Você está na página 1de 21

1

HALAMAN PERNYATAANORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Enny Febriany

Nim : 2011.C.03a.0226

Program Studi : S1 Keperawatan

Menyatakan bahwa penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan
bukan duplikasi dari hasil karya orang lain.

Apabila pada masa akan datang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya,
saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensinya.

Demikian pernyataan in saya buat dengan sebenar-benarnya.

Palangka Raya, 22 Agustus 2015

(ENNY FEBRIANY)

STIKes Eka Harap Palangka Raya


2

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian

Preceptor adalah seorang perawat yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat


menginspirasi rekannya, menjadi tokoh panutan (role model), serta mendukung
pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee) pada peran barunya.
Preceptorship adalah telah diketahui bahwa perawat teregestrasi yang baru lulus
memerlukan pengawasan dan dukungan dalam praktik selama 6-12 bulan setelah
terdaftar sehingga perlu ditunjuk preceptor (pembimbing) untuk perawat probationer
(percobaan) tersebut.

Bimbingan klinik seperti yang dikemukakan oleh WHO merupakan kegiatan


belajar dimana peserta didik memberikan perawatan pada klien sebagai rencana
kegiatan belajar. Pada tahun 2005 SK Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional RI No. 022/BAN-PT/Ak-XI/S1/XII/2005, dan saat
ini telah menghasilkan 667 lulusan Ners. dan di kota Palangka Raya banyak
mahasiswa yang sedang mengambil program profesi ners adalah sebanyak 89 orang
dari Institusi Pendidikan STIkes Eka Harap Palangka Raya, kemudian di BLUD
Rumah Sakit dr. Doris Slyvanus Palangka Raya ada sebanyak untuk angkatan 1 ada
42 mahasiswa dan angkatan 2 berjumalah 55 mahasiswa yang sedang melakukan
proses praktik klinik, jumlah preceptorship di BLUD Rumah Sakit dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya adalah sebanyak 14 orang. Dari hasil survey pendahuluan
dari 5 orang mahasiswa di dapatkan 3 orang (0,15 %) yang sedang mengambil
program profesi mengatakan hanya sebagian saja para preceptorship yang melakukan
proses bimbingan secara efektif dan baik dan 2 orang (0,1 %) juga mengatakan para
preceptorship hanya sebagian yang melakukan proses preceptorship dengan benar.
Perkembangan dibidang pendidikan sekarang berkembangan secara cepat
terutama pada fakultas keperawatan pada era sekarang perawat dituntut untuk
melanjutkan pendidikan program profesi dan proses pendidikan tersebut dilakukan
dengan program pembelajaran klinik dimana proses bimbingan tersebut dilakukan

STIKes Eka Harap Palangka Raya


3

oleh seorang preceptorship namun proses bimbingan tersebut mengalami kendala


sehingga proses preceptorship tersebut tidak berjalan secara efektif dan kurang
dilakukan secara maksimal seperti masalah yang terjadi saat ini adalah banyaknya
mahasiswa-mahasiswi yang mengambil program profesi ners tidak sesuai dengan
jumlah para preceptorship yang ada di lapangan sehingga proses bimbingan tidak
mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Perumusan Masalah
Menganalisis hubungan efektivitas pelaksanaan preceptorship dan proses
bimbingan praktik profesi pada mahasiswa program profesi ners angkatan 1 di
blud rs dr. doris sylvanus palangka raya.
3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis hubungan efektivitas pelaksanaan preceptorship dan proses
bimbingan praktik profesi pada mahasiswa program profesi ners angkatan 1 di
blud rs dr. doris sylvanus palangka raya.

B. Metode penelitian
Menurut Hidayat (2008: 49), jenis penelitian yang akan digunakan adalah

dengan menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasi melalui pendekatan

cross sectional yang bertujuan dengan melakukan pengukuran dan pengamatan pada

saat yang bersamaan (sekali waktu). Desain ini bertujuan untuk menganalisa

Hubungan Efektivitas Pelaksanaan Preceptorship Dengan Proses Bimbingan Praktik

Profesi Pada Mahasiswa Program Profesi Ners Angkatan 1 Di BLUD Rumah Sakit

dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.


1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program profesi ners

angkatan 1 di BLUD Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Teknik

pengambilan sampling menggunakn teknik total sampling dengan penelitian sekali

sewaktu.Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan kriteria pengambilan

STIKes Eka Harap Palangka Raya


4

sampel baik secara inklusi maupun kriteria eklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian

ini adalah: Semua mahasiswa yang sedang mengambil program profesi ners,

Mahasiswa program profesi ners yang melakukan praktik klinik keperawatan,

Mahasiswa yang mau bekerjasama dengan baik, Bersedia sebagai responden. Kriteria

eksklusi pada penelitian ini, yaitu: Ners angkatan 2 yang sedang masuk dalam stase

jiwa dan gerontik, Ners yang sedang masuk stase maternitas di puskesmas

1) Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dimulai pada tanggal 11 mei -16 mei 2015. Penelitian ini akan

dilaksanakan di ruang rawat inap ruang A (Aster), ruang B (Bougenvile), ruang C

(Cempaka), Ruang D (Dahlia), ruang E (Edelweis), ruang F (Flamboyan), ruang G

(Gardenia), ruang H (Nusa indah), ruang ICCU, ruang ICU, ruang IGD, ruang OK,

dan ruang Hemodialisa di BLUD Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

2) Prosedur Pengumpulan Data

Proses awal dilakukannya penelitian adalah dengan mengajukan judul proposal yang

ditujukan kepada Direktur BLUD Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

untuk melakukan survey pendahuluan, kemudian peneliti menunggu surat balasan

dari BLUD Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus Palangkaraya jika surat balasan sudah

diterima peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada responden serta

menyampaikan tentang kerahasiaan atas jawaban yang diberikan dalam kuesioner

dan peneliti tidak berdampak negative bagi responden. Peneliti meminta persetujuan

untuk menjadi responden dengan memberikan lembaran informend consent sebagai

bukti kesedian sebagai responden dalam penelitian ini. Jika responden bersedia, maka

STIKes Eka Harap Palangka Raya


5

responden menandatangani lembar informend consent. Setelah itu peneliti

memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisian kuesioner, kemudian kuesioner

diberikan kepada responden. Apabila ada pernyataan yang tidak jelas dapat

ditanyakan kepada peneliti, kuesioner langsung diisi oleh responden sehingga data

yang diperoleh adalah data primer. Semua data yang dikumpulkan, di periksa

kelengkapannya untuk kemudian dianalisi oleh peneliti.

3) Instumen Pengumpulan Data


Dalam perolehan data, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa

kuesioner. Kuesioner yang di berikan peneliti pada responden dengan

menggunakan skala ordinal dengan jenis pertanyaan tertutup. Bentuk

kuesioner berupa pertanyaan sebanyak 12 pertanyaan .


4) Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS 20, yang kemudian

diasajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase. Dalam

penelitian ini menggunakan Uji Statistik Chi-Square untuk mengetahui

adanya hubungan antar variabel independen dan dependent.

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan


1. Hasil Penelitian
a. Analisa Univariat

STIKes Eka Harap Palangka Raya


6

Berdasarkan diagram 4.1 di atas menunjukkan bahwa mahasiswa Profesi Ners

yang umurnya 21 tahun yaitu 1 responden (3%), selanjutnya 22 tahun yaitu 13

responden (30%), 23 tahun yaitu 15 responden (35%), 24 tahun yaitu 4 responden

(9%), 25 tahun yaitu 7 responden (16%), kemudian 26 tahun yaitu 3 responden (7%)

Berdasarkan diagram 4.2 di atas menunjukkan bahwa mahasiswa Profesi Ners


Angkatan I yang paling banyak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 29
responden (67%), dan responden yang paling sedikit berjenis kelamin Laki-laki yaitu
14 responden (33%).

STIKes Eka Harap Palangka Raya


7

pada stase keperawatan medikal bedah terlihat sebanyak 24 (56%) responden

sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah, dan pada stase keperawatan anak

terlihat sebanyak 6 (14%) responden, serta pada stase keperawatan gawat darurat

sebanyak 13 (30%), jadi dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa preceptee paling

banyak sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah.

Pelaksanaan Preceptorship Jumlah %

Dilaksanakan 36 84
Tidak dilaksanakan 7 16
Total 43 100

diketahui bahwa preceptee sebanyak 36 orang (84%) responden menyatakan

bahwa Preceptorship dilaksanakan, dan preceptee sebanyak 7 orang (16%) responden

menyatakan bahwa Preceptorship tidak dilaksanakan. Hasil tersebut menunjukkan

proporsi responden dengan preceptorship yang dilaksanakan lebih banyak

dibandingkan responden dengan preceptorship yang tidak dilaksanakan.

Proses Bimbingan Jumlah %

Baik 16 37
Cukup 13 30

STIKes Eka Harap Palangka Raya


8

Kurang 14 33

Total 43 100

diketahui bahwa Preceptee sebanyak 16 orang (37%) responden dengan proses

bimbingan yang baik, dan sebanyak 13 orang (30%) responden dengan proses

bimbingan yang cukup, serta sebanyak 14 orang (33%) responden dengan proses

bimbingan yang kurang. Hasil tersebut menunjukkan proporsi responden dengan

proses bimbingan yang baik lebih banyak dibandingkan responden dengan proses

bimbingan yang cukup dan kurang.

b. Analisi Bivariat

Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Efektivitas Pelaksanaan Preceptorship

dengan Proses Bimbingan Praktik Profesi Pada Mahasiswa Program Profesi Ners

Angkatan 1 di BLUD Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Pelaksanaan Preceptorship Total P Value

Tidak dilaksanakan Dilaksanakan


N % N % N %
Baik 0 0% 16 37% 16 37%
Proses Cukup 6 14% 7 16% 13 30% 0.002
Bimbingan
Kurang 1 2% 13 31% 14 33%
Total 7 16% 36 84% 43 100%

Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh

nilai P Value sebesar 0,002. Hal ini dibuktikan dengan hasil P < dengan tingkat

signifikansi = 0,05 sehingga hasil 0,002 < 0,05 ini menunjukkan bahwa adanya

STIKes Eka Harap Palangka Raya


9

hubungan efektivitas pelaksanaan preceptorship dengan proses bimbingan praktik

profesi pada mahasiswa program profesi Ners.

2. Pembahasan
1) Pelaksanaan Preceptorship dalam bimbingan klinik pra interaksi di BLUD

Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan pada mahasiswa program profesi

Ners angkatan 1 di BLUD Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang

berjumlah 43 orang, pada stase keperawatan medikal bedah terlihat sebanyak 24

(56%) responden sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah, dan pada stase

keperawatan anak terlihat sebanyak 6 (14%) responden, serta pada stase keperawatan

gawat darurat sebanyak 13 (30%), jadi dapat disimpulkan bahwa preceptee paling

banyak sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah. Pelaksanaan

preceptorship dalam bimbingan praktik pra klinik sebanyak 38 responden (88%),

sebanyak 5 responden (12%) tidak melaksanakan preceptorship dalam bimbingan

praktik pra interaksi.

Preceptor Menurut Efendi,2004;204 adalah seorang perawat yang mengajar,

memberikan bimbingan, dapat menginspirasi rekannya, menjadi tokoh panutan (role

model), serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee) untuk

jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan trainee pada peran

barunya. Tujuan dari model preceptorship sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian

besar, yaitu makro (skala luas) dan mikro (skala individu). Secara makro bertujuan

untuk melibatkan pengembangan perawat di dalam organisasi. Menurut Smahian dan

STIKes Eka Harap Palangka Raya


10

Inhaber (1985) dalam buku pendidikan keperawatan (Efendi, 2004:205). Pelaksanaan

pra interkasi dalam pelaksanaan preceptorship dengan proses bimbingan dalam Pra

interaksi adalah sebagai berikut: Identifikasi latar belakang peserta didik,

Indentifikasi tugas/ praktik yang sudah dilaksanakan, penetapan seorang pembimbing

klinik di stase, serta pemilihan anggota kelompok dan pasien kelolaan.

Menurut peneliti, pelaksanaan Preceptorship bagi mahasiswa program profesi

ners masih belum optimal karena pada kenyataan di lapangan, peneliti menemukan

bahwa masih ada kekurangan dalam pelaksanaan preceptorship dalam bimbingan

klinik pra interaksi kurang maksimal dan masih ada kekurangan, dimana

preceptorship tersebut tidak sepenuhnya memberikan pengarahan sebelum para

preceptee melakukan tindakan keperawatan um para preceptee melakuka tindakan

keperawatan sehingga dapat berpengaruh dalam proses praktik keperawatan yang

tidak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dari preceptorship tersebut. Hal

tersebut berpengaruh terhadap efektivitas kinerja dari mahasiswa program profesi

ners. Sehingga, pelaksanaan Preceptorship yang dilaksanakan pada mahasiswa

program profesi ners harus benar-benar dilaksanakan secara baik dan sesuai dengan

tugas dan tanggung jawab dari para pelaksana preceptorship itu sendiri demi

terwujudnya proses keperawatan yang sesuai dengan standar operasional prosedur

keperawatan dan peningkatan mutu serta kualitas dari perawat yang melaksanakan

tindakan keperawatan.

2) Pelaksanaan Preceptorship dalam bimbingan klinik interaksi di BLUD Rumah

Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya

STIKes Eka Harap Palangka Raya


11

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan pada mahasiswa program profesi

Ners angkatan 1 di BLUD Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang

berjumlah 43 orang, pada stase keperawatan medikal bedah terlihat sebanyak 24

(56%) responden sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah, dan pada stase

keperawatan anak terlihat sebanyak 6 (14%) responden, serta pada stase keperawatan

gawat darurat sebanyak 13 (30%), jadi dapat disimpulkan bahwa preceptee paling

banyak sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah. Pelaksanaan

preceptorship dalam proses bimbingan klinik interaksi yang melaksanakan sebanyak

36 (84%) preceptee , dan tidak melaksanakan sebanyak 7 (16%) preceptee.

Dalam buku pendidikan dalam keperawatan (Efendi, 2004: 205) menganjurkan

bahwa preceptor adalah perawat yang memiliki pengalaman minimal 12 tahun

dibidang yang sama atau di bidang yang masih berhubungan. Keterampilan

komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan tang tepat, dan

mendukung perkembangan profesional merupakan hal terpenting. Secara garis besar

dapat disimpulkan kriteria seorang preceptor yang berkualitas adalah, berpengalaman

dan ahli lingkungan klinik, berjiwa kepemimpinan, keterampilan komunikasi yang

baik, kemampuan membuat keputusan, mendukung perkembangan profesional,

memiliki kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam penerapan

model preceptorship,tidak memilik sikap untuk menilai terlalu awal pada rekan kerja

asertif, fleksibilitas untuk berubah, mampu beradaptasi dengan kebutuhan

pembelajaran individu Dan pelaksanaan interaksi: Penyusunan kontrak program

kegiatan untuk preceptor dan preceptee, Penyusunan asuhan keperawatan,

STIKes Eka Harap Palangka Raya


12

Memberikan kesempatan untuk preseptee dalam proses keperawatan, Penetapan

waktu untuk bimbingan, Penyusunan laporan kegiatan dan laporan kasus.

Menurut peneliti, pelaksanaan Preceptorship bagi mahasiswa program profesi

ners masih belum optimal karena pada kenyataan di lapangan, peneliti menemukan

bahwa masih ada kekurangan dalam pelaksanaan preceptorship dalam bimbingan

klinik interaksi karena tidak adanya pelaksanaan role model atau para preceptorship

tersebut tidak memberikan contoh pelaksanaan keperawatan terlebih dahulu sebelum

para preceptee melakuka tindakan keperawatan sehingga dapat berepngaruh dalam

proses praktik keperawatan yang tidak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dari

preceptorship tersebut.

Hal tersebut berpengaruh terhadap efektivitas kinerja dari mahasiswa program

profesi ners. Sehingga, pelaksanaan Preceptorship yang dilaksanakan pada

mahasiswa program profesi ners harus benar-benar dilaksanakan secara baik dan

sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dari para pelaksana preceptorship itu sendiri

demi terwujudnya proses keperawatan yang sesuai dengan standar operasional

prosedur keperawatan dan peningkatan mutu serta kualitas dari perawat yang

melaksanakan tindakan keperawatan.

3) Pelaksanaan Preceptorship dalam bimbingan klinik post interaksi di BLUD

Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan pada mahasiswa program profesi

Ners angkatan 1 di BLUD Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang

STIKes Eka Harap Palangka Raya


13

berjumlah 43 orang, pada stase keperawatan medikal bedah terlihat sebanyak 24

(56%) responden sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah, dan pada stase

keperawatan anak terlihat sebanyak 6 (14%) responden, serta pada stase keperawatan

gawat darurat sebanyak 13 (30%), jadi dapat disimpulkan bahwa preceptee paling

banyak sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah, Pelaksanaan

preceptorship dalam bimbingan praktik pra klinik sebanyak 38 (88%) responden ,

sebanyak 5 (12%) tidak melaksanakan preceptorship dalam bimbingan praktik post

interaksi.

(Efendi, 2004:205) menyatakan bahwa model preceptorship digunakan sebagai

alat sosialisasi dan orientasi. Hill dan Lowenstein (1992) dalam buku pendidikan

keperawatan (Efendi, 2004:205) memandang model preceptorship sebagai salah satu

metode rekrutmen staf. Akses pengatahuan organisasi dan praktik klinik tidak dapat

diprediksi oleh perawat baru, sehingga diskusi antar preceptor dan preceptee

diperlukan untuk memberikan praktik terkini dalam lingkungan klinik dengan

harapan preceptee akan memiliki kemampuan yang sama dengan preceptor-nya.

Menurut peneliti, pelaksanaan Preceptorship bagi mahasiswa program profesi

ners masih belum optimal karena pada kenyataan di lapangan, peneliti menemukan

bahwa masih ada kekurangan dalam pelaksanaan preceptorship dalam bimbingan

klinik post interaksi karena pelaksanaan evaluasi dan kontrak waktu hanya sebagian

kecil preceptorship yang melaksanakannya sesuai dengan aturan dari pelaksanaan

preceptorship tersebut.

STIKes Eka Harap Palangka Raya


14

Hal tersebut berpengaruh terhadap efektivitas kinerja dari mahasiswa program

profesi ners. Sehingga, pelaksanaan Preceptorship yang dilaksanakan pada

mahasiswa program profesi ners harus benar-benar dilaksanakan secara baik dan

sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dari para pelaksana preceptorship itu sendiri

demi terwujudnya proses keperawatan yang sesuai dengan standar operasional

prosedur keperawatan dan peningkatan mutu serta kualitas dari perawat yang

melaksanakan tindakan keperawatan.

4) Proses Bimbingan di BLUD Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan pada mahasiswa program

profesi Ners angkatan 1 di BLUD Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

yang berjumlah 43 orang, pada stase keperawatan medikal bedah terlihat sebanyak 24

(56%) responden sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah, dan pada stase

keperawatan anak terlihat sebanyak 6 (14%) responden, serta pada stase keperawatan

gawat darurat sebanyak 13 (30%), jadi dapat disimpulkan bahwa preceptee paling

banyak sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah, Diketahui bahwa dari 43

responden preceptee yang melakukan proses bimbingan dengan baik berjumlah 16

orang responden (37%), dan sebanyak 13 orang responden (30%) melakukan proses

bimbingan dengan cukup, serta yang melakukan proses bimbingan yang kurang

sebanyak 14 orang responden (33%).

Menurut Nursalam 2012:242 Pengalaman belajar klinik (PBK) dan belajar

lapangan (PBL) merupakan proses transformasi mahasiswa untuk menjadi seorang

perawat profesional. Proses, memberikan kesempatan mahasiswa beradaptasi dalam

STIKes Eka Harap Palangka Raya


15

melaksanakan praktek keperawatan profesional di tatanan nyata pelayanan kesehatan

klinik/komunit Tujuan PBK dan PBL antara lain: melaksanakan asuhan keperawatan

dengan benar, menerapkan pendekatan proses keperawatan, menampilkan

sikap/tingkah laku profesional, menerapkan keterampilan profesional. Proses

bimbingan meliputi tahap-tahap: pre konfrensi, post konfrensi, askep individu, askep

kelompok, pendidikan kesehatan, seminar, ujian, post konfrensi.

Menurut peneliti, proses bimbingan praktik program profesi ners sudah berjalan

dengan baik hanya saja masih ada beberapa kekurangan dari proses bimbingan

tersebut seperti kurangnya pengawasan terhadap kinerja, kedisiplinan yang kurang

saat bekerja atau saat melakukan tindakan keperawatan, tidak sesuainya tindakan

keperawatan dengan standar operasional prosedur dalam keperawatan. Sehingga

peneliti menyarankan bahwa proses bimbingan pada mahasiswa program profesi ners

harus dilakukan dengan lebih baik lagi dan sesuai dengan proses serta tujuan dari

proses bimbingan tersebut.

5) Efektivitas Pelaksanaan Preceptorship Dengan Proses Bimbingan Praktik Profesi

Pada Mahasiswa Program Ners Angkatan 1 Di BLUD RSUD Dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya.

Menurut Efendi,2004;204 Preceptor adalah seorang perawat yang mengajar,

memberikan bimbingan, dapat menginspirasi rekannya, menjadi tokoh panutan (role

model), serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee) pada

peran barunya. Preceptorship adalah telah diketahui bahwa perawat teregistrasi yang

baru lulus memerlukan pengawasan dan dukungan dalam praktik selam 6-12 bulan

STIKes Eka Harap Palangka Raya


16

setelah terdaftar sehingga perlu ditunjuk preceptor (pembimbing) untuk perawat

probationer (percobaan) tersebut. Menurut Nursalam 2012:242 Pengalaman belajar

klinik (PBK) dan belajar lapangan (PBL) merupakan proses transformasi mahasiswa

untuk menjadi seorang perawat profesional. Proses, memberikan kesempatan

mahasiswa beradaptasi dalam melaksanakan praktek keperawatan profesional di

tatanan nyata pelayanan kesehatan klinik/komunitas.

pada stase keperawatan medikal bedah terlihat sebanyak 24 (56%) responden

sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah, dan pada stase keperawatan anak

terlihat sebanyak 6 (14%) responden, serta pada stase keperawatan gawat darurat

sebanyak 13 (30%), jadi dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa preceptee paling

banyak sedang menjalani stase keperawatan medikal bedah. sebanyak 7 orang

responden atau preceptee menyatakan bahwa pelaksanaan preceptorship tidak

dilaksanakan dengan proses bimbingan cukup sebanyak 6 orang, dan proses

bimbingan kurang sebanyak 1 orang, serta sebanyak 36 orang responden atau

preceptee menyatakan bahawa pelaksanaan preceptorship dilaksanakan dengan

proses bimbingan baik sebanyak 16 orang, cukup 7 orang, dan kurang sebanyak 13

orang atau preceptee. Hasil uji statistik chi square didapatkan hasil dari total 43

responden hasil analisa yaitu 0.002. Hal ini dibuktikan dengan hasil P < dengan

tingkat signifikansi = 0,05 sehingga hasil 0,002 < 0,05 ini menunjukkan bahwa

adanya hubungan efetivitas pelaksanaan preceptorship dengan proses bimbingan

praktik profesi pada mahasiswa program profesi Ners. Hasil tersebut didapatkan

dengan menggunakan rumus program komputer yaitu rumus SPSS.

STIKes Eka Harap Palangka Raya


17

Menurut peneliti, mahasiswa program profesi ners memerlukan

preceptorship yang mampu memberikan bimbingan secara maksimal dan mampu

menjadi role play. Pelaksanaan dari preceptorship yang tidak dilaksanakan

berpengaruh terhadap kinerja dari mahasiswa program profesi ners yang dapat

berdampak pada menurunnya mutu serta kualitas dari mahasiswa program ners itu

sendiri. Oleh karena itu, pelaksanaan preceptorship sangat diperlukan untuk

meningkatkan proses bimbingan menjadi lebih baik sehingga mahasiswa program

ners yang sedang menjalani praktik profesi dapat memperoleh ilmu keperawatan yang

sesuai dengan kurikulum serta memenuhi karakter sebagai seorang yang ahli dalam

bidang keperawatan profesi ners.

D. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan

1) Pelaksanaan pra interaksi dalam pelaksanaan preceptorship dengan proses

bimbingan dalam Pra interaksi adalah sebagai berikut: Identifikasi latar

belakang peserta didik, Identifikasi tugas/ praktik yang sudah dilaksanakan,

Penetapan seorang pembimbing klinik di stase, serta pemilihan anggota

kelompok dan pasien kelolaan. Dan pelaksanaan interaksi: Penyusunan

kontrak program kegiatan untuk preceptor dan preceptee, Penyusunan

asuhan keperawatan, Memberikan kesempatan untuk preceptee dalam

proses keperawatan, Penetapan waktu untuk bimbingan, Penyusunan

laporan kegiatan dan laporan kasus, serta dalam pelaksanaan post interaksi

pelaksanaan evaluasi kontrak waktu ujian/test.Pelaksanaan preceptorship

pada mahasiswa program profesi ners di BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus

STIKes Eka Harap Palangka Raya


18

Palangka Raya yang berjumlah sebanyak 43 preceptee, 36 orang (84%)

responden menyatakan bahwa Preceptorship dilaksanakan, dan preceptee

sebanyak 7 orang (16%) responden menyatakan bahwa Preceptorship tidak

dilaksanakan. Hasil tersebut menunjukkan proporsi responden dengan

preceptorship yang dilaksanakan lebih banyak dibandingkan responden

dengan preceptorship yang tidak dilaksanakan.


2) Proses bimbingan meliputi tahap-tahap: pre konfrensi, post konfrensi,

askep individu, askep kelompok, pendidikan kesehatan, seminar, ujian, post

konfrensiPelaksanaan proses bimbingan yang dilakukan pada mahasiswa

program profesi ners yang berjumlah 43 responden, sebanyak 16 orang

(37%) responden dengan proses bimbingan yang baik, dan sebanyak 13

orang (30%) responden dengan proses bimbingan yang cukup, serta

sebanyak 14 orang (33%) responden dengan proses bimbingan yang kurang.

Hasil tersebut menunjukkan proporsi responden dengan proses bimbingan

yang baik lebih banyak dibandingkan responden dengan proses bimbingan

yang cukup dan kurang.


3) Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji statistik chi square diperoleh

nilai P value sebesar 0,002. Hal ini dibuktikan dengan hasil P < dengan

tingkat signifikan = 0,05 sehingga hasil 0,002 < 0,05 ini menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara Efektvitas pelaksanaan preceptorship

dengan proses bimbingan praktik profesi pada mahasiswa program profesi

ners. H1 diterima adanya Efektvitas pelaksanaan preceptorship dengan

proses bimbingan praktik profesi pada mahasiswa program profesi ners

angkatan 1 di BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.


STIKes Eka Harap Palangka Raya
19

2. Saran
1) Bagi institusi pendidikan
Sebaiknya pelaksanaan preceptorhip tersebut dapat ditinjau kembali

pelaksanaan nya seperti dibuatnya jadwal supervise ke klinik/lapangan

agar dapat memperbaiki kinerja dari preceptorship tersebut sehingga

dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik dan berkualitas.


2) Bagi penulis
Penulis mendapat pengalaman tentang riset keperawatan serta menambah

wawasan pengetahuan tentang pelaksanaan preceptorship dan bagaimana

proses bimbingan pada program profesi ners dan pengembangan diri,

khususnya dalam bidang riset keperawatan.


3) Bagi manajemen BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Sebaiknya dalam pelaksanaan preceptorship dengan proses bimbingan ini

adanya kerjasama antara pendidikan, klinik, dan membuat jadwal

bersama terkait proses bimbingan dan menentukan tujuan yang dapat

diterapkan proses preceptorship.

DAFTAR PUSTAKA

AIPNI.(2013). Materi Pelatihan Program Preceptorship STIKes Eka Harap.


Modul pelatihan Preceptorship pada STIkes Eka Harap palangkaraya tidak
dipublikasikan. 13 April.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka cipta

Brockopp, Dorothy Young.(1999). Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta: EGC

Chris, Broker.(2008).Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC


STIKes Eka Harap Palangka Raya
20

Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2013). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan.


Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Hidayat, A. Aziz (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data. Jakarta: Salemba Medika

Laurel, Swansburg C. (2008). Pengembangan Staf Keperawatan. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S.(2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan Dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan Dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan Dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam, & Efendi, Ferry. (2009). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika

Poterr dan Perry. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

STIKes Eka Harap Palangka Raya


21

STIKes Eka Harap Palangka Raya

Você também pode gostar