Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TUGAS AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn . A.P DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT DI RUANG BOUGENVILLE
RUMAH SAKIT Tk. II Dr. SOEDJONO
MAGELANG
OLEH :
ARINA WAHYU SRINANINGSIH
07.1448
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KESEHATAN
DAERAH MILITER IV/ DIPONEGORO
TAHUN 2010
TUGAS AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn . A.P DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT DI RUANG BOUGENVILLE
RUMAH SAKIT Tk. II Dr. SOEDJONO
MAGELANG
OLEH :
ARINA WAHYU SRINANINGSIH
07.1448
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KESEHATAN
DAERAH MILITER IV/ DIPONEGORO
TAHUN 2010
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas akhir dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. A.P DENGAN INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT DI RUANG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT Tk.II Dr.
SOEDJONO MAGELANG telah disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Disahkan oleh:
Kepala Sekolah
SMK Kesdam IV/Diponegoro
Lilis Susiati, SKM
NIP 030230172
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tugas akhir ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk syarat
mengikuti ujian nasional.
Mengetahui
Kepala Ruang
Puji syukur kepada Allah SWT, yang atas berkat dan rahmat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul: LAPORAN
TUGAS AKHIR ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. A.P DENGAN INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT DI RUMAH SAKIT Tk. II Dr. SOEDJONO
MAGELANG ini tepat pada waktunya.
Dengan membuat laporan tugas akhir ini, penyusun merasa beruntung karena
mendapat pengetahuan dan pengalaman yang mungkin kurang bahkan belum
didapatkan dari sekolah, hal ini dapat penyusun masukan bahan yang sangat berharga
dan bermanfaat bagi penyusun.
Dengan selesainya laporan tugas akhir ini, maka saya selaku penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu, antara lain:
1. Bapak Letnan Kolonel Dr. Budi Santoso, selaku Kepala Rumah Sakit Tk.II Dr. Soedjono
Magelang,
2. Bapak Mayor Muaripin, SE, selaku Kepala Instalasi Pendidikan Rumah Sakit Tk.II Dr.
Soedjono,
3. Ibu Lilis Susiati, SKM, selaku Kepala Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan
Daerah Militer IV/ Diponegoro,
4. Ibu Serka (K) Darsi, AMK selaku pembimbing yang telah memberikan araha dalam
pembuatan asuhan keperawaatan,
5. Bapak A.P Jatmiko, SKep, selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan saran dalam penyusunan laporan tugas akhir ini hingga selesai,
6. Ibu Isti Eko Rahayu, SKep selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan saran dalam penyusunan laporan tugas akhir ini hingga selesai,
7. Semua staff dan karyawan yang telah membantu memperlancar dalam proses
penyusunan laporan tugas akhir ini,
8. Bapak, Ibu, Adik dan Kakak yang ikut serta dalam mendukung doa dan semangat,
9. Semua teman-teman SMK Kesdam IV/Diponegoro Magelang yang telah memberikan
saran, kritik serta dukungan, dan
10. Semua pihak yang telah membantu dan memperlancar dalam penyusunan laporan
tugas akhir ini.
Penyusun selaku manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan kekurangan,
untuk itu saya sebagai penyusun mohon maaf bila dalam penyusunan laporan tugas
akhir ini ada kesalahan, sehingga penyusun tidak menutup kemungkinan adanya saran,
masukan dan kritik yang membangun dalam usaha perbaikan selanjutnya. Semoga
laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 1
C. Sistematika Penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORI 4
A. Definisi / Penngertian 4
B. Etiologi 5
C. Pathofisiologi 6
D. Gambaran Klinis 7
E. Komplikasi 8
F. Penatalaksanaan 9
G. Diagnosa Keperawatan 9
H. Fokus Intervensi 10
BAB III TINJAUAN KASUS 13
A. Biodata 13
B. Keluhan Utama 13
Riwayat Penyakit Sekarang 13
Riwayat Penyakit Dahulu 13
Riwayat Penyakit Keluarga 14
Riwayat Penyakit Sosial 14
C. Pemeriksaan Fisik 14
D. Therapi 16
E. Data Penunjang 17
F. Pengelompokan Data 18
G. Analisa Data 19
H. Perumusan Diagnosa Sesuai Prioritas 20
I. Asuhan Keperawatan 23
J. Catatan Perkembangan 26
BAB IV PEMBAHASAN 30
BAB VPENUTUP 33
A. Kesimpulan 33
B. Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA masih dianggap remeh oleh
masyarakat. Karena tanda-tanda yang muncul hanyalah batuk berdahak atau tidak
berdahak dan seseg. Akan tetapi berdasarkan penelitian dan kemajuan ilmu
kedokteran, ISPA ternyata dapat menyebabkan kematian. ISPA dapat disebabkan oleh
faktor-faktor tertentu. Antara lain masyarakat yang kurang memperhatikan
lingkungannya. Bisa juga karena pola hidup yanbg salah, virus serta bakteri.
Banyak diantara masyarakat yang kurang memahami tentang berbagai macam
penyakit. Misalnya saja mereka yang berpendidikan relative rendah yang kurang
memperhatikan lingkungan serta pola hidupnya.
Saat ini presentase terjadinya ISPA sudah tinggi. Terutama di Magelang,
masyarakat terkena ISPA sudah banyak, baik itu Rhinosinusitis, Sinusitis, dan
Faringitis. Hal ini terbukti dengan banyaknya pasien yang me;akukan pengobatan di
Rumah Sakit Tk. II Dr. Soedjono Magelang, melalui poliklinik maupun yang rawat inap
di bangsal. Akan tetapi, pasien ISPA yang menjalani rawat inap masih sedikit, dan
banyak diantaranya masih anak-anak.
Berdasarkan pemikiran diatas penulis berusaha untuk menggali lebih dalam
mengenai infeksi saluran pernafasan akut tersebut, sebagai inti permasalahan pada
tugas akhir ini. Semoga dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Siswa mampu malakukan pengkajian dan tindakan keperawatan pada pasien dengan
infeksi saluran pernafasan akut.
2. Tujuan Khusus
a. Siswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan infeksi saluran pernafasan
akut dalam asuhan keperawatan
b. Siswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan infeksi saluran
pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.
c. Siswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada psien dengan infeksi saluran
pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.
d. Siswa mampu mengimplementasikan intervensi pada pasien dengan infeksi saluran
pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.
e. Siswa mampu mengevaluasi hasil tindakan pada pasien dengan infeksi saluran
pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.
f. Siswa mampu mengetahuin faktor pendukung dan penghambat serta solusi pemecahan
masalahnya.
C. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi / Penngertian
B. Etiologi
C. Pathofisiologi
D. Gambaran Klinis
E. Komplikasi
F. Penatalaksanaan
G. Diagnosa Keperawatan
H. Fokus Intervensi
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Biodata
B. Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Sosial
C. Pemeriksaan Fisik
D. Therapi
E. Data Penunjang
F. Pengelompokan Data
G. Analisa Data
H. Perumusan Diagnosa Sesuai Prioritas
I. Asuhan Keperawatan
J. Catatan Perkembangan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-
organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibatkematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti
rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan
sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian
atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan
antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan
bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan
pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan istilah yang digunakan untuk
menguraikan peradangan yang terjadi pada hidung, paranasal sinus, hulu
kerongkongan, pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, dan saluran pernapasan
diagnosis umum yang termasuk didalamnya adalah rhinosinusitis virus(flu biasa),
sinusitis akut, dan pharyngitis akut. Sistem saluran pernapasan atas lain, yang lebih
serius termasuk epigglotis dan penyakit batuk yang disertai dengan sesak napas.
Terjadinya ISPA karena masuknya virus, dan bakteri. Sebab utama ISPA adalah Virus
dan kemudian diikuti oleh bakteri. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang akan
sembuh dengan sendirinya, tanpa pemberian obat-obat terapeutik, namun pemberian
antibiotik dapat mempercepat proses penyembuhan. (http://www.clevelandclinic.com.)
2. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis penyakit bakteri, virus, dan
riketsia. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (DepKes.RI,2004).
Virus adalah penyebab utama infeksi saluran napas atas penyakit-penyakit
yang ditimbulkan seperti, rhinosinusitis, faringitis, dan sinusitis akut. Rhinosinusitis
disebabkan oleh virus dan bakteri seperti Streptococcus pneumonia, dan Haemophilus
influenzae.4 Faringitis merupakan radang pada tenggorokan yang dapat disebabkan
oleh virus Ebstein-Barr, influenza, infeksi virus immunodefisiensi human akut. Dan
bakterial yang umumnya adalah Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridians,
streptococcus beta hemolyticus yang umumnya disebut strep tenggorokan.1,2
Sinusitis akut merupakan inflamasi sinus-sinus paranasal dan lendir hidung yang
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, peradangan pada saluran hidung, dan penyakit-
penyakit tertentu misal asma, gangguan sistem imun,dan alergi.
3. PATHOFISIOLOGI
Infeksi saluran napas atas dapat terjadi karena transmisi organisme melalui
penyegar udara, droplet, dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi
virus. Hal ini dapat terjadi pada kondisi yang penuh sesak. Pada faringitis disebabkan
penularan terjadi melalui droplet, kuman mengilfitrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis
maka jaringan limfoid superficial bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi infeksi saluran
pernapasan atas melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus yang dapat
menghasilkan superinfeksi bakterial, sehingga dapat menyebabkan pathogen-pathogen
bakterial masuk ke dalam rongga-rongga sinus. Selain itu sinusitis dapat terjadi karena
alergi musiman, gangguan mekanisme pengaliran sinus, berenang, intubasi hidung
yang lama, dan perluasan infeksi gigi ke dalam rongga sinus.
4. GAMBARAN KLINIS
Gejala yang terjadi pada rhinosinusitis termasuk kemacetan hidung, ingus, batuk, sakit
kepala, bersin, bunyi sengau, dan sakit tenggorokan. Demam tinggi sangat jarang
terjadi, dan jika terjadi seharusnya menimbulkan kecurigaan akan diagnosis alternative.
Gejala khusus akan terjadi kurang dari 7 hari, namun sampai 25% dari seluruh pasien
akan mengalami gejala hingga 14 hari. Penyakit ini sering terjadi, tetapi gejala-gejala
yang lebih parah jarang sekali ditemui. Jika gejala-gejala bertahan lama melampaui 7
hari, klinis seharusnya mulai memperhatikan komplikasi-kompikasi seperti bronchitis,
sinusitis, bakterial sekunder, atau otitis media.1 Pada faringitis akan terjadi kenaikan
suhu hingga 400C, rasa gatal, kering pada tenggorokan, lesu, nyeri sendi, batuk yang
kronis, kesulitan menelan, dan rasa sakit pada kerongkongan. Sedangkan pada
sinusitis biasanya mengalami gejala lebih dari 1 minggu, misalnya sakit gigi maxillary,
sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri wajah, kadang-kadang demam dan
batuk, serta bunyi sengau. Pada anak-anak dapat disertai dengan deman hingga 390C,
khusus pada anak-anak gejala batuk lebih hebat saat siang hari, terjadinya parau
menandakan kelanjutan dari radang tenggorokan.
5. PENATALAKSANAAN
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang
kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-
kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pengobatan dan perawatan
Pinsip perawatan ISPA antara lain :
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
Pengobatan antara lain :
Mengatasi panas (demam)
Dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan
demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2
hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang di dapat dari infeksi saluran pernafasan akut adalah
terjadinya obstruksi jalan nafas dengan segala akibatnya, bronkopneumonia,
atelektasis.
a. Kardiovaskuleer: miokarditis, yang dapat terjadi akibat toksin yang dibentuk kuman
difteri
b. Kelainan pada urogenital (ginjal): nefritis
c. Kelainan saraf: dapat berupa paralisis atau parase.
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ganggguan pertukaran pada gas b/d kekurangan suplai oksigen (obstruksi jalan napas
oleh sekresi spasme bronkus jebakan udara) kerusakan alveoli
b) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d anoreksia
c) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
d) Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder
e) Kurang pengetahuan b/d perawatan di rumah
f) Perubahan proses keluarga b/d anak yang menderita penyakit
g) Gangguan aktivitas b/d status kesehatan
8. FOKUS INTERVENSI
Dx.1. Gangguan pertukaran gas b/d kekurangan suplai oksigen (obstruksi jalan
napas oleh sekresi spasme bronkus jebakan udara) kerusakan alveoli
Intervensi
a. Kaji frekuensi ,kedalaman pernapasan, catat penggunaan tot akesori ,napas bibir,
ketidakmamuan utuk berbicara
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posii yang mudah untuk
bernapasan
c. Auskultasi bunyi napas ,catat area penurunan aliran udara dan bunyi tambahan
d. Awasi tingkat kesadaran /status mental
DX.3 . Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Intervensi
a. Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 10), factor memperburuk
atau meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.
b. Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia,
asap,rokok. Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.
c. Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangat
d. Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
Steroid oral, iv, & inhalasi
analgesik
DX.4. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan
sekunder (adanya infeksi penekanan imun)
Intervensi
a. Batasi pengunjung sesuai indikasi
b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera
ketempat sampah
d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan
penderita penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti
oksidan jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang
e. Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil kultur
PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tgl 05-01-2010 jam 20.00
1. Biodata
a. identitas pasien :
1) Nama : Nn. A. P Umur : 18 tahun
2) Pangkat-gol : anak PNS gol III
NRP/NIP: 030228579
3) Kesatuan : Diknas
4) Jenis kelamin : Perempuan
5) Pendidikan : SMK
6) Agama : Islam
7) Alamat : Canguk, RT/RW: 3/21, Kelurahan Rejo Utara, Kecamatan
Magelang Tengah, Magelang.
b. No Rekam Medik : 22.06.02.4319
c. Tgl masuk RS : 4 Januari 2010, jam 23.50 WIB
d. Penanggung jawab :
1) Nama : Tn J
2) Pekerjaan : PNS gol III
3) Alamat : Canguk, RT/RW: 3/21, Kelurahan Rejo Utara, Kecamatan
Magelang Tengah, Magelang
e. Dx medis : Infeksi saluran pernafasan akut
Laboratorium
Hasil laboratorium tanggal 5 Januari 2010;
WBC : 7,8. 10/mm (3,5.10/mm-100.10/mm)
RBC : 5,3. 10/mm (3,80.10/mm-5,0)0.10/mm)
HGB : 11,6 g/dl (11,0 g/dl-16,5 g/dl)
HCT : 33,3 L% (35,0L%- 50,0 L%)
PLT ; 220.10/mm (150.10/mm-450.10/mm)
PCT : 180% (100&-500%)
Differensial
% LYM : 12,1 L% (17,0 L%-48,0 L%)
% MON : 1,6 L% (4,0 L%-10,0 L%)
%GRA : 86,3 H% (43,0 H%-76,0 H%)
% LYM : 0,9 L 10/mm (1,2 L 10/mm-3,2 L10/mm)
%MON : 0,1 L 10/mm (0,3 L 10/mm-0,8 L10/mm)
%GRA : 6,8.10/mm (1,2. 10/mm- 6,8.10/mm)
LED :4/10
5. Pengelompokan Data
a. Data Subyektif
1) Pasien mengatakan seseg
2) Pasien mengatakan batuk berdahak
3) Pasien mengatakan makan dan minum kurang
4) Pasien mengatakan tenggorokan terasa gatal dan sakit
5) Pasien mengatakan badan lemes, seperti demam dan terasa agak hangat
6) Pasien mengatakan sulit menelan
7) Pasien mengatakan sering batuk
b. Data Obyektif
1) Pernafasan cepat (RR=28 kali/menit)
2) Saat batuk dan berbicara pasien terlihat seseg
3) Batuk berdahak
4) Posisi tidur pasien semi fowler
5) Pasien terlihat menghabiskan porsi makan yang diberikan rumah sakit
6) BB pasien: 44 kg, TB: 158 cm. Sehingga IMT: 17,63
7) Pasien terlihat lemas, dan dibantu (dipapah) saat berjalan ke kamar mandi
8) Suhu:37C
9) Sputum berwarna putih kekuning-kuningan dan kental, dan saat batuk tidak ditutup
10) Pasien terlihat merasa sakit dan meringis saat menelan
11) Pengkajian nyeri di tenggorokan:
P : Nyeri timbul saat batuk dan menelan
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri terletak di tenggorokan
S : skala 3