Você está na página 1de 15

Analisis Konsep Pendidikan Perspektif Ki Hajar Dewantara

A. Pendahuluan
Berbicara mengenai pendidikan, maka mau tidak mau kita harus membicarakan
manusia di muka bumi. Karena dalam menciptakan alam semesta dan isinya lah
(manusia salah satunya) mengandung nilai-nilai pendidikan yang transenden. Begitu
juga dalam prakteknya, pendidikan sangat berpengaruh dalam mobilitas manusia baik
hubungnanya dengan sang pencipta (vertikal) maupun dengan sesama makhluk
(horizontal).
Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu tokoh pendidikan Indonesia
mengatakan bahwa pendidikan selalu berada dalam konteks mendidk rakyat. Artinya
bahwa mendidik rakyat adalah mendidik anak. Maka, keadaan yang kita alami sekarang
ini adalah hasil dari pendidikan zaman dahulu. Kalau di zaman lampau orang tua
mendidik anaknya dengan baik dan menanamkan nilai-nilai moral, maka kita sekarang
akan menikmati dan memetik hasilnya. Tetapi, kalau yang terjadi sebaliknya, maka kita
jugalah yang menganggung akibatnya. Lalu bagaimana konsep pendidikan yang
sebenarnya itu? Berikut akan diuraikan bagaimana konsep pendidikan dalam perspektif
Ki Hajar Dewantara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara?
2. Bagaimana analisis konsep pendidikan dalam perspektif Ki Hajar Dewantara?
3. Bagaimana filsafat pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara?
4. Bagaimana implikasi konsep pendidikan dalam perspektif Ki Hajar Dewantara pada
saat ini?

C. Pembahasan
1. Ilmu Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003,
adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi
dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam

1
bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Kamus
Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata didik dan
mendapat imbuhan berupa awalan pe- dan akhiran -an yang berarti proses atau cara
perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa yakni perubahan tata
laku dan sikap seseorang atau sekelokmpok orang dalam usahanya mendewasakan
manusia lewat pelatihan dan pengajaran. 1
Berikut beberapa pengertian Pendidikan menurut ahli-ahli lainnya:
Gunning dan Kohnstamm, Pendidikan adalah proses pembentukan hati nurani.
Sebuah pembentukan dan penentuan diri secara etis yang sesuai dengan hati nurani.2
Carter. V. Good, Proses perkembangan kecakapan individu dalam sikap dan
perilaku bermasyarakat. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu
lingkungan yang terorganisir, seperti rumah atau sekolah, sehingga dapat mencapai
perkembangan diri dan kecakapan sosial.3
John Dewey, Pendidikan sinergis dengan pertumbuhan dan tidak memiliki akhir
selain dirinya sendiri.4
Theodore Brameld, Pendidikan memiliki fungsi yang luas yaitu sebagai pengayom
dan pengubah kehidupan suatu masyarakat jadi lebih baik dan membimbing masyarakat
yang baru supaya mengenal tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Jadi pendidikan
adalah sebuah proses yang lebih luas dari sekedar periode pendidikan di sekolah.
Pendidikan adalah sebuah proses belajar terus menerus dalam keseluruhan aktifitas
sosial sehingga manusia tetap ada dan berkembang.5
H.H. Horne, Dalam spektrum yang luas, pendidikan adalah alat dimana kelompok
sosial melanjutkan keberadaannya dalam mempengaruhi diri sendiri serta menjaga
idealismenya.6
Stella van Petten Henderson, Pengertian pendidikan adalah kombinasi
pertumbuhan, perkembangan diri dan warisan sosial.7

1
Diakses dari: http://9wiki.net/pengertian-pendidikan/ 30 september 2016, 12:15
2
Ibid
3
Ibid
4
Ibid
5
Ibid
6
Ibid
7
Ibid

2
Martinus Jan Langeveld Pendidikan adalah upaya menolong anak untuk dapat
melakukan tugas hidupnya secara mandiri supaya dapat bertanggung jawab secara susila.
Pendidikan merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing manusia yang belum
dewasa menuju kedewasaan.8
Dan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah Pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai
luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan
tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju
ke arah keluhuran hidup kemanusiaan.9
Ilmu pendidikan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang
diperoleh melalui riset. Oleh karena pengetahuan yang dihasilkan riset tersebut disajikan
dalam bentuk konsep-konsep pendidikan, maka Ilmu Pendidikan dapat pula dibataskan
sebagai sebuah sistem konsep pendidikan yang dihasilkan melalui riset.10

2. Analisis Konsep Pendidikan Perspektif Ki Hajar Dewantara


Menurut Ki Hajar, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan
budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan
alamnyadan masyarakatnya. Ada tiga komponen yang harus dimajukan pendidikan,
yaitu budi pekerti (afektif), pikiran (kognitif), dan jasmani (psikomotorik). Tiga
komponen di atas harus berjalan beriringan, tidak boleh mengkesampingkan antara satu
dan yang lain. Ketika mengembangkan kognitif siswa, maka afektif dan psikomotorik
tidak boleh dilewatkan. Begitu juga dengan mengembangkan afektif siswa, maka
komponen kognitif dan psikomotorik harus dikembangkan juga. Sinergi ketiga
komponen tersebut diselaraskan dengan alam dan masyarakat di mana siswa berada.11
Gagasan yang menarik di kaji dari Ki Hajar Dewantara adalah konsep Pancadarma
Perguruan Taman Siswa yang disusun pada 1947. Konsep ini juga dikenal dengan nama
Asas-Asas 1922. Melalui konsep ini Ki Hajar seolah ingin mengungkapkan bahwa

8
Diakses dari: http://9wiki.net/pengertian-pendidikan/, 30 september 2016, 12:15
9
Diakses dari: http://langkahkebebasan.blogspot.co.id/p/edukasi.html, 4 Desember 2016, 03:41
10
Redja Mudyahardjo. Filsafat Ilmu Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 9.
11
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 268.

3
usaha-usaha mencerdaskan kehidupan bangsa harus memiliki landasan yang kuat. Asas-
asas Pancadarma ini merupakan intisari dari karakter pendidikan Indonesia.12
Pertama adalah asas kemerdekaan. Hakikat kemerdekaan bagi Ki Hajar Dewantara
bukan sekedar kebebasan seseorang dari segala macam perintah dan kekuasaan orang
lain, melainkan kesanggupan untuk mandiri, berdikari, tidak selalu bergatung kepada
bantuan orang lain. Lebih lanjut penjelasan ini adalah sebagai berikut:
Berdiri sendiri dalam soal kemerdekaan itu tidak hanya berarti berdiri yang tidak
berdaya, berdiri asal berdiri, dalam arti yang sempit. Berdiri sendiri harus diartikan
sebagai ketegakan berdiri karena kekuatan sendiriJuga dalam hal ini janganlah hak
dan kewajiban urus-mengurus hidupnya sendiri itu diartikan sebagai mengurus asal
mengurus saja, tetapi mengurus dengan beres, yaitu dapat mewujudkan tertib dan
damai di dalam hidup dan penghidupannya. Kemerdekaan yang tidak dapat
mewujudkan hidup lahir yang tertib dan hidup batin yang damai, bukan kemerdekaan
yang sejati, tetapi kemerdekaan anak-anak belaka. (Ki Hajar Dewantara)13
Asas ini terinspirasi dengan konsep pendidikan Dr. Maria Montessori yang
menekankan bahwa pokok pendidikan adalah diri anak sendiri (pedosentris). Anak diberi
kemerdekaan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kodrat dan kemampuannya.
Kebebasan atau kemerdekaan, menurut Montessori, bukan kebebasan liar melainkan
kebebasan yang sesuai dengan aturan dan etika. Metode Mentossori menempatkan anak
sebagai individu yang diupayakan mandiri.14
Kedua adalah asas kodrat alam. Menurut Ki Hajar Dewantara: Pendidikan dan
pengajaran yang terluhur adalah yang terdapat kodrat alam di dalalmnya; untuk
mengetahui kodrat alam itu, orang perlu mempunyai wijsheid, atau kebersihan budi,
yang harus terdapat pada tujuan berpikir, halusnya rasa, dan kekuatan kemauan, atau
dengan kata lain yaitu kesempurnaan cipta-rasa-karsa. Tujuan pendidikan ialah
kesempurnaan hidup manusia sehingga dapat memenuhi segala keperluan lahir dan
batin yang kita peroleh dari kodrat alam. (Ki Hajar Dewantara)15
Perbedaan lingkungan membuat sifat manusia beragam, ada yang buruk dan ada
yang baik. Sehingga, dengan budi pekerti itulah sifat-sifat buruk seseorang dihilangkan

12
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 268.
13
Ibid
14
Ibid
15
Ibid

4
atau dinetralisasi. Kesadaran terhadap kodrat alam hanya akan tumbuh jika kebersihan
budi pekerti atau pikiran, rasa, dan kemauan menjadi acuan kehidupan. Tentunya timbal
balik dari kesadaran inilah yang akan memberikan rahayu (kebahagiaan) atas apa yang
diperoleh dari alam.16
Asas yang ketiga adalah kebudayaan. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa
kebudayaan adalah buah budi manusia atas perjuangan terhadap alam dan waktu. Oleh
karena itulah, peran pendidikan adalah memberikan pengaruh batin kepada masyarakat
berkebudayaan untuk memelihara, memajukan, dan mengembangkan kebudayaan
kepada nilai-nilai kebudayaan universal.17
Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara menerangkan bahwa kemajuan kebudayaan tidak
lepas dari asas Trikon, yaitu kontinuitas, konvergensi, konsentrisitas. Kebudayaan
yang dikembangkan adalah kelajuan (kontinuitas) dari kebudayaan sendiri bukan
kebudayaan bangsa lain, arah pengembangan ini adalah menuju kepada kesatuan dunia
(konvergensi), walaupun demikian kebudayaan terus memegang karakter
(konsentrisitas) dalam lingkup internasional.18
Asas yang keempat adalah kebangsaan. Dalam pandangan Ki Hajar, Dewantara
asas kebudayaan belum lah cukup untuk mencapai kebahagiaan manusia, maka
diperlukanlah asas kebangsaan. Fungsi asas ini adalah menyatukan multikultural
menjadi sebuah kebudayaan yang Tunggal Ika. Kebangsaan menjadi faktor perekat
masyarakat plural menjadi kesatuan sehingga demi kepentingan bangsa masalah-
masalah primordial harus dikesampingkan.19
Pendidikan menanamkan semangat nasionalisme yang kuat kepada anak didik,
kecintaan mendalam terhadap bangsa, perasaan senasibdan sepenanggungan, dan
kesetiakawanan agar terwujud bangsa yang memiliki integritas, tidak bermental penjajah
dan menjajah. Menurut Ki Hajar Dewantara, asas kebangsaan ini perlu didukung dengan
kesatuan bahasa dan penghapusan system pendidikan kolonial. Oleh karena itu, pelajaran
Bahasa Indonesia dan kegiatan penanaman nasionalisme sudah mulai diajarkan di
sekolah.20

16
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 268.
17
Ibid
18
Ibid
19
Ibid
20
Ibid

5
Asas yang kelima adalah kemanusiaan. Asas ini memberikan ukuran yang jelas
bahwa dasar kebangsaan adalah selama ia tidak melanggar prinsip kemanusiaan
universal. Dalam kehidupan berbangsa sepatutnya menyampaikan pesan-pesan
kedamaian, cinta kasih, saling bergotong-royong, melaksanakan prinsip-prinsip
keadilan. Sikap-sikap kekerasan tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun. Peran
agama menjadi landasan penting bagi pendidikan untuk memasukkan nilai-nilai
kemanusiaan kepada anak didik, supaya anak didik, supaya anak mampu menyelesaikan
masalah dan konflik secara bijak. 21
Sebagai pendiri, bapak, dan pemimpin Perguruan Taman Siswa, pendapat dan
pandangannya tentang pendidikan dapat di lihat pada: Asas-asas Taman Siswa yang
antara lain sebagai berikut:
1. Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan
dalam kehidupan umum.
2. Tertib dan damai (tata dan tentrem) itulah tujuan yang setinggi-tingginya. Tidak ada
ketertiban kalau tak berdasarkan perdamaian. Sebaliknya, tak akan ada orang hidup
damai jika ia dirintangi dalam segala syarat kehidupannya.
3. Bertumbuh menurut kodrat, itulah yang perlu sekali untuk segala kemajuan dan harus
dimerdekakan seluas-luasnya. Maka dari itu, pendidikan yang beralaskan syarat
(paksaan hukum ketertiban) dianggap memperkosa hidup kebatinan anak. Yang
dipakai sebagai alat pendidikan ialah pemeliharaan dengan sebesar perhatian untuk
mendapat tumbuhnya hidup anak, lahir dan batin menurut kodratnya sendiri. Itulah
yang dinamakannya among method.
4. Dalam sistem ini maka pengajaran berarti mendidik anak akan menjadi manusia yang
merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Guru jangan hanya
memberikan pengetahuan yang perlu dan baik saja, akan tetapi juga mendidik si
murid mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya untuk amal keperluan
umum. Pengetahuan yang baik dan perlu ialah yang bermanfaat untuk keperluan lahir
dan batin dalam hidup bersama.22
Nyatalah dari uraian tersebut yang menjadi dasar untuk dasar usaha Taman Siswa
ialah apa yang disebut Pancadarma Taman Siswa, yang berisikan lima syarat mutlak

21
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 268.
22
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja rosdakarya, 2014), 25

6
yaitu: (1) Dasar kodrat alam, (2) Dasar kebudayaan, (3) Dasar kemerdekaan, (4) Dasar
kebangsaan, dan (5) Dasar kemanusiaan.23
Disamping kelima asas tersebut, penyelenggaraan Taman Siswa didasarkan pada
beberapa semboyan yang menjiwainya berikut ini:
1. Lawan sastra ngesti mulia; dengan kecerdasan jiwa (kita) menuju arah kesejahteraan.
2. Suci tata ngesti tunggal; dengan kesucian batin dan teraturnya hidup batin, kita
mengejar kesempurnaan.
3. Tut wuri handayani; mengikuti dari belakang sambil memberikan pengaruh.
4. Kita berhamba kepada sang anak.
5. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung; segala yang menghalangi akan hancur.24
Dilihat dari asas dan dasarnya, ternyata pendidikan Taman Siswa adalah harmonis
(selaras) tidak mementingkan salah satu segi pendidikan saja. Di dalamnya terdapat
keselarasan antara pendidikan jasmani dan pendidikan rohani. Tidak hanya
mengutmakan pendidikan individual tetapi juga pendidikan kemasyarakatan. Pendidikan
taman siswa tidak hanya mementingkan perkembangan anak sebagai individu, tetapi
juga gunanya ilmu itu bagi keperluan umum, yaitu bagi masyarakat. Pendidikan taman
siswa tidak hendak mementingkan intelektual atau pengetahuan saja tetapi jug
pendidikan yang lain, seperti kesusilaan, kesenian, keindahan, dan kebudayaan
mendapat tempat yang sewajarnya.25
Sistem pendidikan yang kembangkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah sistem among.
Tujuan pendidikan yang akan dicapai adalah (1) meningkatkan kemandirian, (2)
menumbuhkan semangat dan (3) berakar pada kebudayaan Nasional. Untuk menghargai
usaha keras beliau mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, dan beliau telah
mewariskan ajaran sistem among serta konsep tentang ing ngarso sung tuladha, ing
madya mangun karso, tut wuri handayani. Hari kelahiran beliau setiap tanggal 2 Mei
diperingati sebagai hari pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara berpesan pada kita
bahwa cinta kasih merupakan dasar utama dan dasar fondasi mental pendidikan. Hal
ini senada seirama dengan yang dikemukakan oleh Jan Lighthart bahwa seluruh

23
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
26.
24
Ibid
25
Ibid

7
pendidikan merupakan cinta kasih, kesabaran, dan hikmah. Kesabaran dan hikmah
tumbuh di mana kasih berkuasa. Jalan Tuhan sempurna adanya. 26

3. Filsafat Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara


a. Ing Ngarso Sung Tuladha
Seorang pemimpin apabila di depan harus bisa memberi contoh atau menjadi panutan
bagi yang di pimpin atau warganya atau peserta didiknya. Di sini kita diajak agar selalu
memperhatikan apa yang ada di belakang kita jika kita mempunyai kekuatan atau
kekuasaan. Aplikasinya bisa dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan bahkan juga
dalam pemerintahan dan pendidikan. Guru merupakan panutan bagi siswa, apalah
jadinya jika Guru harus bertindak kasar kepada siswa, bahkan disuatu kejadian Sang
Guru memberikan sarung tinju kepada siswa untuk berkelahi dengan sesame teman.
Dilain kasus banyak terjadi pencabulan terhadap siswi, apakah layak seorang Guru
berbuat demikian. Ada contoh kecil Guru terlambat masuk kelas, lalu siswa pun besok
mempraktekkannya. Ingat pepatah Guru kencing berdiri, Murid kencing berlari, apa
yang dilakukan Guru menjadi perintah tak langsung bagi siswa. Keteladanan adalah
panglima pendidikan.27
b. Ing Madya Mangun Karsa
Seseorang pemimpin apabila berada di tengah-tengah masyarakat harus bisa
memberikan bimbingan untuk pendidikan manusia yang lebih baik. Guru adalah
motivator bagi siswa, mendampingi siswa untuk menciptakan ruang impian yang ia tuju.
Selamilah lingkungan kehidupan siswa agar terjalin keakraban. Hapus stigma dosen
killer, Guru adalah dewa, dan title yang menjauhkannya dengan peserta didik. Jangan
posisikan siswa sebagai kerbau, cangkir, dan kertas yang tidak berguna sehingga
seenaknya saja diperlalukan. Guru tidak akan bisa menjadi motivator jika ada jarak.28
c. Tut Wuri Handayani
Seorang pemimpin apabila berada di belakang harus bisa mendorong masyarakat
supaya senantiasa lebih maju. Guru memberi dorongan bagi siswa setelah ia menyadari

26
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
26.
27
Tim kreatif LKM UMJ, Restorasi Pendidikan Indonesia: Menuju Masyarakat Terdidik Berbasis
Budaya, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2011), 88.
28
Ibid

8
akan impiannya. Biarkan siswa mengeksplorasi bakat sesuai dengan keinginannya.
Memang, disadari kurikulum pendidikan formal belum mampu memberikan ruang
kebebasan berekspresi dan bereksplorasi. Sarana dan prasarana pendidikan belum
mampu terwujud secara merata. Simpil-simpul pendidikan konservatif masih dipegang
teguh oleh banyak Guru. Semua itu adalah replica ke-Indonesiaan yang belum mampu
mendorong siswa bereksperimen guna mendekatkan diri menuju apa yang dicita-
citakan.29
Tut Wuri Handayani berasal dari bahasa jawa Tut Wuri berarti mengikuti dari
belakang dan Handayani berarti mendorong, memotivasi atau membangkitkan
semangat. Dari pengertian tersebut jelas bahwa aliran ini mengakui adanya pembawaan,
bakat ataupun potensi-potensi yang ada pada anak sejak dilahirkan. Dengan kata Tut
Wuri berarti si pendidik diharapkan dapat melihat, menemukan dan memahami bakat
atau potensi-potensi apa yang timbul dan terliihat pada anak didik, untuk selanjutnya
dapat dikembangkan dengan memberi motivasi ke arah pertumbuhan yang sewajarnya
dari potensi-potensi tersebut. 30
Pemikiran yang ditorehkan Ki Hajar bagi Indonesia merupakan sekelumit filosofi
pendidikan Indonesia. Berkaca pada pemikirannya, setidaknya menjadi sebuah inspirasi
bagi kita dalam menyikapi pendidikan. Pendidikan negeri ini telah kehilangan makna,
dan ketika kehilangan makna itulah kita bukan memanusiakan manusia, melainkan
merobotkan manusia. Menyadari kondisi demikian, sudah selayaknya melakukan
revilosofi pendidikan Indonesia. Sebuah upaya mengembalikan hakikat pendidikan
sebagai pilar kebangsaan.31
Lalu, dari manakah revilosofi diterapkan? Secara praktis bahwa pembangunan
pendidikan adalah berawal dari Guru. Pendidikan Guru menentukan corak pendidikan
nasional maupun sebuah generasi masa datang. Hasil terciptanya sumber daya manusia
Indonesia yang berkualitas ditentukan oleh kualitas pengajaran Guru. Sedemikian

29
Tim kreatif LKM UMJ, Restorasi Pendidikan Indonesia: Menuju Masyarakat Terdidik Berbasis
Budaya, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2011), 88
30
M. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
62.
31
Ibid

9
penting peran seorang Guru, maka ia disebut sebagai pahlawan yang berjasa, bukan
tanpa tanda jasa.32
Pembangunan manusia seutuhnya perlu diwujudkan dengan sebaik-baiknya
sehingga diperlukan pendekatan-pendekatan yang baik. Untuk itu pendekatan yang di
pakai di dalam pendidikan nasional guna pengembangan kebudayaan adalah pendekatan
kultural. Pendekatan kultural yaitu usaha-usaha mengadakan perubaha-perubahan
menuju kepada keadaan yang lebih baik dengan tetap menjaga kesinambungan dalam
hidup manusia secara pribadi, bermasyarakat, negara, bangsa, alam dan dengan
Tuhannya untuk menjangkau kemajuan lahir maupun batin. Pendidikan kultural ini
harus memperhatikan sejarah dan kebudayaan bangas dengan memperhatikan ruang
lingkup baik secara nasional, kawasan maupun internasional.33
Dengan demikian apa yang menjadi rumusan dalam Proklamasi, Pembukaan UUD
1945 dan Pancasila dapat diwujudkan. Dalam hal ini kesimpulan yang dapat diperoleh
bahwa pengembangan kebudayaan ini diartikan secara luas yaitu menyangkut
membangun sumber daya manusia dalam mewujudkan cita-cita nasional serta ikut
menghadapi hambatan, tanntangan, rintangan dan gangguan yang ada melalui
pendidikan nasional.34

4. Implikasi Konsep Pendidikan dalam perspektif Ki Hajar


Dewantara
Beberapa pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang berbagai komponen wajib (core
components) yang tidak boleh dianggap remeh dalam pelaksanaan pendidikan di
Indonesia. Komponen-komponen tersebut selalu disinggung dalam setiap tulisan-tulisan
beliau.35

32
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 148
33
Ibid
34
Ibid
35
Di akses dari: http://nasional.sindonews.com/read/980100/162/memaknai-kembali-konsep-
pendidikan-ki-hadjar-dewantara-1427086654, 4 Desember 2016, pukul 5:26

10
Pendidikan Nasionalisme atau Kebangsaan
Ki Hadjar Dewantara menuliskan pentingnya pendidikan kebangsaan. Beliau
menggarisbawahi jika permasalahan menepisnya rasa nasionalisme oleh bangsa
Indonesia sendiri juga akibat salahnya sistem pendidikan yang ada. 36
Ki Hadjar Dewantara menuliskan Pengajaran nasional itulah pengajaran yang
selaras dengan penghidupan bangsa (maatschappelijk) dan kehidupan bangsa (cultureel).
Kalau pengajaran bagi anakanak kita tidak berdasarkan kenasionalan, sudah tentu anak-
anak kita tak akan mengetahui keperluan kita, lahir maupun batin; lagi pula tak mungkin
anak-anak itu mempunyai rasa cinta bangsa dan makin lama makin terpisah dari
bangsanya, kemudian barangkali menjadi lawan kita. 37
Ki Hadjar Dewantara lebih lanjut menekankan pentingnya pendidikan yang meng-
Indonesia: Kalau ada anak muda yang lalu sombong, sampai berani melukai perasaan
orang tuannya maupun bangsanya, itulah buah pengajaran dan pendidikan yang tidak
berkebangsaan. Pendidikan kita harus dan hendak memberi perasaan yang penuh
terhadap kebangsaan.38
Apa yang dikhawatirkan Ki Hadjar Dewantara di atas dengan mudah kita jumpai saat
ini. Berbagai tindakan generasi muda telah menjadi bumerang bagi bangsa Indonesia.
Adanya gerakan teroris dan radikalisme di Indonesia sudah menjadi bukti nyata
pentingnya kehadiran pendidikan nasionalisme.39

Pendidikan Budi Pekerti atau Karakter


Pendidikan budi pekerti telah menjadi materi yang wajib dan hangat di dalam dunia
pendidikan saat ini sebenarnya sudah menjadi kekhawatiran Ki Hadjar Dewantara. Budi
pekerti, watak atau karakter, itulah bersatunya gerak pikiran, perasaan dan kehendak
atau kemauan, yang lalu menimbulkan tenaga. Ketahuilah jika budi itu berarti pikiran,

36
Di akses dari: http://nasional.sindonews.com/read/980100/162/memaknai-kembali-konsep-
pendidikan-ki-hadjar-dewantara-1427086654, 4 Desember 2016, pukul 5:26
37
Ibid
38
Ibid
39
Ibid

11
perasaan, dan kemauan, dan pekerti itu artinya tenaga. Jadi budi pekerti itu sifatnya
jiwa manusia, mulai anganangan hingga terjelma sebagai tenaga. 40
Jadi, menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan sebaiknya mampu mengalahkan
dasar-dasar jiwa manusia untuk melenyapkan atau menutupi sifat- sifat manusia yang
jahat. Jadi sangatlah tidak tepat jika pendidikan memisahkan antara pikiran dan tindakan.
Pendidikan tidak boleh hanya sebatas teori.41

Vandalisme dan Terorisme


Vandalisme dan terorisme saat ini menjadi isu yang hangat. Ki Hadjar Dewantara
telah menyinggung permasalahan vandalisme dan terorisme. Dalam jiwa manusia
terhadap jiwa yang jahat yang berakibat buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. 42
Menurut Ki Hadjar, vandalisme dengan mudah bisa kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, ketika anak-anak mencoret-coret bukunya sendiri atau melakukan
tindakan yang merusak barang miliki orang lain. Di kehidupan saat ini dengan mudah
dijumpai corat-coret dengan menggunakan cat. Dalam konsep terorisme, manusia
memiliki sifat untuk meneror atau menakut-nakuti orang lain seperti kasus begal yang
saat ini menjadi fenomena di mana-mana. 43

Pelaksanaan Trisentra Pendidikan


Ki Hajar Dewantara memperkenalkan tiga konsep pendidikan, yaitu keluarga,
sekolah atau perguruan, dan masyarakat. Pendidikan tidak bisa bertepuk sebelah
tangan.44
Misalnya, jika di sekolah anak-anak diajarkan membuang sampah pada tempatnya,
tetapi di dalam lingkungan keluarga tidak pernah dibiasakan membuang sampah pada
tempatnya bahkan dalam kehidupan masyarakat tidak ada kebiasaan menjaga
lingkungan bersih dan dibiasakan membuang sampah di mana-mana maka pendidikan
budi pekerti menjaga kebersihan tidak akan berhasil. Jika Trisentra pendidikan ini

40
Di akses dari: http://nasional.sindonews.com/read/980100/162/memaknai-kembali-konsep-
pendidikan-ki-hadjar-dewantara-1427086654, 4 Desember 2016, pukul 5:26
41
Ibid
42
Ibid
43
Ibid
44
Ibid

12
dijalankan secara sinergis, maka terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya bukan suatu
keniscayaan. 45

Konsep Mobilisasi Intelektual Nasional


Ki Hadjar Dewantara mengenalkan sebuah semboyan tiap-tiap orang jadi guru; tiap-
tiap rumah jadi perguruan. Maksud dari semboyan di atas adalah Ki Hajar Dewantara
menganjurkan adanya mobilisasi intelektual nasional agar setiap orang mengadakan
gerakan wajib belajar sendiri dengan menjadikan rumah sebagai perguruannya. 46
Jika setiap elemen masyarakat sadar dengan masa depan generasi muda dan sadar
jika dirinya adalah seorang guru bagi anggota keluarganya maka tujuan pendidikan akan
terwujud dengan mudah.47
Ki Hajar Dewantara adalah seorang pejuang pendidikan sejati dengan konsep-
konsep dan pemikiran pendidikan visioner untuk menjawab berbagai permasalahan
dunia pendidikan di Indonesia. Setiap konsep pemikiran yang disampaikannya memiliki
nilai filosofis yang tinggi.48
Konsep-konsep pendidikan yang diperkenalkannya juga berdasarkan pada jiwa ke-
Indonesiaan atau kearifan lokal yang bersumber langsung pada akar permasalahan
Indonesia. Inilah sebuah konsep pendidikan yang memiliki jati diri atau identitas
Indonesia yang sebenarnya yang tidak ditemukan dalam kebanyakan teori-teori
pendidikan barat.49
Oleh karena itu, pengkajian kembali konsep dan pemikiran Ki Hajar Dewantara
tentang pendidikan bisa menjadi solusi praktis untuk mengatasi permasalahan
pendidikan yang kian kompleks.50

D. Kesimpulan

45
Di akses dari: http://nasional.sindonews.com/read/980100/162/memaknai-kembali-konsep-
pendidikan-ki-hadjar-dewantara-1427086654, 4 Desember 2016, pukul 5:26
46
Ibid
47
Ibid
48
Ibid
49
Ibid
50
Ibid

13
Mendidik anak, itulah mendidik rakyat. Keadaan dalam hidup dan kehidupan kita
pada zaman sekarang, itulah buahnya pendidikan yang kita terima dari orang tua pada
waktu kita masih anak-anak (Ki Hajar Dewantara).
Raden Mas Suwardi Suryaningrat dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1889, dan wafat
pada tanggal 26 April 1959. Beliau dikenal sebagai tokoh jurnalistik, tokoh perintis
kemerdekaan, dan bapak Pendidikan Nasional. Sebagai bapak Pendidikan Nasional,
beliau mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa pada tahun 1922. Sistem
pendidikan yang beliau kembangkan adalah sistem among. Tujuan pendidikan yang akan
dicapai adalah (1) meningkatkan kemandirian, (2) menumbuhkan semangat dan rasa
kebangsaan, dan (3) berakar pada kebudayaan nasional. Untuk menghargai usaha keras
beliau dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, beliau telah mewariskan ajaran
sistem among dan konsep tentang Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa,
Tut wuri handayani.
Sistem among mengemukakan dua dasar, yaitu:
1. Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir
dan batin sehingga dapat hidup merdeka (dapat berdiri sendiri).
2. Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan
secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.51
Menurut Ki Hajar, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-
anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.

E. Daftar Pustaka
Hasbullah. (2009) Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mudyahardjo, Redja. (2002) Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Purwanto, M. Ngalim. (2014) Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Suparlan. (2004) Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dari Konsepsi Sampai Dengan
Implementasi, Yogyakarta: Hikayat Publishing
Tim Kreatif LKM UNJ. (2011) Restorasi Pendidikan Indonesia, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media

51
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 267.

14
http://9wiki.net/pengertian-pendidikan/ di akses pada tanggal 30 September 2016 pukul
12:15
http://nasional.sindonews.com/read/980100/162/memaknai-kembali-konsep-
pendidikan-ki-hadjar-dewantara-1427086654, 4 Desember 2016 pukul 5:26

15

Você também pode gostar