Você está na página 1de 8

1

APAKAH BENAR KETENAGAAN DI RSI Asy Syifaa BERLEBIH ?

A. Pendahuluan

Sejak Hasil studi kelayakan dipresentasikan beberapa kali pada rapat khusus maupun pada rapat
pleno pada akhir Tahun 2014 dan awal Tahun 2015, selalu muncul pernyataan-pernyataan
mengenai ketenagaan yang dikatakan bahwa ; Jumlah tenaga di RSI Asy Syifaa terutama
perawat berlebih dari semestinya . Namun di lain pihak justru pihak manajemen rumah sakit
merasakan dan mengalami hal yang berbeda dan bertolak belakang dengan pernyataan tersebut.
Oleh karena itu dirasakan perlu untuk mempersamakan perbedaan pandangan ini, sehingga
masalah ketenagaan ini perlu dibahas secara mendalam dengan melakukan kajian-kajian dari
berbagai sudut pandangan dan juga fakta-fakta yang sebenarnya terjadi di lapangan, bukan hanya
berdasarkan standar tertentu atau teori belaka.

Dibawah ini kami kutip beberapa pernyataan dari Laporan Hasil studi Kelayakan , yaitu sebagai
berikut :

1. Hal. 38-39 Alinea ke-3,4,5 dan 6, berbunyi :


Standarisasi ketenagaan Rumah Sakit Pemerintah mengacu pada Peraturan
MenKes RI NO.262/Men.Kes/Per/VII/1979, tentang standarisasi ketenagaan Rumah Sakit
Pemerintah. Khusus rumah sakit swasta yang belum ada peraturannya di atur dengan
mengacu pada peraturan rumah sakit Pemerintah dengan kelas yang sama.
Mengacu pada peraturan tersebut untuk menentukan kebutuhan tenaga minimal di
rumah sakit kelas C menggunakan ratio tenaga dengan tempat tidur adalah :
Tempat tidur : tenaga medis =9 : 1
Tempat tidur : para medis perawatan =1 : 1
Tempat tidur : para medis non perawatan =5 : 1
Tempat tidur : Non medis =3 : 4
Hasil perhitungan untuk rumah sakit kelas C dengan 150 tempat tidur kalau kita
bandingkan dengan tenaga RSI Asy Syifaa pada saat sekarang adalah sebagai berikut :

Kategori Tenaga RS Kelas C RS Kelas C RSI Asy Syifaa


Rasio Standar 150 TT 150 TT
Medis 1 org per 9 TT 17 org 18 org
Paramedis perawatan 1 org per 1 TT 150 org 274 org
Paramedis Non Perawatan 1 org per 5 TT 30 org 63 org
Non Medis 3 org per 4 TT 113 org 82 org
TOTAL 310 org 437 org

2. Pada Hal.128 alinea ke-2 , ditambahkan :


Berdasarkan perhitungan tersebut jumlah tenaga di RSI Asy Syifaa berlebihan
dan kemungkinan kurang efisien dalam memanfaatkan tenaga. Tenaga Non Medis
sebenarnya kurang dari standar. Kemungkinan bahwa banyak tenaga para medis yang
ditugaskan untuk pelayanan non-medis atau administratif. Akan tetapi berlebih dari standar
minimal bukanlah hal yang salah, hanya kurang efisien pemanfaatan tenaga tersebut dan
akan mungkin merugikan rumah sakit
Berdasarkan kedua pernyataan diatas , maka dalam bab pembahasan selanjutnya kami
mencoba menyampaikan beberapa pandangan serta data-data yang disesuaikan dengan kondisi
di lapangan, dengan urutan pembahasan sebagai berikut :
2

1. Koreksi terhadap data jumlah tenaga yang disampaikan oleh Tim Studi Kelayakan.
2. Kelas Rumah sakit Islam Asy Syifaa ?
3. Konsistensi dari rekomendasi mengenai ketenagaan yang disampaikan oleh Tim Studi
Kelayakan.
4. Pegangan terbaru dari Depkes mengenai Standar Tenaga Keperawatan dan Kebidanan
di rumah sakit.
5. Pandangan teori penentuan tenaga rumah sakit.

B. Pembahasan

1. Koreksi terhadap data jumlah tenaga

Koreksi dikhususkan untuk Tenaga Paramedis perawatan, di Studi Kelayakan tertulis


total tenaga keperawatan orang, sementara data yang sebenarnya adalah :

Tanggal
Jlh Perawat Jlh Pramusada Total
Pendataan
Juli 2013
Januhari 2014
Juli 2014
Januhari 2015
Juli 2015
Januari2016
Juli 2016
Januari2017

2. Kelas Rumah sakit Islam Asy Syifaa ?

Sebelumnya kita simak, isi : Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor : 983 / MENKES / SK / XI / 1992 Tanggal 12 Nopember 1992
Tentang : Pedoman Organsasi Rumah Sakit Umum

Pasal 6
1) Rumah Sakit Umum Pusat dan Daerah diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum
Kelas A, B, C dan Kelas D.
2) Klasifikasi Rumah Sakit Umum sebagaimana tersebut dalam ayat (1) didasarkan pada
unsur pelayanan , ketenagaan, fisik dan peralatan sebagaimana terlampir dalam
keputusan ono.
3) Rumah Sakit Umum Kelas A adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan Medis spesialistik luas dan subspesialistik luas.
4) Rumah Sakit Umum Kelas B adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan Medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan
subspesialistik terbatas.
5) Rumah Sakit Umum Kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan Medis spesialistik dasar.
6) Rumah Sakit Umum Kelas D adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan Medis dasar.
3

Dan kita simak pula pernyataan pada Studi Kelayakan berikut :


a. Pada Hal.2 Alinea 1, berbunyi : ..Rumah Sakit Islam Asy
Syifaa tergolong Rumah sakit kelas C plus yang bernuansa islami dengan
kapasitas 87 tempat tidur..
b. Pada Hal 127 , point no.4 alinea 1 : Standarisasi ketenagaan rumah sakit
pemerintah mengacu pada pertauran Menkes RI NO. 262/Men.Kes/Per/VII/1979
( terlampir)

3. Pembahasan
Pertanyaan dibawah ini harus dicarikan jawaban dan kesepakatan oleh kita semua,
sehingga tidak salah kaprah dalam memperkirakan kebutuhan semua sumber daya yang
diperlukan untuk mpengembangan rumah sakit ini ke depan :
APAKAH RSI ASY SYIFAA SELEVEL DENGAN RUMAH SAKIT TIPE C ATAU
B?
Pada peraturan Menkes RI NO. 262/Men.Kes/Per/VII/1979 tersebut diatas ,
khususnya pada ayat 1.d , dikatakan bahwa :
Untuk Rumah Sakit Khusus, standardisasi tenaga perlu mempertimbangkan kondisi
objektif dengan pedoman pada perumusan keputusan Rumah Sakit Umum.
Dan ayat 2 ditambahkan :
Penentuan kebutuhan ketenagaan yang dimaksud dengan ayat ( 1) disesuaikan dengan
beban kerja dan atau kelas dari pada Rumah Sakit yang bersangkutan.
Jadi peraturan pemerintah sendiri juga tidak mempertimbangkan secara mutlak jumlah
tempat tidur saja untuk menghitung jumlah ketenagaan di sebuah rumah sakit, tetapi
kondisi objektif yang ada dan beban kerja juga harus ikut dipertimbangkan.

Mari kita lihat pernyataan point (a) hasil studi kelayakan tersebut di atas , jelas dinyatakan
bahwa RSI Asy Syifaa merupakan rumah sakit kelas C Plus , Namun dalam
memperkirakan jumlah tenaga yang dibutuhkan RSI Asy Syifaa, Tim Studi Kelayakan
selalu merujuk RSI Asy Syifaa sebagai Rumah sakit kelas C.

Secara logika saja penentuan kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan tidak bisa dengan
hanya mepertimbangkan jumlah tempat tidur , terlalu sederhana dan dangkal ! Karena
melihat dari jumlah tempat tidur saja mungkin suatu rumah sakit masuk kedalam kategori
kelas C, tapi kemampuan pelayanan medis yang dilakukan sudah setingkat rumah sakit
kelas A atau B ,sehingga dalam memperhitungkan jumlah tenaga yang dibutuhkan juga
berpengaruh. Juga dengan bentuk bangunan yang modern yang dirancang sedemikian rupa
untuk mempermudah karyawan bekerja , juga akan mempengaruhi jumlah karyawan yang
dibutuhkan.
Jadi sebenarnya sebutan kelas B atau C bukanlah masalah yang perlu diperdebatkan ,
karena tidak akan ada rumah sakit dengan kelas yang sama mempunyai kondisi yang
persis sama antara keduanya, sehingga yang perlu lebih dikedepankan adalah , sejauh
mana dan seberapa banyak sumber daya tenaga maupun fasilitas yang efisisien
sesuai dengan kondisi rumah sakit kita ini.
Kalau kita melihat kemampuan pelayanan RSI Asy Syifaa saat ini , Untuk Rawat jalan
yang memiliki ; kita mempunyai kemampuan pelayanan medis spesialis dan sub sepesialis
di bawah ini , disamping pelayanan penunjang Laboratorium, apotik dan Radiologi yang
cukup memadai.

4. Pelayanan Medis yang ada :


1) Dokter Umum : ..orang
2) Dokter Gigi : 2 orang
4

3) Spesialis Anak : 2 orang


4) Spesialis Kebidanan : 2 orang
5) Spesialis Bedah Umum : 2 orang
6) Spesialis Internis : 2 orang
7) Spesialis Neurologi : 1 orang
8) Spesialis Mata : 1 orang
9) Spesialis THT : 1 orang
10) Spesialis Kulit : 1 orang
11) Spesialis Anastesi : 1 orang
12) Spesialis Radiologi : 1 orang
13) Spesialis Lab Klinik : 1 orang
14) Spesialistik Bedah Orthopedi ; 1 orang

Melihat jenis pelayanan di atas , RSI Asy Syifaa tidak bisa lagi dikatakan masuk pada
Kelas C , karena sudah mempunyai pelayanan lebih dari 4 spesialistik dasar dan malahan
sudah mempunyai pelayanan sub-spsialistik terbatas walaupun belum semua merupakan
dokter tetap. Mungkin dari segi fasilitas peralatan diagnostik dan penunjang lainnya masih
belum memenuhi persyaratan RS Kelas B, sehingga masih banyak pemeriksaan yang harus
di kirim ke rumah sakit lain, seperti ; Echocardiografi, EEG, CT Scan, Mammografi,
Analisa Gas darah dan elektrolit .dan lain-lain. Dengan masih banyak pengiriman pasien
keluar ini merupakan salah satu yang menyebabkan banyak waktu perawat tersita ,
sehingga tentu saja akan mempengaruhi jumlah tenaga yang dibutuhkan.
Sementara RSI Asy Syifaa mempunyai ICU/ICCU yang juga mempunyai kemampuan
untuk melakukan perawatan pasien NICU dan PICU dengan kapasitas 5 Bed dan fasilitas
yang memadai. Dan Kamar Bedah RSI Asy Syifaa dengan 3 kamar operasi mampu
melakukan lebih kurang 300 operasi dalam sebulan , sementara Rumah Sakit kelas C
umumnya hanya mampu melakukan kurang dari 100 operasi tiap bulannya.
Sedangkan untuk Rawat Inap, BOR yang dicapai sudah melebihi BOR ideal : rata-rata
mencapai 80%.
Sesuai pernyataan Hasil Studi Kelayakan Halaman 49 alinea terakhir :
Depkes menetapkan BOR untuk Indonesia 70-80%. Dari table indicator rawat inap di
RsiAsy Syifaa menunjukkan tingkat hunian yang tinggi, dengan BOR 79,1 % dan BTO
82,6 dan Turn Over tempat tidur 0,9 artinya tempat tidur kosong tidak sampai 24 jam (21,6
jam) .
Dengan kondisi tersebut, di lapangan yang dirasakan oleh karyawan adalah kesibukan
untuk memindahkan pasien terutama antar ruangan karena kelas yang diinginkan saat
masuk tidak ada, dan tidak sedikit yang harus di rujuk ke rumah sakit lain setiap bulannya.
Selanjut pada Hasil Studi Kelayakan dinyatakan pula bahwa pada halaman 63 alinea
pertama : Dirumah sakit Asy Syifaa didapatkan BOR paling tinggi adalah 86%
pada tahun 2002, sedangkan di rumah sakit kelas C setinggi
-tingginya adalah
pada angka 60% .
Jadi kalau dibuat perhitungan perbandingan kita akan mendapatkan :
BOR rumah sakit Kelas C dengan 150 TT dan BOR 60% mempunyai tenaga perawat 150
orang, maka untuk RSI Asy Syifaa yang mempunyai perawat 242 orang dengan BOR
rata-rata 80%, maka berarti RSI Asy Syifaa sudah mempunyai kemampuan untuk
merawat pasien sebanyak 200 tempat tidur.

5. Konsistensi dari rekomendasi mengenai ketenagaan yang disampaikan oleh Tim


Studi Kelayakan
5

Sebelumnya kita lihat rekomendasi ketenagaan untuk 250 TT (dikutip dari Hal
Hasil Studi Kelayakan) :
Berdasarkan formula tersebut proyeksi kebutuhan tenaga dalam pengembangan
tempat tidur 150 tt menjadi 250 tt adalah seperti tabel dibawah :

Kategori Tenaga Jumlah Tenaga Standard Usulan


( Tenaga Tetap ) 250 TT Tenaga Tetap
per 150 tt Per 250 TT
Medis 18 org 28 org 32 org
Paramedis perawatan 245 org 250 org 252 org
Paramedis Non Perawatan 66 org 50 org 98 org
Non Medis 124 org 188org 150 org
TOTAL 453 org 516 org 532 org

Pembahasan :

Medis :
Standar 28 orang, tapi direkomendasukan 32 orang (lebih tinggi dari standar)

Paramedis Perawatan :
Standar 250 orang, tapi direkomendasukan 252 orang (lebih tinggi dari standar)

Paramedis nonperawatan :
Standar 50 orang, tapi direkomendasukan 98 orang (lebih tinggi dari standar)

Non Medis :
Standar 188 orang, tapi direkomendasukan 150 orang (lebih rendah dari standar)

Kesimpulan :
Terlihat bahwa jumlah yang direkomendasikan juga tidak KONSISTEN sesuai dengan
yang distandarkan. Tetapi rekomendasi tersebut juga belum tentu salah dan bisa wajar-
wajar saja , karena mungkin ada pertimbangan-pertimbangan lain yang diperhitungkan,
yang tidak hanya mempertimbangkan dari sudut jumlah tempat tidur saja , tapi
kondisi objektif dan beban kerja sebuah rumah sakit juga sangat ikut menentukan.

6. Pegangan terbaru dari Depkes mengenai Standar Tenaga Keperawatan di rumah


sakit.
Pada Tahun 2002, Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan , telah menerbitkan buku STANDAR TENAGA KEPRAWATAN
DI RUMAH SAKIT (terlampir). Pada Buku tersebut terlampir pola perhitungan
kebutuhan teanga keperawatan yang memperhitungkan beberapa faktor, antara lain :
a. Jumlah rata-rata pasien perhari
b. Jumlah rata-rata jam perawatan pasien perhari
c. Jumlah jam kerja efektif perhari
d. Jumlah kehilangan hari kerja akibat : hari libur, cuti, izin, sakit dll
e. Jumlah pekerjaaan non-keperawatan

7. Pandangan teori penentuan tenaga rumah sakit.


Kebutuhan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh 3 faktor :
6

Faktor Lingkungan :
Tipe dan lokasi Rumah sakit
- Desain Gedung dan lay out ruang keperawatan
Contoh kondisi di RSI :
- letak Nurse station di ruangan yang tidak central
- Letak Poliklinik yang terpisah dan ruangan klinik yang berje
memanjang
- lebar pintu yang tidak bisa dilewati tempat tidur di Mina
Bel yang hanya bisa satu arah (kecuali raudah)
- Letak ruangan di Lt.2 tampa lift (contoh Madinah) dan kemiringan Rem yang
terlalu tajam/kurang landai

Kelengkapan alat Medik dan Penunjang Diagnostik,


Contoh kondisi di RSI ;
- Fasilitas O2/Suction yang tidak central kecuali Raudah
- Membawa pasien ke RS lain untuk pemeriksaan penunjang atau konsul seperti
CT Scan, EEG, fisiotherapi dll
- Di ICU tidak ada X-Ray protable, pasen kritis harus dibawa ke depan minimal
oleh dua orang
Faktor Perawat :
a) Jumlah dan komposisi tenaga
b) Tingkat pendidikan dan pengalaman
c) Kategori (Kemampuan dan Dasar Pengetahuan)
d) Kebijakan pengaturan dinas
e) Sikap Etis para professional
f) Mekanisma Kerja dan model penugasan Beban Kerja

Faktor Pasien

1. Kondisi dan Tingkat Ketergantungan Pasien


2. Waktu perawat untuk melakukan tindakan keperawatan langsung dan tidak langsung
3. Kapasitas Tempat tidur
4. BOR
5. LOS
6. Harapan pasien dan keluarganya
7. Keadaan sosial ekonomi yang mempengaruhi kesehatannya

Bagaimana menentukan kebutuhan personil ?


Karena keunikan situasi di unit klinis dan beberapa faktor yang penting, tidak ada satu
polapun yang dapat menentukan jumlah personil yang yang dibutuhkan untuk memberikan
perawatan yang berkualitas kepada pasen. Dengan demikian pihak manajemen
keperawatan harus mempelajari departemen atau unit mereka sendiri secara seksama.
Mereka dapat melakukan evaluasi pelaksanaan penempatan staf perawatan yang tepat,
mengindikasi bagian-bagian yang memerlukan perbaikan dan menentukan bagaimana
mereka dapat memberikan pelayanan yang terbaik dengan sumber daya yang tepat (dikutip
dari Materi pelatihan Strategi Perencanaan Ketenagaan Rumah Sakit oleh drg. Yaslis
Ilyas dan dr. Purnawan Junadi, Phd)
Ada beberapa metode untuk meramalkan kebutuhan personil pada pelayanan keperawatan :
1. Pendekatan secara umum melalui suatu penentuan yang bersifat subjektif tentang
kebutuhan personil, yang diusulkan oleh perawat kepala atau supervisor
7

2. Metode kedua dengan memakai aturan umum, yaitu berapa jam perawatan yang
diberika ketiap pasen perhari. (Penentuan standar mengenai berapa jam seorang pasen
membutuhkan perawat harus melalui penelitian).
3. Metode ketiga adalah dengan menggunakan manajemen ilmiah denagn melakukan
studi secara aktif di semua unit perawatan (studi ini menentukan apa yang dilakukan
oleh setiap orang dan berapa lama) Kelompok studi mengidentifikasi semua tugas yang
berhubungan dengan keperawatan maupun yang tidak berhubungan. Tugas yang tidak
berhubungan dengan perawatan dikembalikan ke Administrasi Rumah Sakit untuk
kemudian disebarkan ke ke departemen lain. Tugas-tugas perawatan dianalisa dan
diberikan pada karyawan yang tepat yang melakukan tugas tersebut.

Berdasarkan referensi : Materi Loka Karya Kepala Bidang Keperawatan,


diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus , untuk
menentukan kebutuhan tenaga melalui prosedur berikut :
1. Melakukan Survey di tiap Bangsal minimal untuk 10 hari, untuk menentukan
kategori pasen atau beban kerja (Hari survey tidak boleh berurutan)
2. Mengelompokan data tindakan keperawatan yang langsung dan tidak langsung.
3. Membuat pengelompokan data dari kategori perawat yang melaksanakan kegiatan
tersebut dengan waktunya.
4. Hitung jumlah waktu yang dipakai untuk tiap aktifitas dalam tiap waktu dinas.
5. Menggolongkan aktifitas kegiatan keperawatan ; profesional dan non-profesional
6. Melakukan perhitungan sesuai dengan Formula yang disepakati. Dan selanjutnya
diperlukan waktu untuk pengembangan.
Menurut Purnawan Junadi (Pada Pelatihan Strategi Perencanaan Tenaga Rumah Sakit,
1996 selama 3 hari)
Analisi ketenagaan perlu dilakukan jika ada gejala yang menunjukkan situasi tenaga
berubah, misalnya :
a) RS akan melakukan penambahan/perubahan kapasitas TT
b) RS akan melakukan perubahan pelayanan dan fasilitas rs
c) Ada gejala penurunan motivasi, prestasi atau kepuasan kerja
d) Adanya keluhan dari pasen dari pelayanan yang diterima

Dalam Analisis Situasi dan Kebutuhan Tenaga tersebut , dilihat dan dianalisa :
1. Bagaimana deskripsi beban kerja tenaganya
Alokasi penggunaan waktu kerja o/.perawat menurut jenis kegiatan keperawatan.
2. Bagaimana pola beban kerja
Apakah penggunaan waktu tsb mempunyai pola, sesuai jenis kegiatan, umur, jenis
tenaga, kelamin dll (Komposisi tenaga)
3. Bagaimana kesesuaian beban dengan jenis tenaganya
Apakah beban kerja yang dilakukan tepat untuk jenis tenaga yang melakukan tugas
itu

Perhitungan Kebutuhan Tenaga, dapat dilakukan dengan 3 cara :

1. Cara Rasio (bisa berdasarkan UU atau hasil penelitian)


Mudah, tapi kita tidak tahu apakah terjadi utilisasi tenaga yang rendah atau
berlebihan
2. Cara Need (Perhitungan beban kerja), bisa dengan cara :
- Work Sampling (sampling kegiatan)
- Time and motion study (penelitian waktu dan gerak)
8

3. Cara Demand (Perhitungan waktu perpasien mendapat pelayanan melalui hasil


penelitian)

Perhitungan Kebutuhan Tenaga , perlu memperhatikan beberapa aspek :


Penyesuaian dengan libur/cuti
Produktifitas (tidak mungkin 100%, standar :75-80%)
Dengan melihat pola kedatangan pasien (menurut Bulan, Hari dan Jam )
Kualitas Pelayanan
Trend Pelayanan (Mencari tenaga yang baik tidak mudah ; analisis kebutuhan
tenaga perlu perspektif waktu 3- tahun)

Formula yang dapat dipakai untuk menghitung kebutuhan tenaga , diantaranya :


Formula Lokakarya Keperawatan

A X 52 X 7 X TT X BOR + 25%
41 mg X 40 jam
A : Rata-rata jumlah jam perawatan yang diterima pasien/24 jam

Formula Gillies
A X B X 365
365-hr.libur) X Jamkerja/hari
A : Rata-rata jumlah jam perawatan yang diterima pasien/24 jam
B : Sensus harian rata-rata
Formula Nina
Dilakukan dengan 5 tahap perhitungan (Pertama menghitung jam perawatan
penderita dalam 24 jam perpasen, dalam 1 hari, dan selanjutnya dihitung untuk
satu tahun, ke-4 menghitung perkiraan secara realistis dengan melihat BOR dan
terakhir baru dihitung jumlah tenaga yang dibutuhkan)

Formula : Standar Tenaga keperawatan di Rumah Sakit, Depkes 2002


(terlampir)

Você também pode gostar