Você está na página 1de 13

Sesak Nafas dengan Bunyi Vesicular Mengeras, Ekspirasi Memanjang, dan

Wheezing
Anna Karmila Sari
102016218
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat korespondesi : Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia
Email : Joshua.2016fk103@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Bernapas merupakan aktivitas manusia yang berlangsung selama masih hidup. Udara yang kita
hirup dan kita hembuskan tentunya melewati bagian-bagian ditubuh. Udara yang kita hirup
merupakan gas oksigen yang dialirkan ke seluruh tubuh melalui darah. Oksigen yang dibawa
oleh darah ini akan melewati bagian-bagian ditubuh dan kembali dikeluarkan melalui organ-
organ pernapasan. System pernapasan manusia terdiri dari dua, yaitu system pernapasan atas dan
bawah. System pernapasan atas hanya sebagai saluran yang mengangkut udara dari luar ke dalam
paru-paru. saluran pernapasan luar berawal dari hidung sampai ke bronkus terminalis. Apabila
terjadi gangguan di antara kedua system pernapasan tersebut tentu akan sulit untuk bernapas
secara normal.

Kata Kunci: wheezing, respirasi, mekanisme pernapasan, inspirasi, ekspirasi

Abstract

Breathing is an ongoing human activity, and occurs as long as the person is still hiudp. The air
we breathe and we blow off course passes through parts of the body. The air we breathe is the
oxygen gas that flows through the blood. The oxygen carried by this blood passes through the
inner parts and goes back through the respiratory organs. The human respiratory system
consists of two, namely the upper and lower respiratory system. Due to interference between the
two respiratory systems it would be difficult to breathe normally.

Keywords: wheezing, respiration, Respiratory mechanis, Inspiration, expiratio

1
PENDAHULUAN

Pernapasan merupakan aktivitas di luar kesadaran yang dilakukan setiap saat oleh seluruh
makhluk hidup. Setiap saat kita menghirup oksigen dan dalam sekejap menghembuskan nafas
yang mengandung karbon dioksida. Dengan bernapas, kita memperoleh energi yang diperlukan
untuk beraktivitas sehari-hari. Apabila terjadi gangguan pada saluran pernapasan, maka tubuh
tidak akan dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.
Berdasarkan skenario yang telah diberikan, makalah ini akan membahas tentang jenis-
jenis pernafasan, kelainan bunyi pada pernafasan, otot-otot sistem pernafasan, serta akan
membahasa tentang sistem pernafasan bawah dari trakea, bronkus, sampai ke paru-paru dengan
melihat dari segi biokimia, anatomi, histologi serta fisiologis nya. Dengan begitu kita bisa
mengetahui mengapa pasien di dalam skenario bisa sesak nafas dengan bunyi nafas vasicular
yang mengeras, espirasinya memanjang serta adanya Wheezing yang mungkin disebabkan oleh
terganggunya sistem pernafasan bawah. Adapun tujuan dari makalah ini diharapkan dapat
memperluas pemahaman pembaca mengenai sistem respirasi terutatama sistem respirasi bawah

PEMBAHASAN

Struktur Anatomi Sistem Pernapasan Bawah

Trakea

Trakea merupakan tuba yang lentur dengan panjang sekitar 10 cm dan lebar sekitar 2,5
cm. Terdiri dari otot polos dan cincin kartilago berbentuk c. Pada bagian belakang terdiri dari
dari 16 20 tulang rawan. Trakea terletak dibagian anterior esophagus dari laring sampai ke ics
v, dimulai dari bawah kartilago cricoid kebawah sampai pada sudut pertemuan manubrium
sternal dan corpus sterni. Disini trakea membagi dua bagian menjadi bronkus primer (bronkus
principalis) sedangkan titik percabangan disebut carina. (Gambar 1)1

2
Gambar 1.5.
stuktur anatomi
trakea.1

Bronkus

Bronkus merupakan percabangan dari trakea, terletak pada ics ke v dan terbagi menjadi
bronkus primary kanan dan bronkus primary kiri oleh carina (bagian yang sensitif dan refleks
batuk). Bronkus primary kanan terdiri dari 3 bronkus sekunder (superior, medial,inferior)
sedangkan bronkus primary kiri terdiri dari 2 bronkus sekunder (superior dan inferior). Bronkus
sekunder ini bercabang lagi menjadi bronkus tertiary yang mempunyai 10 cabang. Cabang
bronkus tertiary ini disebut bronkus terminalis dan bercabang cabang lagi menjadi bronkiolus.
Saluran pernapasan atas (system konduksi) berakhir di bonkus terminalis karena pada bagian ini
sudah terdapat alveoli-alveol. Bronkiolus bercabang cabang semakin kecil menjadi ductus
alveolus dan berakhir di alveolus.2

Gambar 2. Struktur anatomi bronkus.4

Alveolus atop

3
Alveolus merupakan suatu kantong dengan dinding tipis, disini terjadi pertukaran antara
O2 dan CO2 secara difusi melalui alveolar dan dinding kapiler. Alveolus berada dalam alveoli
yang dilapisi oleh epitel squmosa. Didalam alveoli terdapat cairan alveolar yang disebut
surfaktan. Dinding alveoli terdiri dari 2 tipe sel epitel alveolar, yaitu sel Tipe I yang merupakan
sel epitel simple mukosa sebagai pusat pertukaran dan sel Tipe II yang merupakan sel epitel yang
terdiri dari mikrofili dan secret alveolar untuk menjaga permukaan antara sel dan udara tetap
lembab. 2

Gambar 3. Stuktur anatomi alveolus.

Struktur Histologi Saluran Pernafasan

Trakea

Trakea adalah tabung berdinding tipis, panjangnya lebih kurang 10 cm, meluas dari
pangkal laring ke titik ia bercabang dua menjadi 2 bronkus primer. Trakea dilapisi oleh mukosa
respirasi khas.Gambar 4

4
Gambar 4. Trakea

Rangka trakea berbentuk seperti huruf C yang terdiri atas tulang rawan hialin berjumlah
16-20 buah. Cincin-cincin tulang rawan yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan
penyambung padat fibroelastis dan retikulin yang disebut ligamentum anulare untuk mencegah
agar lumen trakea tidak meregang berlebihan. Sementara otot polos yang terdapat pada trakea
berperan untuk mendekatkan kedua tulang rawan.8 Bagian trakea yang mengandung tulang
rawan disebut pars kartilagenia, sementara bagian trakea yang mengandung otot disebut pars
membranasea. Di bagian posterior trakea terdapat banyak kelenjar di sepanjang lapisan
muskular. Rangsangan dari N. laringeus recurrents akan menyebabkan kelenjar-kelenjar
mengeluarkan sekretnya.

Kontraksi otot dan penyempitan lumen trakea akibat bekerjanya refleks batuk. Kaliber
trakea yang lebih kecil akibat kontraksi meningkatkan kecepatan udara ekspirasi, yang
membantu membersihkan jalan napas.4

Paru

Paru merupakan sepasang organ yang terletak di dalam rongga dada. Paru kanan terdiri
dari tiga lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Sementara paru kiri terdiri
dari dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Selaput yang membungkus paru dikenal
dengan sebutan pleura. Diantara pleura terdapat kavum pleura yang normal berisi cairan serosa.
Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa dengan serat elastin dan kolagen dan sel fibroblas yang
dilapisi oleh selapis mesotel.

Pada tiap sisi, rongga dada dilapisi oleh suatu selaput tipis yaitu pleura parietalis. Pada
daerah hilus (akar) paru, pleura parietalis akan melipat di atas paru sebagai pleura viseralis.
Rongga pleura merupakan ruangan potensial diantara pleura parietalis dan pleura viseralis yang
mengandung sedikit cairan serosa. Seluruh bangunan yang masuk dan keluar dari paru melalui
daerah hilus (akar paru).1,5

5
Bronkus

Susunan bronkus ekstrapulmonal sangat mirip dengan trakea dan hanya berbeda dalam
garis tengahnya yang lebih kecil. Bronkus intrapulmonar berbeda dari bronkus ekstrapulmonar
dalam beberapa gambaran dasar. Bronkus intrapulmonar tampak bulat dan tidak memperlihatkan
bagian posterior yang rata seperti yang terlihat pada trakea atau bronkus ekstrapulmonar.
Bronkus intrapulmonar mempunyai mukosa yang membentuk lipatan longitudinal, terdiri dari
epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, membrana basalisnya terlihat jelas, bentuknya
sferis, terdiri dari tulang rawan yang tidak beraturan, mempunyai lamina propia, dan susunan
muskulusnya seperti spiral. Lamina propia pada bronkus intrapulmonal tersusun dari jaringan
ikat jarang, serat elastis dan muskulus polos spiral, noduli limfatisi, dan kelenjar bronkialis.
Bronkus yang lebih kecil terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet sementara pada
bronkus yang terkecil terdiri dari epitel selapis torak bersilia bersel goblet.5 Gambar 6.

Gambar 6. Bronkus

6
Biokimia dan Fisiologi Proses Respirasi

Transpor Oksigen

Sistem pengangkutan O2 di dalam tubuh terdiri dari paru-paru dan sistem kardiovaskular.
Pengangkutan O2 ke jaringan khusus tergantung jumlah O2 yang masuk paru-paru, kekuatan
pertukaran gas paru, aliran darah ke jaringan, dan kapasitas darah untuk mengangkut O 2. Aliran
darah tergantung atas derajat konstriksi lapangan vaskular di dalam jaringan dan curah jantung.
Jumlah O2 di dalam darah ditentukan oleh jumlah O 2 yang larut, jumlah hemoglobin di dalam
darah dan afinitas hemoglobin bagi O2.

O2 yang larut secara fisik dalam cairan plasma sangat sedikit karena O 2 kurang larut
dalam cairan tubuh. Jumlah yang larut berbanding lurus dengan PO 2 darah: semakin tinggi PO2,
semakin banyak O2 yang larut. Konsumsi O2 dapat meningkat saat melakukan kerja berat. Hanya
1,5% O2 dalam darah yang larut; sisanya 98,5%-nya diangkut dalam ikatan dengan Hb. O 2 yang
terikat ke Hb tidak ikut membentuk PO2 darah.

Hemoglobin merupakan molekul protein yang mengandung besi dan terdapat dalam sel
darah merah. Dapat membentuk ikatan reversible dengan oksigen. Ketika tidak berikatan disebut
hemoglobin reduksi atau deoksihemoglobin, ketika berikatan disebut oksihemoglobin (HbO2).6

Transpor Karbon Dioksida

Ketika darah arteri mengalir melalui kapiler jaringan, CO2 berdifusi menuruni gradient
tekanan parsialnya dari sel jaringan ke darah. Karbondioksida diangkut oleh darah dalam tiga
cara. Cara pertama larut secara fisik. Seperti O 2 yang larut, jumlah CO2 yang larut secara fisik
dalam darah bergantung pada PCO2. Karena CO2 lebih larut daripada O2 dalam cairan plasma
maka proporsi CO2 yang larut dalam darah secara fisik lebih banyak daripada O2.

Cara yang kedua adalah terikat ke hemoglobin. Sebanyak 30% dari CO 2 berikatan dengan
Hb untuk membentuk karbaminohemoglobin (HBCO2). Karbondioksida berikatan dengan globin
Hb, berbeda dengan O2 yang berikatan dengan hem. Hb tereduksi memiliki afinitas lebih besar
terhadap CO2 daripada HbO2. Karena itu, dibebaskannya O2 dari Hb di kapiler jaringan
mempermudah penyerapan CO2 oleh Hb.

7
Cara yang ketiga sebagai bikarbonat. Ini cara yang yang paling penting untuk mengangkut CO 2
adalah sebagai bikarbonat (HCO3-) dengan 60% CO2 diubah menjadi HCO3- oleh reaksi kimia
berikut yang berlangsung di dalam sel darah merah.

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

Dalam reaksi pertama, CO2 berikatan dengan H2O untuk membentuk asam karbonat
(H2CO3). Reaksi ini dapat terjadi sangat lambat di plasma, tetapi berlangsung sangat cepat di sel
darah merah karena adanya enzim eritrosit karbonat anhidrase, yang mengkatalis reaksi. Sesuai
sifat asam, sebagian molekul asam karbonat secara spontan terurai menjadi ion hidrigen (H +) dan
ion bikarbonat (HCO3-). Karena itu, satu atom karbon dan dua atom oksigen molekul CO 2 asli
terdapat dalam darah sebagai bagian integral dari HCO3-. Hal ini menguntungkan karena HCO3-
lebih larut dalam darah daripada CO2.6

Otot Pernapasan
Selain sebagai pembentuk dinding dada, otot skelet juga berfungsi sebagai otot pernapasan.
Menurut kegunaannya, otot-otot pernapasan dibedakan menjadi otot untuk inspirasi, mencakup
otot inspirasi utama dan tambahan, serta otot untuk ekspirasi tambahan. Otot inspirasi utama
(principal), yaitu m. interkostalis eksterna, m. interkartilagimus parasternal dan otot diafragma

Otot inspirasi tambahan yang sering juga disebut sebagai otot bantu napas, yaitu muskulus
sternokleidomastoideus, m. skalenus anterior, m. skalenus medius dan m. posterior.

Saat napas biasa (quiet breathing) untuk ekspirasi tidak diperlukan kegiatan otot, cukup dengan
daya elastis paru saja udara di dalam paru akan keluar saat ekspirasi. Namun, ketika ada
serangan asma, sering diperlukan active breathing; dalam keadaan ini, untuk ekspirasi diperlukan
kontribusi kerja beberapa otot; muskulus interkostalis interna, muskulus interkatilaginus
parasternal, muskuluas rektus abdominis dan muskulus oblikus abdominis eksternus.

Otot-otot untuk ekspirasi juga berperan untuk mengatur pernapasan saat berbiacara, menyanyi,
batuk, bersin, dan untuk mengedan saat buang air besar serta saat bersalin.

Difusi gas O2 dan CO2

8
Secara umum difusi diartikan sebagai peristwa perpindahan molekul dari suatu daerah
yang konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Peristiwa difusi
merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi ekstra. Peristiwa difusi yang terjadi di
dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi membrana kapiler
alveolar, kemudian melintasi plasma darah, selanjutnya menembus dinding sel darah merah, dan
akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai berikatan dengan hemoglobin. Membran
kapiler alveolus sangat tipis, yaitu 0,1 atau sepertujuh puluh dari tebal butir darah merah
sehingga molekul oksigen tidak mengalami kesulitan untuk menembusnya. Peristiwa difusi yang
lain di dalam paru adalah perpindahan molekul karbondioksida dari darah ke udara alveolus.
Oksigen dan karbondioksida menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan
cara difusi. Berarti molekul kedua gas tadi bergerak tanpa menggunakan tenaga aktif.

Semasa proses difusi pada fase gas, udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang
cepat, ketika dekat alveoli keceptannya berkurang sampai terhenti. Udara atau gas yang baru
masuk dengan cepat berdifusi atau bercampur dengan gas yang telah ada di dalam alveoli.
Kecepatan gas berdifusi di sini berbanding terbalik dengan berat molekulnya. Gas oksigen
mempunyai berat molekul 32 sedangkan berat molekul karbondioksida 44. Gerak molekul gas
oksigen lebih cepat dibandingkan dengan gerak moleku gas karbondioksida sehingga keceptan
difusi oksigen juga lebih cepat. Percampuran antara gas yang baru saja masuk ke dalam paru
dengan gas yang lebih dahulu masuk akan komplit dalam hitungan perpuluhan detik. Hal
semacam ini terjadi pada alveoli yang nrmal, sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti
pada emfisema, percampuran gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di alveoli lebih
lambat.

Semasa proses difusi menembus membrana pembatas, proses difusi yang melewati
membrana pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh darah meliptuti proses difusi fase as dan
proses difusi fase cairan. Dalam hal ini, pembatas-pembatasnya adalah dinding alveoli, dinding
kapiler pembuluh darah (endotel), lapisan plasma pada kapiler, dan dinding buti darah merah
(eritrosit). Kecepatan difusi melewati fase cairan tergantung kepada kelarutan gas ke dalam
cairan. Kelarutan karbondioksida lebih besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen sehingga
keceptan difusi karbondioksida di dalam fase cairan 20 kali lipat keceptan difusi oksigen.
Semakin tebal membrana pembatas halangan bagi proses difusi semakin besar.

9
SISTEM PERNAFASAN SUARA PARU-PARU

Saluran pernafasan atas terdiri dari hidung, paranasal sinus, pharynx, dan larynx.Fungsi dari
saluran ini adalah untuk menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara sebelum mencapai
unit pertukaran gas. Saluran bawah pernafasan dimulai dari trachea, bronchus utama kanan yang
terbagi menjadi 3 lobar atau bagian paru (atas, tengah dan bawah), bronchus kiri yang terbagi
menjadi 2 lobar, bronchioli, dan berakhir di alveoli, dimana terjadi pertukaran gas.

Suara paru-paru terjadi karena adanya turbulensi udara saat udara memasuki saluran pernafasan
selama proses pernafasan. Turbulensi ini terjadi karena udara mengalir dari saluran udara yang
lebih lebar ke saluran udara yang lebih sempit atau sebaliknya. Pada saat inspirasi, udara
mengalir dari saluran udara yang lebih luas ke saluran udara yang lebih sempit sehingga
turbulensi yang terjadi lebih kuat sedangkan pada saat ekspirasi terjadi sebaliknya.Ini
menyebabkan pada saat inspirasi suara yang terdengar lebih keras.

Secara umum suara paru-paru dibagi menjadi 2 yaitu suara normal atau suara dasar paru dan juga
suara abnormal dan suara tambahan.Suara-suara tersebut dibagi dalam beberapa kategori
berdasar pitch, intensitas, lokasi serta rasio inspirasi dan ekspirasi.7

Jenis Suara Pernafasan

Suara Pernafasan Melemah atau Menghilang

Keadaan suara paru seperti ini dapat ditemukan akibat adanya penebalan dinding dada,
penurunan aliran udara pada satu segmen paru akibat adanya hiperinflasi atau terpisahnya paru
dengan dinding dada akibat ada cairan atau udara pada rongga pleura.

Suara Pernafasan Mengeras

Apabila terjadi perubahan pada massa jaringan paru mengakibatkan hantaran suara menjadi lebih
baik, sehingga suara paru yang didengar lebih jelas, adakalanya kita dapat mendengar seperti
suara trakheal pada lapangan paru tertentu. Keadaan seperti ini dapat ditemukan pada konsolidasi
massa paru, misalnya pada pneumoni, atelektase, oedem paru, fibrosis jaringan paru yang luas.

Suara Dasar Paru

10
Suara dasar paru secara umum digolongkan menjadi 4 yaitu suara trakeal, bronkial,
bronkovesikuler,dan vesikuler.

(1) Suara Trakheal mempunyai ciri suara dengan frekuensi tinggi, kasar, disertai dengan
masa istirahat(pause) antara fase inspirasi dan ekspirasi, dengan komponen ekspirasi
terdengar sedikit lebih lama. Suara nafas trakeal dapat ditemukan dengan menempelkan
membran diafragma pada bagian lateral leher atau pada fossa suprasternal.Sumber bunyinya
adalah turbulensi aliran cepat pintu glottis. (2) Suara Nafas Bronkial mempunyai bunyi
yang juga sama kasar, frekuensi tinggi,dengan fase inspirasi sama dengan fase ekspirasi.
Suara ini terdapat pada saluran nafas dengandiameter 4 mm atau lebih, misalnya pada
bronkus utama.Suara nafas bronkial dapat didengarkan pada daerah antara kedua scapula. (3)
Suara Nafas Bronkovesikuler sedikit berbeda dari suara trakeobronkial, terdengar lebih
distal dari jalan nafas. Bunyinya kurang keras, lebih halus, frekuensi lebih rendah dibanding
suara bronkial, tetapi dengan komponen inspirasi dan ekspirasi yang masih sama panjang.
Bunyi nafas ini pada orang normal dapat didengar pada segitiga auskultasi (area di bagian
posteriorrongga dada yang dibatasi oleh m. trapezius, m. latissimus dorsi, dan m.
rhomboideus mayor) dan lobus otot kanan paru).lebih distal, dengan karakteristiknya halus,
lemah, dengan fase inspirasi merupakan bagian yang dominan, sedangkan fase ekspirasi
hanya terdengar sepertiganya. (4) Suara Vesikuler berasal dari jalan nafas lobar dan
segmental, ditransmisikan melalui parenkim paru normal. Bila terdapat konsolidasi atau
atelektasis pada saluran nafas distal, maka suara yang normalnya vesikuler, akan menjadi
suara bronkovesikuler atau trakeobronkial. Ini terjadi karen apenghantaran udara yang
bertambah karena adanya pemadatan pada jaringan paru. Ada pula yang berpendapat hal ini
terjadi karena suara vesikuler yang menurun pada daerah auskultasi,sehingga yang masih
terdengar adalah suara dari bronkus (suara bronkial).8

Suara Tambahan Paru / Kelainan Suara Paru


Suara tambahan paru adalah bising paru yang berasal dari alat respirasi dan dinding dada yang
tidak dijumpai pada paru normal.

Krepitasi pada emphycema subkuitis

Bila terjadi penumpukkan udara pada subkuitis, bila kulit ditekan akan terdengar suara gemericik
halus seperti suara rambut diremas.

11
Gesekan Pleura Suara ini dapat terjadi bila dinding pleura tidak licin lagi sebagai akibat proses
radang, bunyi suara gesekan pleura ini mirip seperti gesekan jari tangan. Gesekan pleura dapat
terdengar baik pada saat inspirasi maupun pada saat ekspirasi. Krepitasi Suara ini timbul akibat
alveoli yang mengempis tiba-tiba terbuka disaat inspirasi.Suara halus sekali dan biasanya
terdengar pada saat akhir inspirasi. Ronkhi adalah suara yang terjadi akibat penyumbatan pada
bronkhus. Ronkhi dibagi menjadi 2 bahagian berdasarkan massa yang menyumbatnya, bila
massa yang menyumbatnya mudah dipindahkan pada saat batuk disebut sebagai ronkhi basah,
bila sumbatan tersebut sulit untuk dipindahkan disebut sebagai ronkhi kering. Baik ronkhi kering
maupun ronkhi basah dapat terdengar jelas pada saat inspirasi, namun bisa juga didengar pada
saat ekspirasi.Berdasarkan lumen bronkhus yang tersumbat, maka ronkhi dapat juga dibedakan
atas gelembung kecil, sedang dan besar.Suara yang terdengar mirip seperti suara gelembung air
ditimbulkan yang ditiup memakai pipa sedotan minuman, gemericik suara yang terjadi
tergantung pada diameter sedotan yang dipergunakan. Wheezing (Mengi) Adalah bising paru
yang terjadi akibat konstriksi / spasma dari bronkhus, bukan oleh penyumbatan seperti pada
ronkhi, sehingga refleks batuk tidak dapat menghilangkannya.Suara wheezing ini mirip suara
suitan dengan intensitas ssuai perubak seuara yang tinggi dan nyaring. Auskultasi pada trakhea
sangat baik untuk mendengarkan wheezing. Wheezing yang terjadi akibat obstruksi saluran
napas intratorakal terutama pada ekspirasi karena saluran napas sesuai dengan perubahan
intratorakal, cenderung melebar ketika inspirasi dan menyempit pada ekspirasi. 11 Bising Paru
Kombinasi Bising ini merupakan gabungan dari beberapa macam suara tambahan. Bila
kombinasi antara vesikular dengan bronkhial terjadi, bila bising vesikular lebih menonjol maka
bising kombinasi tersebut dinamakan dengan vesikobronkhial.11,12,13

KESIMPULAN

Wheezing merupakan obstruksi saluran napas intrathorakal terutama pada saat ekspirasi karena
saluran napas cenderung melebar pada inspirasi dan menyempit pada ekspirasi . Wheezing juga
disebabkan karena penyempitan atau penyumbatan bronkus karena tekanan dari luar, hal ini
akan menyebabkan kontraksi otot bronkus, penebalan lapisan mukus, atau sumbatan lumen oleh
mucus sehingga ekspirasi lebih panjang dikarenakan obstruksi tersebut. Pernapasan ini biasanya
ditemukan pada penderita asma atau bronchitis kronis.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Stuktur Anatomi Sistem Pernapasan Manusia. Diunduh dari : http://www.google-


books.com/seacrh/images/sistem-pernapasan-manusia.com, 19 Mei 2017

2. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009; h. 10-5, 19-20, 25-
7, 29
3. Soemantri I.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika; 2007; h. 14-6
4. Asih NGY, Effendy C.Keperawatan medical bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2004;h. 22-4
5. Hammersen. Sobotta histologi. Ed 4. Jakarta: EGC; 2005.h.159,161-2,164.
6. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays anatomy for students. 1 st ed. Philadelpia: Elsevier
Churchill Livingstone; 2005; 102-52.
7. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Penerbit EGC; 2004; 266-8.
8. Asih NGY, Effendy C. Keperawatan medikal bedah: klien dengan gangguan sistem pernafasan.
Jakarta: Penerbit EGC; 2004.

9. Hammersen. Sobotta histologi. Ed 4. Jakarta: EGC; 2005.h.159,161-2,164.


10. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta: EGC; 2011.h.506-
9,517,519.
11. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta : EGC; 2004.h. 266-8 (transport oksigen dll)
12. Sherwood L. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.h.457-8 ( YANG otot pernapasan)

13. Jeremy P. At a Glance Sistem Respirasi. Ed 2. Jakarta: Erlangga; 2013.h.55-61,72,74

13

Você também pode gostar