Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut WHO, stroke adalah kumpulan gejala klinis yang ditandai dengan hilangnya
fungsi otak baik fokal maupun global secara tiba-tiba disertai gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain
gangguan vaskular. Studi Global Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa stroke
merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung iskemik.
Berdasarkan data WHO 2016, diperkirakan 15 juta orang di dunia menderita stroke tiap
tahunnya, dan dari angka ini terdapat 5 juta kasus kematian dan 10 juta lainnya mengalami
disabilitas seumur hidup. Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, angka
prevalensi stroke mencapai 12.1 per 1000 populasi, dengan angka kejadian tertinggi adalah di
Sulawesi Utara (10.8), diikuti DI Yogyakarta (10.3), Bangka Belitung dan DKI Jakarta
masing-masing 9.7 per 1000 populasi. Faktor risiko dominan stroke adalah umur yang semakin
meningkat ( 75 tahun), riwayat merokok, kolesterol tinggi, serta adanya penyakit vaskular dan
metabolik lain seperti penyakit jantung koroner, DM, hipertensi, dan gagal jantung. Prevalensi
stroke antara laki-laki dan perempuan hampir sama rasionya.1,2,3
Secara garis besar, stroke terbagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik (infark) dan stroke
hemoragik. Mayoritas kasus yang terjadi di Indonesia adalah stroke iskemik dengan angka
kejadian sebesar 67.1%, dan sisanya adalah stroke hemoragik (32.9%). Data menunjukkan
kejadian rekurensi stroke relatif sama tinggi pada kedua jenis stroke, namun stroke hemoragik
memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi, yaitu 20.3% pasca 48 jam dan 18.3% 48 jam,
dibandingkan dengan stroke iskemik, yaitu 8.3% pasca 48 jam dan 3.5% 48 jam.4
Stroke didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pasien yang datang ke rumah sakit dengan gejala-gejala yang menunjukkan penyakit stroke
memerlukan diagnosis yang segera, apakah stroke yang dialaminya adalah stroke iskemik atau
stroke hemoragik, dan sebagai baku emas untuk membedakannya adalah CT scan untuk melihat
lesi yang terdapat pada otak pasien. Alasan mengapa perlunya mengetahui jenis stroke pada
pasien adalah karena terapi pada kedua jenis stroke tersebut berbeda, namun keduanya tetap
memerlukan penanganan yang segera. Dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat dari klinisi,
diharapkan dapat memperbaiki prognosis penyakit, menurunkan tingkat kematian, serta
mencegah risiko kecacatan pada pasien.5

1
BAB II
ILUSTRASI KASUS

Identitas
Nama : Ny. M
Usia : 65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jalan Pulo Asem Timur VI No 3, Pulogadung, Jakarta Timur
MRS : Tanggal 11 April 2017 pukul 10.00
Bangsal : Aster Barat 901
Nomor RM : 01087098

Anamnesis
(Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan anak pasien pada tanggal 11 April
2017 pukul 10.00)

Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak kiri sejak 9 jam SMRS (tanggal 11 April 2017 pukul 05.00).

Riwayat Penyakit Sekarang


15 jam SMRS (tanggal 10 April 2017 pukul 19.00), pasien mengeluh adanya mulut mencong ke
kanan. Mulut mencong timbul mendadak. Pasien juga mengeluh adanya bicara pelo. Pasien
kurang jelas dalam menjawab pertanyaan lawan bicara, namun mengerti apa yang dikatakan
lawan bicaranya. Pasien juga mengeluh adanya kesemutan pada anggota gerak kiri.
5 jam SMRS (tanggal 11 April pukul 05.00), pasien mengeluh adanya kelemahan pada anggota
gerak kiri. Kelemahan dirasakan mendadak ketika bangun dari tempat tidur. Tangan dan kaki kiri
pasien terasa sulit untuk digerakkan.
Keluhan penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-), demam (-), kejang (-).
BAK dan BAB tidak ada keluhan. Riwayat trauma (-).

2
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat hipertensi : diakui, rutin minum amlodipin 1 x 10 mg
Riwayat DM : diakui, rutin minum metformin 3 x 500 mg
Riwayat kolesterol tinggi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : operasi pengangkatan ginjal kanan tahun 1999 karena batu ginjal
Riwayat alergi obat : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat stroke : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat Kehidupan Sosial Ekonomi


Sehari-hari pasien di rumah hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Pasien tidak rutin
berolahraga. Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal.

Riwayat Pengobatan
Pasien belum mengobati keluhan-keluhan yang dialaminya ini.

Pemeriksaan Fisik
(Dilakukan pada tanggal 11 April 2017 pukul 10.15)

Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis, E4V5M6
Orientasi : baik

Tanda Vital
Tekanan darah : 140/70 mmHg
Nadi : 85 x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
3
Pernapasan : 20 x/menit, reguler
Suhu : 36.0 oC
Saturasi O2 : 99%

Status Gizi
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 26.6 (overweight)

Kepala : normocephal, distribusi rambut merata, lihat status neurologis


Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor 3 mm/3 mm, refleks
cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, refleks kornea +/+
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-), epistaksis (-)
Telinga : normotia, sekret (-)
Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis (-), lihat status neurologis
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks : normochest
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : kesan batas jantung tidak melebar
Auskultasi : S1-S2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : pergerakan simetris kanan=kiri saat statis dan dinamis
Palpasi : fremitus taktil kanan=kiri
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : VBS +/+, rhonkhi (-), wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Pinggang : nyeri ketok CVA -/-
Urogenital : tidak diperiksa
4
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), sianosis (-), lihat status neurologis

Status Neurologis
Sikap tubuh : lurus dan simetris
Gerakan abnormal : tidak ada

Nervus kranialis
Nervus Pemeriksaan Kanan Kiri
N. I Olfaktorius Daya penghidu N N
N. II Optikus Daya penglihatan N N
Penglihatan warna N N
Lapang pandang N N
N. III Okulomotorius Ptosis - -
Gerakan mata ke medial N N
Gerakan mata ke atas N N
Gerakan mata ke bawah N N
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung N N
Refleks cahaya konsensuil N N
Strabismus divergen - -
N. IV Trokhlearis Gerakan mata ke lateral bawah N N
Strabismus konvergen - -
Menggigit N
Membuka mulut N
N. V Trigeminus Sensibilitas muka N N
Refleks kornea N N
Trismus - -
N. VI Abdusens Gerakan mata ke lateral N N
Strabismus konvergen - -
N. VII Fasialis Kedipan mata N N
Lipatan nasolabial N Mendatar
Sudut mulut N Lebih rendah
Mengerutkan dahi N N
Menutup mata N N
Meringis Deviasi ke kanan
Menggembungkan pipi Deviasi ke kanan
Daya kecap lidah 2/3 depan Tidak dilakukan
N. VIII Vestibulo-kokhlearis Mendengar suara berbisik N N
Mendengar detik arloji N N
Tes Rinne
Tes Schwabach Tidak dilakukan
Tes Weber
N. IX Glossofaringeus Arkus faring Simetris
Daya kecap lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan
Refleks muntah N
Sengau -
Tersedak -
5
N. X Vagus Denyut nadi 85 x/menit, reguler, kuat angkat
Arkus faring Simetris
Bersuara N
Menelan N
N. XI Aksessorius Memalingkan kepala N N
Sikap bahu N N
Mengangkat bahu N N
Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi
N. XII Hipoglossus Sikap lidah Deviasi ke kanan
Artikulasi Disartria
Tremor lidah -
Menjulurkan lidah Deviasi ke kanan
Trofi otot lidah Eutrofi
Fasikulasi lidah -

Rangsang meningeal
Kaku kuduk - Kernig -
Brudzinski I - Laseque -
Brudzinski II -

Ekstremitas
Gerakan Kekuatan Sensibilitas
D S D S D S
Superior Bebas Terbatas Superior 5555 4444 Superior N N
Inferior Bebas Terbatas Inferior 5555 4444 Inferior N N
Tonus Klonus Trofi
D S D S D S
Superior N N Superior - - Superior Eutrofi Eutrofi
Inferior N N Inferior - - Inferior Eutrofi Eutrofi

Refleks Fisiologis D S Refleks Patologis D S


Biseps + + Hoffman trommer - -
Triseps + + Babinski - -
Patella + + Chaddock - -
Achilles + + Openheim - -
Gordon - -
Schaefer - -

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
(Dilakukan pada tanggal 11 April 2017)
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Hematologi Rutin
Hemoglobin 13.3 11.7 15.5 g/dL
6
Hematokrit 41 35 47 %
Eritrosit 4.4 3.8 5.2 juta/L
Leukosit 10.2 3.6 11 ribu/L
Trombosit 305 150 440 ribu/L
MCV 92.6 80 100 fL
MCH 30.3 26 34 pg
MCHC 32.7 32 36 g/dL
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu 162 < 110 mg/dL
Ureum 19 17 49 mg/dL
Kreatinin 1.0 < 1.1 mg/dL
Natrium 137 135 155 mmol/L
Kalium 3.9 3.6 5.5 mmol/L
Klorida 105 98 109 mmol/L

EKG
(Dilakukan pada tanggal 11 April 2017)

Kesan:
Sinus ritme. T inverted di lead V3 V6.

Foto Thoraks AP
(Dilakukan pada tanggal 11 April 2017)

7
Kesan:
Cor dan pulmo normal. Hilus baik. Tulang-tulang intak.

CT-Scan Otak Tanpa Kontras


(Dilakukan pada tanggal 11 April 2017)

Kesan:

8
Infark cerebri. Pons dan cerebellum baik.

Diagnosis
Diagnosis Klinis
Hemiparese sinistra, parese N. VII sentral sinistra, parese N. XII sentral sinistra
Diagnosis Topis
Infark hemisfer cerebri dextra
Diagnosis Etiologis
Stroke infark
Diagnosis Tambahan
Hipertensi grade I
DM tipe II

Penatalaksanaan
1. IVFD Ringer Asetat 500 cc + Tarontal 300 mg / 12 jam
2. Inj Citicolin 2 x 1 gram IV
3. Metformin 1 x 500 mg PO

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam

Tindak Lanjut
12 April 2017
S O A P
- Kelemahan anggota KU: TSS - Stroke infark - IVFD Ringer Asetat 500 cc
gerak kiri (+) K: CM - Hipertensi grade + Tarontal 300 mg / 12 jam
- Mulut mencong (+) TD: 140/70 mmHg I - Inj Citicolin 2 x 1 gram IV
- Bicara pelo (+) N: 84 x/menit - DM tipe II - Mecobalamin 2 x 500 mg
- Kesemutan (+) RR: 20 x/menit - Dislipidemia PO
S: 36.6 C - Fenofibrat 1 x 200 mg PO
Mata: pupil bulat isokor 3 mm/3 - Metformin 1 x 500 mg PO
mm, RCL +/+, RCTL +/+ - Amlodipin 1 x 5 mg PO
NK: parese N. VII & N. XII - Konsul Sp.JP
sentral sinistra
M: 5555/4444 Target TD 130/90 mmHg

9
5555/4444 Bila TD > 130/90 mmHg:
RF: +/+ - Diastol > 100: Amlodipin 1
RP: -/- x 10 mg PO
- Diastol 100: Amlodipin 1
Kolesterol total: 205 x 5 mg PO
Trigliserida: 229
HDL: 37
LDL: 122
Asam urat: 5.4
13 April 2017
S O A P
- Kelemahan anggota KU: TSS - Stroke infark - IVFD Ringer Asetat 500 cc
gerak kiri (+) K: CM - Hipertensi grade + Tarontal 300 mg / 12 jam
- Mulut mencong (+) TD: 140/70 mmHg I - Inj Citicolin 2 x 1 gram IV
- Bicara pelo (+) N: 84 x/menit - DM tipe II - Mecobalamin 2 x 500 mg
- Kesemutan (+) RR: 20 x/menit - Dislipidemia PO
- Pusing (+) S: 36.6 C - Ischemia cordis - Fenofibrat 1 x 200 mg PO
Mata: pupil bulat isokor 3 mm/3 anterolateral - Metformin 1 x 500 mg PO
mm, RCL +/+, RCTL +/+ - Amlodipin 1 x 5 mg PO
NK: parese N. VII & N. XII - Flunarizin 1 x 5 mg PO
sentral sinistra - Atorvastatin 1 x 20 mg PO
M: 5555/4444 - Simarc-2 1 x 2 mg PO
5555/4444
RF: +/+
RP: -/-

Jawaban Konsul Sp.JP:


- Diagnosis: ischemia cordis
anterolateral
- Rencana echocardiography
- Atorvastatin 1 x 20 mg PO
- Fenofibrat 1 x 200 mg PO
- Simarc-2 1 x 2 mg PO

Hasil echocardiography:
- LVH concentric
- Diastolik disfungsi grade 1
- TR mild
- Fungsi sistolik LV baik, EF
70%
- Global normokinetik
- Fungsi sistolik RV baik
14 April 2017

10
S O A P
- Kelemahan anggota KU: TSS - Stroke infark - IVFD Ringer Asetat 500 cc
gerak kiri (+) K: CM - Hipertensi grade + Tarontal 300 mg / 12 jam
- Mulut mencong (+) TD: 140/60 mmHg I - Inj Citicolin 2 x 1 gram IV
- Bicara pelo (+) N: 81 x/menit - DM tipe II - Mecobalamin 2 x 500 mg
- Kesemutan (+) RR: 20 x/menit - Dislipidemia PO
- Pusing (+) S: 36 C - Ischemia cordis - Fenofibrat 1 x 200 mg PO
Mata: pupil bulat isokor 3 mm/3 anterolateral - Metformin 1 x 500 mg PO
mm, RCL +/+, RCTL +/+ - Amlodipin 1 x 5 mg PO
NK: parese N. VII & N. XII - Flunarizin 1 x 5 mg PO
sentral sinistra - Atorvastatin 1 x 20 mg PO
M: 5555/4444 - Simarc-2 1 x 2 mg PO
5555/4444
RF: +/+
RP: -/-
15 April 2017
S O A P
- Kelemahan anggota KU: TSS - Stroke infark - IVFD Ringer Asetat 500 cc
gerak kiri berkurang K: CM - Hipertensi grade + Tarontal 300 mg / 12 jam
(+) TD: 130/70 mmHg I - Inj Citicolin 2 x 1 gram IV
- Mulut mencong (+) N: 76 x/menit - DM tipe II - Mecobalamin 2 x 500 mg
- Bicara pelo (+) RR: 20 x/menit - Dislipidemia PO
- Kesemutan (+) S: 36.5 C - Ischemia cordis - Fenofibrat 1 x 200 mg PO
- Pusing berkurang (+) Mata: pupil bulat isokor 3 mm/3 anterolateral - Metformin 3 x 500 mg PO
mm, RCL +/+, RCTL +/+ - Amlodipin 1 x 5 mg PO
NK: parese N. VII & N. XII - Flunarizin 1 x 5 mg PO
sentral sinistra - Atorvastatin 1 x 20 mg PO
M: 5555/4444 - Simarc-2 1 x 2 mg PO
5555/4444
RF: +/+
RP: -/-
16 April 2017
S O A P
- Kelemahan anggota KU: TSS - Stroke infark - IVFD Ringer Asetat 500 cc
gerak kiri berkurang K: CM - Hipertensi grade + Tarontal 300 mg / 12 jam
(+) TD: 140/70 mmHg I - Inj Citicolin 2 x 1 gram IV
- Mulut mencong (+) N: 84 x/menit - DM tipe II - Mecobalamin 2 x 500 mg
- Bicara pelo (+) RR: 20 x/menit - Dislipidemia PO
- Kesemutan (+) S: 36.6 C - Ischemia cordis - Fenofibrat 1 x 200 mg PO
- Pusing berkurang (+) Mata: pupil bulat isokor 3 mm/3 anterolateral - Metformin 3 x 500 mg PO
mm, RCL +/+, RCTL +/+ - Amlodipin 1 x 5 mg PO
NK: parese N. VII & N. XII - Flunarizin 1 x 5 mg PO
sentral sinistra - Atorvastatin 1 x 20 mg PO
M: 5555/4444 - Simarc-2 1 x 2 mg PO
11
5555/4444
RF: +/+
RP: -/-
17 April 2017
S O A P
- Kelemahan anggota KU: TSS - Stroke infark - IVFD Ringer Asetat 500 cc
gerak kiri berkurang K: CM - Hipertensi grade / 12 jam
(+) TD: 140/70 mmHg I - Inj Citicolin 2 x 1 gram IV
- Mulut mencong (+) N: 76 x/menit - DM tipe II - Mecobalamin 2 x 500 mg
- Bicara pelo (+) RR: 20 x/menit - Dislipidemia PO
- Kesemutan (+) S: 36.6 C - Ischemia cordis - Fenofibrat 1 x 200 mg PO
- Pusing berkurang (+) Mata: pupil bulat isokor 3 mm/3 anterolateral - Metformin 3 x 500 mg PO
mm, RCL +/+, RCTL +/+ - Amlodipin 1 x 5 mg PO
NK: parese N. VII & N. XII - Flunarizin 1 x 5 mg PO
sentral sinistra - Atorvastatin 1 x 20 mg PO
M: 5555/4444 - Cilostazol 2 x 50 mg PO
5555/4444 - BLPL
RF: +/+
RP: -/- Obat pulang:
- Mecobalamin 2 x 500 mg
- Flunarizin 1x 5 mg
- Cilostazol 2 x 50 mg
- Fenofibrat 1 x 200 mg
- Metformin 3 x 500 mg

12
BAB III
ANALISA KASUS

Diagnosis stroke infark ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang pada pasien. Pada pasien ini, didapatkan keluhan kelemahan anggota
gerak kiri, mulut mencong ke kanan, bicara pelo, serta kesemutan anggota gerak kiri, sedangkan
pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan parese N. VII sentral sinistra, parese N. XII sentral
sinistra, dan hemiparese sinistra. Keluhan-keluhan tersebut timbul secara mendadak, yang
menandakan onset penyakit adalah akut. Adanya defisit neurologis dengan onset akut tanpa
didahului riwayat trauma atau infeksi sebelumnya, ditambah adanya faktor risiko riwayat usia
tua, hipertensi, dan DM pada pasien, mengarahkan pada suatu penyebab berupa lesi vaskular,
atau disebut juga stroke.1
Secara umum, stroke didefinisikan sebagai kumpulan gejala klinis yang ditandai dengan
hilangnya fungsi otak baik fokal atau global secara tiba-tiba, disertai gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab
lain selain gangguan vaskuler. Stroke terbagi menjadi dua, yaitu stroke hemoragik, yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak, dan stroke iskemik, yang disebabkan oklusi
pembuluh darah otak. Penilaian awal pada pasien stroke yang paling mudah dilakukan adalah
skor stroke Siriraj (Siriraj Stroke Score) dan skor stroke Gajah Mada.1,6,7
Pada pasien didapatkan kesadaran compos mentis, tidak ada muntah maupun nyeri kepala,
tekanan darah 140/70 mmHg, dan memiliki riwayat DM, sehingga penilaian skor stroke Siriraj
dihitung seperti di bawah ini.

Tabel 1. Penilaian Skor Stroke Siriraj6


N
Gejala/Tanda Penilaian Indeks Hasil pada Pasien
o
1 Kesadaran 0 = compos mentis x 2.5 0
1 = mengantuk
2 = soporcoma,
13
coma
0 = tidak
2 Muntah x2 0
1 = ya
0 = tidak
3 Nyeri kepala x2 0
1 = ya
4 Tekanan darah Diastolik x 10% 7
Ateroma (DM, angina pektoris, 0 = tidak
5 x (-3) -3
klaudikasio intermiten) 1 = ya
6 Konstanta -12
Jumlah -8
Kesimpulan
>1 = stroke hemoragik
Stroke non hemoragik
-1 1 = perlu pemeriksaan penunjang (CT-scan)
< -1 = stroke non hemoragik

Pada pasien tidak didapatkan adanya penurunan kesadaran, nyeri kepala, maupun refleks
Babinski, sehingga penilaian skor stroke Gajah Mada dihitung seperti di bawah ini.

Stroke
Refleks
perdarahan
Babinski (+)
intraserebral
Nyeri kepala
(+)
Stroke
Refleks
perdarahan
Babinski (-)
Penurunan intraserebral
kesadaran
(+) Stroke
Refleks
perdarahan
Babinski (+)
intraserebral
Nyeri kepala
(-)
Stroke
Refleks
perdarahan
Babinski (-)
intraserebral
Stroke akut
Stroke
Refleks
perdarahan
Babinski (+)
intraserebral
Nyeri kepala
(+)
Stroke
Refleks
perdarahan
Babinski (-)
Penurunan intraserebral
kesadaran
(-) Stroke
Refleks
iskemik/infar
Babinski (+)
k
Nyeri
kepala (-)
Stroke
Refleks
iskemik/infa
Babinski (-)
rk

Diagram 1. Penilaian Skor Stroke Gajah Mada7

Baku emas untuk mendiagnosis stroke adalah CT scan untuk melihat apakah terdapat
gambaran perdarahan ataupun infark pada otak. Pada pasien ini didapatkan gambaran CT scan

14
yang menunjukkan kesan infark cerebri, maka dari itu pada pasien ini didiagnosis sebagai stroke
infark.
Patofisiologi terjadinya stroke infark pada pasien ini adalah karena terdapatnya faktor-
faktor risiko antara lain usia tua, hipertensi, DM, dan dislipidemia pada pasien. Faktor-faktor
risiko tersebut berkaitan dengan terbentuknya aterosklerosis. Rupturnya aterosklerosis tersebut
dapat menyebabkan pembentukan thrombus di pembuluh darah otak, sehingga terjadi
penyumbatan. Apabila penyumbatan ini bersifat total dimana aliran darah otak (cerebral blood
flow/CBF) berkurang hingga 20% dari normalnya (CBF normal 50 ml/100gr jaringan
otak/menit), sel-sel saraf yang diperdarahi pembuluh darah ini akan mengalami iskemik yang
dalam beberapa menit akan menjadi ireversibel sehingga menjadi infark.8

Diagram 2. Faktor Risiko dan Komplikasi Aterosklerosis8

Pada pasien ini diberikan terapi cairan rumatan ringer asetat sesuai dengan kebutuhan
cairan rumatan. Obat-obatan yang diberikan antara lain pentoxifylline (tarontal), citicoline,
mecobalamin, fenofibrat, dan amlodipin. Pentoxifylline (tarontal) merupakan derivat xantin dan
memiliki mekanisme farmakologi memperbaiki aliran darah dengan menurunkan viskositas
darah dan meningkatkan fleksibilitas sel darah merah. Citicoline sebagai neuroprotektan
diharapkan dapat membantu dalam perbaikan membran sel saraf yang rusak. Mecobalamin
merupakan homolog vitamin B12 yang meningkatkan sintesis protein dan asam nukleat untuk

15
memfasilitasi perbaikan kerusakan jaringan saraf. Fenofibrat merupakan agen dislipidemia yang
bekerja meningkatkan katabolisme VLDL, oksidasi asam lemak, dan eliminasi trigliserida, serta
meningkatkan kadar HDL. Amlodipin merupakan agen antihipertensi golongan calcium channel
blockers (CCB) yang mekanisme kerjanya adalah relaksasi otot polos pembuluh darah.9
Prognosis pada pasien ini pada ad vitam adalah dubia ad bonam, pada ad functionam
adalah dubia ad malam, dan pada ad sanationam adalah dubia ad malam. Selain itu, terdapat 5
aspek prognosis lain pada kasus stroke yang perlu ditinjau, antara lain death, disease, disability,
discomfort, dan dissatisfication. Pada pasien ini, dari aspek death dan disease adalah dubia ad
bonam, sedangkan dari aspek disability, discomfort, dan dissatisfication adalah dubia ad malam.
Hal yang tak kalah penting di kemudian hari adalah pencegahan agar tidak terjadi stroke
berulang sehingga diperlukan modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, dimana pada pasien
ini yang perlu dilakukan secara rutin adalah olahraga, diet rendah lemak, serta mengkonsumsi
obat antihipertensi, antihiperglikemia, dan antidislipidemia.10

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Truelsen, T., Begs, S., dan Mathers, C. (2006) Global Burden of Cerebrovascular Disease.
Geneva: World Health Organization

2. Thrift, A.G., Thayabaranathan, T., Howard, G., Howard, V.J., Rothwell, P.M., Feigin, V.L.,
Norrving, B., Donnan, G.A., dan Cadilhac, D.A. (2017) Global Stroke Statistics,
International Journal of Stroke, vol. 12, no. 1

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2013) Riset


Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

4. Yudiarto, F., Machfoed, M., Darwin, A., Ong, A., Karyana, M., dan Siswanto, S. (2014)
Indonesia Stroke Registry, Neurology, vol. 82, no. 10

5. Ghani, L., Mihardja, L.K., dan Delima, D. (2016) Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke
di Indonesia, Buletin Penelitian Kesehatan, vol. 44, no. 1

6. Widiastuti, P. dan Nuartha, A.A.B.N. (2015) Sistem Skoring Diagnostik untuk Stroke: Skor
Siriraj, Cermin Dunia Kedokteran, vol. 42, no. 10

7. Ramadhani, D.D. (2009) Sensitivitas dan Spesifisitas Metode Algoritma Gadjah Mada Skor
Dibanding CT-Scan dalam Mendiagnosis Pasien Stroke, Eprints UMM

8. Mc Master Pathophysiology Review (2016) Atherosclerosis [online]. Sumber:


http://www.pathophys.org/atherosclerosis/ (Diakses 26 Mei 2017)

9. Price, S.A. dan Wilson, L.M. (2003) Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease
Processes. Missouri: Mosby

10. Kusuma Y., Venketasubramanian N., Kiemas L.S., dan Misbach J. (2009) Burden of
Stroke in Indonesia, International Journal of Stroke, vol. 4, no. 5

17

Você também pode gostar