Você está na página 1de 33

Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

TUGAS AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn . A.P DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT DI RUANG BOUGENVILLE
RUMAH SAKIT Tk. II Dr. SOEDJONO
MAGELANG

OLEH :
ARINA WAHYU SRINANINGSIH
07.1448
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KESEHATAN
DAERAH MILITER IV/ DIPONEGORO
TAHUN 2010

TUGAS AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn . A.P DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT DI RUANG BOUGENVILLE
RUMAH SAKIT Tk. II Dr. SOEDJONO
MAGELANG

OLEH :
ARINA WAHYU SRINANINGSIH
07.1448
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KESEHATAN
DAERAH MILITER IV/ DIPONEGORO
TAHUN 2010

HALAMAN PENGESAHAN
Tugas akhir dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. A.P DENGAN INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT DI RUANG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT Tk.II Dr.
SOEDJONO MAGELANG telah disahkan pada:
Hari :
Tanggal :

Disahkan oleh:
Kepala Sekolah
SMK Kesdam IV/Diponegoro
Lilis Susiati, SKM
NIP 030230172
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tugas akhir ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk syarat
mengikuti ujian nasional.

Magelang, Januari 2010


Pembimbing I Pembimbing II

(A.P Jatmiko S.Kep) (Isti Eko Rahayu S.Kep)


NIP. 030157489 NIP. 030243258

Mengetahui
Kepala Ruang

(Isti Eko Rahayu S.Kep)


NIP 030243258
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang atas berkat dan rahmat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul: LAPORAN
TUGAS AKHIR ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. A.P DENGAN INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT DI RUMAH SAKIT Tk. II Dr. SOEDJONO
MAGELANG ini tepat pada waktunya.
Dengan membuat laporan tugas akhir ini, penyusun merasa beruntung karena
mendapat pengetahuan dan pengalaman yang mungkin kurang bahkan belum
didapatkan dari sekolah, hal ini dapat penyusun masukan bahan yang sangat berharga
dan bermanfaat bagi penyusun.
Dengan selesainya laporan tugas akhir ini, maka saya selaku penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu, antara lain:
1. Bapak Letnan Kolonel Dr. Budi Santoso, selaku Kepala Rumah Sakit Tk.II Dr. Soedjono
Magelang,
2. Bapak Mayor Muaripin, SE, selaku Kepala Instalasi Pendidikan Rumah Sakit Tk.II Dr.
Soedjono,
3. Ibu Lilis Susiati, SKM, selaku Kepala Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan
Daerah Militer IV/ Diponegoro,
4. Ibu Serka (K) Darsi, AMK selaku pembimbing yang telah memberikan araha dalam
pembuatan asuhan keperawaatan,
5. Bapak A.P Jatmiko, SKep, selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan saran dalam penyusunan laporan tugas akhir ini hingga selesai,
6. Ibu Isti Eko Rahayu, SKep selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan saran dalam penyusunan laporan tugas akhir ini hingga selesai,
7. Semua staff dan karyawan yang telah membantu memperlancar dalam proses
penyusunan laporan tugas akhir ini,
8. Bapak, Ibu, Adik dan Kakak yang ikut serta dalam mendukung doa dan semangat,
9. Semua teman-teman SMK Kesdam IV/Diponegoro Magelang yang telah memberikan
saran, kritik serta dukungan, dan
10. Semua pihak yang telah membantu dan memperlancar dalam penyusunan laporan
tugas akhir ini.
Penyusun selaku manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan kekurangan,
untuk itu saya sebagai penyusun mohon maaf bila dalam penyusunan laporan tugas
akhir ini ada kesalahan, sehingga penyusun tidak menutup kemungkinan adanya saran,
masukan dan kritik yang membangun dalam usaha perbaikan selanjutnya. Semoga
laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Magelang, Januari 2010

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 1
C. Sistematika Penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORI 4
A. Definisi / Penngertian 4
B. Etiologi 5
C. Pathofisiologi 6
D. Gambaran Klinis 7
E. Komplikasi 8
F. Penatalaksanaan 9
G. Diagnosa Keperawatan 9
H. Fokus Intervensi 10
BAB III TINJAUAN KASUS 13
A. Biodata 13
B. Keluhan Utama 13
Riwayat Penyakit Sekarang 13
Riwayat Penyakit Dahulu 13
Riwayat Penyakit Keluarga 14
Riwayat Penyakit Sosial 14
C. Pemeriksaan Fisik 14
D. Therapi 16
E. Data Penunjang 17
F. Pengelompokan Data 18
G. Analisa Data 19
H. Perumusan Diagnosa Sesuai Prioritas 20
I. Asuhan Keperawatan 23
J. Catatan Perkembangan 26
BAB IV PEMBAHASAN 30
BAB VPENUTUP 33
A. Kesimpulan 33
B. Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA masih dianggap remeh oleh
masyarakat. Karena tanda-tanda yang muncul hanyalah batuk berdahak atau tidak
berdahak dan seseg. Akan tetapi berdasarkan penelitian dan kemajuan ilmu
kedokteran, ISPA ternyata dapat menyebabkan kematian. ISPA dapat disebabkan oleh
faktor-faktor tertentu. Antara lain masyarakat yang kurang memperhatikan
lingkungannya. Bisa juga karena pola hidup yanbg salah, virus serta bakteri.
Banyak diantara masyarakat yang kurang memahami tentang berbagai macam
penyakit. Misalnya saja mereka yang berpendidikan relative rendah yang kurang
memperhatikan lingkungan serta pola hidupnya.
Saat ini presentase terjadinya ISPA sudah tinggi. Terutama di Magelang,
masyarakat terkena ISPA sudah banyak, baik itu Rhinosinusitis, Sinusitis, dan
Faringitis. Hal ini terbukti dengan banyaknya pasien yang me;akukan pengobatan di
Rumah Sakit Tk. II Dr. Soedjono Magelang, melalui poliklinik maupun yang rawat inap
di bangsal. Akan tetapi, pasien ISPA yang menjalani rawat inap masih sedikit, dan
banyak diantaranya masih anak-anak.
Berdasarkan pemikiran diatas penulis berusaha untuk menggali lebih dalam
mengenai infeksi saluran pernafasan akut tersebut, sebagai inti permasalahan pada
tugas akhir ini. Semoga dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Siswa mampu malakukan pengkajian dan tindakan keperawatan pada pasien dengan
infeksi saluran pernafasan akut.
2. Tujuan Khusus
a. Siswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan infeksi saluran pernafasan
akut dalam asuhan keperawatan
b. Siswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan infeksi saluran
pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.
c. Siswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada psien dengan infeksi saluran
pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.
d. Siswa mampu mengimplementasikan intervensi pada pasien dengan infeksi saluran
pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.
e. Siswa mampu mengevaluasi hasil tindakan pada pasien dengan infeksi saluran
pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.
f. Siswa mampu mengetahuin faktor pendukung dan penghambat serta solusi pemecahan
masalahnya.
C. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi / Penngertian
B. Etiologi
C. Pathofisiologi
D. Gambaran Klinis
E. Komplikasi
F. Penatalaksanaan
G. Diagnosa Keperawatan
H. Fokus Intervensi
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Biodata
B. Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Sosial
C. Pemeriksaan Fisik
D. Therapi
E. Data Penunjang
F. Pengelompokan Data
G. Analisa Data
H. Perumusan Diagnosa Sesuai Prioritas
I. Asuhan Keperawatan
J. Catatan Perkembangan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-
organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibatkematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti
rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan
sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian
atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan
antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan
bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan
pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan istilah yang digunakan untuk
menguraikan peradangan yang terjadi pada hidung, paranasal sinus, hulu
kerongkongan, pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, dan saluran pernapasan
diagnosis umum yang termasuk didalamnya adalah rhinosinusitis virus(flu biasa),
sinusitis akut, dan pharyngitis akut. Sistem saluran pernapasan atas lain, yang lebih
serius termasuk epigglotis dan penyakit batuk yang disertai dengan sesak napas.
Terjadinya ISPA karena masuknya virus, dan bakteri. Sebab utama ISPA adalah Virus
dan kemudian diikuti oleh bakteri. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang akan
sembuh dengan sendirinya, tanpa pemberian obat-obat terapeutik, namun pemberian
antibiotik dapat mempercepat proses penyembuhan. (http://www.clevelandclinic.com.)

2. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis penyakit bakteri, virus, dan
riketsia. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (DepKes.RI,2004).
Virus adalah penyebab utama infeksi saluran napas atas penyakit-penyakit
yang ditimbulkan seperti, rhinosinusitis, faringitis, dan sinusitis akut. Rhinosinusitis
disebabkan oleh virus dan bakteri seperti Streptococcus pneumonia, dan Haemophilus
influenzae.4 Faringitis merupakan radang pada tenggorokan yang dapat disebabkan
oleh virus Ebstein-Barr, influenza, infeksi virus immunodefisiensi human akut. Dan
bakterial yang umumnya adalah Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridians,
streptococcus beta hemolyticus yang umumnya disebut strep tenggorokan.1,2
Sinusitis akut merupakan inflamasi sinus-sinus paranasal dan lendir hidung yang
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, peradangan pada saluran hidung, dan penyakit-
penyakit tertentu misal asma, gangguan sistem imun,dan alergi.

3. PATHOFISIOLOGI
Infeksi saluran napas atas dapat terjadi karena transmisi organisme melalui
penyegar udara, droplet, dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi
virus. Hal ini dapat terjadi pada kondisi yang penuh sesak. Pada faringitis disebabkan
penularan terjadi melalui droplet, kuman mengilfitrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis
maka jaringan limfoid superficial bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi infeksi saluran
pernapasan atas melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus yang dapat
menghasilkan superinfeksi bakterial, sehingga dapat menyebabkan pathogen-pathogen
bakterial masuk ke dalam rongga-rongga sinus. Selain itu sinusitis dapat terjadi karena
alergi musiman, gangguan mekanisme pengaliran sinus, berenang, intubasi hidung
yang lama, dan perluasan infeksi gigi ke dalam rongga sinus.

4. GAMBARAN KLINIS
Gejala yang terjadi pada rhinosinusitis termasuk kemacetan hidung, ingus, batuk, sakit
kepala, bersin, bunyi sengau, dan sakit tenggorokan. Demam tinggi sangat jarang
terjadi, dan jika terjadi seharusnya menimbulkan kecurigaan akan diagnosis alternative.
Gejala khusus akan terjadi kurang dari 7 hari, namun sampai 25% dari seluruh pasien
akan mengalami gejala hingga 14 hari. Penyakit ini sering terjadi, tetapi gejala-gejala
yang lebih parah jarang sekali ditemui. Jika gejala-gejala bertahan lama melampaui 7
hari, klinis seharusnya mulai memperhatikan komplikasi-kompikasi seperti bronchitis,
sinusitis, bakterial sekunder, atau otitis media.1 Pada faringitis akan terjadi kenaikan
suhu hingga 400C, rasa gatal, kering pada tenggorokan, lesu, nyeri sendi, batuk yang
kronis, kesulitan menelan, dan rasa sakit pada kerongkongan. Sedangkan pada
sinusitis biasanya mengalami gejala lebih dari 1 minggu, misalnya sakit gigi maxillary,
sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri wajah, kadang-kadang demam dan
batuk, serta bunyi sengau. Pada anak-anak dapat disertai dengan deman hingga 390C,
khusus pada anak-anak gejala batuk lebih hebat saat siang hari, terjadinya parau
menandakan kelanjutan dari radang tenggorokan.

5. PENATALAKSANAAN
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang
kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-
kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pengobatan dan perawatan
Pinsip perawatan ISPA antara lain :
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
Pengobatan antara lain :
Mengatasi panas (demam)
Dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan
demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2
hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang di dapat dari infeksi saluran pernafasan akut adalah
terjadinya obstruksi jalan nafas dengan segala akibatnya, bronkopneumonia,
atelektasis.
a. Kardiovaskuleer: miokarditis, yang dapat terjadi akibat toksin yang dibentuk kuman
difteri
b. Kelainan pada urogenital (ginjal): nefritis
c. Kelainan saraf: dapat berupa paralisis atau parase.

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ganggguan pertukaran pada gas b/d kekurangan suplai oksigen (obstruksi jalan napas
oleh sekresi spasme bronkus jebakan udara) kerusakan alveoli
b) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d anoreksia
c) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
d) Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder
e) Kurang pengetahuan b/d perawatan di rumah
f) Perubahan proses keluarga b/d anak yang menderita penyakit
g) Gangguan aktivitas b/d status kesehatan

8. FOKUS INTERVENSI

Dx.1. Gangguan pertukaran gas b/d kekurangan suplai oksigen (obstruksi jalan
napas oleh sekresi spasme bronkus jebakan udara) kerusakan alveoli
Intervensi
a. Kaji frekuensi ,kedalaman pernapasan, catat penggunaan tot akesori ,napas bibir,
ketidakmamuan utuk berbicara
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posii yang mudah untuk
bernapasan
c. Auskultasi bunyi napas ,catat area penurunan aliran udara dan bunyi tambahan
d. Awasi tingkat kesadaran /status mental

DX.2 . Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d anoreksi


Intervensi
a. Kaji biasa diet
b. Auskultasi bising usus
c. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan untuk
meningkatkan masukkan kalori total
d. Hindari makanan yang sangat panas
e. Timbang berat badan sesuai indikasi

DX.3 . Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Intervensi
a. Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 10), factor memperburuk
atau meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.
b. Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia,
asap,rokok. Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.
c. Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangat
d. Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
Steroid oral, iv, & inhalasi
analgesik

DX.4. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan
sekunder (adanya infeksi penekanan imun)
Intervensi
a. Batasi pengunjung sesuai indikasi
b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera
ketempat sampah
d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan
penderita penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti
oksidan jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang
e. Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil kultur

DX.5. Kurang pengetahuan b/d perawatan di rumah


Intervensi :
a. Kaji tingkat pemahaman orang tua.
b. Ajarkan pada orang tua pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi.
c. Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
d. Jelaskan pentingnya kebersihan.

DX 6. Perubahan proses keluarga b/d anak yang menderita penyakit


Intervensi:
a. Berikan informasi pada orangtua tentang pilihan pengobatan
b. Tekankan upaya keluarga untuk melekukan rencana keperawatan
c. Tekankan kecepatan oemulihan pada kebanyakan kasus

DX 7, Gangguan aktivitas b/d status kesehatan


Intervensi:
a. Observasi aktivitas pasien
b. Beri penjelasan tentang pentingnya aktivitas
c. Anjurkan pasien untuk menggerakkan atau mengangkat ekstremitas atas dan bawah
d. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tgl 05-01-2010 jam 20.00
1. Biodata
a. identitas pasien :
1) Nama : Nn. A. P Umur : 18 tahun
2) Pangkat-gol : anak PNS gol III
NRP/NIP: 030228579
3) Kesatuan : Diknas
4) Jenis kelamin : Perempuan
5) Pendidikan : SMK
6) Agama : Islam
7) Alamat : Canguk, RT/RW: 3/21, Kelurahan Rejo Utara, Kecamatan
Magelang Tengah, Magelang.
b. No Rekam Medik : 22.06.02.4319
c. Tgl masuk RS : 4 Januari 2010, jam 23.50 WIB
d. Penanggung jawab :
1) Nama : Tn J
2) Pekerjaan : PNS gol III
3) Alamat : Canguk, RT/RW: 3/21, Kelurahan Rejo Utara, Kecamatan
Magelang Tengah, Magelang
e. Dx medis : Infeksi saluran pernafasan akut

2. a. Keluhan utama : Batuk berdahak terus menerus


b. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang via UDG dengan keluhan sejakk sore sehabis PKL, tiba-tiba badan
panas dingin, batuk berdahak 5 hari, terdapat dahak, sesak nafas (dengan posisi
supinasi).
Pada saat pengkajian pasien mengeluh sesak nafas, makan dan minum kurang,
tenggorokan terasa gatal dan susah menelan, badan lemes seperti demam dan terasa
hangat, serta sputum yang dikeluarkan berwarna putih kekuning-kuningan dan kental.
Pasien juga terlihat menghabiskan porsi yang diberikan rumah sakit, pasien terlihat
merasa sakit dan meringis saat menelan, posisi tidur semi fowler dengan diganjal
bantal, terlihat seseg, batuk berdahak, terdapat nyeri telan, saat berjalan ke kamar
mandi terlihat dipapah.
c. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien belum pernah menderita penyakit seperti sekarang. Dan pasien belum pernah
opname sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
e. Riwayat Sosial :
Di dekat rumah pasien terdapat tempat penumpukan barang-barang bekas.
3. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum : Lemah dan Sesak nafas
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD = 120/90 mmHg
N=84 kali/menit
S=37C
RR=28 kali/menit
BB : 44 kg
TB : 158 cm
IMT : 17,63 (kurus)
Kepala : Mesocephal
but : Tidak mudah rontok, warna hitam, tidak terdapat ketombe.
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan, tidak buta warna
ga : Pendengaran baik, tidak terdapat cerumen, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
ng :Tidak terdapat polip, tidak terdapat secret, penciuman tidak terganggu
t : Lidah tidak kotor, gigi bersih, bibir kering, tidak terdapat caries.
r : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
gorokan : Tenggorokan terasa sakit dan gatal, serta sulit menelan.
a :
Paru
inspeksi : Pengembangan paru sama.
Palpasi : Vocal fremetus kanan dan kiri sama.
Perkusi : tidak ada akumulasi cairan.
Auskultrasi : Whezing (-), ronchi (+), vesikuler.
Jantung
Inspeksi : Icus cordis tidak nampak.
alpasi : Icus cordis teraba di mid linea clavikula sinistra 5, 2cm
Perkusi : S1 dan S2 reguler.
Auskultrasi : gallop (-), mur-mur (-).
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak terdapat lesi
Auskultrasi : Bising usus 10 kali/menit
alpasi : Tidak ada pembesaran hepar. Tidak terdapat massa
Perkusi : Thympani
tremitas atas : Pergerakan baik, tidak ada lesi, terpasang infus RL di tangan kiri.
stremitas Bawah: Pergerakan baik, tidak ada lesi, tidak terdapat oedem.
netalia : Tidak ada penyakit kelamin, tidak ada nyeri.
Kulit : Turgor kulit baik, kulit teraba hangat.
Ekstremitas : sensasi terhadap tajam (+), terhadap panas (+).
Pengkajian nyeri di tenggorokan:
Permitten : Nyeri timbul saat batuk dan menelan
Qualitas : Seperti ditusuk-tusuk
Region : Nyeri terleyak di tenggorokan
Skala : Skala 3
Time : Selama batuk dan menelan
4. a. Terapi
Terapi tanggal 5 Januari 2010
Infus RL 500 cc 20 tetes per menit
Injeksi Ceftriaxine 0,1 mg 2x1 (iv)
Pamol 500 mg 3x1 tablet (oral)
DMP 15 mg 3x1 tablet (normal)
b. Data Penunjang
Rontgent
Ronthent thorax pada tanggal 5 Januari 2010:
COR : Bentuk dan besarnya normal
Pulmones : Aspek tenang, tidak terlihat tanda-tanda aktivitas proses tuberculosis

Laboratorium
Hasil laboratorium tanggal 5 Januari 2010;
WBC : 7,8. 10/mm (3,5.10/mm-100.10/mm)
RBC : 5,3. 10/mm (3,80.10/mm-5,0)0.10/mm)
HGB : 11,6 g/dl (11,0 g/dl-16,5 g/dl)
HCT : 33,3 L% (35,0L%- 50,0 L%)
PLT ; 220.10/mm (150.10/mm-450.10/mm)
PCT : 180% (100&-500%)

MCV : 65 L m (80 L m-97 L m)

MCH : 22,5 L pg (26,5 Lpg- 33,5 Lpg)


MCHC :34.7 g/dl (31,5 g/dl-35,0 g/dl)
RDW : 14,1 % (10,0%- 18,0%)
MPV : 8,2 m (6,5 m-11,0 m)

PDW : 15,1 % (10,0&-18,0%)


WBC Flags :1

Differensial
% LYM : 12,1 L% (17,0 L%-48,0 L%)
% MON : 1,6 L% (4,0 L%-10,0 L%)
%GRA : 86,3 H% (43,0 H%-76,0 H%)
% LYM : 0,9 L 10/mm (1,2 L 10/mm-3,2 L10/mm)
%MON : 0,1 L 10/mm (0,3 L 10/mm-0,8 L10/mm)
%GRA : 6,8.10/mm (1,2. 10/mm- 6,8.10/mm)
LED :4/10

5. Pengelompokan Data
a. Data Subyektif
1) Pasien mengatakan seseg
2) Pasien mengatakan batuk berdahak
3) Pasien mengatakan makan dan minum kurang
4) Pasien mengatakan tenggorokan terasa gatal dan sakit
5) Pasien mengatakan badan lemes, seperti demam dan terasa agak hangat
6) Pasien mengatakan sulit menelan
7) Pasien mengatakan sering batuk
b. Data Obyektif
1) Pernafasan cepat (RR=28 kali/menit)
2) Saat batuk dan berbicara pasien terlihat seseg
3) Batuk berdahak
4) Posisi tidur pasien semi fowler
5) Pasien terlihat menghabiskan porsi makan yang diberikan rumah sakit
6) BB pasien: 44 kg, TB: 158 cm. Sehingga IMT: 17,63
7) Pasien terlihat lemas, dan dibantu (dipapah) saat berjalan ke kamar mandi
8) Suhu:37C
9) Sputum berwarna putih kekuning-kuningan dan kental, dan saat batuk tidak ditutup
10) Pasien terlihat merasa sakit dan meringis saat menelan
11) Pengkajian nyeri di tenggorokan:
P : Nyeri timbul saat batuk dan menelan
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri terletak di tenggorokan
S : skala 3

T : Selama menelan dan batuk


6. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. DS: Gangguan pertukaran gas Kekurangan
Pasien mengatakan seseg suplai oksigen
Pasien mengatakan batuk
berdahak
DO:
Pernafasan cepat (RR=28
kali/menit)
Saat batuk dan berbicara
pasien terlihat seseg
Batuk berdahak
Posisi tidyur pasien semi
fowler
2. DS: Gangguan pemenuhan Anoreksia
Pasien mengatakan makan kebutuhan nutrisi
dan minum kurang
Pasien mengatakan
tenggorokan sakit dan gatal
Pasien mengatakan sulit
menelan dan terdapat nyeri
telan
DO:
Pasien terlihat menghabiskan
porsi makan yang diberikan
rumah sakit
BB:44kg, TB:158cm, IMT:
17,63
3. DS: Gangguan aktivitas Kelemahan fisik
Pasien mengatakan badan
terasa lemes, demem, dan
terasa agak hangat
DO:
Pasien terlihat lemas
Pasien dibantu (dipapah) saat
berjalan kle kamar mandi
4. DS: Resiko tinggi penularan Tidak kuatnya
Pasien mengatakan badan infeksi pertahanan
terasa lemas, seperti demem sekunder
dan terasa agak hangat (adanya infeksi
Pasien mengatakan sering penekanan imun)
batuk
DO:
Suhu: 37C
Sputum berwarna putih
kekuning-kuningan dan kental
Saat batuk mulut tidak ditutup
5. DS: Nyeri akut Inflamasi pada
Pasien mengatakan sulit membran
menelan, dan terdapat nyeri mukosa faring
telan dan tonsil
DO:
Pasien terlihat merasa sakit
dan meringis saat menelan
Pengkajian nyeri di
tenggorokan:
P: Nyeri timbul saat batuk dan
menelan
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri terletak di
tenggorokan
S: skala 3
T: selama batuk dan menelan

7. Perumusan Diagnosa Sesuai Prioritas


a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kekurangan suplai oksigen ditandai
dengan seseg, RR:28 kali/menit, batuk berdahak, posisi tidur ssemi fowler
b. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
ditandai dengan disfagia (sulit menelan) dan nyeri telan
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia ditandai
dengan makan dan minum kurang, IMT kurang dari batas normal
d. Resiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (adanya infeksi penekanan imun) ditandai dengan badan lemes, demam,
sputum berwarna putih kekuning-kuningan dan kental
e. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan lemes,
demem, ADL dibantu keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. A.P
DENGAN DIAGNOSA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
Nama : Nn A.P
Dx Medis : ISPA
Umur : 18 tahun
No RM : 22-06-02-4319
Ruang: Bougenville
Tgl masuk : 4 Januari 2010
Tangga/jam Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
5.01.2010 Gangguan Setelah dilakukana. Monitor rata-rataa. Memonito
20.00 WIB pertukaran gas tindakan kedalaman, irama dan irama da
berhubungan keperawatan usaha respirasi suara nafa
dengan kekurangan selama 2X24 jamb. Posisikan pasien untukb. Member
suplai oksigen diharapkan memaksimalkan fowler a
kebutuhan oksigen ventilasi respirasi
terpenuhi denganc. Auskultasi suara nafas,c. Mengau
kriteria hasil: catat area dan suara
- Peningkatan penurunan/tidak d. Mengajar
ventilasi dan adanya ventilasi dane. Me
oksigen yang suara tambahan Dexameto
adekuat d. Berikan bronkodilatator tablet
- Memelihara bila perlu
kebersihan paru
- Tanda-tanda vital
normal
5.01.2010 Nyeri akut Setelah dilakukana. Teliti keluhan nyeri,a. Mengam
20.00 WIB berhubungan tindakan catat intensitasnya nyeri, m
dengan inflamasi keperawatan (dengan skala 1-10), (dengan s
pada membran selama 2X24 jam faktor memperburukb. Mengan
mukosa faring dan diharapkan nyeri atau meredakan nyeri, menghind
tonsil berkurang atau lokasinya, lamanya, terhadap
terkontrol dengan karakteristiknya asap roko
kriteria hasil: b. Anjurkan pasien untukc. Mengalihk
- Nyeri berkurang menghindari allergen tekhnik d
- Pasien tidak (iritan terhadap debu, yaitu d
mengeluh adanya bahan kimia, dan asap teknik ber
nyeri rokok). Dand. Meng
mengistirahatkan/ dengan ai
meminimalkan
berbicara bila suara
serak
c. Anjurkan untuk
melakukan kumur air
garam hangat
d. Kolaborasi berikan obat
sesuai indikasi
- Steroid oral,iv dan
inhalan
- Analgesik
5.01.2010 Gangguan Setelah dilakukana. Kaji kemampuana. Mengura
20.00 WIB kebutuhan nutrisi tindakan pasien untuk jam maka
berhubungan keperawatan mendapatkan nutrisi dilakukan
dengan anoreksia selama 2X24 jam yang dibutuhkan b. Menghind
diharapkan b. Monitor turgor kulit c. Konsulta
kebutuhan nutrisic. Monitor kadar albumin, pemberian
terpenuhi dengan total protein dan HB d. Memberi
kriteria hasil : d. Jadwalkan pengobatan
- Intake nutrisi pasien dan tiundakan selama
meningkat jam makan
e. Hindari makanan panas
f. Beri makanan yang
terpilih (konsultasi
dengan ahli gizi)
5.01.2010 Resiko tinggi Setelah dilakukana. Batasi pengunjunga. Menjaga
20.00 WIB penularan infeksi tindakan sesuai indikasi istirahat d
berhubungan keperawatan b. Jaga keseimbanganb. Menganju
dengan tidak selama 2X24 jam antara istirahat dan hidung jik
adekuatnya diharapkan Tidak aktivitas dengan tis
pertahanan sekunder terjadi penularanc. Tutup mulut dan hidung tempat sa
(adanya infeksi infeksi dan tidak jika hendak bersin, jikac. Mengan
penekanan imun) terjadi komplikasi, ditutup dengan tissue, untuk men
dengan kriteria buang segera ke A dan m
hasil: tempat sampah oksidan
- Tidak terjadi tanda-d. Meningkatkan daya atau asup
tanda infeksi tahan tubuh
e. Kolaborasi pemberian
obat sesuai hasil kultur
5.01.2010 Gangguan aktivitas Setelah dilakukana. Observasi aktivitasa. Mengobs
20.00WIB berhubungan tindakan pasien b. Member
dengan kelemahan keperawatan b. Beri penjelasan tentang pentingny
fisik selama 2X24 jam pentingnya aktivitas otot-otot t
diharapkan aktivitasc. Anjurkan pasien untukc. Mengan
pasien tidak menggerakkan atau menggera
terganggu dengan mengangkat mengangk
kriteria hasil: ekstremitas atas dan dan bawa
ADL tidak dibantu bawah d. Memban
Badan tidak lemas d. Bantu pasien dalam kebutuhan
memenuhi kebutuhan aktivitas p
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
06.01.2010 Diagnosa 1 a. Memonitor rata-rata
20.00 WIB kedalaman, irama dan
usaha respirasi,, suara
nafas dan pola nafas
b. Memberi posisi pasien
semi fowler agar mudah
dalam respirasi
c. Mengauskultasi suara
nafas dan suara
tambahan
d. Mengajarkan batuk efektif
e. Memberikan obat
Dexametorphan 15 mg,
3X1 tablet
Diagnosa 2 a. Mengamati/observasi
keluhan nyeri, mencatat
intensitasnya (dengan
skala 0-10)
b. Menganjurkan pasien
untuk menghindari
allergen/ iritan terhadap
debu, bahan kimia, asap
rokok
c. Mengalihkan rasa nyeri
dengan tekhnik distraksi
dan relaksasi, yaitu
dengan mengajarkan
teknik bernafas dalam
d. Menganjurkan berkumur
dengan air garam
Diagnosa 3 a. Mengurangi tindakan
selama jam makan,
sehingga tindakan
dilakukan setelah jam
makan
b. Menghindari makanan
panas
c. Konsultasi dengan ahli gizi
pemberian diit TKTP
Memberi snack
Diagnosa 4 a. Menjaga keseimbangan
antara istirahat dan
aktivitas
b. Menganjurkan tutup mulut
dan hidung jika bersin, jika
ditutup dengan tissue,
buang segera ke tempat
sampah
Menganjurkan pada pasien
untuk mengkonsumsi
vitamin C, A dan mineral
seng atau anti oksidan jika
kondisi menurun atau
asupan makan berkurang
Diagnosa 5 a. Mengobservasi aktivitas
pasien
b. Memberi penjelasan
tentang pentingnya
aktivitas, yaitu agar otot-
otot tidak lemas
c. Menganjurkan pasien
untuk menggerakkan atau
mengangkat ekstremitas
atas dan bawah
d. Membantu pasien
memenuhi kebutuhan
dengan membantu
aktivitas pasien
07.01.2010 Diagnosa 1 a. Memonitor rata-rata
S:
16.00 WIB kedalaman, irama dan
Pasien
usaha respirasi,, suara mengatakan
nafas dan pola nafas tidak terlalu
b. Memberi posisi pasien seseg
semi fowler agar mudah O:
dalam respirasi
TD: 120/90 mm
c. Mengauskultasi suara Hg
nafas dan suara
N/S: 84x/menit /
tambahan 36C
d. Mengajarkan batuk efektif

Batuk berdahak
e. Memberikan obat
Dexametorphan 15 mg,
Pasien tidak
3X1 tablet terlihat seseg
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi a, b, c,
dan d
Diagnosa 2 a. Mengamati/observasi S:
keluhan nyeri, mencatat Pasien
intensitasnya (dengan mengatakan
skala 0-10) nyeri berkurang
b. Menganjurkan pasien O:
untuk menghindari Pasien terlihat
allergen/ iritan terhadap lebih relaks
debu, bahan kimia, asap (tidak menahan
rokok nyeri)
c. Mengalihkan rasa nyeri Pasien tidak
dengan tekhnik distraksi mengeluh nyeri
dan relaksasi, yaitu A:
dengan mengajarkan
Masalah teratasi
teknik bernafas dalam
sebagian
d. Menganjurkan berkumur
P:
dengan air garam
Lanjutkan
intervensi a, b, c,
dan d.
Diagnosa 3 a. Mengurangi tindakan S:
selama jam makan, Pasien
sehingga tindakan mengatakan
dilakukan setelah jam nafsu makan
makan bertambah
b. Menghindari makanan O:
panas Pasien terlihat
c. Konsultasi dengan ahli gizi menghabiskan 1
pemberian diit TKTP porsi makan
Memberi snack yang diberikan
rumah sakit
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi a, b, c,
dan d.
Diagnosa 4 a. Menjaga keseimbangan S:
antara istirahat dan Pasien
aktivitas mengatakan
b. Menganjurkan tutup mulut badan terasa
dan hidung jika bersin, jika lebih enak
ditutup dengan tissue, O:
buang segera ke tempat Suhu: 36,7C
sampah Sputum
Menganjurkan pada pasien berwarna putih
untuk mengkonsumsi kekuning-
vitamin C, A dan mineral kuningan
seng atau anti oksidan jika Tidak terdapat
kondisi menurun atau tanda infeksi
asupan makan berkurang atau komplikasi
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi a, d,
dan e
Diagnosa 5 a. Mengobservasi aktivitas S:
pasien Pasien
b. Memberi penjelasan mengatakan
tentang pentingnya badan terasa
aktivitas, yaitu agar otot- lebih enak
otot tidak lemas O:
c. Menganjurkan pasien Aktivitas sudah
untuk menggerakkan atau tidak dibantu,
mengangkat ekstremitas terutama saat ke
atas dan bawah kamar mandi
d. Membantu pasien dan saat makan
memenuhi kebutuhan A:
dengan membantu Masalah teratasi
aktivitas pasien P: -
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis mengkaji dan melakukan tindakan keperawatan selama 2X24


jam terdapat pembahasan sebagai berikut.
Diagnosa keperawatan yang pertama pada pasien adalah gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan kekurangan suplai oksigen
Masalah tersebut muncul karena didapatkan data sebagai berikut:
DS: Pasien mengatakan seseg dan batuk berdahak
DO: pernafasan cepat, saat batuk dan berbicara pasien terlihat seseg, batuk berdahak
dan posisi tidur semi fowler
Hal tersebut terjadi karena adanya obstruksi jalan nafas oleh sekresi spasme
bronkus jebakan udara. Penulis memprioritaskan masalah diatas karena sesuai dengan
hierarki Maslow yaitu pemenuhan Oksigen.
Diagnosa keperawatan yang kedua adalah nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Nyeri tersebut terjadi di tenggorokan. Masalah ini muncul karena didapatkan data
sebagai berikut:
DS: Pasien mengatakan sulit menelan.
DO: Pasien terlihat merasa sakit dan meringis saat menelan, dan hasil pengkajian
nyeri di tenggorokan.
Hal tersebut terjadi karena adanya nyeri telan pada tenggorokan. Penulis
memilih diagnosa diatas sebagai diagnosa yang kedua karena sesuai dengan hierarki
Maslow yaitu aman nyaman.
Diagnosa keperawatan yang ketiga adalah gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi berhubungan dengan anoreksia.
Masalah ini muncul karena didapatkan data sebagai berikut:
DS: Pasien mengatakan makan dan minum kurang, pasien mengatakan tenggorokan
gatal dan sakit, pasien mengatakan sulit menelan dan terdapat nyeri telan.
DO: Pasien terlihat menghabiskan porsio makan yang diberikan rumah sakit, dan
hasil IMT kurang dari batas normal
Hal tersebut muncul karena anoreksia yang terjadi akibat dari nyeri pada
tenggorokann sekunder. Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dapat diartikan nutrisi yang masuk ke tubuh tidak seimbang atau kurang dari nutrisi
yang dibutuhkan oleh tubuh. Diagnosa diatas dipilih karena bisa saling berhubungan
dengan diagnosa ke dua yaitu nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran
mukosa faring dan tonsil.
Diagnosa keperawatan yang ke empat adalah resiko tinggi penularan infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekkunder.
Masalah ini muncul karena didapatkan data sebagai berikut:
DS: Pasien mengatakan badan terasa lemes, demam, dan teraba agak hangat, dan
pasien mengatakan sering batuk.
DO: Suhu tinggi, sputum berwarna putih kekuning-kuningan dan kental, saat batuk,
mulut pasien tidak ditutup.
Hal tersebut terjadi karena adanya penurunan kerja silia, menetapnya sekret dan
tidak adekuatnya imunitas.
Diagnosa keperawatan yang ke lima adalah gangguan aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik.
Masalah ini muncul karena mendapatkan data sebagai berikut:
DS: Pasien mengatakan badan terasa lemes, seperti demam dan terasa agak hangat.
DO: Pasien terlihat lemas, dan pasien dipapah saat ke kamar mandi
Hal tersebut terjadi karena kekurangan nutrisi dan menimbulkan kelemahan fisik.
Sehingga aktivitas pasien terganggu. Diagnosa diatas dipilih karena bisa saling
berhubungan sengan diagnosa ke tiga yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
yang berhubungan dengan anoreksia. Diharapkan jika kebutuhan nutrisi terpenuhi,
maka kelemahan tubuh dapat teratasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang tidak muncul dalam asuhan
keperawatan adalah:
Kurang pengetahuan berhubungan dengan parewatan dirumah
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan pasien yang menderita penyakit.
Diagnosa diatas tidak muncul karena tidak mendapatkan data yang berhubungan
dengan diagnosa diatas.
BAB V
PENUTUP

Demikian yang dapat penulis sampaikan mengingat keterbatasan dan masih


dalam tahap belajar, maka dengan segala kerendahan hati penulis membuka saran dan
kritik yang akan menjadikan penulis lebih baik kemudian hari, khususnya untuk
kesempurnaan tugas akhir ini.
A. Kesimpulan
Setelah selesainya tugas akhir ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Selama pengkajian hingga proses keperawatan pada pasien infeksi saluran
pernafasan akut ini penulis dapat memahami dan menerapkan pendekatan proses
asuhan keperawatan. Disamping itu penulis dapat menyusun intervensi dan melakukan
implementasi pada penderita infeksi saluran pernafasan akut serta dapat membuat
diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data dan tinjauan teori. Dengan
berpedoman pada tinjauan teori, penulis dapat memahami dan mengetahui keakuratan
dan kebenaran sumber-sumber teori setelah dilakukannya proses keperawatan pada
kasus infeksi saluran pernafasan akut. Jadi apapun yang bersifat pengetahuan,
harusnya terlebih dahulu mengetahui dan mempelajari teori. Karena teori merupakan
hasil pengamatan dan penelitian oleh para ahli yang sudah teruji keakuratannya.
Dengan begitu penulis masih harus bannyak belajar sehingga mampu menerapkan
sistem pendokumentasian keperawatan yang benar dan nyata pada penderita infeksi
saluran pernafasan akut.
B. Saran
1. Untuk Rumah Sakit Tk. II Dr. Soedjono Magelang, diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik untuk memberi kepuasan pelayanan yang ada terhadap klien
khususnya pada pasien dinas.
2. Untuk Kepala Instalasi Pendidikan dan Kepala Sekolah SMK Kesdam IV/Diponegoro
diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mutu
pendidikan.
3. Untuk Instalasi Pendidikan agar melengkapi semua sarana dan prasarana kesehatan
sehingga dalam praktek siswa dapat mengenal alat-alat kesehatan dengan jelas,
kshususnya alat-alat yang digunakan dalam pemberian tindakan pada penderita infeksi
saluran pernafasan akut.
4. Khususnya untuk staf pengajar dan pembimbing diharapkan dapat memberikan ilmu
kesehatan sesuai kemajuan zaman sehingga dapat memberntuk siswa dan siswi yang
berkualitas.
5. Untuk Ruang Bougenville, khususnya bagi penderita infeksi saluran pernafasan akut
diberikan ruangan tersendiri dan perawatan indikasi sesuai prosedur agar lenih
terpantau dalam proses keperawatan.
6. Untuk perawat dan tenaga medis khususnya agar meningkatkan keprofesionalisme
dalam bekerja.
7. Untuk adik kelas, belajarlah yang rajin untuk menghadapi kompetisi yag semakin ketat
di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Lo Re, Vincent. 2004. Hot Topics: Infectious Disease. Philadelphia.The Curtis Center.
http://www.clevelandclinic.com.
Arif Mansjoer,dkk. 2004. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: Media
Aesculapius.
Slaven,Ellen. 2007. INFECTIOUS DISEASES. North America. The
McGraw-Hill Companies.
Ngastiyah, (2005), Perawatan Anak Sakit , Edisi Kedua, EGC, Jakarta
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien

Você também pode gostar