Você está na página 1de 19

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN ASMA BRONKHIALE PADA NY. I

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Dewasa I

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

1. Reni Nur Hidayati (1011020062)


2. Aria Wahyu (1011020063)
3. Pipit Astini (1011020064)
4. Agus Kurniadi ( 1011020065)
5. Nafissatun Nisari (1011020066)
6. Pralampita R. F (1011020067)
7. Agus Weriana (1011020068)
8. Fajar Septiaji (1011020069)
9. Sulistio Dedi A. P (1011020070)

PROGRAM STUDI KEPERWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan yang semakin pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
hidup kebutuhan manusia semakin meningkat. Persaingan yang muncul dalam usaha memenuhi
kebutuhan manusia sebagai mahluk bio, psiko, sosial, kultural dan spititual, menuntut agar
manusia mampu meningkatkan produktivitas kerjanya semaksimal mungkin. Usaha untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan dengan kerja keras yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan stres fisik maupun emosional. Ditambah dengan banyak didirikannya pabrik-
pabrik serta kendaraan yang jumlahnya semakin meningkat. Asap yang berasal dari pabrik,
kendaraan, amupun asap rokok merupakan suatu polutan dalam udara. Bila tidak diimbangi
dengan pembersihan udara seperti penghijauan atau pembuatan taman, maka pertama yang
terganggu adalah fungsi pernafasan karena manusia bernafas membutuhkan pertukaran gas
dimana menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida hasil sisa metabolisme. Bila udara
yang dihirup tidak bersih maka akan mengakibatkan gangguan pernafasan seperti infeksi saluran
nafas atas, bronkhitis, dan asma. (azizah,2008)
Asma bronkhiale merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang ditandai oleh serangan
intermiten, spasma bronkhus yang disebabkan oleh rangsangan alergik atau iritatif akan
mengakibatkan dispeneci, batuk, mengi (price & wilson, 1995). Asma merupakan penyakit yang
cukup kuat dari faktor keturunan terutama dari garis ibu. Asma bila muncul kapan saja terutama
diwaktu malam hari atau setelah melakukan aktifitas, ini disebabkan karena faktor alergen
misalnya debu dan cuaca. Asma merupakan penyakit yang tidak dapat sembuh, namun bila dapat
menghindari faktor alergen pencetus asma, maka serangan asma tidak sembuh.
Adapun di Indonesia penyakit asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian.
Selain mengganggu aktifitas, asam tidak dapat disembuhkan bahkan dapat menimbulkan
kematian. Data WHO memperkirakan pada tahun 2005 diseluruh dunia terdapat 255.000 jiwa
meninggal karena asma. Jumlah ini dapat meningkat lebih besar mengingat asma merupakan
penyakit yang underdiagnosed, sebagian besar atau 80% kematian justru terjadi di negara-negara
berkembang (Dr. Hj. Ilham Patu, SpBs,2010.)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Asma bronkhile adalah suatu penyakit yang di tandai oleh serangan intermiten spasma
bronkhus disebabkan oleh rangsangan alergik atau iritatif. (Himawan Sutrisna, 1998). Asma
adalah penyakit obtruksi jalan nafas yang dapat pulih dan intermiten yang ditandai oleh
penyempitan jalan nafas. Mengakibatkan dispneumia, batuk dan mengi (Burner and
sudarths.2000 ).
Asma adalah keadaan klinik yang di tandai oleh masa penyempitan bronkhus revesible, di
pisahkan oleh masa dimana ventrikasi mendekati keadan normal. (price and wilson 1995 ).
Sedangkan menurut waspadji, 2001 asma adalah penyakit paru dengan karakteristik :
1. Obtruksi saluran nafas yang revesible (tetapi tidak lengkap pada beberapa pasien)
baik secara spontan maupun dengan pengobatan.
2. Inflamsi saluran nafas.
3. Peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagi rangsang.
B. EPIDEMIOLOGI
Asma bronkial merupakan penyakit respiratorik kronik yang tersering dijumpai pada anak.
Asma dapat muncul pada usia berapa saja, mulai dari balita, prasekolah, sekolah atau remaja.
Prevalensi di dunia berkisar antara 4-30%, sedangkan di Indonesia sekitar 10% pada anak usia
sekolah dasar dan 6,7% pada anak usia sekolah menengah.
Sebanyak 10-15% anak laki-laki dan 7-10% anak wanita dapat menderita asma pada suatu
saat selama masa kanak-kanak. Sebelum pubertas sekitar dua kali anak laki-laki yang lebih
banyak terkena daripada anak wanita, estela itu inciden menurut jenis kelamin sama.
C. ETIOLOGI
Ada beberapa pendapat menyebutkan tentang penyebab terjadinya asma bronkhial :
1. Menurut C. Long (1996)
a. Infeksi virus atau bakteri atau alergen
b. Perubahan suhu dan kelembaban
c. Uap yang mengiritasi
d. Asap
e. Bau-bauan yang kuat
f. Latihan fisik
g. Stres emosional
2. Menurut Waspadji (2001)
a. Obat-obatan aspirin anti inflamasi non steroid
b. Pengawet makanan
D. TANDA dan GEJALA
Ada beberapa pendapat mengemukakan bahwa asam ditandai dengan :
menurut Lemone and Burke (2000).
1. Retraksi dada
2. Dispenea (sesak nafas)
3. Whezing / mengi
4. Batuk
5. Takibnea (respirasi > 20 x / permenit) dan takikardi (denyut nadi > 100 x permenit )
Menurut C. Long 1996 :
1. Bronkhos spasme, dan penyempitan jalan nafas menyebabkan whezing saat ekspirasi
2. Pasien terbangun dan meras tercekik
3. Serangan sering kali terjadi pada malam hari
4. Pasien menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas mungkin membungkuk ke
depan untuk berbafas lebih baik
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Low (1996) suatu seranga asma merupakan suatu akibat adanya reaksi antigen antibodi
yang menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator kimia yang meliputi histamin. Slow
relasing aufanapylaksis (sks - A) eosinophilic chemotetik factor of Anaphylaksis (ECF - A)
menyebabkan timbul 3 reaksi utama :
1. Konteraksi otot otot polos baik saluran nafas yang besar atau kecil menimbulkan
bronkhos spasme.
2. Peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadi edema mukosa yang
menambah sempitnya saluran nafas lebih lanjut
3. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus,
mengakibatkan pasien yang mengalami serangan akan berubah bernafas mulut. Yang
mengakibatkan keringnya mukus, dan lebih lanjut akan menghambat saluran nafas.
Selama serangan akut, alveoli mengembang secara progresif seperti pada emfisema,
sebenarnya terjadi emfisema akut. Bila reaksi bronkhiolus tidak dapat dilakukan, oksigen yang
tidak memadai melewati membran alveolar kapiler ke dalam (hipoksemia), dan pasien lebih
bertambah sianosis pada waktu yang sama, penderita biasanya mengalami hiperventilasi dan
mengeluarkan CO2 dan karenanya biasanya pada co2 berkurang bila pada co2 menjadi
meningkat dan penderita menjdi hiperkapnia, hal ini merupakan tanda bahaya karena ini
menunjukan bahwa penderita mengalami kelelahan dan usaha ventilasi menjadi tidak adekuat :
intubasi dan ventilasi bantuan mungkin diperlukan. Penderita perlu diobservasi terus menurus
dan di bantu segala sesuatunya yang iya butuhkan.
Pada dasarnya patologi asma adalah inflamsi jalan nafas yang berkepanjangan dan revesible
inflamasi di duga karena obtruksi yang berlanjut pembengkakan membran jalan nafas (mukosa
edema), pengecilan dianmeter jalan nafas, kontraksi otot polos bronkhus yang mengelilingi jalan
nafas, menyebabkan penyempitan yang berkelanjutan dan peningkatan produksi mukus, yang
mana menurunkan ukuran jalan nafas dan mungkin menyebabkan keseluruhan bronkhus
tersumbat otot bronkhus dan kelenjar mukus membesar tebal, produksi sputum lengket dan
hipertetis alveoli. Pada beberapa pasien mungkin mengalami vebrosis membran subepitel jalan
nafas. Yang kemungkinan menyebabkan penyempitan aliran udara yang irevesibel (brunner and
sudarths 1999)
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUJANG
Menurut Lemone & Burke (2000) cara untuk melakukan pemeriksaan penunjang pad penyakit
asma bronkhiale adalah sebagai berikut :
1. ABG (Analisis Blood Gas) atau analisa gas darah selama serangan akut
menggambarkan untuk mengevaluasi PH darah, tekanan oksigen, tekanan oksigen dan
menunjukan hipoksemia karbon dioksida. ABG awalnya menujukan hipoksemia dengan PO2
oleh karenanya pasien takipnea.
2. Pemeriksaan sputum pada klien asma adanya eosinofil yang banyak dan sel darah
putih lainnya.
3. Percobaan klien mungkin dilakukan untuk mengidentifikasi alergen secara spesifik
jika dicurigai alergi sebagi pencetus terjadinya serangan asma.
4. Tes fungsi paru digunakan untuk mengetahui derajat obtruksi jalan nafas : tes fungsi
paru dilakukan sebelum dan sesudah penggunaan aerosol bronkhodilator penting untuk
melakukan refervibilitas obtruksi jalan nafas.
5. Tes profokasi bronkhial di gunakan untuk mendapat diagnosis asma oleh karena hiper
aktifitas jalan nafas.
6. CBC dengan WBC diferential sering menunjukan tingginya hitung eosinofil.
Peningkatan eosinofil mungkin berhubungan dengan serangan
7. Sinar X dada : dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru, peningkatan tanda
bronkhovaskular (bronkhitis). Hasil selama periode remisi dari asma.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Mansyur (2001) penatalaksanaan dari asma antaralain :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankan
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obtruksi jalan nafas yang irreversibel
Obat anti asma :
a. Bronkho dilator
- Agonis B2
- Metilxatin
- Anti koligennik
b. Anti inflamasi
Anti inflamasi menghambat inflamasi jalannya nafas dan mempunyai efek supresi dan
profilaksis :
- Kartikosteroid
- Natrium kromonin, merupakan anti inflamasi steroid
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Identitas
1. Pasien / klien
Nama : NY. I
Tempat / tanggal lahir : Pemalang, oi juli 1974
Umur : 37 tahun
Agama : islam
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SD
Suku : Jawa
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Tanggal Masuk RS : 22 maret 2011
Sumber infoormasi : Abdul Husen
Status perkawinan : sudah menikah
Alamat : majalangu rt/rw02/03, watukumpul, Pemalang.
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SD
Alamat : Majaanngu 02/03, wtukumpul, Pemalang.
b. Riwayat penyakit
1. Keluhan utama
pasien mengatakan sesak nafas dan kadang batuk-batuk
2. Riwayat penyakit sekarang
Selama 2 (dua) hari sebelum masuk rumah sakit klien sesak nafas dan batuk berdahak
dan di bawa ke puskesmas tapi masih sesak nafas kemudian dari puskesmas di rujuk ke
RSUD dr. R GOETENG TARUNADIBRATA tanggal 22 maret 2011 melalui UGD, di
UGD di lakukan oemeriksaan fisik dan labratorium dan di diagnosa ASMA
BRONKHIALE. Klien di beri terapi oksigen 4-5 l / menit. Infus cairan RL (ringer
lactat) 20 tts/ menit. Kemudian di berikan injeksi metil prendinison 2 x 62,5 mg.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya juga sering sesak nafas dan selama 1 tahun belakangan ini mengeluh
sering sesak nafas apalagi kalau malam hari, sehingga pasien berusaha mengatasinya
dengan minum obat dari puskesmas.
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga seperti yang di alami oleh pasien saat ini juga pernah di
alami oleh neneknya.
c. Pengkajian fungsional
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
DS : pasien mengatakan SMRS belum pernah menderita penyakit yang serius tapi 1
tahun belakangan ini sering sesak nafas apalagi kalau malam hari dan udaranya lagi
dingin, dan saya minum obat dari puskesmas dan terasa sehat lagi.
DO : pasien berada di RSUD dr. R. GOETENG TRUNADIBRATA untuk berobat
menggunakan JPKM.
2. Pola nutrisi dan metabolik
DS : pasien mengatakan selam di RS makn 3 x sehari dan hanya habis porsi, tidak
enak makan karena sesak nafas, minum 5 gelas / hari (air putih)
DO :
- TB : 152 cm
- BB : 35 kg
- BB sebelum sakit (6 bulan terakhir) = 43 kg, BB sekarang :53 kg
- Pasien hanya menghabiskan porsi makan yang diberikan dari rumah sakit
- Program diet dari RS MLDM (Makanan Lunak DM) dengan kalori = 1700,
energi = 1700, protein = 55,5 , lemak = 36,5, dan karbohidrat = 27,5.
- Intake cairan : 3000 cc / hari (air putih dan mendapat tetapi cairan intravena
/ cairan Rl 20 tpm)
- Lokasi insersi di tangan kiri (vena radialis sinistra)
- Kondisi kulit :
Warna : sawo matang, pucat
Suhu : dingin
Kelembaban : lembab
Torgor kulit : elastis
Mukosa bibir : tdak kering
3. Pola Eliminasi
DS : pasien mengatakan BAK selam di RS 4-6 x sehari, warna kuning normal
dengan banunya yang khas, dan BAB 1 x / hari dengan konsistensi lembek.
DO : pasien tidak terpasang dauer chateter (DC), tidak ada masalah dengan BAK dan
BAB
4. Pola aktivitas dan olah raga
DS : pasien mengatakan masih bisa kekamar mandi sendiri
DO :

Aktivitas sehari-hari 0 1 2 3 4
Makan / minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
ROM (Range Of Motion) V
Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : di bantu orang lain
3 : di bantu orang lain dan alat bantu
4 : tergantung total
Kesimpulan : pasien masih bisa melakukan aktivitas secara mandiri
5. Pola istirahat dan tidur
DS : pasien mengatakan tidk bisa tidur karena sesak nafas dan sering batuk- batuk
apalogi di malam hari / tidurnya tidak nyenyak.
DO :
Pasien terlihat tidurnya tidak nyenyak
Lama : 4-5 jam / hari
Terbangun sepanjang malam
Pasien tampak pucat dan lemas
Pasien sering batuk
6. Pola kognitif dan persepsi
DS : pasien mengatakan asal berobat dengan baik dan sabar pasti penyakitnya akan
sembuh
DO :
Kondisi umum pasien sadar penuh dengan cmpos mentis, GCS = 15,
E =4, V = 5, M = 6
Tidak disorientasi tempat, ruang,wktu
Memori jangka pendek dan jangka panjang baik
Reflek normal
Kekuatan menggenggam kanan dan kiri kuat
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
DS : pasien mengatakn tidak merasa sedih dengan kondisi sekarang, karena suaminya
tetap setia menungguinya / menjaganya
DO :
Pasien terlihat tenang, kooperatif terhadap pengobatan yang
diberikan
Ada kontak mata dan dapat menjawab pertanyaan dengan segera
8. Pola peran dan berhubungan
DS : pasien mengatakan tinggal dengan suami dan 2 orang anaknya yang masih kecil-
kecil dan yang masih perlu perhatian pasien
DO : suami dan ank-anaknya suka menunggui pasien
9. Pola seksualitas dan reproduksi
DS : pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga dengan dua orang anak, satu laki-
laki dan satu perempuan
DO : pasien berjenis kelamin perempuan
10. Pola koping dan toleransi stress
DS : pasien mengatakan dengan penyakitnya sekarang tidak meraa cemas, di pasrahkan
semua kepada Tuhan YME
DO : pasien terlihat tenang
11. Pola nilai-nilai dan kenyakinan
DS : pasien mengatakan sebelum masuk RS, mengikuti pengajian rutin di
lingkungannya 1 bulan sekali
DO : pasien beragama islam
d. Pemeriksaan fisik (head t toe)
Keadaan umum : kompos mentis
Kepala : bentuk mesocepalo, rambut warna hitam, bersih
tidak berketombe
Mata : konjungtiva unanemis, sklera dan ikterik,reaksi
terhadap cahaya kontriksi, fungsi penglihatan baik tidak
menggunakan kaca mata
Hidung : pakai o2, polip dalam bats normal, nafas cuping
hidung
Telinga : bersih, cerumen dalam batas normal
Gigi dan mulut : gigi masih utuh, ada karies gigi, tidak bau mulut,
tidak ada sariawan,mukosa bibir lembab
Jantung : irama teratur , tidak terdengar suara mur mur
Paru : retraksi dada, suara paru terdengar whezing saat
ekspirasi, pola nafas tidak teratur, ekspirasi lama, batuk tapi
tidak berdarah
Genetalia : tidak terpasang kateter (DC)
Anus : bersih, tidak ada hemoroid
Tanda-tanda vital : TD = 120/90 mmHg, N = 98 x/menit, S = 36,2 C,
RR= 28 x / menit
e. Data penunjang lain : laboratorium tanggal 23 maret 2011
f. Program terapi : cairan RL 20 tts/ menit, amoxcilin 3 x 500 (oral)
g. Data fokus / kumpulan data

Tgl /jam Data fokus


23/ 03/2011 S : pasien mengatakan sesak nafas dan kadang batuk-batuk
O:
Pasien tampak sesak nafas dan batuk-batuk
Bunyi nafas whezing saat ekspirasi
Ekspirasi lebih lama dari inspirasi
Nafas kuping hidung
RR 28 kali / menit
Mendapat therapi aminopilin 1 ampul, dalam cairan RL 500 cc
2o tpm
Terpasang oksigen 2 liter per menit
S : pasien mengatakan tidak bisa tidur / tidurnya tidak nyenyak karena
sesak nafas dan sering batuk apalagi di malam hari
O:
Pasien sering batuk
Pasien tampak pucat dan lemas
Ketika ngobrol pasien sering menguap
TD = 120/90 mmHg, N = 98 kali / mnt, RR = 28 kali / menit, S =
36,2 C
S : pasien mengatakan setiap makan hanya habis porsi, tidak makan
karena sesak nafas
O:
Makan habis porsi
BB sebelum sakit (6 bulan terakhir)= 45 kg, BB sekarang = 35
kg
Turun 8 kg. TB = 152
Pasien tampak pucat dan lemas
BB = kurus = < 18,5, BB normal = 18,5 22,9
h. Analisa data

Tgl/jam Data Etiologi Problem


S : pasien mengatakan sesak Peningkatan Bersihan jalan
nafas dan kadang batuk-batuk produksi sekret nafas tidak efektif
O:
Pasien tampak sesak
nafas dan batuk batuk
Bunyi nafas whezing
saat ekspirasi
Ekspirasi lebih lama dari
inspirasi
Nafas cuping hidung
RR = 28 kali/ menit
Mendapatkan terapi
aminopilin 1 ampul dalm
cairan RL 500 cc 20 tpm
Terpasang oksigen 2
liter / menit
S : pasien mengatakantidak bisa Batuk produktif Gangguan pola
tidur / tidurnya tidak nyenyak tidur
karena sesak nafas dan sering
batuk apalagi di malam hari
O:
Pasien sering batuk
Pasien tampak pucat dan
lemas
Ketika ngobrol pasien
sering menguap
TD = 120/90 mmHg, N
= 98 x / menit, RR = 28
x / menit, S = 36,2 C
S : pasien mengatakan setiap Dispnea Ketidakseimbanga
makan hanya habis porsi, n nutrisi kurang
tidak enak makan, karena sesak dari kebutuhan
nafas tubuh
O:
Makan habis porsi
BB sebelum sakit = 43
kg, BB sekarang menjadi
35 kg, TB = 152 cm
Pasien tampak pucat dan
lemas
BB ideal
BB = 35 kg
TB = 152 cm
BB kurang = < 18,5
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk produktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.DX Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah Auskulta Beberapa drajt
nafas tidak efektif dilakukan si bunyi spasme
b/d peningkatan keperawatan penafasan, bronkus
produksi sekret 3x 24 jam di catat bunyi terjadi dengan
harapkan nafas,misal obstruksi jalan
jalan nafas megi,krekels, nafas dan
efektif ronkhi dapat / tdk
dengan dimanifestasik
kriteria an adanya
hasil : bunyi nafas
Tida
Berikan adventisius.
k ada
posisi semi Peninggian
sumbatan
fowler kepala tempat
jalan
tidur
nafas
Pasie mempermuda
n tidak h fungsi
sesak pernafasan
nafas dengan
Pasie menggunakan
Tingkatk
n tidak gravitasi.
an masukan
batuk
Tida cairan 3000 Hidrasi
k ada ml/ hari membantu
suara membantu
tambahan menurunkan
Ajarkan kekentalan
di paru
pasien batuk sekret.
efektif bila
Memberikan
memungkink
pasien
an
beberapa cara
untuk
mengatasi dan
Kolabora mengontrol
si medis batuk dan
untuk dispeneah
pemberian keluar sekret.
terapi Merilekskan
(bronkhialato otot halus dan
r,msl: menurunkan
B.agonis) kongetis lokal,
menurunkan
spasme jalan
nafas.
2. Gangguan pola Setelah Pantau Untuk
tidur b/d batuk dilakukan tanda-tanda memantau
produktif tindakan vital sebelum TTV apakah
keperawatan dan sesudah pernafasannya
3x 24 jam di aktifitas meningkat apa
harapkan tidak?
kebiasaan Batasi Biar pasien
tidur normal jumlah bisa istirahat
dengan pengunjung tanpa
kriteria
hasil : diganggu.
Pasie Hindari
Karena untuk
n bisa kafein seperti
pemberian
tidur kopi
Kolabora obat.
nyenya
si medis
k
untuk
pemberian
terapi
3. Ketidakseimbang Setelah Kaji pola Pasien distress
an mutrisi kurang dilakukan makan, pernafasan
dari kebutuhan tindakan kebiasaan akut sering
tubuh b/d dengan keperawatan makan, dan anoreksia
dispnea 3 x 24 jam makanan karena
kebutuhan yang di sukai dispnea,
nutrisi produksi obat.
Anjurka
menjadi
n pasien Membantu
seimbang
makan menurunkan
dengan
sedikit tapi kelemahan
kriteria
sering selama waktu
hasil :
makan dan
Masuk
memberikan
an
kesempatan
peroral
meningkatkan
mening
kalori total.
kat Kolabora
Porsi
si dengan Metode
makan
ahli gizi makan dan
yang di kebutuhan
untuk
sediaka kalori
pemberian
n habis
diet sesuai didasarkan
Masa
indikasi pada situasi /
otot dan
kebutuhan
tonus
individu untuk
baik
Tidak memberikan

terjadi nutrisi

penurun maksimal

an BB dengan upaya
minimal
pasien /
penggunaan
energi

IV. IMPLEMENTASI

No.DX Tgl/jam Implementasi Respon Pasien Paraf


1. - Mengukur vital sign - Pasien mengatakan
- Mengauskultasi
lebih nyaman posisi
bunyi nafas semi fowler
- Menganjurkan pasien - Pasien sedikit mau
untuk bayak minum berusaha nafas dalam
- Memberi posisi semi
fowler
- Menganjurkan pasien
untuk banyak latihan
nafas dalam / batuk
efektif
- Melakukan
kolaborasi dengan
medis memberikan obat
sesuai indikasi
2. - Mengukur vital sign - Pasien kooperatif dan
- Membatasi
mau melakukan tehnik
pengunjung yang nafas dalam
datang - Pasien mengatakan
- Mengajarkan tehnik
tidurnya lebih nyenyak
relaksasi/latihan nafas karena batuknya
dalam berkurang
- Memotifasi pasien
untuk istirahat
3. - Menganjurkan pasien - Pasien kooperatif,
makan sedikit tapi sudah mulai sedikit-
sering sedikit makan
- Menimbang berat - Porsi makan habis
badan porsi
- Melakukan
kolaborasi dengan ahli
gizi
- Menganjurkan nafsu
makan

V. EVALUASI

Tgl / jam Diagnosa keperawatan SOAP perkembangan Paraf


25/03/2011 Bersihan jalan nafas tidak S : pasien mengatakan sesak nafasnya
efektif berkurang
O:
Pasien terlihat lebih segar
Bunyi nafas whezing saat
ekspirasi
Terpasang oksigen 2 L/M
RR = 28 x / menit
A: masalah bersihan jalan nafas
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi :
Kaji TTV
Auskultasi bunyi nafas
Ajarkan pasien untuk latihan
batuk efektif dan nafas dalam
Tingkatkan masukan cairan
sampai 3000 ml / hari
Gangguan pola tidur S : pasien mengatakan tidurnya sudah
nyenyak karen batuknya berkurang
O:
Pasien terlihat lebih segar
TD = 120/90 mmHg,
RR = 28 x / menit
N = 80 x / menit
S = 36,5 C
A : masalh pola tidur sudah teratasi
P : pertahankan intervensi :
Kaji TTV
Batasi pengunjung yang datang
Kolaborasi medis untuk
mengontrol batuk dengan
pemberian obat antitusif sesuai
indikasi medis
Hindari kafein
Ketidakseimbangan nutrisi S : pasien mengatakan sudah mulai
kurang dari kebutuhan tubuh sedikt-sedikit makan
O : makan habis porsi , BB
menurun menjadi 35 kg
A : masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Kaji pola makan, kebiasaan
makan dan makanan yang disukai
Anjurkan pasien makan
sedikit tapi sering
Kolaborasi dengan ahli gizi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena adanya
respon yang berlebih terhadap rangsangan tertentu dan menyebabkan peradangan, namun
penyempitan ini bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan
respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran
pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu
binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang
melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke
dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi)
dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi
(mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita
menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala
yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan
oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa
berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama
beberapa hari. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher.
Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas.
Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada
serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat.
Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi
dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan)
merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan
pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh
sempurna.Obat yang bias digunakan yaitu :
1. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
2. Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi
gejala asma.
3. Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel
mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara.

Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan


menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh
asetilkolin.
Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka
saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati asma,
tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.
B. Saran
1. Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Chronik Asma di
perlukan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan teori penyakit bagi seorang
perawat.
2. Informasi yang adekuat dan penkes sangat bermanfaat bagi klien, agar klien mampu
mengatasi masalah nya secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktisi Klinis. (Terjemahan
Tim Penerjemah PSIK UNPAD). (Editor Monika Ester) (edisi 6 ) Jakarta : EGC
Lemone . Pand burke K. M. (2000). Medical Surgical Nursing Clinical Thinking in client care.
2 nd edusa : pentisehall healt.
Long. B. C. (1996) Perawatan Medical Bedah Suatu Pendekatan Proses Perawatan.
(Terjemahan R. Karnaeni). Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. Jakarta
: EGC
Mansyur. Arif. (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Media Ascilapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.
Price. S. A. & Wilson. L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
(Terjemahan P. Anugrah). Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran : EGC

Você também pode gostar