Você está na página 1de 16

LAPORAN MINGGUAN

METODE NUMERIK
ACARA VII
(NUMERICAL INTEGRATION)

KELOMPOK 5
ANDI AGUSDAR
F1B3 14 018

ASISTEN : SAKINA

ANGGOTA :
1. NUR HIKMA HARDILA 8. SITTI HARTINA
2. MUHAMMAD ASMAUL BAINTO 9. RISWAL
3. RUSMINI 10. ALDINA
4. DENI RAHMAD HIDAYAT 11. HASNAWATI
5. SRI YESFISARI 12. MUHAMAD ALI HIJRA
6. NASRUDIN ALHAM 13. RAHMA SULFITRIANI .Y
7 LA ODE ALFAYYALD 14. LAWIDI

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
A. Tujuan:

Menerapkan persamaan Newton-Cotes berbasis aturan trapezoid untuk


1
menghitung integral fungsi polinomial secara numerik
Menerapkan persamaan Newton-Cotes berbasis aturan trapezoid komposit untuk
2
menghitung integral dari suatu fungsi
Menerapkan aturan trapezoid rekursif untuk menghitung nilai integral dari
3
fungsi polinomial trigonometri
Menerapkan aturan Simpson untuk mencari nilai integral dari sebuah fungsi
4
polinomial atau fungsi trigonometri
Menerapkan metode Romberg untuk menghitung secara numerik nilai integral
5
dari sebuah fungsi
B. Landasan Teori

Integral adalah sebuah konsep penjumlahan secara berkesinambungan


dalam matematika, dan bersama dengan inversnya, diferensiasi, adalah satu dari
dua operasi utama dalam kalkulus. Integral dikembangkan menyusul
dikembangkannya masalah dalam diferensiasi di mana matematikawan harus
berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang berkebalikan dengan solusi
diferensiasi. Lambang integral adalah .

Prinsip-prinsip dan teknik integrasi dikembangkan terpisah oleh Isaac


Newton dan Gottfried Leibniz pada akhir abad ke-17. Melalui teorema
fundamental kalkulus yang mereka kembangkan masing-masing, integral
terhubung dengan diferensial: jika f adalah fungsi kontinu yang terdefinisi pada
sebuah interval tertutup [a, b], maka, jika antiturunan F dari f diketahui, maka
integral tertentu dari f pada interval tersebut dapat didefinisikan sebagai:

Integral dan diferensial menjadi peranan penting dalam kalkulus, dengan berbagai
macam aplikasi pada sains dan teknik. Jika diberikan suatu fungsi f dari variabel x
dengan interval [a,b] maka integral tertentunya dapat ditulis seperti gambar diatas.
Sedangkan kurva untuk integral tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Kurva diatas dapat didefinisikan sebagai daerah yang dibatasi oleh kurva f, sumbu
x, sumbu y, garis x=a dan garis x=b, dimana daerah diatas sumbu x bernilai positif
dan daerah dibawah sumbu x bernilai negatif.

Integral juga biasa digunakan untuk merujuk anti turunan. Jika terdapat sebuah
fungsi F yang mempunyai turunan f maka kasus seperti ini disebut integral tak
tentu yang dapat dinotasikan sebagai berikut.

Jika f adalah fungsi kontinu yang terdefinisi pada sebuah interval tertutup [a,b]
dan jika anti turunan F dari f diketahui maka integral tertentu dari f pada interval
yang telah diketahui dapat didefinisikan sebagai.

Berikut ini beberapa rumus dasar integral


Trigonometri
Dalam mencari nilai integral kita dapat menggunakan beberapa cara, diantaranya :

1. Substitusi

Cari nilai dari:

2. Substitusi Trigonometri

Bentuk Gunakan
3. Integral Parsial

Integral parsial menggunakan rumus sebagai berikut:

Jika kita menemukan bentuk penjumlahan atau bentuk pengurangan integral dapat
dirubah seperti berikut ini.

Integral tak tentu


Manakala integral tertentu adalah sebuah bilangan yang besarnya
ditentukan dengan mengambil limit penjumlahan Riemann, yang diasosiasikan
dengan partisi interval tertutup yang norma partisinya mendekati nol, teorema
dasar kalkulus menyatakan bahwa integral tertentu sebuah fungsi kontinu dapat
dihitung dengan mudah apabila kita dapat mencari antiturunan/antiderivatif fungsi
tersebut.

Apabila

Keseluruhan himpunan antiturunan/antiderivatif sebuah


fungsi adalah integral tak tentu ataupun primitif dari terhadap x dan
dituliskan secara matematis sebagai:

Ekspresi F(x) + C adalah antiderivatif umum dan C adalah konstanta


sembarang.
Misalkan terdapat sebuah fungsi , maka integral tak tentu ataupun
antiturunan dari fungsi tersebut adalah:
Perhatikan bahwa integral tertentu berbeda dengan integral tak tentu. Integral

tertentu dalam bentuk adalah sebuah bilangan, manakala integral

tak tentu : adalah sebuah fungsi yang memiliki tambahan konstanta


sembarang C.
Integral Tertentu
Diberikan suatu fungsi bervariabel real x dan interval antara [a, b] pada
garis real, integral tertentu:

secara informal didefinisikan sebagai luas wilayah pada bidang xy yang


dibatasioleh kurva grafik , sumbu-x, dan garis vertikal x = a dan x = b.
Pada notasi integral di atas: a adalah batas bawah dan b adalah batas atas yang
menentukan domain pengintegralan, adalah integran yang akan dievaluasi
terhadap x pada interval [a,b], dan dx adalah variabel pengintegralan.

Seiring dengan semakin banyaknya subinterval dan semakin sempitnya lebar


subinterval yang diambil, luas keseluruhan batangan akan semakin mendekati luas
daerah di bawah kurva.
Terdapat berbagai jenis pendefinisian formal integral tertentu, namun yang
paling umumnya digunakan adalah definisi integral Riemann. Integral Rieman
didefinisikan sebagai limit dari penjumlahan Riemann. Misalkanlah kita hendak
mencari luas daerah yang dibatasi oleh fungsi pada interval tertutup [a,b].
Dalam mencari luas daerah tersebut, interval [a,b] dapat kita bagi menjadi banyak
subinterval yang lebarnya tidak perlu sama, dan kita memilih sejumlah n-1 titik
{x1, x2, x3,..., xn - 1} antara a dengan b sehingga memenuhi hubungan:

Himpunan tersebut kita sebut


sebagai partisi [a,b], yang membagi [a,b] menjadi
sejumlah nsubinterval . Lebar subinterval
pertama [x0,x1] kita nyatakan sebagai x1, demikian pula lebar subinterval ke-
i kita nyatakan sebagai xi = xi - xi - 1. Pada tiap-tiap subinterval inilah kita pilih
suatu titik sembarang dan pada subinterval ke-i tersebut kita memilih titik
sembarang ti. Maka pada tiap-tiap subinterval akan terdapat batangan persegi
panjang yang lebarnya sebesar x dan tingginya berawal dari sumbu x sampai
menyentuh titik (ti, (ti)) pada kurva. Apabila kita menghitung luas tiap-tiap
batangan tersebut dengan mengalikan(ti) xi dan menjumlahkan keseluruhan
luas daerah batangan tersebut, kita akan dapatkan:

Penjumlahan Sp disebut sebagai penjumlahan Riemann untuk pada interval


[a,b]. Perhatikan bahwa semakin kecil subinterval partisi yang kita ambil, hasil
penjumlahan Riemann ini akan semakin mendekati nilai luas daerah yang kita
inginkan. Apabila kita mengambil limit dari norma partisi mendekati nol,
maka kita akan mendapatkan luas daerah tersebut.

C.Alogaritme dan Flowchart

C.1 Alogaritme
1. Alogaritme trapezoid
Pertama ketik start atau mulai
Masukan nilai inputnya yaitu a,b,I2h,k
Kemudian masukan output yang ada pada programnya
Setelah itu masukan nilai outputnya yaitu lh
Kemudian ketik stop atau berhenti

2. Alogaritme Rombergt
Pertama ketik start atau mulai
Kemudian masukan nilai inputnya yaitu a,b,tol,kMax
setelah itu masukan nilai outputnya yang ada pada program
setelah selesai masukan nilai hasil outputnya yaitu l, numeval
kemudian stop programnya
3. Alogaritme Richardson
pertama mulai programnya
kemudian masukan nilai inputnya yaitu r, k
setelah itu masukan nilai outputnya yang ada pada programnya
setelah itu masukan nilai hasil outputnya yaitu C
setelah selesai stop programn
C.2 Flowchart

1.flowchart trapezoid
START

INPUT=a,b,I2h,k

yes
fa = feval(func,a); fb=feval(func,b);
if Ih = (fa + fb)*(b - a)/2.0;

NO
n = 2^(k -2 ); % Number of new points
h = (b - a)/n ; % Spacing of new points
x = a + h/2.0; % Coord. of 1st new poin

for i = 1:n

fx = feval(func,x);
sum = sum + fx;
x = x + h;

Ih = (I2h + h*sum)/2.0;

Ih

STOP
2. Flowchart Rombergt

START

Input=a,b,tol,kMax

no

if

yes

kMax = 20;

if nargin

tol = 1.0e-8;

for k = 2:kMax

r(k) = trapezoid(func,a,b,r(k-1),k);
r = richardson(r,k);

no
if

yes
numEval = 2^(k-1) + 1; I = r(1);

rOld = r(1);
k

error

I, numeval

STOP

3. Flowchart Richardson

START

Input= r,k

for j = k-1:-1:1

c = 4^(k-j); r(j) = (c*r(j+1) - r(j))/(c-1);

STOP
D.Hasil dan Pembahasan
D.1 Hasil
1. Example 6.1
1 h
2 0
3 h
( 0)( h)
h 1 h h
A1 d 2 ( 2 h )d
h ( h)( 2h) 2h h 3
h ( h)( h) 1 h 4h
A2 2 ( 2 h 2 )d
h (h)(h) h h 3
h ( h)( 0) 1 h h
A3 d 2 ( 2 h )d
h (2h)(h) 2h h 3
3
ab h
I Ai f ( xi ) f (a) 4 f f (b)
i 1 2 3

2. Example 6.2
%code CompTrapez.m
clc;
clear all;
a = 0; % syarat batas bawah integral
b = pi; % syarat batas atas integral
n = 8;
n1=16;
%metode composite trapezoidal
I = CompTrapz(a,b,n,'f');
disp(['Nilai I = ' num2str(I)]);
I2 = CompTrapz(a,b,n1,'f');
disp(['Nilai I2 = ' num2str(I2)]);

Nilai I = 1.9742
Nilai I2 = 1.9936
3. Example 6.3

x 0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5


f ( x) 1.5000 2.0000 2.0000 1.6364 1.2500 0.9565

3(0.5) 0.5
I [ f (0) 3 f (0.5) 3 f (1.0) f (1.5)] [ f (1.5) 4 f (2, 0) f (2.5)]
8 3
2.8381 1.2655 4.1036

4. Example 6.4
I2h = 0;
for k = 1:20
Ih = trapezoid(@fex6_4,0,pi,I2h,k);
if (k > 1 & abs(Ih - I2h) < 1.0e-6)
Integral = Ih
No_of_func_evaluations = 2^(k-1) + 1
return
end
I2h = Ih;
end
error('Too many iterations')
Integral =
-0.8948
No_of_func_evaluations =
32769
5. Example 6.5
n2
1 h
Rk ,1 I k 1 f ( x) 2 f ( xi ) f ( xn )
i 3,5... 2 2
n2

Rk 1,1 I k 1 f ( x1 ) 2 f ( xi ) f ( xn ) h
i 3,5..
4
Rk ,2 Rk 1,1
3
1 4 n 1 2 n2 1
f ( x1 ) f ( xi ) f ( xi ) f ( xn ) h
3 3 i 2,4.... 3 13,5... 3

6. Example 6.6

R1,1 I ( ) f (0) f ( ) 0
2
1
R2,1 I ( / 2) I ( ) f ( / 2) 1.5708
2 2
1
R3,1 I ( / 4) ) I ( / 2) f ( / 4) f (3 / 4) 1.8961
2 4
1
R4,1 I ( / 8) I ( / 4) f ( / 8) f (3 / 8) f (5 / 8) f (7 / 8)
2 8
1.9742
R1,1

R2,1 R2,2
R R R
3,1 3,2 3,3
R4,1 R4,2 R4,3 R4,4
R4,4 2.0000

7. Example 6.7
[Integral,numEval] = romberg(@fex6_7,0,sqrt(pi))
Integral =
-0.8948
numEval =
129
D.2 Pembahasan

Integral adalah sebuah konsep penjumlahan secara berkesinambungan

dalam matematika, dan bersama dengan inversnya, diferensiasi, adalah satu dari

dua operasi utama dalam kalkulus. Integral dikembangkan menyusul

dikembangkannya masalah dalam diferensiasi di mana matematikawan harus

berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang berkebalikan dengan solusi

diferensiasi. Lambang integral adalah .

Berdasarkan hasil identifikasi dari praktikum numerikal intergration

dimana dalam hasil ini kita menerapkan persamaan Newton-Cotes yang berbasis

aturan trapezoid untuk menghitung integral fungsi polinomial secara numerikal,

kemudian menerapkan suatu persamaan Newton-Coles yang berbasis aturan

trapezoid komposit untuk menghitung integral dari suatu fungsi, serta dalam

penelitian dari praktiku ini yaitu dapat menerapkan suatu aturan trapezoid rekursif

untuk mengitung suatu nilai integral dari fungsi polinomial trigonometri, serta

menerapkan aturan simpson untuk mencari suatu nilai integral dari sebuah fungsi

polinomial atau fungsi trigonometri, serta dapat menerapkan suatu persamaan

romberg sehingga kita dapat menentukan suatu nilai integral dari fungsi. Untuk

example 6.2 menggunakan rumus atau function competion trapezoid dengan hasil

yang di peroleh yaitu untuk nilai I yaitu diperoleh 1.9742, untuk nilai I2 memiliki

nilai yaitu 1.9936. untuk example 6.4 di peroleh hasilnya yaitu dengan nilai

integral yaitu -0.8984 dan nilai evalution yaitu 32769 sedangkan pada example

6.7 yaitu dengan nilai integralnya yaitu -0.8948 dan nilai unevalnya yaitu 129.
D. Penutup

D.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam penerapan Newton-Cotes berbasis aturan trapezoid untuk

menghitung integral fungsi polinomial secara numerikal

2. Dalam penerapan Newton-Cotes yang berbasis aturan trapezoid komposit

untuk menghitung integral dari suatu fungsi.

3. Dalam menerapkan suatu aturan trapezoid rekursif untuk menghitung nilai

integral dari fungsi polinomial atau fingsi integral.

4. Dalam suatu penerapan aturan simpson untuk mencari nilai integral dari

sebuah fungsi polinomial atau fungsi trigonometri.

5. Dalam suatu penerapan romberg dapat menentukan atau menghitung

secara numerikal nilai dari sebuah fungsi.

D.2 Saran

Saran yang dapat saya sampaikan adalah diharapkan kepada praktikan agar

hadir tepat waktu.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2005. Turunan Secara Numerikal. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Aniko Puji, 2009. Penerapan Metode Kuadrat Terkecil Untuk Peramalan


(Forecasting) Tingkat Kriminalitas Di Kota Bogor. Universitas Pakuan.
Bogor.

Setijo, 2010. Turunan Secara Numerikal. BPFE. Yogyakarta.

Você também pode gostar