Você está na página 1de 8

Bertho Titus Bulohroy 462016014

Charles Leonardo 462016058


Kasmudi 462016049
Alvian Umbu Dena Gaba 462016045
Catherina Frisca Y 472015007

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dilihat dari segi Agama dan Budaya yang masing - masing memiliki
keeratan satu sama lain, sering kali banyak di salah artikan oleh orang -
orang yang belum memahami bagaimana menempatkan posisi Agama dan
posisi Budaya pada suatu kehidupan. kelompok masih sering menyaksikan
adanya segelintir masyarakat yang mencampur adukkan nilai - nilai Agama
dengan nilai-nilai Budaya yang padahal kedua hal tersebut tentu saja tidak
dapat seratus persen disamakan, bahkan mungkin berlawanan. Demi
terjaganya esistensi dan kesucian nilai - nilai agama sekaligus memberi
pengertian, disini kelompok hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan
Apa itu Budaya, yang tersusun berbentuk makalah dengan judul Agama
dan Budaya. kelompok berharap apa yang diulas, nanti dapat menjadi
paduan pembaca dalam mengaplikasikan serta dapat membandingkan
antara Agama dan Budaya.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama

Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak
dan gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu
yang tidak kacau. Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara
integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan
Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut
Hinduisme, agama sebagai kata benda berfungsi memelihara integritas dari
seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan realitas
tertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya. Ketidak kacauan itu
disebabkan oleh penerapan peraturan agama tentang moralitas,nilai-nilai
kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai dan diberlakukan.
Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa Inggris)
yang berasal dari kata religio (bahasa Latin), yang berakar pada kata
religare yang berarti mengikat. Dalam pengertian religio termuat peraturan
tentang kebaktian bagaimana manusia mengutuhkan hubungannya dengan

Agama F | Kelompok 1 Agama dan Budaya 1


realitas tertinggi (vertikal) dalam penyembahan dan hubungan antar
sesamanya (horizontal).

B. Pengertian Budaya

Secara sederhana, kebudayaan merupakan hasil cipta serta akal budi


manusia untuk memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan kualitas
hidup dan kehidupannya. Atau, kebudayaan adalah keseluruhan kemampuan
(pikiran, kata, dan tindakan) manusia yang digunakan untuk memahami
serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya. Kebudayaan
berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi dengan lingkungan hidup
dan kehidupan serta sikon manusia berada.
Kebudayaan dikenal karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-
unsur kebudayaan terus menerus bertambah seiring dengan perkembangan
hidup dan kehidupan. Manusia mengembangkan kebudayaan; kebudayaan
berkembang karena manusia. Manusia disebut makhluk yang berbudaya,
jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya. Sebagian makhluk
berbudaya, bukan saja bermakna mempertahankan nilai-nilai budaya masa
lalu atau warisan nenek moyangnya, melainkan termasuk mengembangkan
hasil-hasil kebudayaan.
Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya,
dalam interaksinya mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun
yang disebut tradisi. Tradisi iasanya dipertahankan apa adanya; namun
kadangkala mengalami sedikit modifikasi akibat pengaruh luar ke dalam
komunitas yang menjalankan tradisi tersebut. Misalnya pengaruh agama-
agama ke dalam komunitas budaya (dan tradisi) tertentu; banyak unsur-
unsur kebudayaan (misalnya puisi-puisi, bahasa, nyanyian, tarian, seni lukis
dan ukir) di isi formula keagamaan sehingga menghasilkan paduan antara
agama dan kebudayaan.

C. Bentuk Bentuk Agama

1. Bentuk Agama
Agama ada yang bersifat primitif dan ada pula yang dianut oleh
masyarakat yang telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama-agama yang
terdapat dalam masyarakat primitif ialah Dinamisme, Animisme, Monoteisme
dll, adapun pengertiannya adalah sebagai berikut:
Pengertian Agama :

Dinamisme
Agama yang mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang
misterius. Dalam paham ini ada benda-benda tertentu yang mempunyai
kekuatan gaib dan berpengaruh pada kehidupan manusia sehari hari.
Kekuatan gaib itu ada yang bersifat baik dan ada pula yang bersifat jahat.

Agama F | Kelompok 1 Agama dan Budaya 2


Dan dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut mana dan dalam
bahasa Indonesia tuah atau sakti.

Animisme
Agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang bernyawa
maupun tidak bernyawa, mempunyai roh. Bagi masyarakat primitif roh
masih tersusun dari materi yang halus sekali yang dekat menyerupai uap
atau udara. Roh dari benda-benda tertentu adakalanya mempunyai
pengaruh yang dasyat terhadap kehidupan manusia, Misalnya : Hutan yang
lebat, pohon besar dan ber daun lebat, gua yang gelap dll.

Monoteisme
Adanya pengakuan yang hakiki bahwa Tuhan satu, Tuhan Maha Esa,
Pencipta alam semesta dan seluruh isi kehidupan ini baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak.

D. Unsur-Unsur Agama Dan Kebudayaan

1. Unsur-Unsur Agama

Unsur-unsur penting yang terdapat dalam Agama ialah :


Unsur Kekuatan Gaib : Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada
kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu, manusia
merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut.
Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan
larangan kekuatan gaib itu sendiri.

Keyakinan Manusia : bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di


akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang
dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan
kebahagiaan yang dicari akan hilang pula.

Respons yang bersifat Emosionil dari manusia : Respons itu bisa mengambil
bentuk perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama agama
primitif, atau perasaan cinta, seperti yang terdapat dalam agama agama
monoteisme. Selanjutnya respons mengambil bentuk penyembahan yang
terdapat dalam agama primitif, atau pemujaan yang terdapat dalam agama
agama monoteisme. Lebih lanjut lagi respons itu mengambil bentuk cara
hidup tertentu bagi masyarakat yang besangkutan.

Paham adanya yang kudus (saered) dan suci : dalam bentuk kekuatan gaib,
dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran ajaran agama bersangkutan
dan dalam bentuk tempat tempat tertentu.

Agama F | Kelompok 1 Agama dan Budaya 3


2. Unsur-Unsur Budaya

Adapun Unsur Kebudayaan yang bersifat universal yang dapat kita


sebut sebagai isi pokok tiap kebudayaan di dunia ini, adalah sebagai berikut:

Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari hari misalnya : pakaian,


perubahan, alat rumah tangga, senjata dan sebagainya.
Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi. Misalnya : Pertanian,
peternakan, sitem produksi.
Sistem kemasyarakatan, misalnya : kekerabatan, sistem perkawinan, sistem
warisan.
Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis.
Ilmu Pengetahuan
Kesenian, misalnya : seni suara, seni rupa, seni gerak.

E. Agama Budaya

Agama yang dibudayakan adalah ajaran suatu agama yang


dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh penganutnya sehingga
menghasilkan suatu karya/budaya tertentu yang mencerminkan ajaran
agama yang dibudayakannya itu. Atau dengan singkat dapat dikatakan
bahwa membudayakan agama berarti membumikan dan melaksanakan
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Memandang agama bukan
sebagai peraturan yang dibuat oleh Tuhan untuk menyenangkan Tuhan,
melainkan agama itu sebagai kebutuhan manusia dan untuk kebaikan
manusia. Adanya agama merupakan hakekat perwujudan Tuhan.
Seperti dalam mengideologikan agama, pembudayaan suatu agama dapat
mengangkat citra agama apabila pembudayaan itu dilakukan dengan tepat
dan penuh tanggung jawab sehingga mampu mencerminkan agamanya.
Sebaliknya dapat menurunkan nilai agama apabila dilakukan dengan tidak
bertanggung jawab.

F. Agama dan Budaya

Budaya menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem,


gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Tindakan-tindakan
yang dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian, berbicara,
bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat adalah budaya. Tapi
kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan yang
terdapat dalam fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan
masyarakat, ethos kerja dan
pandangan hidup. Yojachem Wach berkata tentang pengaruh agama
terhadap budaya manusia yang immaterial bahwa mitologis hubungan

Agama F | Kelompok 1 Agama dan Budaya 4


kolektif tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan. Interaksi sosial dan
keagamaan berpola kepada bagaimana mereka memikirkan Tuhan,
menghayati dan membayangkan Tuhan.
Lebih tegas dikatakan Geertz , bahwa wahyu membentuk suatu struktur
psikologis dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya,
yang menjadi sarana individu atau kelompok individu yang mengarahkan
tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja menghasilkan budaya
immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan.
Dapatlah disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari
proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya
kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup
pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang
objektif.

G. Hubungan Agama dan Kebudayaan

Kebudayaan dikenal karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya.


Unsur-unsur kebudayaan terus menerus bertambah seiring dengan
perkembangan hidup dan kehidupan. Manusia mengembangkan
kebudayaan; kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut
makhluk yang berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai
budayanya. Sebagian makhluk berbudaya, bukan saja bermakna
mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu atau warisan nenek
moyangnya; melainkan termasuk mengembangkan (hasil-hasil)
kebudayaan.
Seperti halnya kebudayaan agama sangat menekankan makna signifikan
sebuah tindakan, karena itu sesungguhnya dapat hubungan yang sangat
erat antara kebudayaan dan agama bahkan sulit dipahami perkembangan
sebuah kebudayaan dilepaskan dai pengaruh agama.
Meskipun tidak disamakan, agama dan kebudayaan dapat saling
mempengaruhi. Agama mempengaruhi sistem kepercayaan serta praktik-
praktik kehidupan, sebaliknya kebudayaanpun dapat mempengaruhi agama,
khususnya dalam hal bagaimana agama diinterprestasikan, bagaimana
ritual-ritualnya harus di dipraktikan. Tidak ada agama yang bebas budaya
dan apa yang disebut sang ilahi, tidak akan mendapatkan makna manusiawi.
Budaya yang digerakan agama timbul dari proses interaksi manusia
dengan kitab yang diyakini, sebagai hasil gaya kreativitas pemeluk suatu
agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor
geografis budaya dan beberapa kondisi yang objektif.
Hubungan kebudayaan dan agama tidak saling merusak, keduanya
justru saling mendukung dan mempengaruhi. Ada paradigma yang
mengatakan bahwa manusia yang beragama pasti berbudaya, tapi
manusia yang berbudaya belum tentu beragama.

Agama F | Kelompok 1 Agama dan Budaya 5


Ada beberapa sikap hubungan antara Agama dan Kebudayaan, yaitu:

1. Sikap Radikal:
Agama menentang Kebudayaan. Ini merupakan sikap radikal dan
ekslusif, menekankan pertantangan antara Agama dan Kebudayaan.
Menurut pandangan ini, semua sikon masyarakat berlawanan dengan
keinginan dan kehendak Agama. Oleh sebab itu, manusia harus memilih
Agama atau Kebudayaan, karena seseorang tidak dapat mengabdi kepada
dua tuan. Dengan demikian, semua praktek dalam unsur-unsur kebudayaan
harus ditolak ketika menjadi umat beragama.
2. Sikap Akomodasi:
Agama Milik Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan keselarasan antara
Agama dan kebudayaan.
3. Sikap Perpaduan:
Agama di atas Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan adanya suatu
keterikatan antara Agama dan kebudayaan. Hidup dan kehidupan manusia
harus terarah pada tujuan ilahi dan insani; manusia harus mempunyai dua
tujuan sekaligus.
4. Sikap Pambaharuan:
Agama Memperbaharui Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan bahwa
Agama harus memperbaharui masyarakat dan segala sesuatu yang
bertalian di dalamnya. Hal itu bukan bermakna memperbaiki dan membuat
pengertian kebudayaan yang baru; melainkan memperbaharui hasil
kebudayaan. Oleh sebab itu, jika umat beragama mau mempraktekkan
unsur-unsur budaya, maka perlu memperbaikinya agar tidak bertantangan
ajaran-ajaran Agama. Karena perkembangan dan kemajuan masyarakat,
maka setiap saat muncul hasil-hasil kebudayaan yang baru. Oleh sebab itu,
upaya pembaharuan kebudayaan harus terus menerus. Dalam arti, jika
masyarakat lokal mendapat pengaruh hasil kebudayaan dari luar
komunitasnya, maka mereka wajib melakukan pembaharuan agar dapat
diterima, cocok, dan tepat ketika mengfungsikan atau menggunakannya.
Karena adanya aneka ragam bentuk hubungan Agama dan Kebudayaan
tersebut, maka solusi terbaik adalah perlu pertimbangan pengambilan
keputusan etis-teologis (sesuai ajaran agama). Dan untuk mencapai hal
tersebut tidak mudah.

H. Contoh hubungan agama dan budaya

Budaya orang Sumba Marapu


Marapu adalah kepercayaan asli orang Sumba. Dalam kepercayaan
Marapu, arwah nenek moyang sangat dihormati, dipuja, dan dimintai tolong
untuk menyampaikan permohonannya kepada Tuhan. Kitab suci Marapu
disebut Lii Ndai kitab ini berupa syair yang dihafal dalam ingatan para
pemuka adat dan dibacakan pada saat upacra- upacara tertentu diselingi

Agama F | Kelompok 1 Agama dan Budaya 6


nyanyian adat. Salah satu bentuk pelaksanaan dari marapu ini adalah kubur
batu dimana arwah nenek moyang dipercaya masih hidup dan perlu diberi
persembahan seperti sirih, pinang, dan beras kuning. Kehadiran marapu
diwujudkan dalam berbagai bentuk ; tombak, emas, gading, gong.
Disamping paraleluhur dijadikan objek penambahan, ada kampung-kampung
tertentu yang menyembah binatang-binatang tertentu, dan pada dasarnya
mewujudkan merapu. Binatang-binatang tersebut seperti ; ular, buaya, dan
anjing.

I. Contoh Hubungan agama dan masyarakat

Telah kita ketahui Indonesia memiliki banyak sekali budaya dan adat
istiadat yang juga berhubungan dengan masyarakat dan agama, dari
berbagai budaya yang ada di Indonesia dapat dikaitkan hubungannya
dengan agama, dan masyarakat dalam melestarikan budaya. Sebagai
contoh budaya Ngaben yang merupakan upacara kematian bagi umat
hindu di Bali yang sampai sekarang masih terjaga kelestariaanya. Hal ini
membuktikan bahwa agama mempunyai hubungan erat dengan budaya
sebagai patokan utama dari masyarakat, untuk selalu menjalankan
perintah agama dan melestarikan kebudayaannya.
Selain itu masyarakat juga turut mempunyai andil yang besar dalam
melestarikan budaya, karena masyarakatlah yang menjalankan semua
perintah agama dan ikut menjaga budaya agar tetap terpelihara, ada juga
hubungan lainnya yaitu menjaga tatanan kehidupan. Maksudnya hubungan
agama dalam kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan masyarakat
akan membentuk kehidupan yang harmonis, karena ketiganya mempunyai
keterkaitan yang erat satu sama lain. Sebagai contoh jika kita rajin
beribadah dengan baik dan taat dengan peraturan yang ada, hati dan
pikiran kita pasti akan tenang dan dengan itu kita dapat membuat keadaan
menjadi lebih baik, seperti memelihara dan menjaga budaya kita agar tidak
diakui negara lain.

Agama F | Kelompok 1 Agama dan Budaya 7


III. PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian tentang Agama dan Budaya yang telah dipaparkan


diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Agama adalah mutlak ciptaan
Tuhan yang hakiki oleh karena itu agama dijamin akan kefitrahannya,
kemurniannya, kebenarannya, kekekalannya, dan konstanta atau tidak
dapat dirubah oleh manusia sampai kapanpun. Sedangkan kebudayaan
adalah hasil cipta, karya, rasa, karsa dan akal buah budi manusia untuk
mencapai kesempurnaan hidupnya, dimana kebudayaan itu sendiri akan
mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan jaman. Oleh karena
itu, saya menekankan bahwa antara agama dan budaya meski memiliki
hubungan namun tidak dapat dicampur adukan. Demikian makalah ini
disususun, semoga dapat menjadi satu dari budaya sarana dalam
menerangkan antara agama dan budaya.

Agama F | Kelompok 1 Agama dan Budaya 8

Você também pode gostar