Você está na página 1de 17

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI ENERGI

SISTEM BEBAN TIDAK SEIMBANG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Konservasi Energi

Dosen Pembimbing
Purwinda Iriani, S.T.,M.T.

Disusun oleh:
Risma Santani (141711024)
Kelompok 5 :
Muhammad Ihsan
Adam Rahmat Gumilang
Arie Ramadhan
Rahmawati Fauziah

PROGRAM STUDI D III TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
I. LATAR BELAKANG

Saat ini energi listrik banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
rumah tangga maupun industri. Hal ini karena energi listrik mudah untuk dikonversikan menjadi
energi lainnya. Oleh karena itulah, energi listrik menjadi kebutuhan yang utama. Dalam
memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan sistem penyediaan enegi listrik yang stabil dan
kontinyu.
Penggunaan energi listrik dikonsumen tidak sama. Terjadi pembagian beban-beban yang
pada awalnya merata tetapi karena ketidakserempakan waktu penyalaan beban-beban tersebut
maka menimbulkan ketidakseimbangan beban yang berdampak pada penyediaan energi listrik.
Ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa (fasa R, fasa S, dan fasa T) inilah yang
menyebabkan mengalirnya arus netral. Adanya arus netral menyebabkan rugi-rugi (losses).
Pemasangan daya yang terlalu besar akan membawa kerugian kepada badan yang
bersangkutan dengan tingginya tarif yang harus dibayar, sehingga evaluasi harus dilakukan
untuk mengetahui penggunaan daya listrik yang terpakai. Oleh karena itu perlu dilakukan
upaya-upaya untuk meminimalisir arus netral untuk mengurangi losses dengan cara melakukan
peluang konservasi pada sistem jaringan tidak seimbang.

II. TUJUAN
1. Mengevaluasi sistem kelistrikan dilihat dari ketidakseimbangan beban terpasang.
2. Mencari peluang penghematan energi
3. Menentukan langkah yang akan diambil untuk melakukan konservasi energi untuk
menyeimbangkan beban.
III. DASAR TEORI

III.1. Pengertian Keadaan Seimbang

Keadaan seimbang pada sistem distribusi tenaga listrik merupakan suatu keadaan
dimana :
Ketiga vektor arus/tegangan adalah sama besar
Ketiga vektor saling membentuk sudut 120o satu sama lain, seperti yang terlihat pada
Gambar 3.1 di bawah ini :

Gambar 3.1 Vektor diagram arus keadaan seimbang

Gambar di atas menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang. Di sini
terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah sama dengan nol
sehingga tidak ada arus netral yang muncul.

III.2. Pengertian Keadaan Tidak Seimbang

Keadaan tidak seimbang merupakan keadaan dimana salah satu atau kedua syarat
keadaan seimbang tidak terpenuhi. Pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu terjadi
ketidakseimbangan beban yang disebabkan karena ketidakserempakan waktu penyalan
beban-beban tersebut. Akibat dari ketidakseimbangan beban tersebut maka muncul arus
netral. Arus netral yang mengalir menyebabkan terjadinya losses (rugi-rugi), yaitu losses
akibat adanya arus netral pada penghantar netral dan losses akibat arus netral yang mengalir
ke tanah. Kemungkinan penyebab keadaan tidak seimbang ada tiga, yaitu :

Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120o satu sama lain
Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120o satu sama lain
Ketiga vektor tidak sama besaar dan tidak membentuk sudut 120o satu sama lain

Sepeti yang terlihat pada Gambar 3.2 di bawah ini :

Gambar 3.2 Vektor diagram arus keadaan tidak seimbang

Gambar di atas menunjukkan vektor diagram arus dalam kondisi tidak seimbang.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah
tidak sama dengan nol sehingga muncul arus netral (IN) yang besarnya tergantung pada
seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.

Akibat Ketidakseimbangan beban :

1. Adanya rugi dan drop tegangan pada konduktor netral

2. Menyebabkan tegangan 3-fasa tidak seimbang dalam sistem distribusi tenaga

3. Mengurangi torsi dan overheating motor induksi

4. Gangguan elektromagnetik yang berlebihan untuk peralatan yang sensitif

5. Mengakibatkan kesalahanpada sistem pengukuran


III.3. Penyaluran dan Susut Daya pada Keadaan Seimbang
Misalkan daya dengan besar P disalurkan melalui suatu saluran dengan penghantar
netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa dalam keadaan seimbang, maka
besarnya daya dapat dinyatakan sebagai berikut :

P = 3 [V] [I] cos

Daya yang sampai pada ujung terima akan lebih kecil dari P karena terjadi
penyusutan dalam saluran. Penyusutan daya ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
diagram fasor tegangan saluran model fasa tunggal seperti pada Gambar 3.3 di bawah ini :

Gambar 3.3 Diagram fasor tegangan saluran daya model fasa tunggal

Gambar diatas dibuat dengan asumsi pemusatan kapasitif pada saluran cukup kecil
sehingga dapat diabaikan. Sehingga besarnya arus yang masuk sama dengan arus yang
keluar. Apabila tegangan dan faktor daya pada ujung terima adalah V dan , maka besarnya
daya pada ujung terima adalah :

P = 3 [V] [I] cos

Selisih antara P dengan P merupakan penyusutan daya saluran, yaitu :

Pl = P P

= 3 [V] [I] cos - 3 [V] [I] cos

= 3 [I] {[V] cos - 3 [V] cos}


Dari diagram fasor ditunjukkan bahwa :

[V] cos - 3 [V] cos = I. R

Dengan R adalah tahanan kawat penghantar tiap fasa, maka

Pl = 3 [I2] R

III.4. Penyaluran dan Susut Daya pada Keadaan Tidak Seimbang


Jika [I] merupakan besarnya arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada
keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi tidak seimbang besarnya
arus-arus tiap fasa dapat dinyatakan dengan koefisien a, b , dan c adalah sebagai berikut :
[IR] =a[I]
[IS] = b[I]
[IT] = c[I]
Dengan IR, IS dan IT merupakan arus pada fasa R, S, dan T. Telah disebutkan di atas bahwa
faktor daya ketiga fasa dianggap sama walupun besarnya arus berbeda-beda. Dengan
anggapan seperti ini maka besarnya daya yang disalurkan dapat dinyatakan sebagai berikut:
P = (a+b+c) [V] [I] cos
Maka dari kedua persamaan tersebut dapat diperoleh persyaratan koefisien a,b dan c adalah:
a+b+c=3
Dengan anggapan yang sama, arus yang mengalir di penghantar netral dapat dinyatakan
sebagai :
IN = IR + IS+ IT
= [I] {a + b cos (-120) + j.b.sin (-120) + c.cos (-120) + j.c.sin (120)}
= [I] {a (b + c) / 2 + j. (c - b) 3 /2}
Susut daya saluran adalah jumlah susut pada penghantar fasa dan
penghantara netral adalah :
Pl = { [IR2] + [IS2] + [IT2] }.R + [IN2] .RN
= (a2+b2+c2) [I]2R + (a2+b2+c2 ab ac bc ) [IN]2.RN
Dengan RN adalah tahanan penghantar netral.
III.5. Analisa Ketidakseimbangan Beban
Analisa ketidakseimbangan beban, menggunakan persanaan :
[IR] = a [I]
[IS] = b [I]
[IT] = c [I]
Dengan IR , IS dan IT berturut-turut adalah arus di fasa R, S dan T.
I : besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan Irata-rata
a,b,c : koefisien keadaan tidak seimbang arus-arus fasa
Rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) dinyatakan dengan rumus :
{1 + 1 + 1}3 100 %
Losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral dapat dihitung besarnya, yaitu:
= 2 .
Persentase losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral adalah:
%= / 100%
dengan P = daya aktif (Watt).

IV. ALAT YANG DIGUNAKAN


Nama Alat Banyaknya
Modul Kerja Praktikum 1 unit
Voltmeter 3 buah
Ampermeter 4 buah
Lampu 25 W 3 buah
Lampu 60 W 3 buah
Lampu 75 W 3 buah
Kabel Penghubung secukupnya
V. GAMBAR RANGKAIAN

VI. LANGKAH KERJA


1. Pahami dan mengerti materi sistem beban tak seimbang.
2. Pahami gambar rangkaian pada gambar 1.
3. Persiapkan alat dan bahan .
4. Periksa kelayakan alat .
5. Nyalakan sumber listrik
6. On-kan saklar sesuai dengan tabel dibawah ini
SAKLAR
No
S1 S2 S3 S4 S5 S6
1 OFF OFF OFF OFF OFF OFF
2 OFF OFF OFF OFF OFF ON
3 OFF OFF OFF OFF ON ON
4 OFF OFF OFF ON ON ON
5 OFF OFF ON ON ON ON
6 OFF ON ON ON ON ON
7 ON OFF OFF OFF OFF OFF
8 ON ON OFF OFF OFF OFF
9 ON ON ON OFF OFF OFF
10 ON ON ON ON OFF OFF
11 ON ON ON ON ON OFF
12 ON ON ON ON ON ON

7. Amati tegangan pada fasa to netral (fasa R, S, T).


8. Amati arus pada Fasa R, S, T dn Netral.
9. Catat nilai yang telah diamati pengamatan ditabel percobaan.
10. Pastikan data praktikum telah diamati semua.
11. Mematikan sumber setelah praktikum selesai.
VII. DATA PRAKTIKUM

1. Sebelum Konservasi
Saklar Daya Terpasang Daya Terukur
VRN VSN VTN IR IS IT IN
NO PFR PFS PFT
PR PS PT (Volt) (Volt) (Volt) (A) (A) (A) (A) PR PS PT
S1 S2 S3 S4 S5 S6
(W) (W) (W) (W) (W) (W)
0.7289 0.0892 0.0808 0.6220 0.99 0 0.83 163.8 0 15.1
1 R-ON 180 0 0 226.02 0 223.67
0.0689 0.8901 0.099 0.7801 0.816 0.98 0.09 12.8 195.6 2
2 S-ON 0 225 0 226.17 222.38 223.29
0 0.0576 0.28823 0.2254 0 0 0.979 0 0 62.7
3 T-ON 0 0 75 226.52 0 223.57
75 25 225.61 221.76 222.34 0.2442 0.2871 0.1119 0.1621 0.97
4 OFF OFF OFF OFF OFF OFF 60 0.98 0.96 53.6 62.5 23.7
150 50 225.69 220.52 221.34 0.2672 0.2977 0.1915 0.3357 0.974
5 OFF OFF OFF OFF ON ON 60 0.986 0.978 58.8 131 41.7
150 50 225.53 221.61 222.52 0.5041 0.5877 0.2213 0.3266 0.988
6 OFF OFF OFF ON ON ON 120 0.991 0.988 112 129 48
150 75 225.6 221.8 222.66 0.5054 0.5983 0.3063 0.2584 0.989
7 OFF OFF ON ON ON ON 120 0.989 0.992 113 131 67.2
225 75 225.4 222.02 223.11 0.5235 0.9014 0.305 0.4848 0.987
8 OFF ON ON ON ON ON 120 0.99 0.99 117 198 68
75 25 225.73 222.16 222.67 0.4941 0.2785 0.1505 0.2895 0.989
9 ON OFF OFF OFF OFF OFF 120 0.996 0.972 118 61 32
150 25 225.66 221.94 223.01 0.5094 0.5782 0.1466 0.357 0.987
10 ON ON OFF OFF OFF OFF 120 0.992 0.946 113 127 31
150 50 225.81 222.15 223.15 0.5093 0.5871 0.2248 0.3249 0.988
11 ON ON ON OFF OFF OFF 120 0.991 0.987 113 129 49
150 50 225.11 221.35 222.53 0.7508 0.5794 0.2664 0.4184 0.991
12 ON ON ON OFF OFF OFF 180 0.995 0.993 167 127 59
225 50 225.69 221.26 223.7 0.7652 0.8858 0.2553 0.5627 0.99
13 ON ON ON ON OFF OFF 180 0.963 0.978 171 195 55
225 75 224.4 221.32 222.63 0.7625 0.8934 0.3325 0.4945 0.991
14 ON ON ON ON ON OFF 180 0.993 0.993 170 196 73

2. Sesudah Konservasi
Saklar Daya Terpasang Daya Terukur
VRN VSN IR IS IT IN
NO VTN (Volt) PFR PFS PFT
PR PS PT (Volt) (Volt) (A) (A) (A) (A) PR PS PT
S1 S2 S3 S4 S5 S6
(W) (W) (W) (W) (W) (W)
1 ON ON ON ON ON ON 160 160 160 224.48 221.9 222.4 0.6682 0.6752 0.6597 0 0.994 0.99 0.991 148 147 145
VIII. DATA KOMPILASI
I. Sebelum Konservasi

Saklar Daya Terpasang Daya Terukur Irata- Ketidak-


IN Ptot
NO rata a b c setimban Rn Pn (W) %Pn
PR PS PT PR PS PT (A) (W)
S1 S2 S3 S4 S5 S6 (A) gan (%)
(W) (W) (W) (W) (W) (W)

1 R-ON 180 0 0 163.8 0 15.1 0.6220 0.2996 2.3426 0.2977 0.2697 95.50 0.0079 0.0031 178.9 0.00172

2 S-ON 0 225 0 12.8 195.6 2 0.7801 0.3527 0.1954 2.5239 0.2807 101.59 0.0079 0.0048 210.4 0.00229

3 T-ON 0 0 75 0 0 62.7 0.2254 0.1153 0 0.4997 2.5003 100.02 0.0079 0.0004 62.7 0.00064

4 OFF OFF OFF OFF OFF OFF 60 75 25 53.6 62.5 23.7 0.1621 0.2144 1.1390 1.3391 0.5219 31.87 0.0079 0.0002 139.8 0.00015

5 OFF OFF OFF OFF ON ON 60 150 50 58.8 131 41.7 0.3357 0.2521 1.0598 1.1807 0.7595 16.03 0.0079 0.0009 231.5 0.00039

6 OFF OFF OFF ON ON ON 120 150 50 112 129 48 0.3266 0.4377 1.1517 1.3427 0.5056 32.96 0.0079 0.0008 289 0.00029

7 OFF OFF ON ON ON ON 120 150 75 113 131 67.2 0.2584 0.4700 1.0753 1.2730 0.6517 23.21 0.0079 0.0005 311.2 0.00017

8 OFF ON ON ON ON ON 120 225 75 117 198 68 0.4848 0.5766 0.9079 1.5632 0.5289 37.54 0.0079 0.0019 383 0.00049

9 ON OFF OFF OFF OFF OFF 120 75 25 118 61 32 0.2895 0.3077 1.6058 0.9051 0.4891 40.38 0.0079 0.0007 211 0.00032

10 ON ON OFF OFF OFF OFF 120 150 25 113 127 31 0.357 0.4114 1.2382 1.4054 0.3563 42.91 0.0079 0.0010 271 0.00037

11 ON ON ON OFF OFF OFF 120 150 50 113 129 49 0.3249 0.4404 1.1564 1.3331 0.5104 32.63 0.0079 0.0008 291 0.00029

12 ON ON ON OFF OFF OFF 180 150 50 167 127 59 0.4184 0.5322 1.4107 1.0887 0.5006 33.29 0.0079 0.0014 353 0.00039

13 ON ON ON ON OFF OFF 180 225 50 171 195 55 0.5627 0.6354 1.2042 1.3940 0.4018 39.88 0.0079 0.0025 421 0.00060

14 ON ON ON ON ON OFF 180 225 75 170 196 73 0.4945 0.6628 1.1504 1.3479 0.5017 33.22 0.0079 0.0019 439 0.00044

2. Sesudah Konservasi

Saklar Daya Terpasang Daya Terukur Irata- Ketidak-


IN Ptot
NO rata a b c setimban Rn Pn (W) %Pn
PR PS PT PR PS PT (A) (W)
S1 S2 S3 S4 S5 S6 (A) gan (%)
(W) (W) (W) (W) (W) (W)
1 ON ON ON ON ON ON 160 160 160 148 147 145 0 0.6677 1.0007 1.0112 0.9880 0.7988 0.0079 0 440 0.00
Data kompilasi diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut :

Perhitungan Data ke- 6 (Sebelum Konservasi)


Menghitung Irata-rata :
+ + 0.5041+0.5877+0.2213
= = = 0.4377
3 3

Menghitung koefisien tidak seimbang arus fasa


[IR] = a [I]
a = [IR]/ [I]
= 0.5041 / 0.4377
= 1.1517

[IS] = b [I]
b = [IS]/ [I]
= 0.5877 / 0.4377
= 1.3427

[IT] = c [I]
c = [IT]/ [I]
= 0.2213 / 0.4377
= 0.5056
Menghitung rata-rata ketidakseimbangan
{|1|+|1|+|1|}
Rata-rata ketidakseimbangan = 100%
3

{|1.15171|+|1.34271|+|0.50561|}
= 100%
3

= 32.96 %
Menghitung losses pada penghantar netral
1.7 108 0.7
= = = 0.007933
1.5 106
= 2 = 0.3266 0.007933 = 0.0008
= + + = 112 + 129 + 48 = 289
0.0008
% = 100 % = 100% = 0.00029 %
289
IX. ANALISIS DATA
Praktikum konservasi pada sistem beban tidak seimbang yang telah dilakukan, dengan
tujuan praktikum yaitu untuk mengevaluasi sistem kelistrikan dilihat dari keseimbangan beban
yang terpasang pada setiap fasa (R, S dan T) serta mencari langkah konservasi untuk
penghematan energi. Pada praktikum ini, pembebanan dilakukan menggunakan lampu pijar
dengan kapasitas 25W, 60 W dan 75 W. Simulasi pembebanan tidak seimbang dilakukan dengan
memberikan beban pada fasa R yaitu 3x60 W , fasa S yaitu 3x75W dan fasa T yaitu 3x25W
dengan pengaturan konfigurasi saklar seperti pada tabel langkah percobaan.

Dari hasil pengukuran daya pada setiap pembebanan, terdapat sedikit perbedaan antara
daya terpasang pada spesifikasi lampu dengan daya yang terukur. Daya yang terukur lebih kecil
dari pada daya yang terpasang pada spesifikasi lampu. Hal ini dikarenakan terdapat penyusutan
daya akibat dari tahanan pada kawat penghantar tiap fasa. Pada percobaan dengan memasang
beban pada salah satu fasa saja dan fasa yang lain off, ternyata terdapat arus bukan hanya pada
fasa yang dibebani saja melainkan terdapat juga arus pada fasa yang tidak dibebani walaupun
dengan nilai yang sangat kecil. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh resistansi pada
penghantar setiap fasa.

Dari beberapa konfigurasi pembebanan yang dilakukan, arus netral tertinggi yaitu
0.7801 Ampere dengan losses 0.0048 W diperoleh ketika fasa S ON sedangkan fasa R dan T
OFF. Pada kondisi ini, fasa S dibebani dengan 3 buah lampu berkapasitas 75 W, sedangkan fasa
R dan T bebannya 0 W. Artinya, hanya fasa S saja yang menyuplai ke beban lampu 3x75 Watt.
Sedangkan arus netral terkecil yaitu 0.1621 Ampere dengan losses 0.0002 W diperoleh pada
kondisi beban fasa R= 60W, fasa S=75W dan fasa T=25 W. Pada kondisi ini, perbedaan
pembebanan tiap fasa tidak terlalu jauh sehingga diperoleh arus netral kecil. Artinya, pada
konfigurasi pembebanan ini mendekati seimbang, dengan rata-rata ketidakseimbangan 31.87 %.
Dari percobaan tersebut diketahui bahwa ketidakseimbangan beban mempengaruhi besarnya
arus netral, seperti yang digambarkan pada grafik di bawah ini :
Hubungan Rata-rata Ketidakseimbangan
terhadap Arus Netral
0.9000
0.8000
0.7000
0.6000
IN (Ampere)

0.5000
0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.0000 20.0000 40.0000 60.0000 80.0000 100.0000 120.0000
Rata-rata ketidakseimbangan (%)

Pada grafik diatas terlihat bahwa, konfigurasi pembebanan berpengaruh terhadap


besarnya arus yang mengalir pada penghantar netral. Hal ini terbukti bahwa, jika konfigurasi
pembebanan mendekati seimbang (rata-rata ketidakseimbangan kecil), maka arus yang mengalir
pada pengahantar netral kecil, dan sebaliknya. Dari hasil percobaan terlihat pula bahwa semakin
besar arus netral, maka semakin besar losses yang timbul. Hal ini digambarkan pada grafik di
bawah ini :

Hubungan Arus Netral terhadap Losses


0.0035
0.003
0.0025
PN (Watt)

0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
IN (Ampere)

Dari grafik hubungan arus netral terhadap losses, ditunjukkan bahwa besarnya arus
netral berbanding lurus terhadap losses yang timbul. Hal ini sesuai dengan persamaan
PN = IN2 x R, dimana besarnya arus yang mengalir pada pengahantar netral berbanding lurus
dengan rugi-rugi atau losses pada penghantar.

Setelah mengetahui kondisi beban tidak seimbang, selanjutnya dilakukan tindakan


konservasi untuk memperbaiki sistem tidak seimbang. Percobaan dilakukan dengan cara
menyeimbangkan beban pada tiap fasa. Pada setiap fasa diberi beban yang sama yaitu lampu
75W+60W+25W. Dari hasil percobaan, diperoleh rata-rata ketidakseimbangan beban 0.798%
dengan arus netral 0 Ampere, sehingga losses yang dihasilkan juga bernilai 0 Watt. Selain itu,
losses juga dapat diatasi dengan mengganti kabel distribusi yang mempunyai diameter lebih
besar dan memperpendek jarak distibusi jaringan listrik. Hal ini bertujuan untuk memperkecil
resistansi penghantar, sehingga losses yang ditimbulkan kecil.

X. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

a. Perbedaan daya terkukur dengan daya terpasang disebabkan karena penyusutan daya
akibat tahanan pada penghantar tiap fasa.
b. Ketidakseimbangan pembebanan pada setiap fasa dapat menimbulkan arus netral yang
menyebabkan adanya losses pada sistem distribusi tenaga listrik.
c. Besarnya losses pada sistem berbanding lurus dengan arus yang mengalir pada
penghantar netral. Artinya, semakin besar arus netral maka losses yang ditimbulkan akan
semakin besar pula.
d. Tindakan konservasi yang dapat dilakukan pada sistem tidak seimbang yaitu dengan
mengatur pembebanan pada masing-masing fasa sampai mendekati seimbang sehingga
arus netral yang dihasilkan sekecil mungkin.
e. Memperkecil losses dapat dilakukan juga dengan mengganti diameter kabel dengan
yang lebih besar dan memperpendek jarak distribusi sehingga resistansinya kecil.
XI. DAFTAR PUSTAKA
______. 2017. Modul Praktikum Konservasi Energi. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.

Badaruddin. 2012. Pengaruh Ketidakseimbangan Beban terhadap Arus Netral dan Losses
pada Trafo Distribusi Proyek Rusunami Gading Icon. Jakarta: Universitas Mercu
Buana.

Setiadji, Julius S. 2006. Pengaruh Ketidakseimbangan Beban terhadap Arus Netral dan
Losses pada Trafo Distribusi. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Você também pode gostar