Você está na página 1de 10

Pendahuluan

Jalan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006,


jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta
di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
Survei kerusakan secara detail dibutuhkan sebagai bagian dari
perencanaan dan perancang proyek rehabilitasi. Survei kerusakan
perkerasan adalah kompilasi dari berbagai tipe kerusakan, tingkat
keparahan kerusakan, lokasi, dan luas penyebarannya. Perhatian
harus diberikan terhadap konsistensi dari personil penilai kerusakan
baik secara individual maupun kelompok-kelompok yang melakukan
survei. Tujuan dilakukannya survei kinerja perkerasan, adalah untuk
menentukan perkembangan dari kerusakan perkerasan, sehingga
dapat dilakukan estimasi biaya pemeliharaan. Informasi ini sangat
berguna untuk instansi yang terkait dalam pengalokasian dana untuk
pemeliharaan. Pekerjaan ini sangat penting dan umumnya
diprioritaskan sehingga banyaknya biaya yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan dapat diestimasikan dari tahun ke tahun. Selain itu,
survei kinerja perkerasan juga berguna untuk menentukan sebab-
sebab dan pengaruh dari kerusakan perkerasan. Penentuan
sebabsebab kerusakan harus diketahui sebelum penanganan
pemeliharaan yang memadai dapat dilakukan. Demikian pula
penyebab kegagalan perkerasan harus juga diketahui, sehingga hal
ini dapat diperhitungkan dalam perancangan di kemudian hari.
Survei Kondisi Jalan adalah survei yang dimaksudkan untuk
menentukan kondisi perkerasan pada waktu tertentu. Tipe survei
semacam ini tidak mengevaluasi kekuatan perkerasan. Survei kondisi
bertujuan untuk menunjukan kondisi perkerasan pada saat waktu
dilakukan survei. Jadi, survei ini sifatnya kualitatif. Informasi yang
diperoleh akan digunakan untuk menetapkan: macam studi, penilaian
prioritas dan program pemeliharaan. Survei kondisi juga berguna
untuk persiapan analisis struktural secara detail, dan untuk
rehabilitasi. Jika area-area secara baik direferensikan dalam stasiun-
stasiun, maka area yang membutuhkan pengumpulan data yang lebih
intensif dapat didefinisikan.
Jenis-jenis Kerusakan Lentur Jalan, umumnya diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Deformasi
Deformasi adalah perubahan permukaan jalan dari profil aslinya
(sesudah pembangunan).
2. Retak (Crack)
Retak dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor dan melibatkan mekanisme yang
kompleks. Secara teoritis, retak dapat terjadi bila tegangan tarik
yang terjadi pada lapisan aspal melampaui tegangan tarik
maksimum yang dapat ditahan oleh perkerasan tersebut.
Kerusakan tekstur permukaan merupakan kehilangan material
perkerasan secara berangsur-angsur dari lapisan permukaan ke
arah bawah. Perkerasan nampak seakan pecah menjadi bagian-
bagian kecil, seperti pengelupasan akibat terbakar sinar matahari,
atau mempunyai garis-garis goresan yang sejajar. Butiran lepas
dapat terjadi di atas seluruh permukaan, dengan lokasi terburuk di
jalur lalu lintas.
Adapun istilah kerusakan jalan berdasarkan penampakan
fisiknya antara lain retak memanjang, retak kulit buaya, retak
pinggir, retak blok, retak berkelok-kelok, kegemukan, pelepasan
butiran, sungkur, lubang dan tambalan.
Kemungkinan faktor-faktor penyebab secara umum disebabkan
sistem drainase yang tidak baik, sifat material konstruksi
perkerasan yang kurang baik, iklim, kondisi tanah yang tidak stabil,
perencanaan lapis perkerasan yang tipis, proses pelaksanaan
pekerjaan konstruksi perkerasan yang kurang sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi, yang saling terkait
dan mempengaruhi.
Dari uraian diatas dan hasil survei yang dilakukan di jalan aspal
yang berada di depan parkir teknik Universitas Brawijaya dapat
diambil beberapa analisa dan hipotesis mengenai penyebab dan jenis
kerusakan jalan yang terjadi, sebegai berikut :
A. Lokasi

Gambar 1. Peta Lokasi Pengamatan


Lokasi yang kami ambil berada di Jalan Fakultas Teknik UB,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 756'57.7"S
11236'46.4"E.

B. Keadaan Jalan
Gambar 2. Keadaan Jalan di Lokasi Pengamatan

C. Potongan Melintang dan Memanjang Jalan

3,40 m 2,30 m 12,00 m


0,30 m

1,10 m 0,50 m
0,61 m
2,40 m

2,40 m

Gambar 3. Potongan Melintang Jalan Skala 1:50


0,75 m

0,75 m

Gambar 4. Tampak atas potongan maindrain


D. Jenis Pembuatan Jalan dan Proses Pembuatan jalan
Jenis jalan yang kami analisa merupakan jenis jalan aspal atau
biasa disebut hotmix, merupakan kontruksi jalan yang menggunakan
bahan pengikat aspal panas. Biasanya campuran aspal panas didatangkan impor,
misalnya Shell dan ESSO 2000. Cairan aspal ini sedikit mahal, menghabiskan biaya
60% dari total biaya hot mix.
Adapun kelebihan konstruksi jalan aspal antara lain:
Kondisi jalan lebih halus, tidak bergelombang.
Jalan yang diaspla memiliki warna yang gelap, sehingga memberikan dampak
secara psikologis rasa aman dan nyaman.
Untuk membuat jalan aspal, biasanya kontraktor atau pemda sudah
menerapkan sistem drainase yang baik.
Perawatan jalan ini juga terbilang mudah. Bila ada yang berlubang, tinggal
menggali dan mengganti dengan yang barupada area jalan yang rusak.
Sedangkan kekurangan jalan aspal tersebut yaitu jalan aspal tidak tahan terhadap
genangan air. Untuk itu diperlukan sistem drainase yang baik. Jika tidak, jalan akan
berlubang karena genangan air setelah hujan. Jadi, jika jalan lingkungan perumahan
menggunakan aspal, ada baiknya menanyakan kepada pengembang mengenai
perawatan jalannya.
Pembuatan jalan tersebut terdiri dari beberapa proses, antara lain:
1. Pembersihan dan Perataan Lahan
Sebelum jalan raya dibangun, lahan dibersihkan dahulu dari
sampah maupun pepohonan kemudian di ratakan. Hal ini di
lakukan agar proses pembuatan jalan dapat berjalan dengan
maksimal sesuai dengan hasil yang di harapkan. Untuk
membersihkan lahan dan menggali maupun menimbun
tanah, alat yang di gunakan adalah excavator. Setalah lahan
dibersihkan kemudian dilakukan pekerjaan pertaan tanah
dengan alat berat bulldozer atau dozer.
Gambar 5. Excavator dan Bulldozer

2. Penghamparan Material Pondasi Bawah


Pengahamparan material pondasi bawah berupa batu kali
menggunakan alat transportasi dump truk kemudian diratakan
dan dipadatkan dengan menggunakan alat tandem roller.
Pekerjaan perataan dengan tandem roller dilakukan lagi pada
saat penghamparan lapisan pondasi atas, dan lapisan
permukaan. Pada saat penghamparan material dilakukan
perkerjaan pengukuran elevasi timbunan dengan alat teodolit
dan perlengkapannya.

Gambar 6. Tandem Roller dan Teodolit

3. Pengahamparan lapisan aspal


Setelah lapisan pondasi bawah selesai di kerjakan, proses
selanjutnya adalah penghamparan aspal yang sebelumnya
sudah di panaskan terlebih dahulu sehingga mencair. Untuk
menghamparkan aspal di gunakan alat asphlat finisher. Setelah
aspal berhasil di hamparkan dengan elevasi jalan raya sudah di
ukur menggukan teodolit sesuai perencanaan pekerjaan
selanjutnya adalah pemadatan dengan compactor hingga
memunuhi kepadatan dan elevasi yang direncanakan pekerjaan
selanjutnya adalah finishing pemadatan dan perataan jalan
raya dengan alat peneumatic roller.

Gambar 7. Peneumatic Roller

E. Analisa Kerusakan
1. Retak halus (hair cracks)
Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi
mempunyai lebar celah 3 mm. Sifat penyebarannya dapat
setempat atau luas pada permukaan jalan.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2. Pelapukan permukaan.
3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.
4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Akibat lanjutan:
1. Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat
kerusakan dan menimbulkan ketidak-nyamanan
berkendaraan.
2. Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).

Gambar 8. Retak Jalan Halus (Hair Crack)

Hal yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan :


1. Ditambal atau di tutuo sesuai dengan ukuran dan tingkat
kerusakannya.
2. Garis (line)

2. Retak tepi (edge cracks)


Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana
terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak
memanjang (longitudinal cracks) dengan atau tanpa cabang yang
mengarah ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang
saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan
volume akibat jenis ekspansif clay pada tanah dasar .
2. Sokongan bahu samping kurang baik.
3. Drainase kurang baik.
4. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula
menjadi sebab terjadinya retak tepi.
Akibat lanjutan:
1. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan
sehingga mengganggu kenyamanan berkendaraan.
2. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh
pelepasan butir pada tepi retak.

Gambar 9. Retak Tepi (Edge Cracks)

Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :


1. Perbaikan bergantung pada tingkat kerusakannya, jika bahu
jalan tidak mendukung pinggir perkerasan maka material
yang buruk di bongkar dan di gantikan dengan material baik
yang dipadatkan .
2. Jika air menjadi faktor penyabab kerusakan pecah ,maka
harus dibuatkan drainase.
3. Penambahan parsial .

3. Retak Kulit Buaya (Crocodile Cracks)


Istilah lain adalah chickenwire cracks, alligator cracks, polygonal
cracks, dan crazing. Lebar celah retak 3 mm dan saling berangkali
membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit
buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerah dimana
terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi retak
kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban
lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan
permukaan tersebut.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2. Pelapukan permukaan.
3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.
4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Akibat lanjutan:
1. Kerusakan setempat/ menyeluruh pada perkerasan.
2. Berkembang menjadi lubang akibat dari pelepasan butir-butir.

Gambar 10. Retak Kulit Buaya (Crocodile Cracks)


Hal yang dilakukan dalam pemeliharaan adalah dengan
melakukan lapisan taburan aspal dua lapis. Jika celahnya kurang dari
3 mm sebaiknya bagian yang telah mengalami retak akibat air yang
merembes masuk ke lapisan fondasi tanah dibongkar terlebih dahulu
dan dibuang bagian yang basah, kemudian dilapisi lagi dengan bahan
yang sesuai.

Dari hasil analisis yang dilakukan oleh kelompok kami dilihat


dari jenis kerusakan jlan yang terjadi dan berdasarkan skala
kerusakan yang terjadi dapat dikategorikan sebagai kerusakan jalan
dengan level SEDANG (MEDIUM).

Você também pode gostar