Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Daftar isi
1Kehidupan pribadi
2Bibliografi
o 2.1Buku
o 2.2Terjemahan
3Penghargaan
4Performance art
5Lihat pula
6Referensi
Kehidupan pribadi
Afrizal Malna menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 1976, namun baru
pada 1981 ia melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, sebagai
mahasiswa khusus, hingga pertengahan dikeluarkan pada tahun 1983. Selama kurang
lebih sepuluh tahun ia bekerja di perusahaan kontraktor bangunan, ekspedisi muatan
kapal laut, dan asuransi jiwa. Sekarang lebih banyak berkiprah di bidang seni sebagai
penulisesai sastra, kurator seni rupa, dan penyair.
Puisi, cerita pendek, dan esai sastranya dimuat di berbagai media massa antara
lain Horison, Kompas, Berita Buana, Republika,Kedaulatan Rakyat, Tempo, Jawa
Pos, Surabaya Post, Pikiran Rakyat, Ulumul Qur'an, dan lain-lain. Tema puisi Afrizal Malna
yang menonjol adalah pelukisan dunia moderndan kehidupan urban, serta objek
material dari lingkungan tersebut. Korespondensi antarobjek itulah yang menciptakan
nuansa dan gaya puitiknya. Imaji-imaji dalam kehidupan sehari-hari, secara
berdampingan ditampilkan secara gaduh, hiruk-pikuk, hampir-hampir chaotic, kacau
balau, semrawut, tercermin dalam judul-judul puisinya, seperti: Antropologi Kaleng-
Kaleng Coca Cola, Fanta Merah untuk Dewa-Dewa, Migrasi di Kamar Mandi, Pelajaran
Bahasa Inggris Tentang Berat Badan. Afrizal tertarik pada menemukan hubungan
antarobjek dalam puisi-puisinya, mencaridalam kata-katanya sendirisuatu
visualisasi tata bahasa atas benda-benda.
Intimasi hubungan rahasia antarobjek tersebut memberikan banyak informasi
tentang puitika Afrizal. Pada tahun 1981, sebuah naskah dramanya mengantarkan Afrizal
menerima penghargaan dalam sayembara Kincir Emas Radio Nederland Wereldomreop.
Karya dramanya berjudul Pertumbuhan di atas Meja Makan, terpilih dalam Antologi
Drama Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Lontar dan diterjemahkan dalam bahasa
Inggris dengan judul Things Growing on the Table.
Naskah drama tersebut merupakan salah satu contoh representatif untuk karya
yang muncul pada era postmodernism Indonesia. Karya ini menentang penggunaan
narasi keseragaman yang dibentuk oleh Orde Baru. Dalam karya dramanya ini, Afrizal
yang juga bertindak sebagai editor, membangun suatu "perpecahan" dengan memecah
belah atau membuat potongan-potongan dialog dari berbagai sumber berlainan,
misalnya potongan pidato presiden Soekarno dan wakilnya,Mohamad Hatta,
digabungkan dengan dialog Caligula karya Albert Camus dan Sandyakala Ning
Majapahit karya Sanusi Pane. Dengan demikian, ia menolak hubungan kausalitas dan
struktur naratif, ketika tokoh Suami dan Istri dalam drama ini mengucapkan kutipan
potongan-potongan kalimat yang tidak berhubungan tersebut, sekaligus memaksa
audiens untuk membangun sebuah cerita bagi diri mereka sendiri.
Afrizal juga menulis esai pengantar untuk sejumlah buku karya
para sastrawan Indonesia, antara lain Eko Tunas, Juniarso Ridwan, Soni Farid
Maulana, Dorothea Rosa Herliany, Made Wianta, dan lain-lain. [1] Esai sastra karyanya
yang pernah diterbitkan pada antologi bersama antara lain: Perdebatan Sastra
Kontekstual (Ariel Heryanto ed., 1986). Sesuatu Indonesia: Esei-Esei dari Pembaca Tak
Bersih adalah salah satu buku kumpulan esainya, diterbitkan oleh Yayasan Bentang
Budaya pada tahun 2000. Esainya dalam Senimania Republika, Harian Republika, 1994,
memenangi Republika Award. Ia juga menjadi pemenang esai di Majalah
Sastra Horison pada 1997. Sejak 1983 hingga1993 menulis teks pertunjukan Teater
Sae.[13] Afrizal pernah mengunjungi beberapa kota di luar negeri antara
lain Swiss dan Hamburg, sebagai pembicara dalam diskusi teaterdan sastra di beberapa
universitas, dalam rangka pertunjukan Teater Sae (Mei-Juni 1993) yang mementaskan
naskahnya.
Tahun 1995, bersama Beeri Berhrard Batschelet dan Joseph Praba, Afrizal
mementaskan seni instalasi Hormat dan Sampah di Solo. Pada tahun 1996 berkolaborasi
dengan berbagai seniman dari beragam disiplin mengadakan pertunjukan seni
instalasi Kesibukan Mengamati Batu-Batu di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Sedangkan
tahun 2003, mementaskan karyanya, Telur Matahari, berkolaborasi dengan Harries
Pribadi Bah dan Jecko Kurniawan.
Second Hand Languager Store, Limited Edition (Rumah Hujan, Yogyakarta, 2012)
Jembatan Ilusi Antara Seni dan Kota (25 Tahun Gedung Kesenian Jakarta, 2012)
Terjemahan
Penghargaan