Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB IV
UTILITAS
95
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Sistem air laut berfungsi untuk mensuplai air laut yang digunakan dalam
proses produksi olefin (Ethylene Plant) dan Auxilary Facility Plant (Polyethylene
dan Polypropylene Plant). Kapasitas sea water yang diambil untuk keperluan di
PT. Chandra Asri Petrochemical sebesar 72.000 m 3/jam. Sea Water berfungsi
sebagai pendingin tidak langsung pada proses pertukaran panas pada heat
exchanger, pendingin langsung pada permukaan kondensor, dan quench water
coolers untuk ethylene plant. Sistem ini terdiri dari sea water intake system dan
desalination process.
4.1.1.1 Sistem pengambilan Air Laut (Sea Water Intake System)
Sitem pengambilan air laut terdiri dari beberapa unit proses dengan skema
pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Sistem Pengambilan Air Laut (Sea Water Intake System)
a. Intake Head Structure
Air laut diambil oleh Intake Head Structure yang dipasang pada jarak
100 m dari garis pantai dan pada kedalaman 10 m dari permukaan air laut. Air laut
ditampung sementara di dalam Intake Pit. Pencegahan korosi dilakukan dengan
menginjeksikan ferrosulphate pada Intake Head Structure. Kandungan
ferrosulphate dalam air laut yang keluar pada system sea water return (SWR)
harus pada rentang 0,2-0,5 ppm. Kondisi suplai air laut (SWS) adalah sebagai
berikut:
Kapasitas Intake Head Structure : 70.000 m3/jam
Kapasitas Intake Pit : 109.000 m3/jam
Kondisi Sea Water Supply (SWS) : 30OC ; 2,5 kgf/cm2
b. Intake Canal
96
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Intake Canal berfungsi untuk mengalirkan air laut dari intake pit ke
pump basin secara gravitasi. Intake canal memiliki kapasitas 109.000 m3/hr,
dengan ukuran lebar 8 m, panjang 165 m, dan kedalaman 8 m. Intake Canal
disusun pada open canal dan concrete box convert.
c. Pump Basin
Pump Basin berfungsi untuk memompa air laut yang telah disaring
menuju heat exchanger. Pump basin dilengkapi dengan screen system untuk
menyaring kotoran secara fisik. Hal ini disebabkan air laut masih mengandung
mikroorganisme dan bakteri yang dapat menjadi pengotor intake head structure
sehingga dapat menurunkan kapasitas pengambilan air laut. Oleh karena itu, maka
diinjeksikan sodium hypochlorite (NaOCl) ke intake head structure dan pump
basin. Kapasitas pump basin adalah 70.000 m3/hr dengan ukuran lebar 49 m,
panjang 50 m, dan kedalaman 9 m, dibuat dari beton.
d. Sea Water Pump
Setelah mengalami proses penyaringan, air laut dipompa oleh sea water
pump menuju heat exchanger, sehingga akan mengalami proses transfer panas
dengan cooling water (air yang digunakan untuk proses). Setelah menyerap panas,
air laut dibuang kembali ke laut (Sea Water Return atau SWR) dengan temperatur
maksimum 37OC. Adapun spesifikasi dari Sea Water Pump yaitu:
Vendor : EBARA Corporation
Type : Vertical
Kapasitas : 19.600 m3/hr x (3+1) sets for olefin project
13.300 m3/hr x 1 set for AFP
e. Chlorine Generation And Injection
Air laut mengalami proses klorinasi dengan injeksi larutan sodium
hypochlorite. Larutan ini diproduksi dengan electro chlorination air dan dapat
diinjeksikan pada kedua intake head dan pump basin.
97
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
98
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Gambar 4.2 Standar baku mutu kualitas air PT. Chandra Asri
Filter water digunakan sebagai air baku untuk sand filter backwash,
activated carbon filter back wash, dan sebagai bahan baku
demineralized water.
Industrial water, digunakan untuk cleaning equipment dan dilution
chemical.
Drinking water digunakan pada eyes washe station dan toilet.
99
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
100
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
kandungan chlorine 0,8 mg/L. Sludge yang diperoleh dialirkan ke sludge basin
untuk dipompakan ke sludge dewatering equipment
c. Sludge dewatering Equipment
Sludge Dewatering Equipment merupakan decanter yang berfungsi untuk
memisahkan air yang ikut terbawa dalam sludge dan selanjutnya air yang didapat
diumpankan kembali ke clarifier sebagai recovery water. Sludge Dewatering
Equipment memiliki volume sebesar 260 m3.
d. Filtered Water Basin
Air yang disaring di sand filter dengan suhu ambient (30OC) dan tekanan
1,5 kg/cm2 dimasukkan ke dalam filtered water basin sebagai penampung
sementara dengan kapasitas 250 m3. Air dialirkan ke filtered water basin melalui
atas kolom yang berisi unggun activated carbon untuk menghilangkan chlorine
karena akan merusak ion resin. Outlet water dari activated carbon filter
mempunyai kandungan chlorine sebesar 0,8 ppm. Jika kandungan chlorine pada
outlet water telah lebih dari 0,8 ppm, maka activated carbon telah jenuh dan perlu
diganti dengan unggun yang baru. Kolom activated carbon juga mengalami
backwash, untuk cleaning suspended solid yang terperangkap dan dilakukan
setelah activated carbon filter beroperasi 25.000 m3/cycle. Air dari filtered water
basin sebagian dikirim ke drinking water tank untuk air minum dan sebagian lagi
dipompakan ke filtered water tank. Dari filtered water tank, air digunakan untuk
servis dan sebagian lagi dipompakan ke demineralizer unit. Fungsi lain air yang
ditampung di filtered water basin, digunakan sebagai media backwash untuk
proses pembersihan (cleaning) sand filter apabila telah jenuh dengan kandungan
suspended solid. Air bilasan dari backwash sand filter ini, dialirkan menuju
recovery water basin, lalu dibuang ke laut.
e. Demineralizer Unit
Demineralizer unit berjumlah 2 buah dengan kapasitas sebesar 100 m3/hr
memiliki fungsi untuk menghilangkan kandungan mineral dan padatan terlarut
(dissolved solid), sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya korosi di
dalam pipa. Unit demineralisasi terdiri dari cation exchanger, decarbonator, dan
anion exchanger. Cation exchanger berfungsi untuk menghilangkan ion positif
dengan prinsip ion exchanger. Decarbonator berfungsi untuk menghilangkan
kandungan CO2 pada air, dan anion exchanger berfungsi menghilangkan ion
101
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
negatif pada air. Adapun prinsip kerja dari alat-lat penyusun unit demineralisasi
adalah sebagai berikut:
Cation Exchanger
Proses cation exchanger terjadi pada cation tower berisi dengan resin
penukar kation, yang akan menangkap ion positif pada air (Ca 2+, Mg2+,
Na+, dll). Jika telah jenuh cation exchanger akan diregenerasi
menggunakan larutan asam kuat yaitu H2SO4. Outlet water quality dari
cation tower adalah pH air < 3,5.
Decarbonator
Decarbonator berfungsi untuk menghilangkan kandungan gas CO 2,
karena CO2 akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang
dapat menimbulkan korosi, selain itu asam karbonat akan menambah
beban kerja anion exchanger. Proses decarbonator menggunakan
prinsip desorbsi. Dimana air dikontakkkan udara dari blower secara
counter current. Kolom decarbonator berupa packed coloumn yang
berisi packing.
Anion Exchanger
Proses anion exchanger terjadi pada anion tower. Anion tower berisi
dengan resin penukar anion, yang akan menangkap ion negatif pada
air. Anion exchanger akan diregenerasi jika telah jenuh menggunakan
larutan basa kuat yaitu NaOH.
f. Polisher Unit
Air hasil demineralisasi yang diumpankan bersamaan dengan steam
condensate dari steam condensate tank masuk ke polisher unit dengan kapasitas
120 m3/hr sebanyak 2 unit. Di sini air dan steam condensate akan melewati mixed
bed polisher untuk dihilangkan kandungan padatan terlarutnya (dissolved water)
yang masih tersisa yang kemudian ditampung dalam polished water tank yang
kapasitasnya 5.000 m3.
102
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
cooling water menyerap panas dari heat exchangers yang melalui indirect coolers
menggunakan air laut. Setelah didinginkan di heat exchanger, cooling water
dikembalikan ke Cooling Water Tank. Dalam tangki ini, cooling water secara
terus menerus dipompa dengan cooling water pumps. Skema sistem air pendingin
dapat dilihat pada gambar 4.4.
103
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
kapasitas Cooling Water Tank sebesar 5.500 m3/hr untuk OP, dan 1.900 m3/hr
untuk AFP.
c. Cooling Water Pump
Cooling water di Cooling Water Tank didistribusikan ke seluruh unit
proses menggunakan Cooling Water Pump. Kapasitas Cooling Water Pump yaitu:
OP (Olefin Plant) : 11.200 m3/hr (3 operasi 1 stand by)
AFP : 11.200 m3/hr (1 operasi 1 stand by)
4.1.4 Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Fighting System)
Fire fighting system di PT. Chandra Asri berfungsi untuk memadamkan
kebakaran. Proses pada fire fighting system terdapat pada gambar 4.5.
104
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Gambar 4.6 Skema Unit Penyedia Steam di PT. Chandra Asri Petrochemical
a. Boiler pada Utilitas (Utility Boiler)
Dua paket boiler (tipe two drums with circulation bottom support)
digunakan untuk membangkitkan High Pressure Steam dan dioperasikan dengan
system Master Pressure Control. Bahan bakar Boiler adalah Pyrolisis Fuel Oil
(PFO), C1 Gas, dan Diesel Oil (DO) yang diambil dari Ethylene Plant.
Kapasitas : 120 ton/hr x 2 unit
Kondisi operasi : T (405OC) dan P (44 kgf/cm2)
Sistem boiler ini terdiri dari beberapa komponen yaitu condensate filter, dearetor,
economizer, boiler feed water (BFW) pump, unit boiler, superheater, danchemical
injection unit. Skema proses pada sistem boiler terdapat pada gambar 4.7.
105
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
106
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
A/B/C). Sebelum memasuki unit boiler terlebih dahulu BFW dilewatkan ke dalam
economizer (EA-2001) untuk mengalami pre-heater dari 147 oC menjadi 192oC
dimana perpindahan panas terjadi secara tidak langsung antara BFW dengan flue
gas. Unit economizer ini didesain dengan tekanan 52,2 kgf/cm2. Setelah
mengalami pre-heater kemudian dimasukkan dalam steam drum dimana pada
steam drum ini diinjeksikan phosphate yang berfungsi untuk mencegah
pembentukan kerak. Steam yang dihasilkan dari sistem boiler adalah high
pressure steam, dengan temperature 405 oC dan tekanan 44 kgf/cm2. Flue gas yang
dihasilkan setelah dilewatkan dalam economizer kemudian dibuang ke cerobong
pembakaran (stack).
Dari unit boiler ini hanya dihasilkan high pressure steam, sedangkan untuk
medium pressure steam dan low pressure steam diperoleh dari let down sistem.
Medium pressure steam yang diperoleh dari let down sistem ini memiliki
temperature 295oC dan tekanan 15,5 kgf/cm2, sedangkan low pressure steam
memiliki temperature 195 oC dan tekanan 3,5 kgf/cm2.
b. Air Umpan Boiler (Boiler Feed Water)
Sistem ini terdiri dari Condensate Filter, Deaerator (Oxygen Scavenger),
Boiler Feed Water Pump, dan Chemical Injection Unit (Ammonia dan Phospate).
Condensate dimasukkan ke Condensate Filter agar kandungan besi terlarutnya
hilang , lalu diumpankan ke Deaerator bersamaan dengan polished water. Dengan
tekanan rendah, Oxygen Scavenger diinjeksikan ke Deaerator untuk dihilangkan
residu oksigen bebas. Amonia diinjeksikan pada Chemical Injection Unit untuk
mengatur pH air umpan Boiler (BFW) dan diinjeksikan phosphate agar dapat
mencegah scale (batu ketel) yang akan menghambat aliran.
Kriteria air umpan boiler:
pH : 9,8 10
Kadar SiO2 : maks 0,2 ppm
Kadar PO4 : 15 20 ppm
Kadar Fe : maks 0,1 ppm
Kadar O2 : maks 0,07 ppm
Padatan terlarut : maks 0,2 ppm
Kesadahan Ca/Mg: -
Total Alkalinitas : 20 ppm
Condensate Filter berkapasitas 30 m3/hr dan bertekanan 1 kgf/cm2
Deaerator:
Kapasitas : 270 ton/hr (1 set)
Kondisi operasi : T (147OC), P (3,5 kgf/cm2)
107
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
108
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
terjadinya gaya gerak listrik pada kumparan generator. Daya listrik yang mampu
dihasilkan yaitu 33 MW pada terminal generator. GTG dilengkapi pula dengan
stabilizer untuk membuat stabil tegangan yang dihasilkan. Adapun spesifikasi dari
GTG adalah sebagai berikut:
Manufacture : European Turbine Gas (ETG)
Model : Frame 6, ISO rating 38,3 MW
Fuel : Diesel Oil
Komponen utama yang terdapat dalam GTG ada 4 yaitu kompresor, ruang
bakar (combustion chamber), turbin, dan generator. Kompresor berfungsi untuk
menyalurkan gas melalui nozzle dan menaikkan tekanan gas. Kompresor yang
digunakan adalah kompresor aksial, karena selain memiliki kapasitas yang besar
dan mampu mengkompresi aliran volume yang besar, juga memiliki hilang tekan
(friction losses) yang kecil.
Combustion chamber berfungsi sebagai tempat terjadinya pembakaran
fuel dan sumber energi. Turbin berfungsi untuk menghasilkan kerja dengan
memanfaatkan energi dari gas panas hasil pembakaran. Turbin yang digunakan
adalah turbin gas siklus buka (open cycle). Digunakan turbin gas siklus terbuka
karena gas yang dihasilkan langsung keluar ke atmosfer dan didinginkan oleh
lingkungan tanpa recycle.
Cara kerja GTC adalah udara dimasukkan ke dalam kompresor sehingga
dihasilkan udara bertekanan tinggi. Udara dan fuel cair dimasukkan ke dalam
combustion chamber, sehingga terjadi pembakaran fuel. Pembakaran dalam
combustion chamber dilakukan pada tekanan konstan, kemudian dihasilkan gas
panas. Gas panas yang dihasilkan memiliki temperatur tinggi dan menggerakkan
turbin. Pada keluaran turbin, terdapat speed reduction gear (SRG) untuk
menurunkan kecepatan turbin sesuai dengan kebutuhan generator. Turbin akan
menggerakkan generator sehingga menghasilkan energy listrik yang akan
didistribusikan ke PT. Chandra Asri. Gas keluaran turbin (exhaust gas) dibuang
melalui cerobong.
b. Steam Turbine Generator (STG)
Steam turbine generator menggunakan turbin jenis condensing dan
digunakan High Pressure Steam (44 kg/cm2G) sebagai tenaga penggeraknya.
Daya listrik yang mampu dihasilkan adalah 20 MW pada terminal generator yang
selanjutnya didistribusikan ke unit yang memerlukannya bersama dengan daya
listrik yang dihasilkan oleh GTG pada tegangan 20.000 V.
109
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Sistem output STG ini dilengkapi dengan stabilizer yang digunakan untuk
menstabilkan tegangan listrik yang dihasilkan. Hasil samping berupa kondensat
dipompa menggunakan condensate pump menuju system pengolahan air (water
treatment system) untuk diolah kembali menjadi polish water, sedangkan sisa
uapnya dapat dimanfaatkan sebagai low pressure steam (LPS). Kedua condensate
pump ini digerakan oleh motor dengan salah satu yang beroperasi, sedangkan
yang lain dalam keadaan stand by. Adapun spesifikasi alat dari STG adalah
sebagai berikut:
Manufacture : Fuji Electric Co. Ltd.
Turbine : Ekstraksi & Kondensasi Low Pressure Steam.
STG digerakkan oleh High Pressure Steam (HPS) yang diperoleh dari
system boiler. HPS diekspansikan untuk menggerakkan sudu (blade) pada turbin.
Perputaran sudu-sudu turbin menyebabkan terjadinya Gaya Gerak Listrik (GGL)
pada kumparan di generator. Pada keluaran turbin, terdapat pinion gear (PG) yang
berfungsi untuk menurunkan kecepatan putaran sesuai dengan kebutuhan
generator. Kecepatan generator di PT. Chandra Asri yaitu 3000 rpm.
Pendistribusian listrik ini bersamaan dengan pengubahan daya listrik yang
dihasilkan GTG pada tegangan 11.000 V melalui step-up transformer menjadi
20.000 V. Aliran listrik ini didistribusikan menuju sub-station, dimana tegangan
diturunkan kembali menjadi 6.000 V dan 444 V. Tegangan listrik ini dijadikan
sumber daya listrik untuk operasi pada motor-motor besar dan kecil. Pada STG,
terdapat surface condensate untuk mengkondensasikan sebagian steam dalam
keadaan vakum. Kondensat dipompa menggunakan condensate pump menuju
water treatment system untuk diolah menjadi polished water. Sebagai steam
diekstrak menjadi low pressure steam (LPS). Condensate pump digerakkan oleh
motor dan terdiri dari 2 unit, dimana satu unit beroperasi dan lainnya stand by.
c. Emergency Power Generator (EPG)
Ketika gas turbine generator dan steam turbine generator gagal beroperasi
atau mengalami kerusakan, maka digunakan Emergency Power Generator (EPG)
yang beroperasi dalam 10 detik dan mampu menghasilkan daya listrik sebesar 800
KW pada terminal generator.
110
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
dan AFP seperti down stream plant, utility facilities. Proses penyediaan udara
tekan terdapat pada gambar 4.8.
111
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
yang nantinya dibuang kembali ke laut. Karakteristik limbah cair terdapat pada
tabel 4.1. Proses pengolahan air limbah terdiri dari 8 unit dengan skema pada
gambar 4.9.
112
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
113
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
114
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Parameter Kandungan
Padatan Terlarut 200 ppm
Minyak 15 ppm
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) 50 ppm
Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) 100 ppm
pH 6-9
115
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
dibuang melalui sistem land fill dan dibakar. Limbah padat berupa lumpur dibakar
menggunakan multiple hearth furnace.
b. Limbah padat berbahaya dan beracun akan diolah di pusat pengolahan
limbah industri B3.
c. Limbah padat yang berasal dari jasa boga atau catering berupa sisa
makanan akan dikumpulkan oleh perusahaan dan diangkut keluar pabrik.
d. Limbah padat yang berasal dari gedung dan kantor akan didaur ulang.
Alat pembakaran limbah padat lumpur yang digunakan adalah multiple heart
furnace. Limbah padat bergerak di sepanjang bagian tungku dengan cara didorong
oleh lengan pengaduk sehingga limbah padat tersebut jatuh ke tingkat yang lebih
rendah di dalam tungku. Tungku dilengkapi dengan poros dan dipasang lengan
pengaduk dengan media pendingin berupa udara yang berasal dari blower. Sisa
udara pendingin dibuang melalui bagian atas tungku. Proses pembakaran pada
tungku terjadi pada tiga zona yaitu:
1. Zona 1 (Zona Pengeringan)
Zona 1 merupakan zona pembakaran dengan sistem perapian sebelah
atas dimana kandungan uap air dari limbah akan menguap.
2. Zona 2 (Zona Pembakaran)
Zona 2 merupakan tempat dimana kandungan dari limbah yang ingin
dihilangkan dan dibakar pada suhu 760-930C.
3. Zona 3 (Zona Pendinginan)
Zona 3 merupakan perapian paling bawah yang berfungsi untuk
mendinginkan abu sisa pembakaran sebelum dikeluarkan dari bagian
bawah tungku. Udara dari zona pembakaran melepaskan panas ke
limbah padat yang dingin pada saat udara panas tersebut bergerak ke
atas dan bersinggungan dengan aliran limbah padat yang masuk
sehingga menyebabkan penguapan yang cukup besar.
Ketika partikel limbah padat diaduk sepanjang perapian maka gigi-gigi
pada lengan pengaduk akan menyebabkan ukuran parikel limbah padat tersebut
menjadi lebih kecil. Pengadukan ini bertujuan untuk mengusahakan sebanyak
mungkin permukaan partikel limbah bersentuhan dengan udara panas sehingga
mempercepat terjadinya pengeringan sekaligus proses pembakaran yang baik.
116
Laporan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
117