Você está na página 1de 52

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan rasa sakit. Obat ini digunakan untuk membantu meredakan

sakit, sadar tidak sadar kita sering menggunakannya misalnya ketika kita sakit

kepala atau sakit gigi. Salah satu komponen obat yang kita minum biasanya

mengandung analgesik atau pereda nyeri. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

nyeri adalah bagian dari kebutuhan fisiologis. Menurut Hierzuki Maslow,

Kebutuhan rasa nyaman nyeri diperlukan untuk proses kehidupan. Nyeri

adalah suatu mekanisme nyeri proteksi bagi penderita yang timbul bila mana

jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rasa nyeri.

Masalah yang mempengaruhi nyeri diantaranya arti nyeri bagi

seseorang yang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri

merupakan arti yang negatif seperti membahayakan, merusak dan lain-lain.

Keadaan ini mempengaruhi beberapa faktor seperti : usia, jenis kelamin, latar

belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman serta toleransi. Nyeri

juga berhubungan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi

kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang mempengaruhi antara lain

alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan, pengalihan perhatian dan

kepercayaan yang kuat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 1


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Solusinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri dalam

pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan pemberian obat analgetik dan

sebagainya.

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan efek Analgetik. Tujuan

dari praktikum ini adalah mengenal, mempraktikan dan membandingkan

daya Analgetika menggunakan metode ransangan kimia pada hewan uji

mencit sehingga kita dapat membandingkan daya Analgetika dari obat-obat

tersebut.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 2


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Mahasiswa dapat mengetahui efek analgetik yang ditimbulkan oleh

sediaan tablet Antalgin, tablet Paracetamol, Meloxicam, Natrium CMC

0,5%, tablet Asam Mefenamat, tablet Natrium Diklofenak, Asam Asetat

0,5% yang diberikan sesuai dengan volume pemberian pada hewan coba

mencit (Mus muculus L.).

2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

a. Untuk mengetahui jumlah geliat kumulatif hewan uji mencit pada

menit ke 15, 30, 60, 90 dan 120 menit setelah diberikan perlakuan pada

masing-masing hewan uji.

b. Untuk menentukan sediaan yang paling baik dari tablet Antalgin, tablet

Paracetamol, Natrium CMC 0,5%, tablet Asam Mefenamat, tablet

Natrium Diklofenak, Meloxicam, Asam Asetat 0,5% yang diberikan

pada hewan coba mencit (Mus muculus L.).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 3


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Tentang Analgetik

Analgetik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan

rasa nyeri (Mustchler, 1991).

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,

berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat

mempengaruhi nyeri , misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala atau

memperhebatnya tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang

berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan seperti

peradangan (rematik, encok). Semua mediator nyeri itu merangsang reseptor

nyeri (nociceptor) di ujung ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan

lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang

kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh,

terkecuali di SSP (Sistem Saraf Pusat).

Berdasarkan kerja farmakologinya, analgetiknya dibagi 2 kelompok

besar yaitu analgetik narkotik dan analgetik non narkotik.

a. Analgetik Narkotik

Zat ini mempunyai daya penghalau nyeri yang kuat sekali dengan

titik kerja yang terletak disistem saraf sentral, analgetik ini umumnya

menimbulkan rasa nyaman (euforia) serta, mengakibatkan ketergantungan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 4


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

fisik dan psikis (ketagihan, adiksi) bila pengobatan dihentikan (Tjay &

Raharjda, 2002).

b. Analgetik Non Narkotik

Analgetik non narkotik bersifat non adiktif dan kurang kuat dibandingkan

dengan analgetik narkotik. Obat-obat ini juga dinamakan analgetik perifer,

tidak menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan secara

kimiawi (Tjay & Raharjda, 2002)

B. Mekanisme Obat Analgetik

Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan

sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat

pelepasan mediator sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan

subjektif pribadi dan sintesa prostaglandin tidak terjadi. Sedangkan analgetik

opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu dorsalis

medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan

perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.

Prostaglandin merupakan hasil bentukan dari asam arakhidonat yang

mengalami metabolisme melalui siklooksigenase. Prostaglandin yang lepas

ini akan menimbulkan gangguan dan berperan dalam proses inflamasi,

edema, rasa nyeri lokal dan kemerahan (eritema lokal).

Paracetamol banyak digunakan sebagai obat analgetik dan antipiretik,

dimana kombinasi parasetamol dengan opioid dapat digunakan untuk

penanganan nyeri berat paska pembedahan dan terapi paliatif pada pasien-

pasien penderita kanker. Onset analgesia dari parasetamol 8 menit setelah

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 5


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

pemberian intravena, efek puncak tercapai dalam 30 45 menit dan durasi

analgesia 4 6 jam serta waktu pemberian intravena 2 15 menit.

Parasetamol termasuk dalam kelas aniline analgesics dan termasuk dalam

golongan obat antiinflamasi non steroid (masih ada perbedaan pendapat).

Antalgin adalah derivat-sulfonat dari aminofenazon yang larut dalam

air. Obat ini sering dikombinasi dengan obat-obat lain, antara lain dengan

aminofenazon. Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan

kelainan darah yang adakalanya fatal. Karena bahaya agranulositosis tersebut,

obat ini sudah lama dilarang peredarannya di banyak negara, antara lain AS,

Swedia, Inggris, dan Belanda (Tjay dan Raharadjo, 2002).

Skema Penggolongan Obat Analgetik AINS (Sulistia dan Gunawan, 2012)

NSAID

AINS COX-nonselektif AINS COX-2 preverential AINS COX-2 selekttif

Aspirin nimesulid - generasi 1: selekoksid

Indometasin meloksikam rofekoksib

Piroksikam nabumeton valdekoksib

Ibuprofen diklofenak parekoksib

Naproksen etodolak eterikoksib

Asam mefenamat generasi 2 : lumirakoks

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 6


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

C. Efek Analgesik

Analgesik atau obat penghilang nyeri adalah zat zat yang

mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran

(perbedaan dengan anestetika umum).

Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan

beberapa cara, yakni dengan :

1. Analgetik Perifer, yang merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor

nyeri perifer.

2. Anestetika lokal, yang merintangi penyaluran rangsangan di saraf saraf

sensoris.

3. Analgetika sentral (narkotika), yang memblokir pusat nyeri di SSP dengan

anestesi umum.

4. Antidepresiva trisiklis. Yang digunakan pada nyeri kanker dan saraf,

mekanisme kerjanya belum diketahui, misalnya amitriptilin.

5. Antilepiletika, yang meningkatkan jumlah neurotransmitter diruang sinaps

pada nyeri, misalnya pregabalin. Juga karbamazepin, okskarbazepin,

fenitoin, valproat, dan lain lain.

D. Nyeri

Pada tahun 1979, International Association for the Study of Pain

mendefinisikan nyeri sebagai : suatu pengalaman sensori dan emosi yang

tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata

atau yang berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan. Rasa nyeri selalu

merupakan sesuatu yang bersifat subjektif. Setiap individu mempelajari nyeri

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 7


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

melalui pengalaman yang berhubungan langsung dengan luka (injury), yang

terjadi pada masa awal kehidupannya. Secara klinis, nyeri adalah apapun

yang diungkapkan oleh pasien mengenai sesuatu yang dirasakannya sebagai

suatu hal yang tidak menyenangkan/sangat mengganggu (Dharmady &

Triyanto).

Definisi nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak

nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam

kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat

bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan (rema,

encok), infeksi jasad renik atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh

rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbulkan

kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat tertentu

yang disebut mediator nyeri, histamine, bradikin, leukotrien dan proses

teglandin. Rasa nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang

toleransi nyeri berbedabeda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu badan

adalah konstan, yakni pada 44 45oC.

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang

berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan dijaringan, seperti

peradangan (rema, encok), infeksi jasad renik atau kejang otot. Keadaan

psikis sangat mempengaruhi nyeri , misalnya emosi dapat menimbulkan sakit

kepala atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi

rangsangan nyeri. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu

gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 8


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

jaringan, seperti peradangan (rema, encok). Semua mediator nyeri itu

merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung ujung saraf bebas di kulit,

mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi

radang dan kejang kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan

dan organ tubuh, terkecuali di SSP (Sistem Saraf Pusat).

Mediator nyeri penting adalah amin histamin yang bertanggung jawab

untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi), pengembangan mukosa,

pruritus) dan nyeri.

Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana nyeri

dirasakan untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan

yang terendah saat seseorang merasakan rasa nyeri. Untuk setiap orang

ambang nyerinya adalah konstan (Tjay dan Raharadjo, 2002).

E. Mekanisme Nyeri

Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya

kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh

stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini

berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus

dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem

nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang

membantu perbaikan jaringan yang rusak.

Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat

perbaikan kerusakan jaringan. Sensitifitas akan meningkat, sehingga stimulus

non noksius atau noksius ringan yang mengenai bagian yang meradang akan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 9


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

menyebabkan nyeri. Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan

menghilangkan respon inflamasi.

F. Teori Tentang Mencit (Mus musculus L)

1. Morfologi Mencit (Mus musculus L.)

Rambut Mus musculus liar berwarna keabu-abuan dan warna perut

sedikit lebih pucat. Mata berwarna hitam dan kulit berpigmen. Berat badan

bervariasi, tetapi umumnya pada umur empat minggu berat badan mencapai

18-20 gram. Mus musculus liar dewasa dapat mencapai 30-40 gram pada

umur enam bulan atau lebih. Mus musculus liar makan segala macam

makanan (omnivorus) dan mau mencoba makan apapun makanan yang

tersedia bahkan bahan yang tidak bisa dimakan. Makanan yang diberikan

untuk Mus musculus biasanya berbentuk pelet secara tanpa batas (ad

libitum). Air minum dapat diberikan dengan botol-botol gelas atau plastik

dan Mus musculus dapat minum air dari botol tersebut melalui pipa gelas

atau plastik dan Mus musculus dapat minum air dari botol tersebut melalui

pipa gelas. Mus musculus liar lebih suka suhu lingkungan tinggi, namun

juga dapat terus hidup dalam suhu rendah. Kandang Mus musculus berupa

kotak sebesar kotak sepatu yang terbuat dari bahan plastik (prolipropilen

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 10


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

atau polikarbonat), almunium atau baja tahan karat. Syarat kandang mudah

dibersihkan, tahan lama, tahan gigitan dan aman (Smith & Mangkoewidjojo,

1988).

Mus musculus jantan dan betina muda sukar untuk dibedakan. Mus

musculus betina dapat dikenali karena jarak yang berdekatan antara lubang

anus dan lubang genitalnya. Testis pada Mus musculus jantan pada saat

matang seksual terlihat sangat jelas, berukuran relatif besar dan biasanya

tidak tertutup oleh rambut. Testis dapat ditarik masuk ke dalam tubuh. Mus

musculus betina memiliki lima pasang kelenjar susu dan puting susu sedang

pada Mus musculus jantan tidak dijumpai (Budi, 2010).

Mus musculus akan lebih aktif pada senja atau malam hari, mereka

tidak menyukai terang. Mereka juga hidup di tempat tersembunyi yang

dekat dari sumber makanan dan membangun sarangnya dari bermacam-

macam material lunak. Mus musculus adalah hewan terrestrial dan satu

jantan yang dominan biasanya hidup dengan beberapa betina dan Mus

musculus muda. Jika dua atau lebih Mus musculus jantan dalam satu

kandang mereka akan menjadi agresif jika tidak dibesarkan bersama sejak

lahir (Budi, 2010).

Siklus hidup dan reproduksi Mus musculus dinyatakan dalam Budi,

2010 bahwa Mus musculus betina memiliki siklus estrus lamanya 4-6 hari,

dengan lama estrus kurang dari 1 hari. Beberapa Mus musculus betina jika

hidup bersama dalam keadaan yang berdesakan, maka tidak terjadi siklus

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 11


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

estrus pada saat itu tetapi jika dirangsang oleh urine Mus musculus jantan,

maka estrus akan terjadi dalam 72 jam.

Mus musculus betina pada saat kopulasi akan membentuk vaginal

plug secara alami untuk mencegah terjadinya kopulasi kembali. Vaginal

plug akan terjadi selama 24 jam. Masa bunting sekitar 19-21 hari dan

beranak sebanyak 4-13 ekor (rata-rata 6-8). Satu Mus musculus betina dapat

beranak sekitar 5-10 kali per tahun, sehingga populasinya meningkat dengan

sangat cepat. Musim kawin terjadi setiap tahun. Mus musculus yang baru

lahir buta dan tidak berambut. Rambut mulai tumbuh tiga hari setelah

kelahiran dan mata akan terbuka 1-2 minggu setelah kelahiran. Mus

musculus betina mencapai matang seksual sekitar 6 minggu dan Mus

musculus jantan sekitar 8 minggu, tetapi keduanya dapat dikawinkan

minimal setelah berusia 35 hari (Depkes RI, 1979).

Lama hidup mencit satu sampai tiga tahun, dengan masa

kebuntingan yang pendek (18-21 hari) dan masa aktifitas reproduksi yang

lama (2-14 bulan) sepanjang hidupnya. Mencit mecapai dewasa pada umur

35 hari dan dikawinkan pada umur delapan minggu (jantan dan betina).

Siklus reproduksi mencit bersifat poliestrus dimana siklus estrus (berahi)

berlangsung sampai lima hari dan lamanya estrus 12-14 jam. Mencit jantan

dewasa memiliki berat 20-40 gram sedangkan mencit betina dewasa 18-35

gram. Hewan ini dapat hidup pada temperatur 30oC (Smith &

Mangkoewidjojo, 1988).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 12


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

2. Klasifikasi Mencit (Mus musculus L.)

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Upafamili : Murinae

Genus : Mus

Spesies : M.musculusL (Budi, 2010)

G. Penginduksi (Asam asetat)

Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia organik yang

dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma pada makanan. Asam asetat

berasa asam dan berbau menyengat. Asam asetat bersifat korosif terhadap

kulit dan merupakan iritan keras untuk mata, kulit, dan membran mukosa.

Kontak yang berkepanjangan dengan asam asetat glasial dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan. Bahaya larutan asam asetat tergantung

pada konsentrasinya (Ganiswarna S, 1995).

H. Rute pemberian obat

1. Secara intraperitonial :

Obat suntik ini diberikan pada abdomen bahwa disebelah garis

midsagital. Jarum disuntikan dengan 10 dari abdomen agak kepinggir,

untuk mencegah terkenanya kandung kemih dan jika terlalu tinggi akan

mengenai hati. Setelah masuk kekulit, jarum ditegakan sehingga

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 13


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

menembus lapisan-lapisan otot masuk kedalam daerah peritoneum.

Volume penyuntikkan untuk mencit umumnya 1 ml/100 gram berat badan.

2. Secara intravena

Injeksi intravena biasanya diberikan kedalam vena pada lengan

depan dan merupakan penggunaan yang khusus dan jarum disuntikan

dengan sudut 15-30.

3. Secara intramuscular (I.M)

Pada pemberian obat secara intramuscular penyuntikan obatnya

yaitu kedalam jaringan otot (nutscolus) adapun lokasi penyuntikannya

yaitu pada otot pangkal lengan, pada otot paha bagian luar yaitu 1/3 tengah

pada sebelah luar dan pada otot bokong yang tepat adalah 1/3 bagian dari

sina iliaca anterior superior (S.I.A.S) dengan sudut penyuntikannya yaitu

90.

4. Secara subkutan (S.C)

Pada pemberian obat secara subkutan larutan tersebut disuntikan

dibawah kulit, misalnya penyuntikan insulin pada pasien. Adapun lokasi

penyuntikan ini yaitu pada lengan atas sebelah luar, pada paha bagian luar

dan daerah dada dengan sudut penyuntikannya yaitu 45.

5. Secara intracutan (I.C)

Pada pemberian obat secara intracutan penyuntikan obat tersebut

disuntikan kedalam jaringan kulit, lokasinya yaitu pada lengan bawah

bagian dalam atau ditempat yang dianggap perlu. Adapun sudut

penyuntikannya yaitu 15-20.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 14


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

6. Secara oral

Pemberian obat secara oral dilakukan dengan menggunakan jarum

suntik yang ujungnya tumpul (sonde oral), yaitu dengan cara

menempelkan sonde oral pada langit-langit mulut atas mencit kemudian

memasukkannya perlahan-lahan sampai ke esophagus kemudian

memasukkan cairan obat (Priharjo, Robert. 1995).

F. Uraian Bahan

1. Paracetamol 500 mg ( FI. Edisi III, hal. 37 )

Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM

Sinonim : Asetaminofen, parasetamol

Rumus Molekul : OH

NHCOCH3

Berat Molekul : 151,16

Rumus Molekul : C8H9NO2

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa

pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40

bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian

propilenglikol P, larut dalam larutan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 15


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

alkalihidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

K/P : Analgetikum yaitu obat untuk menghilangkan rasa

nyeri pada tubuh tanpa menghilangkan kesadaran

(Ramali, 2000).

Antipiretikum adalah obat yang digunakan untuk

menurunkan suhu tubuh agar stabil kembali

(Farida, 2010).

Farmakokinetik : Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna

melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam

plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan

masa paruh plasma, 25 % paracetamol terikat

protein plasma. Obat ini dimetabolis oleh enzim

mikrosom hati. Sebagian parasetamol (80%)

dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian

kecil lainnya dengan asam sulfat. Obat ini

diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai

parasetamol dan sebagian besar dalam betuk Efek

(Ganiswarna S, 1995).

Farmakodinamik : Analgesik parasetamol serupa dengan salisilat

yaitu mengurangi atau menghilangkan nyeri ringan

sampai sedang dan menurunkan suhu tubuh. Efek

anti inflamasinya sangan lemah, oleh karena tidak

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 16


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

digunakan sebagai antireumatik (Ganiswarna S,

1995).

Mekanisme Kerja : Menghambat biosintesis Prostaglandin yang hanya

terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid

seperti di hipotalamus (Ganiswarna S, 1995).

Dosis : 500 mg (Tjay & Rahardja, 2002).

2. Antalgin 500 mg ( FI. Edisi III. Hal. 369 )

Nama Resmi : METHAMPYRONUM

Sinonim : Metampiron, Antalgin.

Berat Molekul : 351,37.

Rumus Molekul : C13H16N3NaO4S.H2O

Rumus Bangun :

C 6 H5

O CH3

CH2 N CH3

O3SNa CH3

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 17


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

K/P : Analgetikum yaitu obat untuk menghilangkan

rasa nyeri pada tubuh tanpa menghilangkan

kesadaran (Ramali , 2000).

Antipiretikum yaitu obat untuk menurunkan panas

atau suhu tubuh agar stabil kembali (Farida,2010).

Farmakokinetik : Pada fase ini antalgin mengalami proses absorbsi,

distribusi, metabolisme dan ekskresi yang berjalan

secara simultan langsung atau tidak langsung

melintasi sel membran (Ganiswarna S, 1995).

Farmakodinamik : Sesuai analgetika, obat ini hanya efektif terhadap

nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang,

misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap

nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek

analgetiknya jauh lebih lemah dari efek analgetik

opiate, obat ini tidak menimbulkan ketagihan

(adiksi) dan efek samping sentral yang

merugikan. Analgetika bekerja secara sentral

untuk meningkatkan kemampuan menahan nyeri.

Analgesia yaitu keadaan dimana setelah

pemberian analgetik bercirikan perubahan

perilaku pada respon terhadap nyeri dan

kemampuan yang berkurang untuk menerima

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 18


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

impuls nyeri tanpa kehilangan kesadaran

(Ganiswarna S, 1995).

Mekanisme Kerja : Antalgin termasuk derivate metasulfonat dari

amidopirin yang mudah larut dalam air dan

mudah diserap kedalam tubuh. Bekerja secara

sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri,

menurunkan demam, dan menyembuhkan

reumatik. Antalgin mempengaruhi hipotalamus

dalam menurunkan sentsitifitas reseptor rasa sakit

dan thermostat yang mengatur suhu tubuh

(Ganiswarna S, 1995).

3. Na. CMC 0,5 % ( FI. Edisi III, Hal. 401 )

Nama Resmi : NATRII CARBOXY METHYCELLULOSUM

Sinonim : Natrium Karboksimetil Selulosa, Natrium CMC

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

higroskopis.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspense koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)

P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Pensuspensi

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 19


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

4. Aquadest ( FI. Edisi III, Hal. 96 )

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air Suling

Berat Molekul : 18,02

Rumus Molekul : H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

K/P : Zat tambahan, pelarut

5. Natrium Diklofenak 50 mg (FI. Edisi III. 43)

Nama Resmi : NATRIUM DIKLOFENAK

Sinonim : Sodium { o (dikloroanilino) fenil} asetat

Berat Molekul : 318,13

Rumus Molekul : C14H10N3Cl2NNaO2

Pemerian : Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa.

Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol,

praktis tidak larut dalam kloroform dan eter,

bebas larut dalam alkohol metil. pH larutan 1%

dalam air adalah antara 7,0 dan 8.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

K/P : Analgetik yaitu obat yang menghilangkan rasa

sakit tanpa menghilangkan kesadara

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 20


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

(Ramali,2000)

Farmakologi : Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang

kuat dengan efek antiinfllamasi, analgetik dan

antipirek. Obat ini merupakan turunan asam

fenilasetat sederhana (Ganiswarna S, 1995).

Mekanisme Kerja : Diklofenak merupakan obat NSAIDS yang

bersifat tidak selektif dimana kedua jenis COX

diblokir. Dengan dihambatnya C0X 1, dengan

demikian tidak ada lagi yang bertanggung jawab

melindungi mukosa lambung usus dan ginjal

sehingga terjadi iritasi dan efek toksik pada ginjal

(Tjay dan Raharadja, 2002).

6. Meloxicam 15 mg (Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : MELOXICAMUM

Sinonim : Meloksikam

Rumus molekul : C15H13N3O4S

Berat molekul : 33,35

Pemerian : Serbuk, hampir putih, tidak berbau.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam

encer dan sebagian besar pelarut organik. Sukar

larut dalam etanol dan dalam larutan alkali yang

mengandung air.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 21


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Sebagai obat antiinflamasi (Oksikam) yaitu obat

yang dapat menghilangkan radang (Ramali,

Farmakokinetik : 2000).

Reabsorbsinya dari usus cepat dan lengkap.

Mulai kerjanya setelah 1 jam dan bertahan 7

jam. PP nya lebih dari 99%, plasma t1/2 nya

Farmakodinamik : panjang. Ekskresi terutama melalui kemih

(Ganiswarna S, 1995).

Menghambat sintesa postaglandin dengan

Dosis : menghambat kerja isoenzim COX-1 dan COX-2

(lebih banyak ke arah COX-2) (Ganiswarna S,

1995).

Dosis awal dan pemeliharaan pasien dewasa

adalah dosis tunggal 7,5 mg/hari. Dosis tertinggi

adalah 15 mg sekali sehari (Tjay & Rahardja,

2002).

7. Asam mefenamat 500 mg (Dirjen POM, 1979:43)

Nama resmi : ACIDUM MAFENAMICUM

Sinonim : Asam mefenamat

Rumus molekul : C13H13NO3

Berat molekul : 241,29

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, melebur

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 22


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

pada suhu 230C serta pemurnian.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

K/P : Sebagai obat analgesik yaitu obat untuk

menghilangkan rasa nyeri pada tubuh tanpa

menghilangkan kesadaran (Ramali, 2000).

Farmakologi : Asam mefenamat merupakan kelompok

antiinflamasi non steroid, bekerja dengan cara

menghambat sintesa postaglandin dalam jaringan

tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase

sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi

dan antipiretik (Tjay & Rahardja, 2002).

Farmakokinetik : Asam mefenamat diabsorbsi dengan cepat dari

saluran gastrointestinal apabila diberikan secara

oral kadar plasma puncak dapat dicapai 1 sampai

2 jam setelah pemberian 2 x 250 mg kapsul asam

mefenamat. Pemberian dosis tunggal secara oral

sebesar 1000 mg memberikan kadar plasma

puncak selama 2 sampai 4 jam dengan t dalam

plasma sekitar 2 jam (Ganiswarna S, 1995).

Farmakodinamik : Karena Asam Mefenamat termasuk ke dalam

golongan (NSAIDS), maka kerja utama

kebanyakan non steroid anti-inflammatory drugs

(NSAIDS) adalah sebagai penghambat sintesis

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 23


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

postaglandin, sedangkan kerja utama obat

antiradang glukortiroid menghambat pembebasan

asam arakidonat (Ganiswarna S, 1995).

Dosis : Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya

sewaktu makan. Dewasa dan anak di atas 14 tahun

: dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian

dilanjutkan 250 mg (Tjay & Rahardja, 2002).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 24


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat Yang Digunakan

a. Batang pengaduk

b. Gelas ukur 10 mL

c. Gelas Kimia1000 mL

d. Hot plate

e. Canula

f. Spoit 1 cc dan 5 cc

g. Stop watch

h. Timbangan digital

2. Bahan Yang Digunakan

a. Asam asetat 0,5%

b. Asam mefenamat 500 mg

c. Antalgin 500 mg

d. Aquadest

e. Kertas perkamen

f. Meloxicam 15 mg

g. Na. Diklofenak 50 mg

h. Na CMC 0,5 %

i. Parasetamol 500 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 25


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

3. Hewan uji

a. Mencit (Mus musculus)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 26


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

D. Cara Kerja

1. Pembuatan Na. CMC 0,5% 200 mL

a. Ditmbang sebanyak 1g Na CMC

b. Dipanasakan air sebanyak 200 mL.

c. Dimasukkan Na. CMC kedalam air sedikit demi sedikit sambil diaduk

hingga larut dan bening.

d. Diangkat lalu didinginkan, kemudian ditutup dengan alumminium foil.

2. Pembuatan Asam asetat 0,5% 100 mL

a. Dipipet asam asetat sebanyak 0,5 mL

b. Dimasukkan ke dalam gelas kimia dan dilarutkan dengan 2/3 volume

aquadest.

c. Dipindahkan ke dalam labu tentukur 100 mL lalu cukupkan

volumenya sampai tanda batas.

d. Dikocok homogen dan diberi etiket.

3. Perlakuan untuk Hewan Uji

a. Metode Plat Panas

1. Dipuasakan hewan uji selama 4-8 jam dengan tetap memberikan

minum ad libitum, ditimbang dan dikelompokkan sesuai perlakuan.

2. Diberi Mencit 1 (kontrol) hanya larutan Na CMC per oral,

kemudian mencit diletakkan di atas plat panas 550C, catat waktu

mencit diletakkan sampai mencit mengangkat kakinya.

Pengamatan dilakukan pada 10, 20, 40 dan 80 menit setelah

pemberian obat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 27


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

3. Diberi Mencit II, suspensi antalgin per oral, 15 menit kemudian

mencit diletakkan di atas plat 550C, catat waktu mencit diletakkan

sampai mencit mengangkat kakinya. Pengamatan dilakukan pada

10, 20, 40 dan 80 menit setelah pemberian obat.

4. Diberi Mencit III, suspensi paracetamol per oral, 15 menit

kemudian mencit diletakkan di atas plat 550C, catat waktu mencit

diletakkan sampai mencit mengangkat kakinya. Pengamatan

dilakukan pada 10, 20, 40 dan 80 menit setelah pemberian obat.

b. Metode Geliat (Writhing Test) yang dikemukakan oleh Collier et al

(1986)

1. Ditimbang sebanyak 6 hewan uji berat badannya.

2. Diberi perlakuan per oral setiap hewan uji :

a. Kelompok 1 diberi suspensi Antalgin 500 mg

b. Kelompok 2 diberi suspensi Paracetamol 500 mg

c. Kelompok 3 diberi suspensi Asam mefenamat 500 mg

d. Kelompo4 diberi suspensi Na. CMC 0,5%

e. Kelompok 5 diberi suspensi Na. Diklofenak 50 mg

f. Kelompok 6 diberi suspensi Meloxicam 15 mg

3. Setelah seluruh hewan uji mendapat masing masing perlakuan, 5

menit kemudian seluruh hewan uji diberi suntikan Intraperitonial

dengan larutan asam asetat 0,5% v/v dosis 25 mg/Kg BB

4. Beberapa menit kemudian mencit mulai menggeliat (perutnya

kejang dan kaki ditarik ke belakang)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 28


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

5. Dicatat jumlah geliat kumulatif yang timbul pada menit ke 15, 30,

60, 90 dan 120.

6. Buat Kurva t (menit) vs jumlah geliat tiap perlakuan

7. Hitung luas daerah di bawah kurva (AUC) dari kurva tersebut

(ingat rumus menghitung luas persegi panjang dan segi tiga)

Rumus :

Luas Persegi Panjang

= Panjang X Lebar

Luas Segitiga

= 1
2 . .

8. Hitung persen daya analgetika dengan rumus :

( )
% Daya Analgetika = 1 100 %
( )

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 29


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

BAB IV

DATA PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

BB Hewan Jumlah Geliat Kumulatif


Volume
No Obat Uji Pada Menit Ke- (Kali)
Pemberian
15 30 60 90 120
Antalgin
1 23,85 g 0,79 mL 0 0 0 0 0
500 mg
Paracetamol
2 20,70 g 0,69 mL 2 0 6 0 0
500 mg
Asam
3 Mefenamat 26,21 g 0,87 mL 11 6 5 1 0

500 mg
Na. CMC
4 26,95 g 0,89 mL 6 0 0 0 0
0,5%
Na.
5 Diklofenak 25,77 g 0,86 mL 14 0 0 0 0

50 mg
Meloxicam
6 25,54 g 0,85 mL 26 0 0 0 0
15 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 30


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

B. Kurva Grafik

Kurva Hasil Pengamatan


30

25

20 Antalgin
Jumlah geliat

Paracetamol
15
Asam Mefenamat
10 Na-CMC 0,5%
5 Na. Diklofenak
Meloxicam
0
15 30 60 90 120
Menit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 31


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini yaitu dilakukan pengujian terhadap efek analgetik pada

hewan coba mencit (Mus musculus L) dengan menggunakan obat Antalgin 500

mg, Paracetamol 500 mg, Asam Mefenamat 500 mg, Natrium Diklofenak 25 mg,

Meloxicam 15 mg serta Na-CMC 0,5% sebagai kontrol dan Asam Aetat 0,5%

sebagai penginduksi.

Penggunaan asam asetat berfungsi sebagai penginduksi, dimana asam

asetat merupakan senyawa kimia yang dapat menstimulus nyeri dimana serabut

syaraf akan menghantarkan impuls nyeri ke korteks sensorik di otak dan

menimbulkan nyeri yang bersifat linu. Mekanisme dari asam asetat dalam

menimbulkan rasa nyeri adalah dengan cara membuat luka pada jaringan yang

menstimulus prostaglandin, sehingga menyebabkan sakit. Selain itu, asam asetat

bersifat asam dan darah yang bersifat netral agak sedikit basa juga akan

menyebabkan asidosis.

Dalam praktikum ini pemberian obat analgetik dilakukan secara oral.

Dimana rute pemberian oral, ketika obat dimasukkan secara oral (mulut)

kemudian obat melewati kerongkongan (esofagus) kemudian obat akan masuk

kedalam lambung (gaster). Didalam lambung obat akan larut yang disebut disolusi

kemudian obat akan dikirim ke usus halus, didalam usus inilah obat akan diserap

lalu obat masuk kedalam pembuluh darah dan menuju pusat sakit didalam tubuh.

Ketika perjalanan obat sudah sampai ke hati, obat akan bertemu zat kekebalan

tubuh yang disebut metabolisme. Didalam proses metabolisme ini zat racun obat

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 32


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

akan dilumpuhkan oleh zat kekebalan tubuh sedangkan zat yang bermanfaat akan

diolah sehingga berkhasiat sebagai obat. Zat obat yang dilumpuhkan akan dikirim

ke saluran pembuangan tubuh. Sedangkan zat yang bermanfaat akan diedarkan

keseluruh tubuh melalui pembuluh darah.

Digunakan hewan coba mencit dan menggunakan metode geliat, mencit

digunakan sebagai hewan uji karena mencit hampir identik secara genetis,

karakteristik biologi dan perilakunya sangat mirip manusia dan banyak gejala

kondisi manusia dapat direplikasi pada mencit.

Metode geliat, metode ini tidak hanya sederhana dan dapat dipercaya

tetapi juga memberikan evaluasi yang cepat terhadap jenis analgesik perifer.

Mekanisme terjadinya nyeri yaitu adanya rangsangan-rangsangan

mekanis/kimiawi (kalor/listrik) yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan

pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator

nyeri. Pada percobaan ini rangsang nyeri diberikan berupa iritan kimia, dengan

menginjeksi secara intraperitoneal zat iritan berupa steril asam asetat. Efek nyeri

akan timbul dalam waktu yang lebih cepat karena iritan diberikan secara

intraperitoneal. Setelah rangsang nyeri menimbulkan reaksi pada mediator nyeri

akan timbul geliat pada hewan uji.

Adapun mediator nyeri antara lain, histamin, serotonin, plasmakinin,

prostaglandin, ion-ion kalium. Zat-zat ini merangsang reseptor-reseptor nyeri pada

ujung saraf bebas dikulit, selaput lender dan jaringan, lalu dialirkan melalui saraf

sensoris ke susunan saraf pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke talamus

dan ke pusat nyeri di otak besar (rangsangan sebagai nyeri). Sehingga timbul rasa

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 33


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

nyeri yang dapat dilihat terjadi pada hewan uji dengan adanya geliat-geliat yang

menandakan mencit merasakan kesakitan.

Adapun Onset dan durasi obat bekerja analgetik diantaranya adalah: Asam

Mefenamat, penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna,

99% obat terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2 jam

setelah pemberian oral, dan waktu paruh dalam plasma 2-4 jam. Na diklofenak,

proses absorbsi dimulai segera setelah obat diberikan, dan rasa nyeri biasanya

berkurang dalam 15-30 menit. Kalium diklofenak dilepaskan cepat dalam aliran

darah untuk mengurangi rasa nyeri lebih cepat. Sebagian dari diklofenak di

metabolisme di hepar. Sekitar 1% masih bersifat aktif. Sisanya di eliminasi

sebagai metabolit melalui empedu dan di dalam feses. Meloxicam, obat ini

bekerja menghambat enzim yang memproduksi prostaglandin sehingga obat ini

akan mengurangi rasa sakit dan inflamasi. Absorbsi berlangsung cepat dilambung,

terikat 99% pada protein plasma dan waktu paruh dalam plasma 45 jam sehingga

diberikan sekali sehari. Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari aminopiryn

yang mudah larut dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh, Antalgin

mempengaruhi hipatalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan

thermostat yang mengatur suhu tubuh. Paracetamol hanya mempunyai efek ringan

pada siklooksigenase perifer, inilah yang menyebabkan paracetamol hanya

menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang, Paracetamol

tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini

menunjukkan bahwa Paracetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan

blockade langsung prostaglandin.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 34


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Berdasarkan data pengamatan nilai AUC perlakuan yang didapatkan yaitu

Paracetamol 195cm2, Asam Mefenamat 510 cm2, Natrium diklofenak 210 cm2 dan

Meloxicam 195 cm2. Dari hasil pengamatan, nilai AUC semakin besar dengan

semakin sedikitnya jumlah geliat yang ditunjukkan pada mencit dalam hal ini efek

analgetik obat tersebut lebih baik. % Daya analgetik untuk masing-masing obat

yaitu untuk paracetamol diperoleh 95,3%, untuk asam mefenamat diperoleh

87,6%, untuk Natrium Diklofenak diperoleh 94,9%, dan untuk Meloxicam

diperoleh 95,2%. Menurut teori, seharusnya % daya analgetik tertinggi adalah

obat Asam Mefenamat. Tetapi dari praktikum yang dilakukan justru pada hewan

uji yang diberi perlakuan paracetamol dan Meloxicam menyebabkan hewan uji

mati pada saat memasuki menit ke 30.

Sedangan untuk Natrium Diklofenak merupakan obat yang digunakan

sebagai analgetik dan antiinflamasi. Akan tetapi, pada penggunaannya Natrium

Diklofenak lebih spesifik untuk antiinflamasi.

Beradasarkan hasil pengamatan kurva jumlah geliat dalam selang waktu

15, 30, 60, 90 dan 120 menit bahwa obat Meloxicam memiliki jumlah geliat

paling banyak yaitu 26 pada menit ke 15 selanjutnya tidak menunjukkan geliat

lagi hingga menit 120 diakibatkan hewan uji yang digunakan mati, yang kedua

obat Asam Mefenamat dimana pada menit ke 15 menunjukkan geliat paling tinggi

sebanyak 11 kali kemudian pada menit ke 30, 60, 90 mengalami penurunan

berturut-turut yaitu sebanyak 6, 5, 1 dan pada menit 120 tidak menunjukkan geliat

sama sekali, ketiga obat Na Diklofenak pada menit ke 15 menunjukkan geliat

paling sebanyak 14 kali kemudian pada menit-menit berikutnya tidak

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 35


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

menunjukkan geliat lagi, kemudian pada Paracetamol pada menit ke 15

menunjukkan geliat sebanyak 2 kali kemudian pada menit ke 30 tidak

menunjukkan geliat kemudian pada menit ke 60 kembali menunjukkan geliat

sebanyak 6 kali dan pada menit berikutnya hingga pada menit 120 tidak lagi

menunjukkan geliat diakibatkan hewan uji yang digunakan juga mati sama seperti

yang dialami pada hewan uji obat Meloxicam, Na CMC 0,5% yang digunakan

sebagai kontrol pada menitke 15 menunjukkan geliat sebanyak 6 kali kemudian

pada menit-menit berikutnya hingga menit 120 tidak menunjukkan geliat lagi dan

yang terakhir Antalgin tidak menunjukkan geliat sama sekali selama 120 menit

pengamatan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 36


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Semakin berjalannya waktu hingga waktu pengamatan habis jumlah

mencit mengangkat kakinya dan mencit menggeliat semakin berkurang hal

ini menandakan bahwa obat telah memberikan efeknya.

2. Dalam praktikum kali ini obat yang paling baik digunakan untuk

mengatasi nyeri adalah Paracetamol.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan adalah diharapkan kepada

praktikan untuk lebih serius dalam melakukan praktikum agar ilmu yang

didapat benar-benar dipahami dan harus mengikuti prosedur percobaan.

Diharapkan juga agar tetap menjaga kebersihan dan ketertiban dalam

laboratorium.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 37


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Akbar. 2010. Tumbuhan dengan kandungan senyawa aktif yang

berpotensi sebagai bahan Antifertilitas. Jakarta : Adabia press

Depkes RI.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Depkes RI

Dharmady, Agus & Eriyatno. 2004. Manajemen nyeri dalam suatu tatanan tim

medis multi disiplin. Majalah kedokteran. Jakarta : Atmaja ;1(3):1-5.

Ganiswarna. 1995. Faramakologi dan terapi Edisi IV. Jakarta : BalaiPenerbit

FKUI .

Farida, Hamid. 2010. Kamus ilmiah populer lengkap . Surabaya : Apollo.

Mustchler Emst. 1991. Dinamika Obat Edisi 5. Penerjemah Mathilda B Widianto,

Anna Setiadi Ranti. Itb. Bandung.

Ramali, Ahmad, 2000. Kamus kedokteran : arti dan keterangan istilah. Jakarta :

Djambatan.

Priharjo, Robert. 1995. Tekhnik dasar pemberian obat bagi perawat. Jakarta :

EGC

Smith & Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan penggunaan

Hewan Percobaan didaerah Tropis. Jakarta : UI-Press.

Sulistia Gan Gunawan, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta :

BalaiPenerbit FKUI .

Tjay dan Raharadjo, dkk. 2002. Obat obat penting. Jakarta : Gramedia.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 38


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

LAMPIRAN

A. Skema Kerja Uji Analgetikum pada hewan coba mencit (Mus muculus L)

dengan menggunakan metode geliat

Mencit dipuasakan

Ditimbang

Antalgin PCT Asam Na CMC Na. Meloxicam


500 mg 500 mg Mefenamat 0,5% diklofenak 15 mg
500 mg 50 mg

Diinduksi I.P

Asam asetat 0,5 % v/v 5 mL

Catat jumlah geliat pada menit 15, 30, 60, 90, 120

Hasil

Catat menit vs frekuensi

Hitung AUC

Pembahasan

Kesimpulan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 39


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

B. Perhitungan Bahan
1. Na CMC 0,5% 200 mL

% = 100 %


0,5 % = 200 100 %
100
x = 100 = 1

2. Asam Asetat 0,5% 100 mL

%1 x V1 = %2 x V2

100% x V1 = 0,5% x 100 mL


0,5 100
V1 = 100

V1 = 0,5 mL

C. Perhitungan Dosis

a. Antalgin 500 mg

1. Dosis konversi = Faktor konversi Dosis lazim

= 0,0026 500 mg

= 0,13 mg

BB mencit
2. Dosis pemerian = BB standar min Dosis Konversi

= 23,85 0,13 mg/20 g BB

= 1,3 mg/1 ekor mencit

BB mencit
3. Volume pemerian = BB standar maks X Volume pemberian maks

23,05
= 60
30

= 0,795 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 40


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

DP
4. Serbuk yang ditimbang = D.Etiket X Bobot rata rata antalgin

1,3
= 500x 72,5 mg

= 1,62 mg

5. Suspensi 20 Ml = 0,188 20 mL

= 3,76 mg/20 mL

b. Paracetamol 500 mg

1. Dosis konversi = Faktor konversi Dosis lazim

=0,0026 500 mg/20 g BB

=1,3 mg

BB mencit
2. Dosis Pemberian = BB standar min Dosis Konversi

20,70 g
= 1,3 mg
20 g

= 1,34 mg/ 1 ekor mencit

BB mencit
3. Volume Pemberian = Volume pemberian max
BB standar maks

20,70 g
= 1 mL
30 g

= 0,69 mL

DP
4. Serbuk yang ditimbang = X Bobot rata rata asmef
D.Etiket

1,34
= x 607 mg
500

= 1,62 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 41


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

5. Dibuat suspensi PCT 20 mL = Serbuk yang ditimbang x 20 mL

= 1,62 x 20 mL

= 32,4 mg/20 mL

c. Asam Mefenamat 500 mg

1. Dosis konversi = Faktor konversi Dosis lazim

=0,0026 500 mg/20 g BB

=1,3 mg

BB mencit
2. Dosis Pemberian = BB standar min Dosis Konversi

26,21 g
= 1,3 mg
20 g

= 1,70mg/ 1 ekor mencit

BB mencit
3. Volume Pemberian= BB standar maks Volume pemberian max

26,21 g
= 1 mL
30 g

= 0,87 mL

DP
4. Serbuk yang ditimbang = D.Etiket Bobot rata rata asmef

1,70
= 588 mg
500

= 1,99 mg

5. Dibuat suspensi asam mefenamat 20 mL

= Serbuk yang ditimbang x 20 mL

= 1,99 x 20

= 39,8 mg/20 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 42


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

d. Natrium Diklofenak 50 mg

1. Dosis konversi = Faktor konversi Dosis lazim

= 0,0026 50 mg

= 0,13 mg

BB mencit
2. Dosis pemerian = BB standar min Dosis Konversi

25,77
= 0,23 mg
20

= 0,167 mg
BB mencit
3. Volume pemerian = Volume pemberian max
BB standar maks

25,77
= 1 mL
30

= 0,859 mL

DP
4. Serbuk yang di timbang = B. rata rata Na.diclofenac
D.etiket

0,167
= 223 mg
50

= 0,744 mg

5. Dibuat 10 ml

Serbuk yang dihitung = 0,744 mg x 10 mL

= 14,88 mg x 10 mL ~ 0,0148 g/10 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 43


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

D. Lampiran Kurva, Perhitungan AUC dan % Daya Analgetik

a. Kurva dan Perhitungan AUC

1. Na-CMC

Na-CMC 0,5%
120
100
Jumlah geliat

80
60
40 Na-CMC 0,5%

20
0
15 30 60 90 120
Menit

1
I. Luas Segitiga = a. t
2

1
= 2 15.43

= 322,5 cm2
1
II. Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 15.67
2

= 502,5 cm2

III. Luas persegi panjang = P L

= 15 43

= 645 cm2
1
IV. Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 30.85
2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 44


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

= 1,275 cm2

V. Luas persegi panjang = P L

= 30 25

= 750 cm2
1
VI. Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 30.19
2

= 285 cm2

VII. Luas persegi panjang = P L

= 30 6

= 180 cm2
1
VIII. Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 30.3
2

= 45 cm2

IX. Luas persegi panjang = P L

= 30 3

= 90 cm2

Luas AUC Na-CMC

= 322,5 + 502,5 + 645 + 1,275 + 750 + 285 + 180 + 45 + 90

= 4095 cm

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 45


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

2. Paracetamol

Paracetamol 500 mg
12

10

8
jumlah geliat

6
Paracetamol 500 mg
4

0
15 30 60 90 120
Menit

1
I. Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 15.2
2

= 15 cm2
1
II. Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 60.6
2

= 180 cm2

Luas AUC paracetamol = 15 + 180 = 195 cm2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 46


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

3. Asam Mefenamat 500 mg

Asam Mefenamat 500 mg


12

10
jumlah geliat

6
Asam Mefenamat
4 500 mg

0
15 30 60 90 120
Menit

1
I. Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 15.11
2

= 82,5 cm2
1
II. Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 15.5
2

= 37,5 cm2

III. Luas persegi panjang = P L

= 15 6

= 90 cm2
1
IV. Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 30.1
2

= 15 cm2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 47


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

V. Luas persegi panjang= P L

= 30 5

= 150 cm2
1
VI. Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 30.3
2

= 45 cm2

VII. Luas persegi panjang= P L

= 30 2

= 60 cm2
1
VIII. Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 30.2
2

= 30 cm2

Luas AUC asam mefenamat

= 82,5 + 37,5 + 90 + 15 + 150 + 45 + 60 + 30

= 510 cm2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 48


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

4. Natrium Diklofenak 50 mg

Natrium Diklofenak 50 mg
16
14
12
Jumlah geliat

10
8
Natrium Diklofenak
6
50 mg
4
2
0
15 30 60 90 120
Menit

1
Luas segitiga = 2 a. t

1
= 30.14
2

= 210 cm2

Luas AUC natrium diklofenak = 210 cm2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 49


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

5. Meloxicam 15 mg

Meloxicam 15 mg
30
25
Jumlah geliat

20
15
10 Meloxicam 15 mg
5
0
15 30 60 90 120
Menit

1
Luas Segitiga = 2 a. t

1
= 15.26
2

= 195 cm2

Luas AUC meloxicam = 195 cm2

b. Perhitungan % daya analgetik

1. Paracetamol 500 mg


%daya analgetik =1( ) 100%

195
= 1 (4095) 100%

= 1 0,047 100%

= 0,953 100%

= 95,3%

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 50


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

2. Asam mefenamat 500 mg


%daya analgetik =1( ) 100%

510
= 1 (4095) 100%

= 1 0,124 100%

= 0,876 100%

= 87,6%

3. Natrium diklofenak 50 mg


%daya analgetik =1( ) 100%

210
= 1 (4095) 100%

= 1 0,051 100%

= 0,949 100%

= 94,9%

4. Meloxicam


%daya analgetik =1( ) 100%

195
= 1 (4095) 100%

= 1 0,0478 100%

= 0,952 100%

= 95,3%

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 51


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

E. Gambar

1. Saat diberikan obat per oral

2. Mencit saat diberikan penginduksi melalui intra peritonial

3. Mencit saat mulai menggeliat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 52

Você também pode gostar