Você está na página 1de 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu yang mempelajari kombinasi teori dan praktek
yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan
masyarakat Menurut Hendrik L. Blum, ada empat faktor yang memengaruhi status kesehatan
yaitu pelayanan kesehatan, perilaku, keturunan, dan lingkungan. Rumah sakit adalah salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, yang merupakan tempat dan tumpuan harapan masyarakat
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan terganggu jika pelayanan
kesehatan tidak dilaksanakan dengan baik. Rumah sakit harus mampu memberikan pertolongan
dan perawatan yang memadai, berupa pelayanan yang nyaman, tepat, bermanfaat, dan
profesional. Untuk itu rumah sakit dituntut memberikan pelayanan dengan mutu yang baik dan
menyediakan fasilitas yang dilengkapi sarana peralatan yang memadai dan modern dengan
sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional yang mampu menghasilkan produktifitas
kerja yang tinggi (Depkes,1996).

Rumah sakit sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal, faktor
eksternal diantaranya adalah stabilitas politik dan pemerintahan, stabilitas ekonomi, budaya
masyarakat pelanggan, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor internal diantaranya adalah
tenaga, lokasi, peralatan yang tersedia, gedung, sumber daya manusia, jenis pelayanan, dan lain
sebagainya (Aditama,2005).

Pembangunan suatu rumah sakit membutuhkan perencanaan dan perancangan yang baik.
Rumah sakit harus didesain untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan menyiapkan sumber daya
dalam mengoperasikan rumah sakit tersebut.Berfungsinya sebuah rumah sakit sangat terkait
dengan berfungsinya prasarana dan sarananya, terlebih pada rumah sakit modern yang
menggunakan teknologi maju.Konstruksi ruangan harusnya dirancang khusus letaknya,
bentuknya, dan luasnya. Tata letak ruang yang baik berguna untuk kenyamanan kerja bagi para
petugas yang bekerja di dalamnya.

Menurut Haryadi dan Slamet (1996) perencanaan pengembangan dalam


rangka peningkatan fungsi dan pelayanan rumah sakit selalu berdasarkan keadaan yang
sebenarnya saat ini, untuk mencapai kondisi yang lebih baik di saat mendatang. Untuk
mengetahui keadaan sebenarnya dari prasarana dan sarana fisik ICU perlu dilakukan evaluasi
paska huni. Evaluasi Paska Huni merupakan pengkajian atau penilaian tingkat keberhasilan suatu
bangunan dalam memberikan kepuasan dan dukungan kepada pemakai, terutama nilai-nilai dan
kebutuhannya (Haryadi dan Sudibyo, 1996).

1.2 Rumusan Masalah


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat

Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni
Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai
seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau
pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical
procedure) dengan baik. Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya
juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam
pendekatan / penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan pendekatan
(pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.

Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah


kesehatan melalui hidup seimbang, menghindari makanan / minuman beracun, makan
makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang yang sudah
jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk
menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya
dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan. Dari cerita mitos Yunani,
Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani
masalah-masalah kesehatan.

Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit),
yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri
dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit
baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan
Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan
(promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan
masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.

Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua
kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan
pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan
pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada
umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada
umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan
pasien atau sasaran cenderung jauh.

Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan


perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang
menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan
dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien. Kedua,
pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya
menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas
atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah
tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit.

Sedangkan kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak


menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya
menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan
tindakan. Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri
dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang
lainnya.Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan
pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem
biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial.
2.2 Pengertian dan Tujuan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang ilmu kesehatan yang


mempelajari tentang cara bagaimana memberdayakan masyarakat agar
mereka mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan di
lingkungan tempat tinggal mereka.(ABC Medika, 2013). Menurut profesor
Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958) Kesehatan Masyarakat
adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha
masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan,
kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan
perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk
mendeteksi dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial,
yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar
kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.

Sedangkan, Definisi Kesehatan Masyarakat menurut Ikatan Dokter


Amerika, AMA, (1948) adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat Menurut Winslow, yang di maksud denganIlmu Kesehatan
Masyarakat adalah suatu ilmu dan keterampilan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang masa hidup, memelihara kesehatan jasmani dan rohani
dengan jalan usaha masyarakat yang terorganisir untuk penyehatan
lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan setiap orang
dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan.

Dari pengertian Ilmu Kesehatan Masyarakat tersebut diatas maka didalamnya terdapat tujuan
yang ingin dicapai, yaitu :

1) Tujuan Umum Terciptanya keadaan lingkungan yang sehat terberantasnya penyakit menular,
menignkatkan pengetahuan seseorang tentang peinsip-prinsip kesehatan perseorangan,
tersedianya berbagai usaha kesehatan yang dibutuhkan masyarakat yang terorganisir dan
terlibatnya badan-badan kemasyarakatan dalam usaha kesehatan.

2) Tujuan Akhir Terciptanya jaminan bagi tiap individu masyarakat untuk mencapai suatu derajat
hidup yagn cukup guna untuk mempertahankan kesehatan.

Tujuan usaha Kesehatan Masyarakat ialah agar setiap warga


masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik
jasmani, rohani, maupun sosialnya serta diharapkan berumur panjang.

2.3 Prinsip dan Penerapan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik maka ada beberapa prinsip
pokok yang harus terpenuhi, yaitu:

1. Usaha Kesehatan Masyarakat lebih mengutamakan tindakan pencegahan (preventif)


daripada pengobatan (kuratif).

2. Dalam melaksanakan tindakan pencegahan selalu menggunakan cara-cara yang ringan


biaya dan berhasil guna.

3. Dalam melaksanakan kegiatannya lebih menitikberatkan pada masyarakat, baik sebagai


pelaku (subyek) dan sasaran (obyek) atau dengan kata lain suatu usaha dari, oleh dan
untuk masyarakat.

4. Dalam melibatkan masyarakat sebagai pelaku maka sasaran yang diutamakan adalah
masyarakat yang terorganisir.

5. Ruang lingkup usaha lebih mengutamakan masalah-masalah kesehatan kemasyarakatan


daripada kesehatan perorangan karena bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat
mengancam kesehatan dan keselamatan masyarakat luas.
2.4 Pengertian dan Konsep terjadinya sakit

Sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu


menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal
(psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan
fisik, sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

a. Pengertian Sehat Menurut WHO (1947)


Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna yang meliputi
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan.
b. Pengertian Sehat Menurut UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
c. Pengertian Sehat Menurut Pender (1982)
Sehat adalah perwujudan individu melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain (aktualisasi).
d. Pengertian Sehat Menurut Paune (1983)
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri
(self care resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan
diri (self care actions) secara adekual.
self care resources berarti pencakupan pengetahuan,
keterampilan dan sikap, sedangkan self care actions berarti prilaku
yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.

Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan atau
seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan dimana terjadinya proses penyakit.
Sakit berarti suatu keadaan yang memperlihatkan adanya keluhan dan gejala sakit secara
subyektif dan obyektif, sehingga penderita butuh pengobatan untuk menjadi sehat.
a. Pengertian Sakit Menurut Pemons (1972)
Sakit adalah ganguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas termasuk
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
b. Pengertian Sakit Menurut Bauman (1965)
Seseorang mengunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit:
- Adanya gejala : naiknya temperatur dan nyeri

- Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan baik, buruk, dan sakit

- Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara
tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi atau struktur dari
bagian, organ atau sistem dari tubuh (Gold Medical Dictionery).
a. Pengertian Penyakit Menurut KBBI
Penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada mahluk
hidup atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus atau kelainan
sistem faal atau jaringan pada organ tubuh mahluk hidup.
b. Pengertian Penyakit Menurut Bauman (1965)
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi
tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas.

Konsep Terjadinya Sakit

1. Segitiga Epidemiologi (Epidemiologic Triangle)

Komponen: host, agent, environment. Perubahan pada salah satu faktor/komponen akan
mengubah keseimbangan . Hubungan ketiga komponen digambarkan sebagai tuas dalam
timbangan: environment sebagai penumpu.

2. Roda (Wheel)
Memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan
tidak mementingkan pentingnya agent. Besarnya peran dari masing-masing faktor bergantung
pada penyakit yang bersangkutan.

3. Jaring-jaring sebab akibat (The Web of causation)

Suatu penyakit tidak tergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat
dari serangkaian proses sebab-akibat . Penyakit dapat dicegah dengan memotong rantai pada
berbagai titik.

Teori Terjadinya Penyakit

1. Teori Contagion

Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela pada abad ke-14 dan 15.
Keadaan buruk yang dialami manusia pada saat itu telah mendorong lahirnya teori bahwa kontak
dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep itu dirumuskan oleh
Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu
orang ke orang lain melalui zat penular (transference) yang disebut kontagion.

Menurut teori ini penyakit terjadi karena proses kontak atau bersinggungan dengan
sumber penyakit. Pada masa ini telah ada pemikiran konsep penularan yang berawal dari
pengamatan terhadap penyakit kusta di Mesir.Teori ini tentu dikembangkan berdasarkan situasi
penyakit pada masa itu di mana penyakit yang melanda kebanyakan adalah penyakit menular
yang terjadi karena adanya kontak langsung. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro
(1483-1553). Teorinya menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain
melalui zat penular (transference) yang disebut kontagion. Fracastoro membedakan tiga jenis
kontagion, yaitu:

a. Jenis kontagion yang dapat menular melalui kontak langsung, misalnya bersentuhan,
berciuman, hubungan seksual
b. Jenis kontagion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular,
namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui
pakaian, handuk, sapu tangan.

c) Jenis kontagion yang dapat menularkan pada jarak jauh

Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik atau
mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat diterima dan tidak
berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro, tetap dianggap sebagai salah satu perintis dalam
bidang epidemiologi meskipun baru beberapa abad kemudian mulai terungkap bahwa teori
kontagion sebagai jasad renik. Karantina dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan
tindakan yang diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui
pengalaman praktek.

2. Teori Hipocrates (460-377 SM)

Hipocrates berpendapat bahwa sakit bukan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
supranatural tetapi ada kaitannya dengan elemen-elemen bumi, api, udara, air yang dapat
menyababkan kondisi dingin, kering, panas dan lembab. Kondisi ini dapat berpengaruh pada
cairan tubuh, darah, cairan empedu kuning dan empedu hitam. Pada zaman ini hipocrates telah
menghubungkan antara kejadian sakit dengan faktor lingkungan. Ia mengemukakan teori tentang
sebab musabab penyakit, yaitu bahwa:

a.Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, dan

b.Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.Teori itu dimuat
dalam karyanya berjudul On Airs, Waters and Places.

Hippocrates juga merujuk dan memasukkan ke dalam teorinya apa yang sekarang disebut
sebagai teori atom, yaitu segala sesuatu yang berasal dari partikel yang sangat kecil. Teori ini
kemudian dianggap tidak benar oleh kedokteran modern. Menurut teorinya, tipe atom terdiri dari
empat jenis: atom tanah (solid dan dingin), atom udara (kering), atom api (panas), atom air
(basah). Selain itu ia yakin bahwa tubuh tersusun dari empat zat: flegma (atom tanah dan air),
empedu kuning (atom api dan udara), darah (atom api dan air) dan empedu hitam (atom tanah
dan udara). Penyakit dianggap terjadi akibat ketidakseimbangan cairan sementara demam
dianggap terlalu banyak darah.

Teori ini mampu menjawab masalah penyakit yang ada pada waktu itu dan dipakai
hingga tahun 1800-an. Kemudian ternyata teori ini tidak mampu menjawab tantangan berbagai
penyakit infeksi lainnya yang mempunyai rantai penularan yang lebih berbelit-belit. Hipocrates
(460-377 SM), yang dianggap sebagai Bapak Kedokteran Modern, telah berhasil membebaskan
hambatan-hambatan filosofis pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul)
dalam memahami kejadian penyakit.

3. Teori Humoral

Dikenal dalam kehidupan masyarakat China yang beranggapan bahwa penyakit


disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dikatakan bahwa dalam tubuh
manusia terdapat empat macam cairan yaitu putih, kuning, merah dan hitam. Bila terjadi
ketidakseimbangan akan menyebabkan penyakit, tergantung dari jenis cairan yang dominan.

4. Teori Miasma

Kira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul konsep miasma sebagai dasar pemikiran
untuk menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Konsep ini dikemukakan oleh Hippocrates.
Miasma atau miasmata berasal dari kata Yunani yang berarti something dirty (sesuatu yang
kotor) atau bad air (udara buruk).

Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang
mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang,
sehingga mengotori udara, yang dipercaya berperan dalam penyebaran penyakit. Contoh
pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal
dan aria yang artinya udara yang busuk. Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat
sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim
di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.
Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia akan terjangkit
penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup rumah rapat-rapat
terutama di malam hari karena orang percaya udara malam cenderung membawa miasma. Selain
itu orang memandang kebersihan lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari
miasma tadi. Walaupun konsep miasma pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun dasar-
dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam menurunkan tingkat
kematian.

Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan mikroskop oleh Anthony van
Leuwenhoek, Louis Pasteur menemukan bahwa materi yang disebut miasma tersebut
sesungguhnya merupakan mikroba, sebuah kata Yunani yang artinya kehidupan mikro (small
living)

Penyakit timbul karena sisa dari mahluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan
pengotoran udara dan lingkungan. Pada zaman itu orang percaya bila seseorang menghirup
miasma atau uap busuk tadi maka ia akan terjangkit penyakit. Sebagai pencegahannya rumah-
rumah dianjurkan ditutup rapat terutama pada malam hari dan tidak banyak keluar malam karena
dipercaya miasma muncul terutama pada waktu malam. Selain itu masyarakat juga percaya
bahwa miasma dapat dihalau atau diatasi dengan jalan membakar ramuan/ kemenyan (dupa) dan
bisa juga diusir dengan bunyi-bunyian keras seperti bel gereja, bedug, petasan, dll. Pada
zamannya teori miasma lebih dipercaya dan dapat diterima daripada teori contagion yang
dicetuskan oleh Fracastoro karena uap busuk lebih bisa diamati dan tercium baunya.

5. Teori Jasad Renik (Germ Theory)

Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi dan parasitologi oleh Louis Pasteur (1822-


1895), Robert Koch (1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916) dan para pengikutnya merupakan
era keemasan teori kuman. Para ilmuwan tersebut mengemukakan bahwa mikroba merupakan
etiologi penyakit.

Louis Pasteur pertama kali mengamati proses fermentasi dalam pembuatan anggur. Jika
anggur terkontaminasi kuman maka jamur mestinya berperan dalam proses fermentasi akan mati
terdesak oleh kuman, akibatnya proses fermentasi gagal. Proses pasteurisasi yang ia temukan
adalah cara memanasi cairan anggur sampai temperatur tertentu hingga kuman yang tidak
diinginkan mati tapi cairan anggur tidak rusak.

Temuan yang paling mengesankan adalah keberhasilannya mendeteksi virus rabies dalam
organ saraf anjing, dan kemudian berhasil membuat vaksin anti rabies. Atas rintisan temuan-
temuannya memasuki era bakteriologi tersebut, Louis Pasteur dikenal sebagai Bapak dari Teori
Kuman.

Robert Koch juga merupakan tokoh penting dalam teori kuman. Temuannya yang paling terkenal
dibidang mikrobiologi adalah Postulat Koch yang terdiri dari:

1. Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat,

2. Kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya,

3. Kuman yang dibiakkan dapat ditularkansecara sengaja pada hewan yang sehat
dan menyebabkan penyakit yang sama

4. Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi

Jasad renik (germ) dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit yang berkembang setelah
ditemukannya mikroskop. Suatu kuman ( mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa
penyakit.Teori ini sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi kedokteran,ditemukannya
mikroskop yang mampu mengidentifikasi mikroorganisme.Kuman dianggap sebagai penyebab
tunggal penyakit.Namun selanjutnya ternyata teori ini mendapat tantangan karena sulit
diterapkan pada berbagai penyakit kronik,misalnya penyakit jantung dan kanker,yang
penyebabnya bukan kuman.

6. Teori Ekologi Lingkungan

Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam lingkungan tertentu. Pada
keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit. Teori ini secara lebih luas membahas tentang
penyebab penyakit yang menghubungkan antara sumber penyakit, penderita dan
lingkungannya. Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi dikemukakan oleh
Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaituhost, agent, dan environment. Gordon berpendapat
bahwa:

1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)

2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristikagent dan host (baik
individu/kelompok)

3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan
berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik,
ekonomi, dan biologis).

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

Keadaan suatu daerah tidak selalu sama dengan keadaan didaerah lainnya, dan kondisi
masyarakat disuatu saat berbeda dari saat lainnya. Masalah-masalah kesehatan dan cara
penanganannya senantiasa berubah dan berkembang mengikuti perkembangan kemasyarakatan
dan ilmu/teknologi.
Hendrick L.Blum mengemukakan model tentang sistem pada kesehatan masyarakat.
Menurut H.L.Blum ada 4 faktor yang berperan dalam menentukan tingkat atau derajat kesehatan
suatu masyarakat. Faktor-faktor tersebut ialah lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
keturunan.
1. Lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan
masyarakat. Yang termasuk kedalam lingkungan ini adalah :
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik dapat berupa keadaan tanah (pegunungan, rawa, subur atau tidak
subur), keadaan air (bersih, kotor, mudah atau sulit didapat), keadaan cuaca (seperti panas,
dingin, lembab, atau kering), dan lain sebagainya.

b. Lingkungan biologis
Adanya hewan atau makhluk hidup lainnya yang berguna serta yang merugikan manusia. Yang
berguna misalnya ternak, dan yang merugikan misalnya bakteri, virus, cacing parasit, dan lain-
lain.
Adanya tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi manusia berupa bahan pangan, sedangkan yang
merugikan dapat berbentuk jamur penyebab penyakit, dan lain-lain.

c. Lingkungan sosial budaya


Lingkungan sosial budaya dapat berupa :
Tingkat pendidikan
Adat istiadat dan kepercayaan seperti tahayul, dan pantangan-pantangan yang tidak sesuai
dengan kesehatan.
Adanya lembaga-lembaga masyarakat yang dapat menjadi wadah kerjasama.
Upacara-upacara
Struktur politik kenegaraan

d. Lingkungan ekonomi
Yang termasuk dalam lingkungan ekonomi antara lain adalah :
Struktur ekonomi
Status ekonomi

2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua terbesar yang mempengaruhi tingkat kesehatan
masyarakat. Namun perilaku manusia mempunyai kontribusi yang lebih besar, oleh karena selain
mempunyai pengaruh langsung terhadap kesehatan, berpengaruh pula secara tidak langsung
melalui faktor lingkungan, sosial budaya, dan fasilitas kesehatan. Disebabkan perilaku manusia
justru lingkungan dapat memberikan efek yang tidak baik terhadap kesehatan, dan karena
perilaku manusia pula fasilitas kesehatan tidak atau kurang dimanfaatkan oleh manusia.
Perilaku adalah suatu aktifitas manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun
tidak. Perilaku adalah hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dan
lingkungan (pusat PKM depkes RI, 1992).
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon seseorang terhadap
rangsangan dari luar subjek, dan respon ini terbagi 2, yaitu :

a. Respon bentuk pasif


Bentuk pasif adalah respon internal, yakni yang terjadi dalam diri manusia dan tidak
secara langsung dapat diamati oleh orang lain. Respon bentuk pasif ini antara lain adalah berfikir,
tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu
hdala bermanfaat untuk mencegah statu penyakit tertentu, tetapi inu tersebut tidak pernah
membawa anaknya ke posyandu atau ke puskesmas untuk di imunisasi. Perilaku seperti ini masih
terselubung (covert behaviour).

b. Respon bentuk aktiv


Respon bentuk aktiv artinya bahwa perilaku itu dapat secara langsung dilihat atau
diamati. Misalnya si ibu yang sudah tahu manfaat dari imunisasi terhadap kesehatan anaknya,
akan membawa anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk di imunisasi. Perilaku ini sudah
nyata (overt behaviour)

Perilaku kesehatan tidak lain merupakan suatu reaksi dari seseorang terhadap rangsangan
(stimulus) yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan
serta lingkungan. Reaksi ini dapat berbentuk pasif dan dapat pula aktiv.

a. perilaku terhadap sakit dan penyakit


perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, seperti memakan
makanan yang mengandung nilai gizi, berolahraga, menimbang anak balita setiap bulan, dan lain
sebagainya. Hal ini adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit
(promotif).
Perilaku sehubungan dengan pencegahan penyakit (preventif), adalah respon untuk
melakukan pencegahan penyakit.
Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan yaitu tindakan yang dilakukan
seseorang untuk melakukan atau mencari pengobatan.
Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yakni tindakan seseorang estela
sembuh dari statu penyakit.

b. perilaku sehubungan dengan sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh jajaran pemberi
pelayanan.
Perilaku ini adalah dalam bentuk respon terhadap sistem pelayanan kesehatan baik
sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional.

c. Perilaku yang berhubungan dengan makanan (respon seseorang terhadap makanan).


Perilaku ini menyangkut dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap makanan
meliputi cara pengelolaan makanan serta zat gizi yang ada didalamnya.

d. Perilaku terhadap lingkungan, dimana lingkungan sebagai salah satu unsur penting bagi
kesehatan manusia.
Ada beberapa faktor yang berperan mengapa individu/masyarakat berperilaku dalam hal-
hal tertentu. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari 2 aspek :
a. manusia sebagai individu
b. individu sebagai anggota suatu kelompok/masyarakat

Menurut Lawrence Green, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2


faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku (non perilaku).

Faktor perilaku ditentukan oleh 3 kelompok, yaitu :


a. faktor presdiposisi
adalah setiap karakterisitik pasien, konsumen atau masyarakat yang memotivasi perilaku
yang berkaitan dengan kesehatan. Mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi,
norma sosial dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat.
b. faktor pendukung
faktor pendukung adalah setiap karakteristik lingkungan yang memudahkan perilaku
kesehatan dan setiap leterampilan atau sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan
perilaku tersebut.

c. faktor pendorong
adalah setiap ganjaran yang mengikuti atau diperkirakan sebagai akibat suatu perilaku
kesehatan.

Menurut Herbert C.Kelman perubahan perilaku seseorang dapat disebabkan karena :


karena terpaksa
karena ingin meniru
karena menyadari manfaatnya

3. Pelayanan Kesehatan
Menurut H.L.Blum pelayanan kesehatan merupakan urutan ketiga yang mempengaruhi
derajat kesehatan. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, kelompok, dan ataupun masyarakat.

Yang termasuk dalam faktor pelayanan kesehatan adalah :


sistem pelayanan kesehatan
kemudahan masyarakat untuk dapat menjangkau pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pemakai jasa pelayanan
sesuai dengan prinsip ilmu dan teknologi kedokteran

4. Faktor Keturunan
Ilmu genetika membuktikan bahwa kondisi makhluk hidup ditentukan oleh keadaan gen
orang tuanya. Adanya kelainan atau kecacatan pada gen orang tua akan mengakibatkan
timbulnya kelainan/penyakit yang bersifat baewaan pada keturunannya.
Namun menurut para ahli faktor keturunan/genetika ini pengaruhnya bagi tingkat kesehatan
masyarakat tidak terlalu besar.

2.6 Cara Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Program pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi yang benar dan
teratur. Pencegahan penyakit menular melalui 3 cara: eliminasi, memutus siklus, dan imunisasi
(vaksinasi). Mencegah lebih baik dan murah daripada mengobati Untuk pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular khususnya dapat dapat dilakukan dengan 3 cara pendekatan
yaitu:

1. Menghilangkan reservoar
Menhilangkan reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1) Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus untuk
mengurangi kontak dengan orang lain.
2) Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya bersama-sama
penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu
yang lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.

2. Memutus mata rantai penularan


Pemberantasan penyakit pengendalian vektor dan hospes penyakit. Vektor adalah hewan
yang berperan membawa atau menularkan suatu penyakit, tetapi agen penyebab penyakit
tersebut tidak mengalami perkembang-biakan pada tubuh hewan tersebut. Sebagai contoh: lalat
menularkan penyakit disentri. Nyamuk Aedes aegypti menularkan demam berdarah Dengue
(DBD).
Pengendalian vektor dan hospes penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara: secara
mekanik, khemis, dan biologis.
1) Secara mekanik dengan memberantas tempat hidup (sarang) yang disukai vektor dan hospes
penyakit tersebut. Sebagai contoh: program M-3 (menguras, menutup, dan mengubur).
2) Secara khemis dengan menggunakan obat-obatan pembasmi vektor dan hospes penyakit
tersebut. Sebagai contoh: pemberantasan nyamuk dengan menggunakan insektisida (DDT),
larvisida (abate) dsb.
3) Secara biologis dengan menggunakan predator (hewan pemangsa) vektor dan hospes penyakit
tersebut. Sebagai contoh: pemberantasan nyamuk menggunakan ikan, bakteri, cacing, dan jenis
nyamuk lainnya.
4) Secara terpadu yaitu menggunakan ketiga cara tersebut bersamaan.

Cara terpadu merupakan cara pengendalian vektor dan hospes penyakit yang terbaik dan
efektif.Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah merupakan usaha yang
penting untuk memutus hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asclepius: dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan pembedahan
dengan cara tertentu. Higiena, asisten/isri Asclepius, mengajarkan pada pengikutnya melalui
pendekatan Hidup seimbang, menghindari makanan/minuman beracun, makan makan yang
bergizi, cukup istirahat dan olah raga. Dari cerita mitos Yunani tersebut, muncul dua pendekatan
dalam penangan kesehatan, aliran pertama lebih menekankan pengobatan (kuratif), aliran kedua
lebih menekankan pencegahan (preventif) dan peningkatan (promosi) kesehatan.

Periode ilmu kesehatan masyarakat terbagiatas 2 yatu sebelum ilmu pengetahuan dan
sesudahnya. Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk :

1) Mencegah timbulnya penyakit.

2) Memperpanjang umur.
3) meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental melalui usaha usaha kesehatan masyarakat
yang terorganisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti Kumpulan

Materi Kesmas Bahan Bacaan Jurusan Kebidanan Politeknik Makassar. Soekidjo

Notoatmojo.2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Ed.2. Jakarta : Rineka

Cipta Soekidjo Notoatmojo, 2007.Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni, , Jakarta: Rineka Cipta.

Você também pode gostar