Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KIMIA PANGAN
OLEH
Choirul Anwar NIM. CDC 114 017
Windarina Samosir NIM. CDC 114 019
Sri Nopita Sari NIM. CDC 114 018
Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga penulis bisa
menyelesaikan Laporan praktikum yang berjudul Analisa Kadar Air dan Kadar
Abu Ikan Kembung (Scomber kanangurta) tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Ir. Elita, MP selaku dosen mata kuliah Kimia Pangan yang telah
memberikan dan pengarahan atas penyusunan Laporan ini.
2. Ibu pembimbing laboratorium Analitik yang telah membantu dalam
pelaksanaan praktikum
2. Serta teman teman yang telah bekerjasama dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari dalam penulisan laporan ini banyak terdapat kekurangan
karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Namun, kami tetap berharap agar
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari penulisan laporan ini sangat kami harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada laporan berikutnya. Untuk itu kami ucapkan
terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum.....................................................................2
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
LAMPIRAN
2
DAFTAR TABEL
NO Teks Halaman
1 Kandungan Zat Gizi Ikan Kembung 3
2 Hasil Analisis Kadar Air dan Kadar Abu Ikan Kembung 12
3
I. PENDAHULUAN
Ikan merupakan salah satu bahan pangan terdiri dari sebagian besar air dan
merupakan penyusun utama dalam tubuh, yaitu terdiri dari 96% bahan anorganik
dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral termasuk abu
(Winarno, 1992 dalam Prahesti, 2014).
Penentuan kadar air merupakan analisis penting dan paling luas dilakukan
dalam pengolahan dan pengujian pangan. Jumlah bahan kering (dry matter)
sampel bahan kebalikan dengan jumlah air yang dikandungnya, maka kadar air
secara langsung berkaitan dengan kepentingan ekonomis bahan. Kandungan air
bahan juga berkaitan dengan kualitas dan stabilitas bahan.
Abu merupakan residu anorganik dari pembakaran bahan organik. Isi dan
komposisinya tergantung dari sifat bahan yang dibakar dan metoda
pengabuannya. Kadar abu dapat menunjukkan total mineral dalam suatu bahan
pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi
komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Bahan
pangan yang terdapat di alam juga mengandung mineral yang berupa abu. Jumlah
mineral tersebut hanya dapat diketahui jika dilakukan perlakuan khusus yaitu
dengan teknik pengabuan. Kadar abu tersebut berpengaruh terhadap mutu suatu
bahan, jika mengandung banyak kadar abu maka bahan pangan tersebut tidak baik
untuk dikonsumsi untuk tubuh (Praherti, 2014).
Ikan kembung dikenal sebagai mackarel fish yang termasuk ikan ekonomis
penting dan potensi tangkapanya naik tiap tahunnya. Ikan ini memiliki rasa cukup
enak dan gurih sehingga banyak digemari oleh masyarakat. Menurut surti et al
(2014), komposisi gizi ikan kembung cukup tinggi, yakni setiap 100 gram daging
1
ikan kembung mengandung air 76%, protein 22 g, lemak 1 g, kalsium 20 mg,
pospor 200 mg, besi 1 g, vitamin A 30 SI dan vitamin B1 0,05 mg.
Kadar air dan kadar abu merupakan dua hal yang sangat penting yang harus
diketahui pada suatu bahan pangan untuk mengetahui baik tidaknya bahan pangan
tersebut untuk di konsumsi, baik atau tidaknya bahan pangan tersebut untuk
diolah, dan baik tidaknya bahan tersebut untuk di konsumsi oleh masyarakat.
Penjelasan tersebut dianggap penting untuk dilakukannya praktikum mengenai
kadar air dan abu pada ikan Kembung agar kita dapat mengetahui kandungan
kadar air dan kadar abu pada ikan Kembung
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui dan memahami
cara pengujian kadar air serta kadar abu pada suatu bahan pangan terutama pada
ikan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Ordo : Perciformes
Family : Scombridae
Genus : Scomber
Ikan kembung sebagai salah satu bahan pangan memiliki kandungan gizi
yang memenuhi sejumlah besar unsur kesehatan, seperti pada tabel 1.
4
Protein 22 g
Energi 103 g
Lemak 1g
Kalsium 20 g
Besi 1,5 g
Fosfor 200 g
Vitamin A(SI) 30 g
Vitamin B1 0,05 g
Air merupakan zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan.Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme
hidup. Selain digunakan untuk keperluan proses biokimiawi, air terdapat pada
setiap bahan, atau yang disebut dengan kadar atau kandungan air.
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah
dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakan dalam udara terbuka kadar
airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya.
Kadar air bahan ini disebut dengan kadar air seimbang. Penentuan kadar air dalam
bahan dapat ditentukan dengan beberapa cara, yaitu: Metode pengeringan
(Thermogravimetri), metode destilasi (Thermovolumetri), metode khemis,
metodefisis, dan metode khusus misalnya dengan kromatografi.
Pengukuran kadar air perlu dilakukan untuk mengetahui berat kering dari
suatu bahan, selain itu kandungan air dalam bahan makanan menentukan
kesegaran dan daya tahan bahan itu sendiri. Sebagian besar dari perubahan-
perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau berasal
dari bahan itu sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan
terjadi dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri.
Menurut derajat keterikatan air dalam bahan makanan atau bound water dibagi
menjadi 4 tipe, antara lain :
5
1. Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air
melalui suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar. Molekul air
membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom-
atom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam.
3. Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks
bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe inisering disebut
dengan air bebas.
4. Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau
air murni, dengan sifat-sifat air biasa.
1. Air bebas, air ini terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter-granular dan
pori-pori yang terdapat pada bahan.
2. Air yang terikat secara lemah, air ini teradsorbsi pada pemukaan kolloid
makromolekuler seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga
terdispersi diantara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada
dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air
bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air bebas
dengan kolloid tersebut merupakan ikatan hidrogen.
6
3. Air dalam keadaan terikat kuat, air ini membentuk hidrat. Ikatannya bersifat
ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku
meskipun pada 0.
Prinsip : Menguapkan air dari bahan dengan pemanasan sampai berat konstan,
sampai semua air sudah menguap habis. Kelemahan : zat yang mudah menguap
ikut menguap dan dihitung sebagai air. Akurasi penentuan kadar air dipengaruhi
oleh : (a) suhu dan RH ruang kerja/Lab, (b) suhu ruang oven, (c) tekanan udara
dalam oven pengering, (d) konstruksi oven, tersedianya exhaust-fan, (e) ukuran
partikel sampel, (f) struktur partikel bahan (keras/massif atau berpori/porous), (g)
bentuk botol timbang (ratio : tinggi) Pada dasarnya dapat digunakan suhu oven 70
155C, namun secara umum pada suhu 105C, dengan waktu bervarhasi 1 6
jam. Untuk sampel bahan berupa cairan atau berair (bubur, pasta) perlu
diuapkan/dikeringkan dulu diatas penangas air (water-bath). Perlu dijaga jangan
sampai terjadi crust akibat suhu pemanasan yang terlalu tinggi. Metoda ini juga
dapat diterapkan dengan tekanan rendah (oven vakum) guna mempercepat
penguapan air, atau pengovenannya dapat pada suhu relatif rendah.
Perhitungan:
BC
Kadar Air (%) = BA x 100%
Prinsip : Menguapkan air dengan zat pembawa yang mempunyai titik didih Iebih
tinggi di- banding air, tidak dapat bercampur dengan air, bobot jenis Iebih kecil
7
dari pada air ; contohnya : toluen (C6H5CH3, t.d.=110.6C) ; p-xilen
C6H5(CH3)2 (t.d.=138C) ; tetrakloretilen (CI2C = CCI2 t.d.=121C). Metoda ini
cocok untuk yang berkadar air rendah dan mengandung pula senyawa yang mudah
menguap; namun untuk sampel bahan sangat kering kadang perlu sedikit
dilembabkan dengan sejumlah air yang diketahui pasti jumlahnya sebelum
didestilasi.
Perhitungan :
Prinsip : menitrasi air dalam sampel dengan iodin (terjadi reduksi iodin oleh
SO2 karena adanya air). Agar reaksi dapat berlangsung baik maka ditambahkan
piridin dan metanol serta indikator metilen biru. Titrasi diakhiri bila timbul warna
hijau. Metoda ini cocok untuk bahan yang kandungan airnya relatif sangat rendah
dan sangat mungkin memberikan hasil salah bila dipanaskan : kakao, kopi bubuk,
kopi instan, susu buah & sayur kering, candy, dll.
Reaksi :
8
2H2O + SO2 + I2 H2SO4 + 2HI
Sampel dilarutkan dalam campuran SO2 piridin methanol dan kmd dititrasi
dengan larutan Iodin dalam metanol. Kelebihan lodin yang tak bereaksi dengan air
berada dalam bentuk bebas. Akhir titrasi memberikan warna kuning-coklat
mahogany (warna dari iodin yang berlebih/tak bereaksi dengan air) yg bila
bercampur indikator metilen biru akan berwarna biru/hijau.
Tiap mole air membutuhkan 1 mole iodin, 1 mole SO 2, 3 mole piridin dan 1
mole metanol. Dalam praktek digunakan SO2, piridin dan metanol berlebihan, dan
kekuatan reagen tergan tung pada konsentrasi iodin. Untuk pekerjaan rutin,
digunakan suatu larutan metanol mengandung komponen lain dalam ratio iodin :
SO2 : piridin = (1 : 3 : 10) dan pada konsentrasi ekuivalen terhadap sekitar 3.5 mg
air/mL.
Perhitungan :
%H2O =
Metoda fisikawi
9
by difference), insoluble solid harus ditentukan atau diasumsikan dahulu.
Metoda densimetri (dng piknometer, atau berbagai tipe hidrometer) merupakan uji
rutin yang paling sering dipakai guna menetapkan padatan kering dalam susu
(dikombinasikan dng penetapan lemak), larutan gula (termasuk sari buah, sirup),
produk buahan (khususnya tomat), beverages (alkoholis & malt), dan larutan
garam (pd industri pickle). Pengukuran index refraksi merupakan cara yang cepat
dan reproducible untuk menetapkan kandungan padatan pada larutan sukrosa,
sirup jagung, madu, sari buah, jam, jelly. Metoda Polarimetri digunakan secara
luas untuk menentukan identitas dan konsentrasi larutan gula
Kadar abu suatu bahan ditetapkan secara gravimetric. Penentuan kadar abu
merupakan cara pendugaan kandungan mineral bahan pangan secara kasar. Bobot
abu yang diperoleh sebagai perbedaan bobot cawan berisi abu dan cawan kosong.
Apabila suatu sampel didalam cawan abu porselen dipanaskan pada suhu tinggi
6500C akan menjadi abu berwarna putih. Ternyata didalam abu tersebut dijumpai
garam-garam atau oksida-oksida dari K, P, Na, Mg, Ca, Fe, Mn, dan Cu.
Disamping itu terdapat dalam kadar yang sangat kecil seperti Al, Ba, Sr, Pb, Li,
Ag, Ti, As dan lain-lain. Besarnya kadar abu dalam daging ikan umumnya
berkisar antara 1 hingga 1,5%. Kadar abu/mineral merupakan bagian berat
mineral dari bahan yang didasarkan dari berat keringnya. Abu yaitu zat organic
yang tidak menguap, sisa dari proses pembakaran atau hasil oksidasi (Sugeng,
2016)
10
Analisa kadar abu dibedakan menjadi dua metode (Zahro, 2013), diantaranya
adalah sebagai berikut :
Prinsip dari pengabuan cara kering yaitu dengan mengoksidasi semua zat
organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500600C dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut (Sudarmadji,
1996 dalam Zahro, 2013). Mekanisme pengabuan pada percobaan ini adalah
pertama-tama krus porselin dioven selama 1 jam. Krus porselin adalah tempat
atau wadah yang digunakan dalam pengabuan, karena penggunaannya luas dan
dapat mencapai berat konstan maka dilakukan pengovenan. Kemudian
didinginkan selama 30 menit, setelah itu dimasukkan eksikator. Lalu timbang krus
sebagai berat a gram. Setelah itu masukkan bahan sebanyak 3 gram kedalam krus
dan catat sebagai berat b gram. Pengabuan di anggap selesai apabila di peroleh
pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu (Tamiang, 2011 dalam Zahro,
2013).
Prinsip pengabuan cara basah yaitu memberikan reagen kimia tertentu pada
bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah
gliserol alkohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakukan pemanasan
pada suhu tunggi. Proses pemanasan mengakibatkan gliserol alkohol membentuk
kerak sehingga menyebabkan percepatan oksidasi. Sedangkan pada pemanasan
untuk pasir bebas dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksigen
semakin luas dan memperbesar porositas, sehingga mempercepat proses
pengabuan. Mekanisme pengabuannya adalah pertama-tama krus porselin dioven
selama 1 jam. Kemudian didinginkan selama 30 menit, setelah itu dimasukkan ke
dalam eksikator (Sudarmadji, 1996 dalam Zahro, 2013). Lalu timbang krus
sebagai berat a gram. Setelah itu masukkan bahan sebanyak 3 gram kedalam krus
dan catat sebagai berat b gram. Kemudian ditambahkan gliserol alkohol 5 ml dan
11
dimasukkan dalam tanur pengabuan sampai warna menjadi putih keabu-abuan.
Setelah terjadi pengabuan, abu yang terbentuk dibiarkan dalam muffle selama 1
hari. Sebelum dilakukan penimbangan, krus porselin dioven terlebih dahulu
dengan tujuan mengeringkan air yang mungkin terserap oleh abu selama
didinginkan dalam muffle dimana pada bagian atas muffle berlubang sehingga
memungkinkan air masuk, kemudian krus dimasukkan dalam eksikator yang telah
dilengkapi zat penyerap air berupa silica gel. Setelah itu dilakukan penimbangan
dan catat sebagai berat c gram. Suhu yang tinggi menyebabkan elemen abu yang
bersifat volatile seperti Na, S, Cl, K dan P menguap. Pengabuan juga
menyebabkan dekomposisi tertentu seperi K2CO3 dan CaCO3. pengeringan pada
metode ini bertujuan untuk mendapatkan berat konstan. Sebelum sampel
dimasukkan dalam krus, bagian dalam krus dilapisi silica gel agar tidak terjadi
pengikisan bagian dalam krus oleh zat asam yang terkandung dalam sampel dan
utnuk menyerap air yang kemungkinan ada pada kurs.
12
b. Memerlukan regensia yang kadangkala berbahaya, dan
Praktikum analisa kadar air dan kadar abu dilaksanakan pada tanggal 7-9
Desember 2016 di Laboratorium Analitik Universitas Palangka Raya
1. Tanur
2. Oven
3. Timbangan Analitik
3. Desikator
4. Porselin
5. Penjepit porselin
6. Nampan
7. Pisau
13
1. Ikan Kembung (Scomber kanangurta)
Setelah dingin sampel ditimbang untuk mengetahui kadar abu sampel ikan
Kembung
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil praktikum analisa kadar air dan kadar abu tertera pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Air dan Kadar Abu Ikan Kembung
N Kode Berat Berat Sampel Kering Berat abu
15
O Cawa Cawan(A) Cawan+Sampel(B (1050C/24 jam) (9000C/4
n ) (C) jam) (D)
1 R 10 36,2254 59,4468 41,6429 36,5881
2 2D 36,0202 56,7565 40,8904 36,3674
3 R4 34,9441 50,7468 38,9361 36,4720
BC
Kadar Air (%) = BA x 100%
59,446841,6429
R 10 = 59,446836,2254 x 100% = 76,7 %
56,756540,8904
2D= 56,756536,0202 x 100% = 76 %
50,746838,9361
R4= 50,746834,9441 x 100% = 74,7 %
DA
Kadar Abu (%)= B x 100%
36,588236,2254
R 10 = 59,4468 x 100% = 0,6 %
16
36,367436,0202
2D= 56,7565 x 100% = 0,6 %
36,472034,9441
R4= 50,7468 x 100% = 3,01 %
4.2. Pembahasan
Kadar air ikan Kembung yang diperoleh pada penentuan kadar air pada ikan
Kembung dengan kode sampel R 10 atau pada sampel pertama sebesar 59,4468
gram sebelum dilakukan pengeringan dan sesudah dilakukan pengeringan
beratnya menjadi 41,6429 gram, sedangkan untuk cawan beratnya 36,2254 gram,
pada tahap ini kehilangan berat pada tempe setelah dilakukan pengeringan yaitu
17,8039 gram, sehingga diperoleh persen kadar air (dry basis) sebesar 76,7%.
Secara keseluruhan dari ketiga sampel ikan kembung didiperoleh kadar air sebesar
75,8%. Hasil yang didapat merupakan hasil yang diambil dari berat konstan
bahan, artinya telah dilakukan beberapa kali pengeringan dan penimbangan.
Dilihat dari hasil yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa kadar air yang
dimiliki oleh ikan Kembung sesuai dengan standart yaknik berkisah 76%.
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Penentuan
kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk
menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang
digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan
(Sugeng, 2016).
17
Dari tabel 2. diatas didapat nilai kandungan kadar abu ikan Kembung 4,21%.
Sedangkan menurut literature syarat standar mutu ikan segar berdasar SNI 01-
2354,1-2006, ialah memiliki kadar abu 2%. Perbedaan antara literatur dengan
hasil data yang didapat tidak terlalu jauh hal ini mungkin disebabkan karena ikan
Kembung yang digunakan pada saat praktikum adalah ikan yang mutunya kurang
bagus sehingga kadar abunya tinggi. Perbedaan ini juga disebabkan karena
penggunaan bahan yang memiliki mutu dan kualitas yang kurang baik.
Hal ini dibuktikan dengan pendapat sugeng (2016) Salah satu itu juga bahan
yang digunakan tidak hygienis sehingga terkontaminasi oleh debu pada saat
pengeringan. Semakin banyak kadar abu dalam bahan, maka mutunya semakin
jelek.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kadar air ikan
Kembung rata-rata dari ketiga sampel didapat sebesar 75,8%. Kadar air pada ikan
Kembung termasuk besar, besarnya kandungan air pada suatu bahan pangan akan
mempengaruhi proses kemunduran mutu bahan pangan. Sedangkan kadar abu
ikan Kembung rata-rata dari ketiga sampel didapat sebesar 4,21%. Menurut
standart SNI-01-2354.2-2006 kadar abu pada ikan segar maksimal 2%, dari hasil
tersebut bahwa selisih kadar abu ikan Kembung yang diuji dengan standart SNI
disebabkan kondisi ikan Kembung yang diuji tidak segar atau kurang baik.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Penimbangan berat cawan Pengovenan sampel selama 24 jam dengan suh
21
22