh guru sebagai bagian dari kegiatan dalam proses
belajar mengajar yang tujuannya untuk melihat sampai sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan berhasil dengan maksud untuk bahan pertimbangan sebagai
umpan balik.
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu
manajemen, yang berarti merupakan suatu usaha untuk mengarahkan dan
mengelola sumber daya manusia di dalam suatu organisasi agar mampu berfikir
dan bertindak sebagaimana yang diharapkan organisasi. Organisasi yang maju
tentu dihasilkan oleh personil/pegawai yang dapat mengelola organisasi tersebut
ke arah kemajuan yang diinginkan organisasi, sebaliknya tidak sedikit organisasi
yang hancur dan gagal karena ketidakmampuannya dalam mengelola sumber daya
manusia.
Menurut Hasibuan (2001 :10) manajemen sumber daya manusia adalah
Ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan
efisien, membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat .
Sedangkan menurut Simamora (2004 : 4) manajemen sumber daya manusia
adalah , pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan
pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan, juga
menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan,
pengembangan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi
karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik.
Posisi manajemen sumber daya manusia di era globalisasi ini sangat
strategis. Selaras dengan pendapat tersebut, Simamora (2004 : 20) memosisikan
manajemen sumber daya manusia sebagai posisi yang strategik, sebagaimana
dalam Gambar 4, sebagai berikut:
Variabel-variabel Yang dipertimbangkan dalam Implementasi strategi
Strategi Pasar
Kinerja
Desain Tugas
Seleksi, Pelatihan dan Pengembangan
Sistem Kompensasi
Tipe Informasi
Struktur Organisasi
Pada gambar 4 di atas, dapat dijelaskan bahwa terdapat saling
keterkaitan antara variabel satu dengan lainnya strategi pasar dengan kinerja
bersisian satu sama lain, sedangkan lima variabel di tengah saling terkait dengan
saling keterhubungan pada variabel struktur organisasi, sedangkan pada variabel
kompensasi dengan pelatihan dan pengembangan tidak ada hubungan.
Pernyataan perencanaan strategik Inspektorat Jenderal DKP dapat
dijabarkan dengan menggunakan metode analisis SWOT (Strength, Weakness,
Oportunities, and Threats) atau mengidentifikasi kemampuan organisasi dalam
rangka mencapai visi, misi dan tujuan serta sasaran organisasi, seperti kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi organisasi. Hasil identifikasi
SWOT Inspektorat Jenderal DKP, nantinya dapat diuraikan kedalam beberapa
kelompok analisis, sebagai berikut :
Kelompok analisis Strenght (kekuatan), yaitu : personil pengawasan
berlatar belakang pendidikan formal cukup memadai, berdedikasi, dan
bersertifikasi jabatan fungsional auditor; Tersedianya kesempatan untuk
peningkatan dan pengembangan profesionalisme sumberdaya manusia
pengawasan; Adanya dukungan dana yang memadai; adanya norma audit, kode
etik dan standar audit; tersedianya pedoman kerja audit dan juklak/juknis
pengawasan. Kemudian adanya dukungan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No 25 tentang Pengawasan Fungsional di Departemen Kelautan dan
Perikanan.
Kelompok analisis Weakness (kelemahan), yaitu : personil yang kurang
memahami teknis audit bidang kelautan dan perikanan; dana yang tersedia belum
dimanfaatkan secara optimal; belum berfungsinya kendali mutu; Jumlah
sarana/prasarana belum sebanding dengan beban kerja/tugas;
Kelompok analisis Oppotunities (peluang), yaitu ; Dukungan peraturan
perundang undangan untuk pencegahan dan pemberantasan KKN; sistem
manajemen yang lebih transparan; kuatnya dukungan lembaga legislatif terhadap
instansi pengawasan pemerintah; meningkatnya partisipasi masyarakat atau LSM
dalam pengawasan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan kehidupan dalam
masyarakat, kurikulum senantias berkembang dan menyelaras diri dengan
kemajuan zaman. Begitu besar pentingnya pendidikan, untuk itu agar agar
pendidikan itu terarah dan lebih memikirkan pada arah kemajuan maka
diperlukannya suatu kurikulum. Kuriulum merupakan program yang terencan dan
menyeluruh yang menggambarkan kualitas pendidikan suatu bangsa, sehingga
kurikulum memegang peran strategis dalam kemajuan bangsa tersebut. Oleh
karena itu, perlu adanya pengolaan kurikulum yang berupa dinamis dan
intergratif, dengan melaui langkah-langkah yang sistematis profesional, dan
melibatkan seluruh aspek yang terkait dalam tercapainya tujuan pendidikan
nasional.
Kurikulum pun bisa berjalan dengan baik perlu adanya pengelolaan agar
pendidikan berjalan sesuai dengan tugas dan bidangnya masing-masing. Dalam
pengelolaan kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan atau implementasi dan
penilaian atau evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1990. Organisasi Administrasi. Jakarta: CV Rajawali.

Burhanudin, Yusak. 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.


Hamalik Oemar.2006. Manejemen Pengembangan Kurikulum.Bandung: Remaja
Hamalik Oemar , 2007. dasar-dasar pengembangan kurikulum.Bandung: Remaja
Rosdakarya.Bandung
Depdiknas. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007, Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.
Danin, Sudarwan. (2002). Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung:Pustaka Setia.
Danin Sudarwan. 2002 . Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Banung: CV. Pustaka Setia
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Dalam konteks
menyukseskan MBS dan KBK.Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rusman.(2008). Manajemen Kurikulum. Bandung: Program Studi
Pengembangan Kurikulum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sanusi, A.(dkk),(1991) Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional
Tenaga Kependidikan. Laporan Penelitian. Bandung: IKIP Bandung.
Sergiovani, J.T.(et.al), (1987). Educational Governance and Administration.
New York:Pretince-Hall Inc.
Sukmadinata, Nana, Syaodih. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.
Wahjosumidjo.(1995). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjuan Teoretik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Yamin Martinis. 2006. Profesionalisme Guru dan Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi, Cipayung Ciputat: Gaung Persada Press.

Você também pode gostar