Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LABORATORIUM LINGKUNGAN I
Oleh:
Kelompok 1
Asisten:
Fithri Zakiyah
Universitas Bakrie
Jakarta
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.1.1. Penetapan Sulfat
Sulfat merupakan senyawa yang stabil secara kimia karena
merupakan bentuk oksida paling tinggi dari unsur belerang. Sulfat dapat
dihasilkan dari oksida senyawa sulfide oleh bakteri. Sulfide tersebut
adalah antara lain sulfide metalik dan senyawa organosulfur. Sebaliknya
oleh bakteri golongan heterotrofik anaerob, sulfat dapat direduksi menjadi
asam sulfide. Secarakimia sulfat merupakan bentuk anorganik daripada
sulfide didalam lingkungan aerob.
Sulfat didalam lingkungan (air) dapat berada secara ilmiah dana tau
dari aktivitas manusia, misalnya dari limbah industry dan limbah
laboratorium. Secara ilmiah sulfat biasanya berasal dari pelaruan mineral
yang mengandung S, misalnya gips (CaSO4, 2H2O) dan kalsium sulfat
anhidrat (CaaSO4). Selain itu dapat juga berasal dari oksidasi senyawa
organic yang mengandung sulfat adalah antara lain industry kertas, tekstil
dan industry logam)
1.1.2. Penetapan Ortofosfat
Ortfosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat
adalah bentuk fosfor yang paling sederhana dalam perairan. Ortofosfat
merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis
membentuk orofosfat terlebuh dahulu sebelum dapat dimafaatkan sebagai
sumber fosfat. Setelah masuk kedalam tumbuhan, misalnya fitoplankton,
fosfat organic mengalami perubahan menjadi organofosfat. Fosfat yang
berikatan dengan ferri [Fe2(PO4)3] bersifat tidak larut dan mengendap
didasar perairan, pada saat terjadi kondisi anaerob, ion besi valensi tiga
(ferri) ini mengalami reduksi menjadi ion besi valensi dua (ferro) yang
1
bersifat larut dan melepaskan fosfat keperairan, sehingga meningkatkan
keberadaan fosfat diperairan (Effendi 2003).
1.1.3. Penetapan Polifosfat
Diperairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas
sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut
(ortofosfat dan polifosfat) dan berbentuk kompleks dengan ion besi dan
kalsium pada kondisi aerob, bersifat tidak larut, tidak mengendap pada
sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh algae akuatik (Jeffries
dan Mills, 1996).
Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh
semua organisme untuk pertumbuhan dan semua energy. Fosfor di dalam
air laut, berada dalam bentuk senyawa organic, fosfot dapat berupa gula
fosfat dan hasil oksidasinya, nukloeprotein dan fosfo protein. Sedangkan
dalam bentuk senyawa anorganik meliputi ortofosfat dan polifosfat.
Senyawa anorganik fosfat dalam air laut pada umumnya beradadalam
bentuk ion (orto) asam fosfat (H3PO4), dimana 10% sebagai ion fosfat dan
90% dalam bentuk HPO42-. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam
pembentukaan protein dan membantu proses metabolism sel suatu
organisme (Hutagulung et al, 1997).
1.1.4. Penetapat Fosfat Organik
Fosfat terdapat dalam air alam atau limbah sebagai senyawa
ortofosfat, polifosfat, dan fosfat organic. Ortofosfat adalah senyawa
monomer seperti H2PO4-, HPO42-, dan PO43-. Sedangkan polifosfat (juga
disebut condensed phospates) merupakan senyawa polimer seperti
P3O63- (heksametafosfat), P3O105- (tripolifosfat) dan P2O74- (pirofosfat).
Fosfat organic adalah P yang terikat dengan senyawa-senyawa organis
sehingga tidak berada dalam larutan secara terlepas. Dalam air alam atau
air buangan. Fosfor P yang terlepas dan senyawa P selain yang disebutkan
diatas hamper tidak ditemui (Alaerts dkk, 1984).
Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut,
tersuspensi, atau terikat di dalam sel organisme dalam air, dalam limbah,
2
senyawa fosfat dapat berasal dari bahan pupuk, yang masuk ke sungai
melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai
melalui air buangan penduduk dan industry yang menggunakan deterjen
yang mengandung fosfat seperti industry, pencucian, industry logam , dan
sebagainya. Fosfat organic terdapat dalam air buangan penduduk dan sisa
makanan. Fosfat organic dapat pula terjadi dar ortofosfat yang terlarut
melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap
fosfat bagi pertumbuhannya. Bermacam-macam jenis fosfat juga dipakai
untuk pengolahan anti-kerak pada pemanas air (boiler) (Alaerts dkk.
1984).
Pada umumnya fosfat di air terdapat pada larutan yang dalam, pada
dasar lautsumber fosfat adalah batuan-batuan dan endapan-endapan atau
sedimen yang terbentuk pada tahun geologi masa lalu, yang secara
berangsur-angsur mengalami pengkisan dan melepaskan fosfat ke
perairan. Dengan demikian, sedimen berperan utama dalam menyediakan
fosfor di banyak perairan (Anonymous A. 2008).
Sedangkan sumber fosfat di perairan bentua da di perairan pesisir
adalah sungai, karena sungai membawa laruan-larutan sampah maupun
sumber fosfat lainnya dari darat, disamping itu dapat pula berasal dari
hutan bakau dan sampah-samah dekomposisi (Anonymous A. 2008).
1.2.Tujuan
1. Untuk menentukan konsentrasi sulfat dalam air dengan menggunakan
metode turbidimetri,
2. Untuk menentukan konsentrasi ortofosfat dalam air dengan menggunakan
metode spektrofotometri,
3. Untuk menentukan konsentrasi polifosfat dalam air dengan menggunakan
metode spektrofotometri,
4. Untuk menentukan konsentrasi fosfat organik dalam air dengan
menggunakan metode spektrofotometri,
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2. Penetapan Fosfat
Fosfor merupakan salah satu bahan kimia yang sangat penting bagi mahluk
hidup. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor ditemukan sebagai fosfat
dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur pokok dari protoplasma.
Sumber fosfor alami dalam air berasal dari pelepasan mineral-meneral dan biji-
bijian (Bausch, 1974).
Fosfat terdapat dalam tiga bentuk yaitu H2PO4-, HPO42-, dan PO43-. Fosfat
umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer H2PO4- atau
ortofosfat sekunder HPO42- sedangkan PO43- lebih sulit diserap oleh tanaman.
Bentuk yang paling dominan dari ketiga fosfat tersebut dalam tanah bergantung
pada pH tanah (Engelstad, 1997). Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak
menyerap ion ortofosfat primer, dan pada pH yang lebih tinggi ion ortofosfat
sekunder yang lebih banyak diserap oleh tanaman (Hanafiah, 2005).
Fosfor terdapat di alam dalam dua bentuk yaitu senyawa fosfat organik dan
senyawa fosfat anorganik. Senyawa fosfat organik terdapat pada tumbuhan dan
hewan, sedangkan senyawa fosfat anorganik terdapat pada air dan tanah dimana
fosfat ini terlarut dia air tanah maupun air laut yang terkikis dan mengendap di
sedimen. Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa
ortofosfat, polifosfat dan fosfat organik. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat
dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme air. Di
daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai
atau danau melalui drainase dan aliran air hujan. Ortofosfat merupakan bentuk
fosfat yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman, sedangkan
polifosfat harus terlebih dahulu mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat
sebelum dimanfaatkan sebagai sumber fosfor.
Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri
yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat, seperti industri
logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan penduduk dan
sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut
5
melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat bagi
pertumbuhannya.
6
BAB III
METODE
3.2.1. Sampling
7
3.2.2. Penetapan Sulfat
Larutan
Pipet volumetri - 1 20 ml
Buffer
Alumunium
Spektrofotometer - 1 secukupnya
Foil
Larutan
Labu erlenmeyer 250ml 1 Secukupnya
NaOH 5N
Larutan
Labu ukur 100ml 1 Secukupnya
H2SO4
Spektrofotometer - 1 - -
8
3.2.3.2 Penetapan Polifosfat
Pereaksi
Labu erlenmeyer 250ml 1 8 ml
Campuran
Spektrofotometer - 1 - -
9
3.3. Langkah Kerja
3.3.1. Sampling
10
Menuangkan air sample yang telah
terisi pada water sampler ke dalam
5 dirijen dengan memiringkan dirijen
dan mengisi dirijen dengan air sample
hingga penuh.
11
No. Keterangan Gambar
12
No. Keterangan Gambar
Menambahkan 8 mL pereaksi
2 kombinasi ke dalam labu erlenmeyer
lalu menghomogenkannya
13
No. Keterangan Gambar
14
No. Keterangan Gambar
15
No. Keterangan Gambar
16
No. Keterangan Gambar
17
mengandung gliserol dan senyawa organic. BaSO4 mempunyai kelarutan 3 ppm
pada temperature basa. Kelarutan ini bertambah dengan adanya asam-asam
mineral karena terbentuk ion hydrogen sulfat. Pada pH>8 sulfida membentuk ion
sulfide namun pada pH <8 sulfida cenderung dalam bentuk H2S yang akan
melepas gas yang berbau busuk,
18
3.4.4. Penetapan Fosfat Organik
19
BAB IV
Keterangan Gambar
20
4.1.2. Insitu
Suhu
Pengukuran suhu secara
1. insitu dengan menggunakan
thermometer menghasilkan suhu
28,2oC suhu air sungai
pH
Pengukuran pH (derajat
3. keasaman) air menggunakan pH
meter menghasilkan pH sungai
7,32
21
Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengukuran Daya Hantar Listrik
4. (DHL) menggunakan
konduktometer menghasilkan nilai
DHL air sungai 429 S/cm
4.1.3. Eksitu
4.1.3.1 Penetapan Sulfat
Turbiditas:
288 NTU
22
Perubahan warna :
Biru pekat
Absorbansi:
0,247 Abs
Konsentrasi:
0,352 mg/L
23
Perubahan warna :
Biru pekat
Absorbansi:
0,046 Abs
Konsentrasi:
0,001 mg/L
4.2. Perhitungan
4.2.1. Pengambilan sampel
Perhitungan analitik debit aliran
Diketahui :
p = 18,13 m ; l = 16,17 m ; h = 1,21875 m ; t = 106detik
Ditanya : v? Q?
Jawab :
18,13
v= = = 0,171 m/dtk
106
Q = A x v = (18,13 m x 1,21875 m) x 0,171 m/dtk = 3,7937 m3/dtk
4.2.2. Eksitu
4.2.2.1 Penetapan Fosfat
Tabel 4.6 Kalibrasi Fosfat
24
Perhitungan analitik penetapan Fosfat
Diketahui :
A = 0,0448
B = 0,5748
R = 0,9682
R2 = 0,9375
Ditanya: Cperhitungan? Kadar fosfat (mg/L)?
Jawab :
a. Ortofosfat
AbsInt 0,247 0,0448
C = = = 0,35177 mg/L
Slope 0,5748
b. Polifosfat
AbsInt 0,424 0,0448
C= = = 0,6597 mg/L
Slope 0,5748
AbsInt 0,424 0,0448
Fosfat (mg/L) = x fp = x 1 = 0,6597 mg/L
Slope 0,5748
25
Kurva Kalibrasi Fosfat
0.35
0.2
0.15
0.1
0.05
0
-0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Konsentrasi (mg/L)
26
AbsInt 288 + 4,38
C= = = 68,2492 mg/L
Slope 4,284
AbsInt 288 + 4,38
Sulfat (mg/L) = x fp = x 1 = 68,2492 mg/L
Slope 4,284
100
80
60
40
20
0
-20 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (mg/L)
4.3 Pembahasan
4.3.1. Sampling
4.3.2. Insitu
27
Pengukuran secara insitu dilakukan karena terdapat beberapa parameter
yang mudah berubah jika tidak segera dilakukan pengukuran. Parameter yang
diukur secara insitu adalah suhu, pH, DO, dan konduktivitas. Pada praktikum ini
praktikan hanya mengukur satu parameter insitu yaitu suhu. Pengukuran
parameter lain tidak dapat dilakukan secara insitu karena keterbatasan alat ukur
yang disediakan. Suhu air sungai diukur dengan termometer dan didapatkan suhu
28,2C. Setelah dilakukan pengukuran suhu, dilakukan pengukuran laju aliran air
sungai. Pengukuran laju aliran air sungai dengan mengukur jarak dan waktu
tempuh benda apung yang dijatuhkan pada salah satu sisi sungai hingga sisi
sungai yang ditentukan. Setelah dilakukan perhitungan didapat laju aliran air
sungai adalah 0,171 m/dtk.
4.3.3. Eksitu
28
air suling, serta asam askorbat. Asam askorbat berperan sebagai pereduksi
ammonium fosfomolibdat yang diperoleh sebagai hasil reaksi, menghasilkan
warna biru pekat pada air sampel. Air sampel berwarna biru pekatdiukur dalam
spektrofotometer 880 nm untuk mengetahui absorbansi dan konsentrasi air
sampel.
29
diperoleh berada diluar jangkauan kalibrasi, hal ini disebabkan oleh larutan yang
diuji dengan spektrofotometer masih berwarna terlalu pekat. Melalui perhitungan
kadar polifosfat diperoleh 0,6597 mg/L dan total fosfat anorganik 0,01147 mg/L.
Kurva kalibrasi penetapan fosfat memiliki persamaan garis regresi linear y =
0,0448 + 0,5748x dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9682. Polifosfat yang
terkandung berasal dari air buangan penduduk dan industri yang menggunakan
bahan detergen yang mengandung fosfat. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 mencantumkan standar baku mutu polifosfat pada badan air adalah 0,2 mg/L
untuk badan air kelas 2 dan 1 mg/L untuk badan air kelas 3. Berdasarkan standar
baku mutu tersebut dapat disimpulkan air Sungai Sekretaris merupakan badan air
kelas 3.
Pada penetapan fosfat organik, air sampel direaksikan dengan H2SO4 dan
HNO3 untuk selanjutnya dipanaskan menggunakan hotplate pada ruangan asam.
Proses ini merupakan proses mineralisasi yang bertujuan untuk merusak senyawa
organik menjadi unsur-unsurnya dan mengubah senyawa fosfat menjadi ion
fosfor. Penggunaan batu didih pada tahap ini berfungsi untuk menjaga labu
erlenmeyer agar tidak pecah atau mengalami proses dumping karena batu didih
tersebut mempertahankan suhu dengan menyerap kalor. Batu didih juga
membantu mempercepat proses pendidihan yaitu dengan mendistribusikan kalor
secara merata. Air sampel kemudian direaksikan dengan indicator fenolftalein dan
NaOH hingga terbentuk warna merah muda seulas.
Air sampel direaksikan dengan pereaksi kombinasi menghasilkan warna
biru pekat sebagai hasil dari reduksi oleh asam askorbat pada peraksi kombinasi.
Air sampel berwarna biru pekatdiukur dalam spektrofotometer 880 nm untuk
mengetahui absorbansi dan konsentrasi air sampel. Dilakukan pengenceran 5x
pada air sampel karena larutan terlalu pekat. Setelah dilakukan pengenceran
didapatkan hasil pengukuran pada spektrofotometer sebesar 0,046 ABS, dan
didapatkan hasil perhitungan konsentrasi sampel sebesar 0,001 mg/L. Kurva
30
kalibrasi penetapan fosfat memiliki persamaan garis regresi linear y = 0,0448 +
0,5748x dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9682.
Melalui perhitungan kadar forfat organik diperoleh 0,01043 mg/L dan total
fosfat 0,0219 mg/L. Kandungan fosfat organic pada Sungai Sekretaris berasal dari
air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 173/Men. Kes./ Per/VIII/1977 standar baku mutu fosfat organik
pada badan air adalah 0,01 mg/L. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 standar baku mutu total fosfat pada badan air kelas 1 adalah 0,2
mg/L. Kadar fosfat organik pada air sampel sesuai dengan standar baku mutu
badan air sedangkan total fosfat air sampel jauh lebih rendah dibandingkan
standar baku mutu badan air kelas 1. Maka dapat disimpulkan air Sungai
Sekretaris bukan termasuk badan air kelas 1 dan pencemaran fosfat organik masih
dapat ditenggang keberadaannya karena berada pada nilai maksimum standar
baku mutu.
31
standar baku muku badan air kelas 1. Maka disimpulkan air sampel tidak layak
digunakan sebagai air minum dan tidak termasuk dalam badan air kelas 1.
BAB V
KESIMPULAN
32
5.1 Sampling
1. Sampling dilakukan terhadap Sungai Sekretaris pada jembatan Podomoro
City pada pagi hari dengan langit cerah
2. Laju aliran Sungai Sekretaris adalah 0,171 m/dtk dengan debit 3,7937
m3/dtk.
3. Debit aliran yang rendah mengindikasikan tingginya beban pencemaran
pada Sungai Sekretariat.
5.2 Insitu
1. Suhu sampel air Sungai Sekretaris yang diukur secara insitu yaitu 28,2C.
2. Derajat keasaman (pH) sampel air Sungai Sekretaris adalah 7,31.
3. Oksigen terlarut (DO) sampel air Sungai Sekretaris adalah 6,54 mg/L.
4. Daya Hantar Listrik (DHL) sampel air Sungai Sekretaris adalah 429
S/cm.
5. Nilai DHL yang cukup tinggi mengindikasikan kemampuan kation dan
anion sampel air dalam menghantarkan arus listrik cukup tinggi,
kandungan mineral yang terkandung dalam air jugacukup tinggi.
5.3 Eksitu
5.3.1 Penetapan Fosfat
5.3.1.1 Penetapan Orthofosfat
1. Nilai absorbansi dan kadar orthofosfat sampel air adalah 0,247 Abs dengan
konsentrasi 0,352 mg/L.
2. Berdasarkan rentang kadar ortofosfat pada perairan sesuai Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003, pencemaran
orthofosfat pada air Sungai Sekretaris masih dapat ditenggang
keberadaannya karena berada dalam rentang standar baku mutu.
33
2. Berdasarkan standar baku mutu polifosfat badan air pada Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 disimpulkan air Sungai Sekretaris
merupakan badan air kelas 3.
3. Polifosfat yang terkandung berasal dari air buangan penduduk dan industri
yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat.
34
Anonymous. 2008. Fosfat. http://www.tekmira.esdm.go.id/data/fosfat/ ulasan.
asp?xdir=fosfat&commld=fosfat. Diakses pada Sabtu 22 April 2016 pukul
18.45 WIB.
Arif, Abdul Rahman. 2013. Laporan Penentuan Kadar Fosfor dalam Fosfat
Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS. http://arhycancer.blogspot.co.id/
2013/11/laporan-penentuan-kadar-forfor-o-dalam.html?m=1. Diakses pada
Senin 25 April 2016 pukul 15.34 WIB.
Ayu, Eka Putri. 2010. Penentuan Kadar Sulfat dalam Air. httlp://ekaputriayu.
blogspot.co.id/2010/11/penentuan-kadar-sulfat-dalam-air.html?m=1. Diakses
pada Sabtu 22 April 2016 pukul 22.39 WIB.
35
LAMPIRAN
36
37