Você está na página 1de 15

ASUHAN KEPERAWATAN

SOLUTIO PLACENTA

OLEH :
1. SITI AISYAH
2. KARTONO
3. HALIFATUR RASYIDI
4. DIAH INDRIYANI
5. IKHBAT SULKARNAIN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIRARAJA
2017
BAB 1
TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin
lahir. Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum
janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22
minggu atau berat janin di atas 500 gram.

1.2 Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi :
a. Faktor Kardio Reno Vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.
Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh
kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut
mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh
kehamilan.
b. Faktor Trauma
Dekompresi uterus pada hidramnion dan gemelli
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain
c. Faktor Paritas Ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan
endometrium
d. Faktor Usia Ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi ibu dengan solusio placenta
e. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma)
yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di
atas bagian yang mengandung leiomioma
f. Faktor Penggunaan Kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme
pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini
belum terbukti secara definitive.
g. Faktor Kebiasaan Merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
h. Faktor Riwayat Solosio Plasenta Sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat
solusio plasenta
i. Pengaruh Lainnya
Seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior
dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain

1.3 Patofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis
yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium
sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan
akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.

Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro


plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta
makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya
janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut.
Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
Pohon masalah
Trauma

Perdarahan ke dalam desidualbasalis

Terbelah & meningkatkan lapisan tipis pada miometrium

Terbentuk hematoma desidual

Penghancuran plasenta

Ruptur pembuluh arteri spinalis desidua

Hematoma retroplasenta

Pelepasan plasenta lebih banyak

Uterus tidak mampu berkontraksi optimal

Darah mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban

Syok hipovolemik

1.4 Klasifikasi
Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta, Menurut derajat lepasnya
plasenta :
a. Solusio plasenta parsialis
Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya.
b. Solusio plasenta totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya
c. Prolapsus plasenta
Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan
a. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
b. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang
membentuk hematoma retroplacenter
c. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan
solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
a. Ringan
perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin
hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan,kadar fibrinogen plasma
>150 mg%
b. Sedang
Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat
janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%
c. Berat
Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati,
pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan

1.5 Manifestasi Klinis


a. Solusio Plasenta Ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat
pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi
perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut
terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun
demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini
harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan
yang berlangsung.
b. Solusio Placenta Sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas
permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta
ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus,
yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun
perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah
mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya
yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus
teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar
untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut
lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat
c. Solusio Plasenta Berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus
sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak
sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja
belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi
kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
Urine : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan
leukosit.
Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-
match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah hipofibrinogenemia
b. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah terlepasnya
plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta

1.7 Komplikasi
a. Syok Perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi
uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio
plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang
terlihat
b. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan
yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya
masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik
c. Kelainan Pembekuan Darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia
d. Apoplexy Utero Placenta
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi
biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire
e. Komplikasi yang terjadi pada janin
Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia, kematian

1.8 Penatalaksanaan
a. Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi
b. Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri ,
tidak melakukan senggama , menghindari eningkatan tekanan rongga perut
c. Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan . berikan cairan peroral
d. Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi / syok akibat perdarahan . pantau pula BJJ & pergerakan janin
e. Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah , bila tidak
teratasi , upayakan penyelamatan optimal . bila teratsi perhatikan keadaan janin
f. Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau
persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama . bila renjatan tidak dapat
diatasi , upayakan tindakan penyelamatan optimal
g. Setelah syk teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6 cm pecahkan
ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan seksio sesarea
h. Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu / taksiran berat
janin kurang dari 2.500 gr . penganganan berdasarkan berat / ringannya penyakit yaitu
:
1) Solusio plasenta ringan
Ekspektatif , bila ada perbaikan ( perdarahan berhenti , kontraksi uterus tidak
ada , janin hidup ) dengan tirah baring atasi anemia , USG & KTG serial , lalu
tunggu persalinan spontan
Aktif , bila ada perburukan ( perdarahan berlangsung terus , uterus
berkontraksi , dapat mengancam ibu / janin ) usahakan partus pervaginam
dengan amnintomi / infus oksitosin bila memungkinan . jika terus perdarahan
skor pelvik kurang dari 5 dan persalinan masih lama , lakukan seksio sesarea
2) Solusio Plasenta Sedang / Berat
Resusitasi cairan
Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah
Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6 jam
perabdominam bila tidak dapat renjatan , usia gestasi 37 minggu / lebih /
taksiran berat janin 2.500 gr / lebih , pikirkan partus perabdominam bila
persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama

1.9 Prognosis
a. Terhadap Ibu
Mortalitas ibu 5 10 % hal ini karena adanya perdarahan sebelum dan sesudah partus
b. Terhadap Anak
Mortalitas anak tinggi mencapai 70 80 % hal ini tergantung derajat pelepasan dari
plasenta.
c. Terhadap Kehamilan Selanjutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta, maka
kehamilan berikutnya sering terjadi solusio plasenta yang lebih hebat
BAB 2
KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
a. Biodata
Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara lain :
Nama
Nama dikaji karena nama digunakan untuk mengenal dan merupakan identitas
untuk membedakan dengan pasien lain dan menghindari kemungkinan tertukar
nama dan diagnosa penyakitnya
Jenis Kelamin
Pada solusio plasenta diderita oleh wanita yang sudah menikah dan mengalami
kehamilan
Umur
Solusio plasenta cenderung terjadi pada usia lanjut (> 45 tahun) karena terjadi
penurunan kontraksi akibat menurunnya fungsi hormon (estrogen) pada masa
menopause
Pendidikan
Solusio plasenta terjadi pada golongan pendidikan rendah karena mereka tidak
mengetahui cara perawatan kehamilan dan penyebab gangguan kehamilan
Alamat
Solusio plasenta terjadi di lingkungan yang jauh dan pelayanan kesehatan,
karena mereka tidak pernah dapat pelayanan kesehatan dan pemeriksaan untuk
kehamilan
Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah mengalami
pelepasan plasenta
Status Perkawinan
Dengan status perkawinan apakah pasien mengalami kehamilan (KET) atau
hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan
Nama Suami
Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberi
persetujuan dalam perawatan
Agama
Untuk mengetahui gambaran dan spiritual pasien sebagai memudahkan dalam
memberikan bimbingan keagamaan

Pekerjaan
Untuk mengetahui kemampuan ekonomi pasien dalam pembinaan selama
istrinya dirawat.

2.2 Keluhan Utama


a. Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri
b. Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan
dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang
c. Perdarahan yang berulang-ulang

2.3 Riwayat Penyakit Sekarang


Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang keluar
sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat.
Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre
eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion
gameli) dll

2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat
pendek, trauma, uterus / rahim feulidli

2.5 Riwayat Psikologis


Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal
dan penyebabnya

2.6 Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
Kesadaran : composmetis s/d coma
Postur tubuh : biasanya gemuk
Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
Raut wajah : biasanya pucat
b. Tanda tanda Vital
Tensi : normal sampai turun (syok)
Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
Suhu : normal / meningkat (> 37o c)
RR : normal / meningkat (> 24x/menit)

c. Pemeriksaan Cepalo Caudal


Kepala
Kulit kepala biasanya normal/tidak mudah mengelupas rambut biasanya
rontok/tidak rontok
Muka
biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
Hidung
biasanya ada pernafasan cuping hidung
Mata
conjunctiva anemis
Dada
Bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkal,
hiperpegmentasi areola.
Abdomen
Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea
alba dan ligra
Palpasi : rahim keras, fundus uteri naik
Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin
Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang
merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur
Ekstremitas
Akral dingin, tonus otot menurun

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit
b. USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin

2.8 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan
conjungtiva anemis , acral dingin , Hb turun , muka pucat & lemas
b. Resiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke
plasenta berkurang
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai
terjadi distress / pengerasan uterus, nyeri tekan uterus
d. Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami
e. Potensial terjadinya hypovolemik syok berhubungan dengan perdarahan
f. Kurang pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya
berhubungan dengan kurangnya informasi

2.9 Intervensi Keperawatan


a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan
conjungtiva anemis , acral dingin , Hb turun , muka pucat & lemas
Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi
Kriteria hasil : Conjunctiva tida anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak
pucat, tida lemas
Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Rasional : pasien percaya tindakan yang dilakukan
2. Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
Rasional : pasien paham tentang kondisi yang dialami
3. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : tensi, nadiyang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkan gangguan sirkulasi darah
4. Kaji tingkat perdarahan setiap 15 30 menit
Rasional : mengantisipasi terjadinya syok
5. Catat intake dan output
Rasional : produsi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan
penurunan fungsi ginjal
6. Kolaborasi pemberian cairan infus isotonic
Rasional : cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang
akiba perdarahan
7. Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah
Rasional : tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat
perdarahan
b. Resiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke
plasenta berkurang
Tujuan : tidak terjadi fetal distress
Kriteria hasil : DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya pergerakan
bayi, bayi lahir selamat
Intervensi :
1. Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu
Rasional : kooperatif pada tindakan
2. Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri
Rasional : tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung menurun
sehingga terjadi perfusi jaringan
3. Observasi tekanan darah dan nadi klien
Rasional : penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pad sindroma
vena cava sehingga klien harus di monitor secara teliti
4. Oservasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin
Rasional : penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam
janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin
5. Berikan O2 10 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal
distress
Rasional : meningkat oksigen pada janin
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai
terjadi distress / pengerasan uterus, nyeri tekan uterus
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil : Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri, Klien
kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
Intervensi :
1. Jelaskan penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap
tindakan
2. Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
3. Tarik nafas panjang (dalam) melalui hidung dan meng-hembuskan pelan-
pelan melalui mulut
Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan
4. Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan)
Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava
5. Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi dukungan mental
d. Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami
Tujuan : klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya
Kriteria hasil : penderita tidak cemas, penderita tenang, klie tidak gelisah
Intervensi
1. Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan
Rasional : dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi beban
pikiran
2. Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin
Rasional : mengurangi kecemasan klien tentag kondisi janin
3. Beri penjelasan tentang kondisi janin
Rasional : mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan janin
4. Beri informasi tentang kondisi klien
Rasional : mengembalikan kepercayaan dan klien
5. Anjurkan untuk manghadirkan orang-orang terdekat
Rasional : dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien
6. Anjurkan klien untuk berdoa kepada Tuhan
Rasional : dapat meningkatkan keyakinan kepada Tuhan tentang kondisi
yang dilami
7. Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan
Rasional : penderita kooperatif
e. Potensial terjadinya hypovolemik syok berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi
Kriteria hasil : Perdarahan berkurang, Tanda-tanda vital normal, Kesadaran
komposmentis
Intervensi :
1. Kaji perdarahan setiap 15 30 menit
Rasional : mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin
2. Monitor tekanan darah, nadi, pernafasan setiap 15 menit, bila normal
observasi dilakukan setiap 30 menit.
Rasional : mengetahui keadaan pasien
3. Awasi adanya tanda-tanda syok, pucat, menguap terus keringat dingin,
kepala pusing.
Rasional : menentkan intervensi selanjutnya dan mencegah syok sedini
mungkin
4. Kaji konsistensi abdomen dan tinggi fundur uteri
Rasional : mengetahui perdarahan yang tersembunyi
5. Catat intake dan output
Rasional : produksi urine yang kurang dari 30 ml/jam merupakan
penurunan fungsi ginjal
6. Berikan cairan sesuai dengan program terapi
Rasional : mempertahanka volume cairan sehingga sirkulasi bisa adekuat
dan sebagian persiapan bila diperlukan transfusi darah
f. Kurang pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya berhubungan
dengan kurangnya informasi
Tujuan : penderita dapat mengerti tentang penyakitnya
Kriteria hasil : dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan penyakitnya

Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan penderita tentang keadaanya
Rasional : menentukan intervensi keperawatan selanjutnya
2. Berikan penjelasan tentang kehamilan dan tindakan yang akan dilakukan
a. Pengetahua tentang perdarahan antepartum.
b. Penyebab
c. Tanda dan gejala

d. Akibat perdarahan terhadap ibu dan janin


e. Tindakan yang mungkin dilakukan
Rasional : penderita mengerti dan menerima keadaannya serta pederita
menjadi kooperatif
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)
dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta
terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu
kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan
maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar
melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang
sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan,
padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-
kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5%
disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab
terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya
usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan
prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi
uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan
sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi

Você também pode gostar