Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
sebagai mediumnya. Berbeda dengan seni lain, misalnya seni musik dan seni
lukis yang mediumnya netral, dalam arti belum mempunyai makna. Seni
sistem dan konvensi. Selain itu, karya sastra lahir dari produk ciptaan
melainkan ada ide, gagasan, pengalaman, amanat yang bernilai luhur yang
hidupnya.
Dalam menelusuri perjalanan kehidupan manusia, karya sastra memiliki
1
2
dan negara.
Untuk memahami karya sastra secara utuh, tentulah harus melalui
kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya
subjektif dan eksistensial, rohaniah dan budi pekerti, khusuk dan kafah, dan
perlu menelaah karya sastra tersebut menurut jenis-jenis sastra (genre) dan
ragam jenis sastra seperti prosa, puisi dan drama. Semua jenis genre sastra
adalah potret kehidupan manusia, potret suka duka, pahit manis, dan hitam
kaset dan juga drama pentas. Untuk saat ini drama kian digemari baik dari
dapat dikatakan bahwa drama sudah begitu populer dan begitu akrabnya
dalam kehidupan kita, sehingga semua orang merasa sudah mengerti dan
memahami drama.
Genre drama pun mempunyai konvensi-konvensi yang lain dari
dengan bentuk cerita yang memiliki sifat naratif misalnya plot, penokohan,
latar atau setting, dan klimaks cerita pada sebuah drama. Konvensi dalam
percakapan dan gerak yang dilakukan tokoh dalam sebuah lakon. Selain
penggunaan dialog dan gerak dalam sebuah drama para pelaku di dalam
4
drama tersebut mengutamakan juga segi rasa dan jiwa, hal ini dimaksudkan
drama baik dalam bentuk tulisan (naskah) maupun dalam bentuk tampilan
batin, drama juga dapat menjadi hiburan bagi penikmatnya. Hiburan ini
adalah hiburan intelektual, motivasi, spiritual, moral, dan sosial budaya dalam
siapa pun dapat menuangkan isi hati, pikiran, dan kreatifitasnya dalam
nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah dari sisi moralitas dalam
khususnya penikmat seni. Drama sebagai karya sastra sekaligus karya seni
yang memiliki dua dimensi yakni dimensi sastra (teks) dan dimensi seni
menyenangkan. Tentu tidak salah jika agama (religius) dijadikan modal dasar
Mastodon dan Burung Kondor adalah karya W.S. Rendra ini diharapkan
Rendra. Naskah drama Mastodon dan Burung Kondor dicetak oleh penerbit
Burungmerak Press dan diterbitkan pertama kali pada Agustus 2011 dengan
6
tebal 131 halaman. Naskah drama yang bertemakan politik ini adalah naskah
yang luar biasa. Pengarang dengan begitu apik menyajikan nilai-nilai moral,
budaya, dan religius dalam gelumat politik yang berlatar waktu pada tahun
1970-an.
Naskah yang merupakan karya keenam dari W.S Rendra ini,
sebenarnya sudah ditulis oleh sang pengarang sejak 1970. Naskah yang lahir
politik saat itu. Oleh karenanya, W.S Rendra harus mendekam dalam penjara
pada 1415 Januari 1974 atau lebih dikenal dengan peristiwa MALARI. Di
Kondor karya W.S. Rendra telah ikut memicu kesadaran para praktisi
pertama kali oleh Bengkel Teater Rendra pada 24 November 1973 di Sport
Kondor kembali dipentaskan terakhir kali oleh Bengkel Teater Rendra pada
1014 Agustus 2011 di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta
drama berjudul Mastodon dan Burung Kondor karya W.S. Rendra karena
dalam naskah drama ini menampilkan masalah dan realita yang memiliki
relevansi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam naskah drama ini juga terdapat
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
berikut.
1. Drama merupakan ekspresi dari sastrawan yang di dalamnya termuat
2. Drama sebagai bentuk karya sastra sekaligus karya seni yang di dalamnya
maka penelitian ini dibatasi pada masalah analisis nilai-nilai moral, budaya,
dan religius dalam naskah drama Mastodon dan Burung Kondor karya W.S.
Rendra.
D. Perumusan Masalah
Kajian pada penelitian ini difokuskan pada pengungkapan nilai-nilai
moral, budaya, dan religius yang terkandung dalam naskah drama Mastodon
berarti berharga, baik, dan berguna. Nilai adalah sesuatu yang berharga,
baik, dan berguna bagi manusia. Nilai juga diartikan segala sesuatu yang
kualitas terhadap sesuatu hal yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku
manusia. Suatu nilai jika dihayati oleh seseorang, maka nilai-nilai tersebut
dan segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat baik secara
kelompok maupun individu. Nilai yang muncul tersebut dapat bersifat positif
apabila akan berakibat baik, namun akan bersifat negatif jika berakibat buruk
hanya setara yang diingini, tetapi apa yang ditimbangkan sangat berharga
untuk diingini, yang pantas diingini. Dalam pengertiannya, nilai tidak dapat
ditangkap oleh pancaindra, karena yang dapat dilihat adalah objek yang
memiliki nilai atau tingkah laku yang mempunyai nilai. Nilai mengandung
harapan atau sesuatu yang diharapkan manusia, nilai juga dapat dipandang
sebagai konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang baik dan
buruk.
Setiadi dkk. (2012:31), mendefinisikan nilai sebagai segala sesuatu
kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral atau etis), dan religius
(nilai agama).
Sementara itu, Notonegoro (dikutip Kaelan, 2008:23) menyatakan
bahwa ada tiga macam nilai. Ketiga nilai tersebut sebagai berikut.
a. Nilai material, yakni segala sesuatu yang berguna bagi
kehidupan jasmani atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yakni segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yakni segala sesuatu yang berguna bagi
rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi:
1) nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi,
cipta) manusia,
2) nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada
unsur perasaan (emotion) manusia,
3) nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur
kehendak (karsa, will) manusia, dan
4) nilai religius yakni nilai kerohanian tertinggi dan mutlak
serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan
manusia.
Hierarki nilai menurut Max Scheler (dikutip Kurniati, 2013:12) terdiri dari
2) nilai benar atau salah atau nilai adil atau nilai tidak adil,
yang merupakan dasar utama suatu tatanan hukum, dan
3) nilai dari pengetahuan murni demi diri sendiri, yang
dicoba filsafat untuk diwujudkannya.
d. Nilai kesucian dan kesopanan. Nilai religius tidak dapat
direduksi menjadi nilai spiritual, dan memiliki keberadaan
khas yang menyatakan diri kepada kita dalam berbagai
objek yang hadir untuk kita sebagai sesuatu yang mutlak.
nilai adalah konsep abstrak mengenai kualitas yang penting, baik, dan
memiliki sesuatu hal yang bersifat baik dan buruk. Menilai berarti menimbang
dianggap penting, baik, dan berharga bagi kehidupan umat manusia. Baik
ditinjau dari segi religius, politik, hukum, moral, etika, estetika, ekonomi, dan
sosial budaya.
B. Hakikat Moral
Menurut Piaget (dalam Kosasih, 1985:20) moral merupakan hal yang
praktik nyata. Moral juga diartikan suatu hal yang menunjukkan sikap akhlak
manusia (perbuatan yang dinilai) yang menjadi karakteristik jati diri manusia.
mengandung tiga arti; pertama, ajaran baik dan buruk yang diterima umum
13
bergairah, dan berdisiplin; ketiga, ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari
suatu cerita.
Berdasarkan uraian di atas moral bisa diartikan sebagai aturan sikap
dan pola tingkah laku yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan nilai-nilai
yang dianut oleh kelompok masyarakat tersebut yang mengacu pada baik
moral. Dalam situasi semacam itu biasanya kita akan dihinggapi oleh
kerangka tuntutan-tuntutan moral yang lain, malah tidak jarang memaksa kita
akan dipaksa untuk menyatakan komitmen moral kita secara prinsipiel dan
umum, untuk kemudian menukik ke prinsip moral yang lebih mendasar, kita
yang harus dibatasi secara tegas sebelum standar moral yang bersangkutan
dari standar moral. Aturan moral, dalam frasa yang lebih teknis, melukiskan
Dirinya Sendiri
Nilai moral yang terkandung dalam hubungan manusia dengan dirinya
antara lain sebagai berikut, percaya diri, berlaku adil, berani, kerja keras, dan
lain sebagainya.
b. Nilai Moral yang Terkandung dalam Hubungan Manusia dengan
Manusia Lain
Sama halnya dengan nilai moral yang terkandung dalam hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, nilai moral yang terkandung dalam hubungan
manusia dengan manusia lain juga merupakan tata aturan perbuatan yang
moral ini dapat diklasifikasikan antara lain sebagai berikut, yakni saling
16
Masyarakat
Nilai moral yang terkandung dalam hubungan manusia dengan
alam.
Tuhan
Nilai moral yang terkandung dalam hubungan manusia dengan Tuhan
faktor genetik, lingkungan alam atau faktor geografis, okupasi atau faktor
ekonomis, dan pikiran atau faktor psikologis. Faktor yang keempat inilah yang
bertumbuh dari tradisi sosial. Sehingga apa yang dimiliki oleh suatu generasi
ide-ide baru dari seseorang pun dapat menjadi milik bersama suatu
masyarakat.
Melalui kemampuan pikiran, manusia mampu memodifikasi
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi
atau akal. Secara etimologis, kata kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang
bahwa kata budaya bersasal kada majemuk budidaya yang berarti daya dan
budi atau daya dari akal yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Selain itu, dalam
bahasa Inggris, kata kebudayaan disebut culture yang berasal dari bahasa
18
yang hampir sama juga dikemukankan oleh Robert H. Lowie (dalam Maran,
yang didapat melalui pendidikan formal atau informal. Dengan kata lain,
kebudayaan mencakup semua hal yang didapat atau dipelajari oleh manusia
tidak dapat diraba dan difoto. Wujudnya berupa ide-ide atau gagasan.
dan sebagainya.
Ketiga wujud kebudayaan tersebut dalam kehidupan masyarakat
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain. Oleh karenanya, ada tiga hal yang menjadi kata kunci dalam memahami
terdapat dalam pikiran manusia, wujudnya berupa adat tata kelakukan; (2)
sistem sosial (sosiofak) yakni hal yang berhubungan dengan segala aktivitas
sebaginya.
a. Ciri-Ciri Kebudayaan
Maran (2007:4950) menjabarkan ciri-ciri kebuyaan sebagai berikut.
1. Kebudayaan adalah produk manusia. Artinya, kebudayaan merupakan
dan kebudayaan.
2. Kebudayaan selalu bersifat sosial. Artinya, kebudayaan tidak pernah
diwariskan dari generasi yang satu ke generasi yang lainya melalui suatu
20
nilai, norma dan sanksi, simbol, teknologi, bahasa, dan kesenian (Maran,
2007:38). Agar lebih jelas ketujuh unsur dasar kebudayaan akan dijabarkan
masa depan, dan bisa juga berdasarkan common sense, akal sehat,
2) Nilai
21
yang seharusnya terjadi. Nilai itu luas, abstrak, standar kebenaran yang
harus dimiliki, yang diinginkan, dan yang layak dihormati. Nilai mengacu pada
apa atau sesuatu yang oleh manusia dan masyarakat dipandang sebagai
yang paling berharga. Dengan kata lain, nilai berasal dari pandangan hidup
suatu masyarakat. Pandangan hidup itu berasal dari sikap manusia terhadap
Tuhan, terhadap alam semesta, dan terhadap sesamanya. Sikap ini dibentuk
yang bersangkutan.
3) Norma dan Sanksi
Norma adalah suatu aturan khusus atau seperangkat peraturan tentang
apa yang harus dan apa yang tidak harus dilakukan oleh manusia. Norma
menyimpang dari norma-norma yang ada. Lagi pula, setiap orang atau
kekuatan.
4) Simbol
Simbol adalah sesuatu yang dapat mengekspresikan atau memberikan
dihormati dengan suatu upacara yang khusuk, dan bisa membangkitkan rasa
yang khas. Sebagai hasil penerapan ilmu, teknologi adalah cara kerja
si pemakai bahasa.
7) Kesenian
Setiap kebudayaan memiliki ekspresi-ekspresi artistik, namun itu tidak
yang memiliki karakteristik dasar yang sama, oleh karenanya setiap bangsa
dengan bahasa simbolik (seni). Itu tidak berarti bahwa karya seni bersifat
24
tak mungkin diliputi oleh fungsi akal (Bakker dikutip Maran, 2007:46).
Selain itu, Soekanto (2001:193) menjabarkan unsur-unsur kebudayaan
sebagainya).
b. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian,
tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang
bersangkutan.
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah
lakunya.
25
diijinkan.
Berdasarkan pernyataan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
Masyarakat Kebudayaan
D. Hakikat Religius
Manusia sebagai cipataan Tuhan secara sadar memiliki hubungan
Individu dan
individu antara manusia dengan Perilakunya
penciptanya. Hubungan tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai cara baik melalui agama maupun berbagai pola
Kepribadian
kepercayaan yang selalu dipegang teguh dan melekat dalam kehidupan
keseharian.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:1159),
biasa dipengaruhi secara bersama oleh budaya, dapat juga diterapkan pada
contoh, seseorang dapat mengikuti praktik agama tertentu dan belum dapat
hidup dan kehidupannya, untuk itulah perlu dipahami bahwa agama memiliki
kerangka dasar yang saling berkaitan satu sama lainnya. Daud Ali (2011:133)
syariah, dan akhlak. Agar lebih jelas ketiga komponen dasar agama tersebut
terminologi, makna akidah adalah iman, keyakinan (Daud Ali, 2011:134). Oleh
asas seluruh ajaran Islam. Rukun Iman tersebut yakni, Iman Kepada Allah,
kepada para Malaikat, kepada kitab Suci, kepada Nabi dan Rasul, kepada
menimbulkan kelakuan baik atau buruk. Berasal dari kata khuluk yang berarti
dengan sikap, perilaku, atau budi pekerti manusia terhadap khalik (pencipta
alam semesta) dan makhluk (yang diciptakan). Oleh karena itu, dalam garis
28
besarnya, ajaran akhlak berkenaan dengan (1) sikap dan perbuatan manusia
terhadap sang pencipta (Tuhan) dan; (2) sikap dan perbuatan manusia
suci, simbol sakral, serta doa dan meditasi. Seperti dijabarkan di bawah ini.
1) Kitab Suci
Setiap agama memiliki tulisan sakral dan kitab yang menjadi pedoman
keyakinan dan perilaku penganutnya. Selain itu, tulisan sakral sering kali
pahlawan. Pada sebagian besar agama, tulisan ini dianggap sebagai ucapan
Sang Khalik yang ditulis para Nabi atau Khalifah. Umat yang memiliki kitab
suci, yakni umat nabi Muhammad SAW (suci Al-quran), umat nabi Isya, A.S
(Injil), umat Nabi Daud, A.S (zabur), dan umat nabi Musa, A.S (Taurat).
buku-buku keagamaan/ kitab suci saat mereka sakit atau saat mengalami
krisis.
2) Simbol Sakral
Simbol sakral mencakup perhiasan, liontin, tasbih, lambang, patung,
atau ornamen tubuh (misalnya, tato) yang memiliki makna keagamaan atau
pada Tuhan atau entitas spiritual, padahal tidak semua orang yang berdoa
waktu spesifik untuk berdoa dah beribadah misal shalat lima waktu bagi umat
muslim dalam satu hari satu malam. Mereka mungkin membutuhkan waktu
bagi mereka.
Meditasi adalah kegiatan memfokuskan pikiaran seseorang atau terlibat
dalam refleksi diri. Beberapa orang meyakini bahwa melalui meditasi yang
biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber
30
yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam
keraguan lagi.
2) Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3) Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan
dengan manusia.
8) Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah.
9) Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan.
10) Pedoman perasaan keyakinan.
11) Pedoman keberadaan.
12) Pengungkapan estetika (keindahan).
13) Pedoman rekreasi dan hiburan.
14) Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
E. Hakikat Naskah Drama
Drama merupakan karya sastra yang tidak terlepas dari naskah. Jadi,
naskah merupakan karangan yang masih asli ditulis tangan atau diketik
drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon, yang memuat nama-
nama tokoh, dialog yang diucapkan, dan keadaan panggung yang diperlukan.
31
Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon yang di
tokoh, latar waktu dan tempat, serta panggung yang diperlukan, bahkan
dialog utama yang terkadang dilengkapi oleh teks samping yang berisi
bahwa naskah drama juga dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) maupun
yang berhubungan erat dengan kisah manusia yang tak bisa lepas dari
hukum sebab akibat dan merupakan sebuah karya yang dapat berdiri sendiri
terdiri dari struktur batin dan struktur fisik serta tidak lepas dari hukum sebab
akibat.
F. Hakikat Drama
Drama yang merupakan tiruan kehidupan manusia memiliki pengertian
yang begitu luas. Sebagai sebuah karya, drama mempunyai karakter khusus,
yaitu berdimensi sastra pada satu sisi dan berdimensi seni pertunjukan pada
(2002:1), drama adalah potret kehidupan manusia, potret suka duka, pahit
manis, dan hitam putih kehidupan manusia. Drama adalah suatu aksi atau
depan orang banyak. Jadi drama dapat diartikan sebagai kisah hidup
panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata busana. Kosasi
emosi melalui lakuan dan dialog. Lakuan dan dialog dalam drama tidak jauh
berbeda dengan lakuan dan dialog yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Batasan atau keterangan mengenai drama memang telah banyak
dalam prosa atau puisi yang memotret kehidupan atau tokoh dengan bantuan
dialog atau gerak serta direncanakan bagi pertunjukan teater; suatu lakon.
Drama closet adalah suatu lakon yang dibuat terutama sebagai bahan
terutama yang memiliki konflik yang disusun dan ditampilkan di depan orang
banyak berupa sebuah prosa yang disajikan dalam bentuk dialog dan gerak
G. Hakikat Dialog
Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk cakapan atau dialog.
harus hidup, artinya dapat mewakili tokoh yang dibawakan. Watak secara
Dalam naskah drama juga harus dibayangkan irama. Irama naskah harus
unsur estetis dan unsur komunikatif secara harmonis. Hal ini berarti bahwa
juga mempunyai makna yang dapat diambil sebagai suatu manfaat dari
naskah tersebut.
Menurut Tarigan (2011:77), dialog dalam sebuah naskah drama
Jalan cerita lakon drama diwujudkan melalui dialog dan gerak. Wiyanto
fisiologis dari para tokoh yang sedang bermain drama. Dialog juga harus
sesuai dengan irama permainan serta teratur dan terarah dari percakapan
hidup sehari-hari, dialog juga harus disampaikan secara wajar dan alamiah.
marak saat ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh Nur Kurniati
Nilai-Nilai Pendidikan dan Budaya dalam Novel Dunia Kecil karya Yoyon
Indra Joni pada tahun 2013. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Kurniati ini
mencoba untuk mencari pesan moral dan pendidkan, juga budaya dan
religius yang terkandung dalam Novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni.
Dalam penelitian ini terlihat jelas bahwa si peneliti mampu menangkap
pesan moral secara mendalam. Dalam novel Dunia Kecil ini, diceritakan
ada dalam novel ini mencoba bangkit menta cita-cita mereka. Mimpi-mimpi
dalam novel ini sangat dekat dengan realitas kebanyakan warga pedalaman.
dididik oleh keadaan dan tradisi sehingga disiplin dan bertanggung jawab,
Palembang dengan judul Nilai-Nilai Moral, Sosial, dan Agama dalam novel
moral, agama, dan budaya yang sangat kuat. Bagaimana kisah seorang
dengan judul Aspek Sosial Budaya Belitung dalam Novel Dwilogi Padang
Belitung melalui novel Dwilogi Padang Bulan karya Andrea Hirata serta nilai-
yang beragam. Nilai budaya yang terdapat dalam novel Dwilogi Padang
bersosialisasi sambil minum kopi dan bermain catur, sudah mengakar pada
dipesan, banyaknya jumlah gelas yang dipesan, takaran gula dan kopi, dan
Padang Bulan karya Andrea Hirata meliputi: pertama, nilai spiritual yang
kemampuan diri yang dimiliki; tidak berpikiran negatif terhadap orang lain;
negara yang lemah adalah negara yang tidak memiliki nilai ajaran hidup yang
baik.
39
literatur naskah drama Mastodon dan Burung Kondor karya W.S. Rendra
sebagai objek penelitian, sehingga penelitian ini tidak terikat dan terpaku
pada waktu dan siklus. Adapun waktu dan perencanaan pada penelitian ini
penelitian
Revisi hasil
7.
penelitian
C. Kajian Pustaka
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
(Sutopo, 2002:35).
Pendapat lain mengungkapkan bahwa metode deskriptif kualitatif
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Maleong, 1998:39).
Dalam penelitian ini, metode deskriptif kualitatif digunakan untuk
naskah drama Mastodon dan Burung Kondor karya W.S. Rendra. Pemilihan
metode ini didasarkan atas pertimbangan bahwa metode ini serasi dengan
sifat dan tujuan penelitian serta sifat-sifat dan wujud data yang akan
41
dalam naskah drama Mastodon dan Burung Kondor karya W.S. Rendra.
Adapun tujuan penggunaan metode deskriptif kualitatif ini adalah untuk
Burung Kondor karya W.S. Rendra. Naskah drama ini dicetak oleh penerbit
Burungmerak Press dan diterbitkan pertama kali pada Agustus 2011 dengan
(Arikunto, 1993:6). Data dalam penelitian kualitatif adalah data deskriptif yang
berupa kata, kalimat, dan ungkapan dalam setiap dialog yang terdapat pada
naskah drama Mastodon dan Burung Kondor karya W.S. Rendra yang
(dalam arti luas) yang harus dicari dan dikumpulkan serta dipilih penulis
berupa tekni pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka adalah teknik yang
sumber data primer yakni sasaran peneliti berupa naskah drama Mastodon
dan Burung Kondor karya W.S. Rendra dalam memperoleh data yang
dibutuhkan.
Hasil penyimakan kemudian dicatat sebagai sumber data. Pada data
yang dicatat itu disertakan kode sumber datanya untuk mengecek ulang
terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis data (Subroto,
yang tergolong baru. Kebaruan ini dapat dilihat dari sasaran yang hendak
memahami, dan menangkap pesan dari karya sastra. Analisis konten dalam
religius dalam naskah drama Mastodon dan Burung Kondor karya W.S.
Rendra.
43
sistematis, maka hasil yang didapat akan objektif. Dalam penelitian ini, untuk
W.S. Rendra.
3. Menandai atau memberi tanda dalam bentuk garis bawah pada bagian
dan religius dalam naskah drama Mastodon dan Burung Kondor karya
W.S. Rendra.
4. Mengelompokkan data yang terbagi atas data yang berkaitan dengan nilai
moral, budaya, dan religius dalam naskah drama Mastodon dan Burung
DAFTAR PUSTAKA
Hasanuddin. 2009. Drama Karya dalam Dua Dimensi; Kajian Teori, Sejarah,
dan Analisis. Bandung: Penerbit Angkasa.
Hasiwi, Udi Budi. 2012. Tesis: Aspek Sosial Budaya Belitung dalam Novel
Dwilogi Padang Bulan Karya Andrea Hirata. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
49
45
Kurniati, Nur. 2013. Tesis: Nilai-Nilai Pendidikan dan Budaya dalam Novel
Dunia Kecil Karya Yoyon Indra Joni. Palembang: Universita PGRI
Palembang.
Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu
Budaya Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nurlaila dan Laila Sari. 2008. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia.
Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosidi, Ajib. 1986. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (Edisi Revisi). Bandung:
Binacipta.
Setiadi, M. Elly dkk. 2012. Ilmu Sosial Budaya dan Dasar. Bandung: Kencana
Prenada Media Group.
Sitorus, Eka. D. 2003. The Art of Acting. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Surismiati. 2011. Tesis: Nilai-Nilai Moral, Sosial, dan Agama dalam Novel
Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburahman Elzirasih. Palembang:
Universita PGRI Palembang.
Teeuw, A. 2003. Sastera dan Ilmu Satera (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Dunia
Pustaka Jaya.
PROPOSAL TESIS
OLEH:
DEDI DAMHUDI
NIM: 20116011034
PROGRAM PASCASARSAJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2013