Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah suatu masa transisi antara masa anak anak dan dewasa, masa dimana
terjadi perubahan-perubahan fisik, mental dan psikologis secara drastis. Karena perubahan
perubahan seperti inilah masa remaja sering disebut sebagai suatu masa kritis. Bunuh diri
merupakan suatu masalah yang sering dialami. Selama tahun 1950 sampai dengan 1988 rata
rata bunuh diri pada remaja yaitu usia antara 15 dan 19 tahun (Attempt suicide, 1991). Menurut
Leahey dan Wrigth, 1987 menyatakan bahwa pada usia remaja bunuh diri merupakan penyebab
kematian kedua dimana motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri yaitu 51 % masalah
dengan orang tua, 30 % dengan lawan jenis, 30 % masalah sekolah dan 16 % masalah dengan
saudara.
Keluarga sering menjadi sorotan utama bila remaja bermasalah. Kenyataan ini tidak bisa
dipungkiri karena remaja itu sendiri merupakan bagian dari keluarga. Peran kelurga dalam
membina dan mengatasi masalah remaja amatlah diperlukan.
Perawatan kesehatan pada remaja sebagai bagian dari perawatan kesehatan keluarga, juga
merupakan suatu upaya dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh remaja . Pendekatan
pada keluarga, diharapkan mampu untuk mengenal masalah masalah yang terjadi pada
keluarga khususnya masalah yang terjadi pada remaja, sehingga permasalahan yang ada dapat
diatas secara efektif.
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena remaja berada dalam keadaan stress yang
tinggi dan menggunakan koping yang maladaptive. Selain itu bunuh diri merupakan tindakan
merusak integritas diri atau mengakhiri kehidupan. Oleh karena itu perawat memerlukan
pengetahuan dan ketrampilan yang dapat mencegah terjadinya bunuh diri dengan memberikan
informasi kepada keluarga.
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang yang dapat mengahiri hidupnya sendiri dalam
waktu singkat. Selama tahun 1950 sampai dengan 1988 rata rata bunuh diri pada remaja yaitu
usia antara 15 dan 19 tahun (Attempt suicide, 1991).
Menurut Budi Anna Keliat, bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons maladaptive. Bunuh diri
merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Pembagian.
Umumnya dibagi atas 3 yaitu berpikir bunuh diri (suicide ideation), membuat bunuh diri
(gesture), dan mencoba bunuh diri (attempt). Ideation yaitu berpikir tentang atau merencanakan
untuk membunuh diri. Gesture yaitu dilakukan tanpa sikap yang nyata yang menyebabkan luka
serius atau kematian tetapi kemudian mengirim isyarat bahwa sesuatu telah terjadi. Sedangkan
attempt adalah bermaksud terjadinya luka atau kematian. Ada juga yang mengkategorikan
sebagai impulsive act, paracide, dan subintentional death.
3. Etiology.
Remaja sering dikarakteristikan dengan turmoil (suka membuat rusuh), emosional dan mood
yang bervariasi. Dengan kemampuan untuk memecahkan masalah yang terbatas maka kadang
kadang remaja sulit memecahkan masalahnya terutama situasi yang mengancam dan
membuatnya terpukul, seperti kematian teman, orang tua atau saudaranya. Selain itu faktor
biologi, psikologi dan sosiologi juga mempengaruhi. Keluarga yang dalam keadaan krisis bisa
menjadi bunuh diri pada anak remajanya bila merasa overhelmed karena krisis dan tak mampu
untuk mengembalikan keseimbangan keluarganya. Faktor resiko lain adalah pada remaja dengan
depresi, ketergantungan obat dan alkoholisme serta psikosis.
Menurut Hafen dan Frandsen, 1985 menyatakan bahwa penyebab bunuh diri pada remaja adalah
(Budi Anna Keliat, 1991, hal. 6). :
1. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna.
2. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal.
3. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan.
4. Perasaan tidak dimengerti orang lain.
5. Kehilangan orang yang dicintai.
6. Keadaan fisik.
7. Masalah dengan orang tua.
8. Masalah seksual.
9. Depresi.
Banyak pendapat lain tentang penyebab atau alasan bunuh diri (faktor resiko) yaitu kegagalan
untuk beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi karena kehilangan
hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah atau
bermusuhan, cara untuk mengakhiri keputusasaan dan tangisan minta tolong.
B. ASUHAN KEPERAWATAN.
1. PENGKAJIAN.
a. Data dan data identifikasi.
1. Nama keluarga
2. Alamat dan nomor telepon
3. Komposisi keluarga
4. Tipe bentuk keluarga
5. Latar belakang kebudayaan : Amerika, Jepang, Indonesia : Jawa, Bali, Madura dll.
6. Identifikasi religi
7. Status kelas keluarga
8. Aktifitas-aktifitas rekreasi atau aktifitas waktu luang
c. Data lingkungan
o Karakteristik rumah
o Karakteristik-karakteristik dari lingkungan sekitar rumah dan komunitas yang lebih besar : taat
kepada kelompok sosial, individualistis
o Mobilitas geografi keluarga.
o Asosiasi-asosiasi dan transaksi-transaksi keluarga dengan komunitas
o Jaringan dukungan sosial keluarga : kurang mengadakan hubungan interpersonal dengan
lingkungan sosialnya, kepatuhan terhadap kelompok sosial (norma sosial), tidak berintegrasi
dengan masyarakat karena perbedaan kebudayaan.
d. Struktur keluarga
Pola-pola komunikasi
? Jangkauan komunikasi fungsional dan disfungsional : hubungan interpersonal yang kurang,
perasaan tidak dimengerti oleh anggota keluarga lain, masalah dengan orang tua.
Jangkauan dari pesan afektif dan bagaimana diungkapkan.?
? Karekteristik komunikasi dalam sub sistem-sub sistem keluarga : remaja dianggap anak kecil,
tidak dipercaya dan cenderung merusak serta pertentangan dengan anggota lain.
Tipe-tipe proses komunikasi disfungsional yang ditemukan dalam keluarga :? komunikasi
terbuka kurang.
Bidang-bidang komunikasi tertutup.?
? Variabel-variabel keluarga dan eksternal yang mempengaruhi komunikasi : orang tua dengan
kesibukan sendiri sehingga remaja kurang mendapat perhatian dan kesempatan untuk
herkomunikasi dengan orang tua.
Struktur kekuasaan
Hasil-hasil dari kekuasaan : orang tua yang terlalu otoriter menyebabkan remaja mengalami
depresi.
Proses pengambilan keputusan : tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan tentang
dirinya sendiri.
Dasar-dasar kekuasaan.
Variabel-variabel yang mempengaruhi kekuasaan : sosial, budaya.
Seluruh kekuasaan keluarga : ada di tangan orang tua.
Struktur peran
a. Struktur peran formal :
Ayah : kurang berperan sebagai suami dari istri dan anak anak berperanan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
Ibu : kurang berperan sebagai istri dan ibu dari anak anaknya, sebagai pengasuh dan pendidik,
serta pelindung bagi anaknya.
Anak :remaja tidak mampu melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental sosial dan spiritual
b. Struktur peran informal
c. Analisis model-model peran.
d. Variabel struktur peran yang mempengaruhi.
Nilai-nilai keluarga
o Bandingkan keluarga dengan orang Amerika/nilai-nilai kelompok referensi keluarga dan atau
mengidentifikasi nilai-nilai penting keluarga dan pentingnya (prioritas) dalam keluarga.
o Kongruensi antara nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai subsistem keluarga juga kelompok
referensi dan atau komunitas yan lebih luas.
o Variabel-variabel yang mempengaruhi nilai-nilai keluarga.Apakah nilai-nilai ini dipegang
teguh oleh keluarga secara sadar maupun secara tidak sadar.
f. Koping keluarga
Stressor-stressor? keluarga jangka panjang dan pendek : keuangan, lingkungan sosial,
keterbatasan dalam kemampuan untuk memecahkan masalah, krisis ekonomi, disintegrasi
anggota keluarga, masalah kesehatan, penyakit psikiatrik.
? Kemampuan keluarga untk merespon, berdasarkan penilaian obyektif terhadap situasi-situasi
yan menimbulkan stress : hopelessness, powerlessness, isolation.
Penggunaan strategi-strategi koping (sekarang/yang lalu).?
Perbedaan cara koping keluarga : konstruktf atau destruktif
Strategi-strategi coping internal keluarga : kehilangan batas realita, menarik diri dan
mengisolaisikan diri, tidak menggunakan support system, melihat diri sebagai ketidakberdayaan,
dan merupakan takdir.
Strategi-strategi coping eksternal keluarga : tidak menggunakan support system.
ANALISA DATA
Analisa data dilakukan dengan menggunakan tipologi masalah kesehatan,yang terdiri dari 3
kelompok sifat masalah kesehatan (Freeman).
1. Ancaman kesehatan (Health Treats)
Merupakan suatu kondisi atau situasi yang dapat menimbulkan kecelakaan atau tidak mengenal
potensi kesehatan,yaitu :
Besar/jumlah keluarga hubungannya dengan sumber daya keluarga.
Stress.
Kebiasaan personal.
Karakteristik personal.
Riwayat kesehatan : anggota keluarga yang membunuh diri.
Peran.
2. Defisit kesehatan
Merupakan suatu keadaan gagal mempertahankan kesehatan termasuk:
Keadaan sakit yang belum/sudah terdiagnosa.
Kegagalan tumbuh kembang secara normal.
Gangguan kepribadian.
3. Krisis
Adalah saat-saat keadaan menuntut terlampau banyak dari individu atau keluarga dalam hal
penyesuaian maupun dalam hal sumber daya mereka,meliputi :
Perkawinan.
Kehamilan, persalinan, masa nifas.
Menjadi orang tua.
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah bunuh diri pada remaja berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai tanda dan gejala dini perilaku bunuh diri
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk melakukan tindakan terhadap masalah
percobaan bunuh diri pada remaja berhubungan dengan tidak mengerti mengani sifat, berat dan
luasnya masalah bunuh diri.
3. Ketidakmampuan keluarga memberikan perawatan pada anggota keluarga dengan perilaku
bunuh diri berhubungan dengan adanya konflik anggota keluarga, perbedaan sikap/pandangan
hidup, perilaku mementingkan diri sendiri, tidak mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
anak.
4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan untuk
menghindari terjadinya bunuh diri berhubungan dengan krisis ekonomi, ketidak mampuan
memecahkan masalah, konflik personal/psikologis, sikap atau pandangan hidup,
ketidakkompakan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah bunuh diri sehubungan dengan kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
kesehatan, pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan, tidak terjangkaunya fasilitas
yang diperlukan, tidak ada atau kurangnya sumber daya keluarga.
DAFTAR PUSTAKA.
1. Maglaya dan Bailon, 1997, Perawatan Kesehatan Keluarga ; Suatu Proses, Pusdiknakes
Depkes RI, Jakarta.
2. Maramis, W.F, 1994, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya
3. Wong L. Donna, 1993, Essentials of Pediatric Nursing, 4th, Mosby Year Book, Toronto.
4. Effendy, Nasrul, Drs., 1995 Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta.
5. Keliat, A.B, 1991, Tingkah Laku Bunuh Dir, Arcan, Jakarta.
Diposkan oleh Muhar Al-Mahir Pidie di 20:35 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
http://muharakperpidie.webs.com/
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan
atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada
perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain. (Rawlins, 1993, dikutip Budi Anna Keliat).
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai
hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam.
Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi,
menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas
dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan,
tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang
ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak
aman ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).
Kerusakan Interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam
suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang tidak efektif,
dengan karakteristik :
Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidaknyamanan dalam situasi-situasi sosial.
Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidakmampuan untuk menerima atau
mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki, perhatian, minat, atau membagi cerita. Tampak
menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil. Disfungsi interaksi dengan rekan
sebaya, keluarga atau orang lain. Penggunaan proyeksi yang berlebihan tidak menerima
tanggung jawab atas perilakunya sendiri. Manipulasi verbal. Ketidakmampuan menunda
kepuasan. (Mary C. Townsend, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, 1998; hal 226).
FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan dan meresa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan
berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga
menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and
Sundeen, 1995).
TANDA DAN GEJALA
Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab
pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata tidak , iya, tidak tahu.
Data Objektif :
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
KARAKTERISTIK PERILAKU
Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
Kemunduran secara fisik.
Tidur berlebihan.
Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
Banyak tidur siang.
Kurang bergairah.
Tidak memperdulikan lingkungan.
Kegiatan menurun.
Immobilisasai.
Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
Keinginan seksual menurun.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA KLIEN
DENGAN ISOLASI SOSIAL
I. Deskripsi
Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend, 1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.
II. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor
, suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan
tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal
MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
1. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak
ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan
sehari hari , dependen
1. Faktor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan /
frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah
,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang berlangsung lama.
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami
oleh klien.
1. e. Aspek Psikososial
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2. Konsep diri
a) citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan
tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah,
PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu
tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan
sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai
pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain ,
Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
1. h. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain(
lebih sering menggunakan koping menarik diri)
1. i. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitas.
III. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun
potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah
sebagai berikut :
Tindakan keperawatan :
1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada setiap pertemuan (topik
yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu bicara).
1.2 Berikan perhatian dan penghargaan : temani klien waktu tidak menjawab, katakan saya
akan duduk disamping anda, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan. Jika klien
menatap wajah perawat katakan ada yang ingin anda katakan?.
1.3 Dengarkan klien dengan empati : berikan kesempatan bicara (jangan di buru-buru),
tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien.
2.1. Bicara dengan klien penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
2.2 Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
3.1. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
3.1 Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.
4.1 Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama).
4.2 Motivasi / temani klien untuk berinteraksi / berkenalan dengan klien / perawat lain. beri
contoh cara berkenalan.
4.3 Tingkatkan interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua
perawat, dan seterusnya).
4.4 Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok, sosialisasi.
4.5 Bantu klien melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan interaksi.
4.6 Fasilitas hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik.
5.1 Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan.
5.2 Beri pujian akan keberhasilan klien.
Evaluasi
Kriteria evaluasi :
1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2.1 Klien dapat dapat menyebutkan penyebab menarik diri berasal dari diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
3.1 Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dalam berhubungan dengan orang
lain.
4.1 Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K P, K P K, K
P Kel, K P Kelompok.
5.1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk
diri sendiri dan orang lain.
6.1 Keluarga dapat berpartisipasi dalam merawat klien menarik diri.
Daftar Pustaka
Townsend M. C, (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta : EGC.
Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia..
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.
Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta : fajar
Interpratama.
Stuart and Sundeen, Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa, alih bahasa Hapid AYS,
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
, (1998). Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Asuhan
Keperawatan pada Kasus di Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Direktorat Kesehatan Jiwa
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Dep-Kes RI, Jakarta.
http://muharakperpemdamaterikuliah.blogspot.com
http://kumpulanaskepmuhar.blogspot.com
LAPORAN PENDAHULUAN II
http://kumpulanaskepmuhar.blogspot.com
http://muharakperpidie.webs.com/
I. Kasus ( Masalah Utama )
Gangguan konsep diri; harga diri rendah
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Core Problem
1. Definisi
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. ( Keliat B.A , 1992 )
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan.
2. Tanda dan gejala
a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri
b. Hilang kepercayaan diri
c. Merasa gagal mencapai keingginan
d. Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna dan tidak mampu
e. Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai mana mestinya
f. Menarik diri dari kehidupan sosial
g. Banyak diam dan sulit berkomunikasi
B. Penyebab
Koping individu tidak efektif
Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif, koping merupakan respon
pertahanan individu terhadap suatu masalah. Jika koping itu tidak efektif maka individu tidak
bisa mencapai harga dirinya dalam mencapai suatu perilaku.
C. Akibat
Menarik diri
Mekanisme terjadinya masalah :
Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya, individu dengan harga diri rendah
akan merasa tidak mampu , tidak berdaya, pesimis dapat menghadapi kehidupan, dan tidak
percaya pada diri sendiri. Untuk menutup rasa tidak mampu individu akan banyak diam,
menyendiri, tidak berkomunikasi dan menarik diri dari kehidupan sosial.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien lebih suka menyendiri, banyak diam sulit berkomunikasi dengan teman-temannya,
pandangan mata kosong.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
Tuk :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
4. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri peerhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
c. Utamakan memberikan pujian yang realistis
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien lebih suka menyendiri, banyak diam, kurang berkomunikasi dengan teman-temannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan interaksi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
Tuk 3 : klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tuk 4 : klien dapat ( menetapkan ) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Tuk 5 : klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
4. Tindakan Keperawatan
1. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
2. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan bantuan sebagian
- Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan .
3. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan tentang kemungkinan melaksanakan di rumah
A. Pengertian
http://muharakperpemdamaterikuliah.blogspot.com
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling
sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.
Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang
dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan
suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau
bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya
bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap
tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya
bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada
pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang
berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil
pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus
halusinasi. Sehingga penulis merasa tertarik untuk menulis kasus tersebut dengan
pemberian Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
B. Klasifikasi
C. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan
gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan
kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan
gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai
pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,
sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama
seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu
normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti
kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor
pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber
koping dan mekanisme koping.
D. Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan
yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang
mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran
stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan
menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input ini
dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal
atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious
bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang
direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan
rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk
stimulus eksterna.
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering di dapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau bicara sendiri, secara
tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang di
alaminya (apa yang di lihat, di dengar atau di rasakan).
F. Penatalaksanaan