Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SOLUTIO PLACENTA
OLEH :
1. SITI AISYAH
2. KARTONO
3. HALIFATUR RASYIDI
4. DIAH INDRIYANI
5. IKHBAT SULKARNAIN
1.1 Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin
lahir. Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum
janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22
minggu atau berat janin di atas 500 gram.
1.2 Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi :
a. Faktor Kardio Reno Vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.
Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh
kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut
mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh
kehamilan.
b. Faktor Trauma
Dekompresi uterus pada hidramnion dan gemelli
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain
c. Faktor Paritas Ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan
endometrium
d. Faktor Usia Ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi ibu dengan solusio placenta
e. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma)
yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di
atas bagian yang mengandung leiomioma
f. Faktor Penggunaan Kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme
pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini
belum terbukti secara definitive.
g. Faktor Kebiasaan Merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
h. Faktor Riwayat Solosio Plasenta Sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat
solusio plasenta
i. Pengaruh Lainnya
Seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior
dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain
1.3 Patofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis
yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium
sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan
akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
1.4 Klasifikasi
Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta, Menurut derajat lepasnya
plasenta :
a. Solusio plasenta parsialis
Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya.
b. Solusio plasenta totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya
c. Prolapsus plasenta
Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan
a. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
b. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang
membentuk hematoma retroplacenter
c. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan
solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
a. Ringan
perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin
hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan,kadar fibrinogen plasma
>150 mg%
b. Sedang
Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat
janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%
c. Berat
Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati,
pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan
1.7 Komplikasi
a. Syok Perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi
uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio
plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang
terlihat
b. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan
yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya
masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik
c. Kelainan Pembekuan Darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia
d. Apoplexy Utero Placenta
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi
biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire
e. Komplikasi yang terjadi pada janin
Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia, kematian
1.8 Penatalaksanaan
a. Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi
b. Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri ,
tidak melakukan senggama , menghindari eningkatan tekanan rongga perut
c. Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan . berikan cairan peroral
d. Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi / syok akibat perdarahan . pantau pula BJJ & pergerakan janin
e. Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah , bila tidak
teratasi , upayakan penyelamatan optimal . bila teratsi perhatikan keadaan janin
f. Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau
persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama . bila renjatan tidak dapat
diatasi , upayakan tindakan penyelamatan optimal
g. Setelah syk teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6 cm pecahkan
ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan seksio sesarea
h. Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu / taksiran berat
janin kurang dari 2.500 gr . penganganan berdasarkan berat / ringannya penyakit yaitu
:
1) Solusio plasenta ringan
Ekspektatif , bila ada perbaikan ( perdarahan berhenti , kontraksi uterus tidak
ada , janin hidup ) dengan tirah baring atasi anemia , USG & KTG serial , lalu
tunggu persalinan spontan
Aktif , bila ada perburukan ( perdarahan berlangsung terus , uterus
berkontraksi , dapat mengancam ibu / janin ) usahakan partus pervaginam
dengan amnintomi / infus oksitosin bila memungkinan . jika terus perdarahan
skor pelvik kurang dari 5 dan persalinan masih lama , lakukan seksio sesarea
2) Solusio Plasenta Sedang / Berat
Resusitasi cairan
Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah
Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6 jam
perabdominam bila tidak dapat renjatan , usia gestasi 37 minggu / lebih /
taksiran berat janin 2.500 gr / lebih , pikirkan partus perabdominam bila
persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama
1.9 Prognosis
a. Terhadap Ibu
Mortalitas ibu 5 10 % hal ini karena adanya perdarahan sebelum dan sesudah partus
b. Terhadap Anak
Mortalitas anak tinggi mencapai 70 80 % hal ini tergantung derajat pelepasan dari
plasenta.
c. Terhadap Kehamilan Selanjutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta, maka
kehamilan berikutnya sering terjadi solusio plasenta yang lebih hebat
BAB 2
KONSEP KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
a. Biodata
Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara lain :
Nama
Nama dikaji karena nama digunakan untuk mengenal dan merupakan identitas
untuk membedakan dengan pasien lain dan menghindari kemungkinan tertukar
nama dan diagnosa penyakitnya
Jenis Kelamin
Pada solusio plasenta diderita oleh wanita yang sudah menikah dan mengalami
kehamilan
Umur
Solusio plasenta cenderung terjadi pada usia lanjut (> 45 tahun) karena terjadi
penurunan kontraksi akibat menurunnya fungsi hormon (estrogen) pada masa
menopause
Pendidikan
Solusio plasenta terjadi pada golongan pendidikan rendah karena mereka tidak
mengetahui cara perawatan kehamilan dan penyebab gangguan kehamilan
Alamat
Solusio plasenta terjadi di lingkungan yang jauh dan pelayanan kesehatan,
karena mereka tidak pernah dapat pelayanan kesehatan dan pemeriksaan untuk
kehamilan
Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah mengalami
pelepasan plasenta
Status Perkawinan
Dengan status perkawinan apakah pasien mengalami kehamilan (KET) atau
hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan
Nama Suami
Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberi
persetujuan dalam perawatan
Agama
Untuk mengetahui gambaran dan spiritual pasien sebagai memudahkan dalam
memberikan bimbingan keagamaan
Pekerjaan
Untuk mengetahui kemampuan ekonomi pasien dalam pembinaan selama
istrinya dirawat.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan penderita tentang keadaanya
Rasional : menentukan intervensi keperawatan selanjutnya
2. Berikan penjelasan tentang kehamilan dan tindakan yang akan dilakukan
a. Pengetahua tentang perdarahan antepartum.
b. Penyebab
c. Tanda dan gejala
3.1 Kesimpulan
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)
dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta
terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu
kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan
maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar
melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang
sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan,
padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-
kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5%
disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab
terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya
usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan
prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi
uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan
sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi