Você está na página 1de 11

KEPERAWATAN

BLOG INI BERISI ASKEP,SP DAN LAIN2 DARI KEPERAWATAN REGULER 2008

Selasa, 04 Mei 2010


ASERTIF TRAINING

ASERTIF TRAINING

A. DEFINISI

Istilah Asertif dewasa ini sudah sangat populer mengiang ditelinga kita, terlebih-lebih
istilah itu sering digunakan sebagai materi Assertiveness and social Skills training bagi
para karyawan perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme kerja. Banyak Pakar
memberikan definisi yang berbeda tapi sama (satu makna) tentang asertif, berikut
diantaranya :

a. Asertif adalah sikap di mana seseorang mampu bertindak sesuai dengan keinginannya,
membela haknya dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Selain itu, bersikap asertif
juga berarti mengkomunikasikan apa yang kita inginkan secara jelas dengan
menghormati tanpa menyakiti orang lain.

b. Sikap asertif adalah kemampuan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, perasaan,


dan kepentingan secara langsung kepada siapapun. Namun sikap asertif ini jangan
disamakan dengan sikap agresif. Sikap asertif bersifat jujur, obyektif, tidak
dipengaruhi oleh judgement, atau hal-hal yang bersifat emosionil.

c. Asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan kita secara jujur,
wajar dan tidak dibuat-buat.

d. Asertif adalah sarana untuk menjadikan hubungan kita lebih setara dan menghindari
perasaan direndahkan yang kerap kali datang bilamana gagal mengekspresikan apa
yang sungguh-sungguh kita dambakan.
e. Asertif adalah Cara Efektif dalam mengekpresikan diri, mempertahankan harga diri,
dan menunjukan rasa hormat kepada orang lain.

f. Asertif adalah kemampuan mengekspresikan hak, pikiran, perasaan, dan kepercayaan


secara langsung, jujur, terhormat, dan tidak mengganggu hak orang lain. Jadi, berani
untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran dengan
apa adanya

g. Asertif adalah membina hubungan tanpa melakukan penolakan terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain.

h. Asertif artinya menyadari bahwa andalah penentu perilaku anda sendiri dan anda dapat
memutuskan apa yang anda lakukan atau tidak. Kita juga menyadari kondisi yang
sama yang dihadapi orang lain dan tidak berusaha mengendalikan mereka.

i. Asertif adalah cara kita mengekspresikan pikiran atau perasaan kita kepada orang lain
tanpa bermaksud melukainya.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asertif adalah sikap positif bukan
sikap negatif, asertif bukan agresif yang selalu merugikan orang lain, asertif bukan
perilaku permisif/pasif yang selalu merugikan diri sendiri, bahkan menurut penelitian di
Amerika, dikatakan bahwa perilaku agresif dan permisif/pasif adalah animal behavior
sedangkan asertif adalah human behavior. Jelaslah bahwa dengan Bersikap Asertif, kita
akan mampu mempertahankan kredibiltas dan eksistensi diri sebagai pribadi yang
berguna bagi lingkungannya. Sedangkan non asertif adalah sikap yang pasif dan tidak
langsung. Sikap ini membiarkan orang lain mempengaruhi hak-hak kita dan bersikap
tidak hormat terhadap kebutuhan kita. Memecahkan masalah secara lose-win solution.

B. CIRI-CIRI ASERTIF
Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif
apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun
tindakan.
2. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain,
atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika
membutuhkan.
6. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan dengan cara yang tepat.
7. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk
mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun
gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self
confidence).

Kedelepan pandangan Fensterheim dan Baer (1980) tentang ciri-ciri individu jadi sebuah
penegasan dalam memposisikan kita (secara individu) sebagai manusia merdeka yang
mempunyai hak, kewajiban dan martabat yang sama dengan yang lainnya dalam
menentukan sikap, bersuara/berpendapat, mengapresiasikan bakat, minat dan
kemampuannya. Selain itu, seseorang yang asertif dengan ikhlas dapat menerima
dengan lapang dada berbagai kritikan dan saran yang dapat meningkatkan kualitas diri
atas berbagai kekurangan dan kesalahan yang pernah/sedang dilakukan tanpa
memandang siapa ??? (orang tua / Senior yunior / atasan / bawahan) yang menggugah
kita untuk segera terbangun dari keterpurukan.

C. MANFAAT
Sikap asertif memengaruhi banyak segi kehidupan kita. Orang yang asertif cenderung
memiliki konflik yang lebih sedikit dengan orang lain, artinya stres dalam hidup mereka
berkurang. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dan juga menolong orang
lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan memiliki hubungan yang
saling mendukung, orang yang asertif memiliki orang-orang yang dapat ia andalkan. Hal
ini menjauhkan mereka dari stres sehingga tubuh dan jiwa mereka juga menjadi lebih
sehat.

Sikap asertif ini terbukti bermanfaat ketika Anda berada dalam situasi yang tidak
menyenangkan. Misalnya saat bos sedang bad mood atau marah, ataupun saat Anda
sedang suntuk berat karena pekerjaan menumpuk. Meski Anda sedang dilanda rasa
gelisah, Anda tetap bisa berpikir dengan jernih tanpa terpengaruh oleh emosi Anda.
Misalnya saja, meskipun hati Anda sudah panas karena kemarahan bos, Anda tidak
terpancing untuk bersikap destruktif.

Sebaliknya, sikap agresif cenderung mengasingkan orang lain dan menumbuhkan stres
yang sebenarnya tidak perlu jika dapat dikendalikan dengan bersikap asertif. Seseorang
dengan perilaku agresif selalu merasa diserang dan menghindari interaksi dengan orang
yang ia anggap agresif.Seringkali, orang yang bersikap agresif memiliki hubungan yang
retak dan sedikit dukungan sosial. Mereka tidak mengerti bahwa hal ini terjadi karena
sikap mereka sendiri. Sebaliknya, mereka sendiri juga merasa sebagai korban.

Orang yang pasif selalu menghindari konflik dengan cara menghindar dari komunikasi
untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan mereka. Namun, sikap ini juga
merusak suatu hubungan dalam jangka panjang. Mereka selalu merasa menjadi korban,
tapi terus menerus menghindari konfrontasi. Hingga mencapai puncak kemarahan, dan
mereka akan melepaskan kemarahannya dengan agresif. Pihak lain yang membuatnya
marah tidak mengetahui masalahnya, sampai orang yang pasif ini meledak dalam
kemarahan. Peristiwa seperti ini memicu hubungan yang buruk dan perasaan terluka.

D. PERBEDAAN AGRESIF DAN NON-ASERTIF

Seseorang dikatakan asertif bila ia mampu bersikap tulus dan jujur dalam
mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangannya pada pihak lain sehingga tidak
merugikan atau mengancam integritas pihak lain. Sedangkan dalam agresif, ekspresi yang
dikemukakan justru terkesan melecehkan, menghina, menyakiti, merendahkan dan
bahkan menguasai pihak lain sehingga tidak ada rasa saling menghargai dalam interaksi
atau komunikasi tersebut.

Sikap ataupun perilaku agresif cenderung akan merugikan pihak lain karena seringkali
bentuknya seperti mempersalahkan, mempermalukan, menyerang (secara verbal ataupun
fisik), marah-marah, menuntut, mengancam, sarkase (misalnya kritikan dan komentar
yang tidak enak didengar), sindiran ataupun sengaja menyebarkan gosip.

Seseorang dikatakan bersikap non-asertif, jika ia gagal mengekspresikan perasaan,


pikiran dan pandangan/ keyakinannya; atau jika orang tersebut mengekspresikannya
sedemikian rupa hingga orang lain malah memberikan respon yang tidak dikehendaki
atau negatif.

E. LATIHAN ASERTIF

Latihan asertif adalah suatu terapi modaliltas keperawatan dalam nentuk terapi
kelompok(terapi tingkah laku), klien belajar mengungkapkan rasa marah secara tepat atau
asertif sehingga pasien mampu untuk berhubungan dengan orang lain,mampu
menyatakan: apa yang diinginkannya , apa yangn disukainya, dan apa yang ingin dia
kerjakan dan kemampuan untuk membuat seseorang merasa tidak risih berbicara tentang
dirinya sendiri.

Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan
diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di
antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan
tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif
lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan
konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.

F. CARA MENGEKSPRESIKAN EMOSI NEGATIF SECARA ASERTIF

Ekspresi asertif pada umumnya mengandung unsur yang dapat kita katakan sebagai berita
tentang aku, seperti saya sebal, saya kesal, saya marah. Dalam berita tentang aku
terkandung makna bahwa saya mempunyai perasaan dan perasaan saya adalah tanggung
jawab saya.

Sebaliknya ekspresi agresif selalu mengandung unsur berita tentang kamu, karena
seseorang diserang atau diberi sebutan yang bermakna negatif. Kamu seharusnya tidak
melakukan hal itu atau kamu orang jahat, atau kamu bloon. Apabila kemarahan sudah
memuncak, biasanya seseorang akan lebih sering menggunakan komunikasi yang
didominasi oleh berita tentang kamu.

Sementara itu komunikasi asertif tidak sama dengan komunikasi agresif, karena dalam
asertif terjadi suatu ungkapan yang langsung, jujur, dan secara spontan mengekspresikan
segala macam perasaan yang ada, namun dengan cara tertentu yang membuat lawan
bicara tidak akan terpancing untuk memberikan respons yang emosional pula.

Oleh karena seorang yang asertif tidak akan pernah menyertakan berita tentang kamu.
Jadi tidak ada yang merasa disalahkan dan dicerca oleh keberadaan emosi negatif secara
agresif, dari apa yang dirasakan oleh lawan bicaranya tersebut.

G. LANGKAH-LANGKAH

Astrid French, pakar perilaku terkenal di Amrik dalam bukunya yang berjudul
Interpersonal Skills, mengungkapkan bahwa perilaku asertif akan membantu Anda
mendapatkan apa yang menjadi hak Anda maupun apa yang bukan hak Anda tetapi Anda
menginginkannya. Namun tanpa menanggalkan tanggung jawab dalam melakukannya. Di
bawah ini merupakan petunjuk untuk bersikap asertif:

1. Bedakan dengan jelas apa saja yang menjadi hak Anda dan apa yang bukan hak Anda
tetapi Anda menginginkannya. Ingat loh, orang yang asertif bukanlah orang yang
suka merampas hak orang lain. Orang yang asertif bisa memenuhi keinginannya
walaupun sebetulnya itu bukan haknya tanpa pemaksaan dan tindakan destruktif.
2. Berani mengungkapkan sesuatu yang mengganjal perasaan Anda. Misalnya tentang
ketidakpuasan Anda. Dengan sikap asertif Anda bisa mengungkapkan ketidakpuasan
itu dengan nada yang lebih bersahabat, bukan dengan nada penuh emosi.

3. Tunjukkan image yang positif, misalnya dengan bertutur kata dan bertingkah laku
sopan. Dengan image positif ini Anda akan lebih mudah diterima dalam bersikap
asertif.

4. Pandai membaca keadaan. Perilaku asertif dapat dinilai agresif jika ditunjukkan dalam
kondisi yang salah. Maka jika ingin mengungkapkan sesuatu pastikan suasana dan
kondisinya dalam keadaan tenang dan tidak dalam keadaan yang penuh emosi.

5. Dalam keadaan emosi jangan sekalipun mengungkapkan keinginan Anda, karena


dikhawatirkan hasilnya tidak objektif karena dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat
subyektif dan emosionil.

H. Formula Membangun Assertivitas

Setidaknya ada Formula 3 A sebagai sebuah pendekatan yang dapat dilakukan dalam
mewujudkan sikap Assertivitas diri, yang terangkai dalam tiga kata yaitu Appreciation,
Acceptance, Accommodating:

1. Appreciation.

Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat terhadap kehadiran
orang lain sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka tanpa
menunggu mereka untuk lebih dahulu memperhatikan, memahami, menghormati dan
menghargai kita.

2. Acceptance

Adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan
kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain
sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki
tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif)
agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih-milih orang dalam berhubungan,
dengan tidak membatasi diri hanya pada keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku,
agama, keturunan, dan latar belakang lainnya.

3. Accomodating.

Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang
sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada
semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat
mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi,
tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri

Formula diatas dapat dijadikan sebagai pedoman berinteraksi sosial dalam membina hubungan
baik dengan banyak orang, dengan asumsi bahwa orang lain pun mempunyai hak dan
kesempatan yang sama seperti kita. Oleh karena itu, kita dapat mengemukakan hak pribadi,
namun janganlah kita melupakan untuk memperhatikan hak orang lain pula.

I. TIPS UNTUK BERSIKAP ASERTIF

Tips untuk mampu mengatakan tidak terhadap permintaan yang tidak diinginkan

1. Tentukan sikap yang pasti, apakah Anda ingin menyetujui atau tidak. Jika Anda
belum yakin dengan pilihan Anda, maka Anda bisa minta kesempatan berpikir
sampai mendapatkan kepastian. Jika Anda sudah merasa yakin dan pasti akan
pilihan Anda sendiri, maka akan lebih mudah menyatakannya dan Anda juga
merasa lebih percaya diri.

2. Jika belum jelas dengan apa yang dimintakan pada Anda, bertanyalah untuk
mendapatkan kejelasan atau klarifikasi.

3. Berikan penjelasan atas penolakan Anda secara singkat, jelas, dan logis. Penjelasan
yang panjang lebar hanya akan mengundang argumentasi pihak lain.
4. Gunakan kata-kata yang tegas, seperti secara langsung mengatakan tidak untuk
penolakan, dari pada sepertinya saya kurang setuju..sepertinya saya kurang
sependapat...saya kurang bisa.....

5. Pastikan pula, bahwa sikap tubuh Anda juga mengekspresikan atau mencerminkan
bahasa yang sama dengan pikiran dan verbalisasi Anda...Seringkali orang tanpa
sadar menolak permintaan orang lain namun dengan sikap yang bertolak belakang,
seperti tertawa-tawa dan tersenyum.

6. Gunakan kata-kata Saya tidak akan.... atau Saya sudah memutuskan untuk.....
dari pada Saya sulit..... Karena kata-kata saya sudah memutuskan untuk....
lebih menunjukkan sikap tegas atas sikap yang Anda tunjukkan.

7. Jika Anda berhadapan dengan seseorang yang terus menerus mendesak Anda
padahal Anda juga sudah berulang kali menolak, maka alternatif sikap atau
tindakan yang dapat Anda lakukan : mendiamkan, mengalihkan pembicaraan, atau
bahkan menghentikan percakapan.

8. Anda tidak perlu meminta maaf atas penolakan yang Anda sampaikan (karena Anda
berpikir hal itu akan menyakiti atau tidak mengenakkan buat orang
lain)...Sebenarnya, akan lebih baik Anda katakan dengan penuh empati seperti :
saya mengerti bahwa berita ini tidak menyenangkan bagimu.....tapi secara terus
terang saya sudah memutuskan untuk ...

9. Janganlah mudah merasa bersalah ! Anda tidak bertanggung jawab atas kehidupan
orang lain...atau atas kebahagiaan orang lain, bukan.....

10. Anda bisa bernegosiasi dengan pihak lain agar kedua belah pihak mendapatkan
jalan tengahnya, tanpa harus mengorbankan perasaan, keinginan dan kepentingan
masing-masing.(jr)

Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, tidak setiap saat kita mendapat stimulus yang
positif, terkadang kita mendapati stimulus yang negatif, stimulus negatif menimbulkan
perasaan negatif seperti pada kasus B , stimulus negatif buat B adalah temannya
mengajak dia bermain games (padahal tugasnya belum selesai), perasaan negatif B adalah
merasa ditantang dan pengen membuktikan (di satu sisi B menimbang antara ajakan atau
mengerjakan tugas mandiri). Ada tiga bentuk respon penting untuk mencegah perasaan
negatif, yaitu :

1. Pertama, kita bisa menghambat ekspresi dari perasaan negatif dengan tidak
mengatakan apa pun, atau menggerutu dalam hati yang sama sekali tidak dipahami
orang lain (berarti kita pasif).

2. Kedua, kita dapat menyerang lawan bicara kita dengan kata-kata keras, kasar atau
bahkan melecehkan, merendahkan, menyalah-nyalahkan orang yang kita ajak bicara
(berarti kita agresif).

3. Ketiga, kita akan langsung mengungkapkan perasaan negatif secara spontan dan sesuai
dengan kondisi yang kita rasakan, tanpa menyalahkan orang yang kita ajak bicara
(berarti kita asertif).

Dalam interaksi dengan orang lain, pengaruh masa kecil tidak dapat diabaikan, sehingga
ada kerangka kerja interaktif masa kecil yang melandasi ketiga pilihan tersebut di atas.

Maka kemudian terbentuk pola interaktif sebagai berikut:

1. I am not OK-You are OK. Saya akan berhati-hati dalam mengungkapkan apa pun
terhadap perilakumu, karena saya harus yakin bahwa apa yang saya katakan tidak
akan mengganggu perasaanmu dan membuatmu jengkel dan marah. Saya merasa
yakin tidak akan menyerang kamu, dan membuat kamu merasa tidak nyaman. Disini
kita bersikap pasif.

2. I am OK-You are not OK. Cara ini membuat kita merasa lebih baik, dan orang lain
kurang baik, sehingga orang lain tersebut patut mendapat luapan kemarahan dan
cercaan dari kita. Dalam hal ini kita bersikap agresif dan menyerang, sehingga akan
membuat orang lain merasa tidak nyaman oleh serangan kita. Disini kita bersikap
agresif.

3. I am OK-You are OK. Kita dengan bebas meluapkan perasaan apa pun yang kita
rasakan, dan kita sendirilah yang bertanggung jawab terhadap perasaan kita. Kita
tidak akan membiarkan orang lain mengambil manfaat dari kondisi kita, tetapi orang
lain pun memiliki kebebasan untuk mengungkap apa yang dirasakan. Kita tidak akan
menyerang orang lain, bahkan akan menerima kehadiran orang lain dengan sikap
terbuka. Ini adalah cara pengungkapan perasaan secara asertif.

Jadi, dengan cara asertif maka kedua belah pihak yang berkomunikasi merasa nyaman,
tidak ada yang merasa disakiti hatinya dan tidak ada pula yang merasa ingin menyakiti
lawan bicaranya. Namun dapat tercipta saling pengertian yang memudahkan pengambilan
keputusan dan dirasakan adil bagi semua pihak.

Diposkan oleh abang dkk di 23.20

2 komentar:

1.

abang dkk5 Mei 2010 01.43

baru

Balas

2.

Dimaz Julio6 Juni 2012 03.48

berikut referensi tentang ber perilaku asertif :


http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1240/1/10507299.pdf

Você também pode gostar