Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
mengalir melalui suatu titik dalamsirkuit listrik tiap satuan waktu. [1] Arus listrik dapat diukur dalam
satuan Coulomb/detik atau Ampere.[1] Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari
yang sangat lemah dalam satuan mikroAmpere ( ) seperti di dalam jaringan tubuh hingga arus
yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi pada petir.[2][3] Dalam kebanyakan
sirkuit arus searah dapat diasumsikan resistansi terhadap arus listrik adalah konstan sehingga besar
arus yang mengalir dalam sirkuit bergantung padavoltase dan resistansi sesuai dengan hukum
Ohm.[1]
Arus listrik merupakan satu dari tujuh satuan pokok dalam satuan internasional.[4] Satuan
internasional untuk arus listrik adalahAmpere (A).[4] Secara formal satuan Ampere didefinisikan
sebagai arus konstan yang, bila dipertahankan, akan menghasilkan gayasebesar 2 x 10-
7
Newton/meter di antara dua penghantar lurus sejajar, dengan luas penampang yang dapat
diabaikan, berjarak 1 meter satu sama lain dalam ruang hampa udara.[4]
Daftar isi
[sembunyikan]
1Fisika
o 1.1Arah arus
o 1.2Rapat arus
o 1.3Kelajuan hanyutan
2Referensi
Arus yang mengalir masuk suatu percabangan sama dengan arus yang mengalir keluar dari percabangan
[5]
tersebut.
Untuk arus yang konstan, besar arus dalam Ampere dapat diperoleh dengan persamaan:
di mana adalah arus listrik, adalah muatan listrik, dan adalah waktu (time).
Sedangkan secara umum, arus listrik yang mengalir pada suatu waktu tertentu adalah:[6]
Dengan demikian dapat ditentukan jumlah total muatan yang dipindahkan pada rentang
Sesuai dengan persamaan di atas, arus listrik adalah besaran skalar karena
dengan arus listrik yang mengalir ke dalam[5] sehingga . Panah arus hanya
menunjukkan arah aliran sepanjang penghantar, bukan arah dalam ruang.[5]
Definisi arus listrik yang mengalir dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-) baterai(kebalikan arah
untuk gerakanelektronnya)[5]
Pada diagram digambarkan panah arus searah dengan arah pergerakan partikel
bermuatan positif (muatan positif) atau disebut dengan istilah arus
konvensional.[7] Pembawa muatan positif tersebut akan bergerak dari kutub
positif baterai menuju ke kutub negatif.[5] Pada kenyataannya, pembawa muatan dalam
sebuah penghantar listrik adalah partikel-partikel elektron bermuatan negatif yang
didorong oleh medan listrik mengalir berlawan arah dengan arus
konvensional.[5] Sayangnya, dengan alasan sejarah, digunakan konvensi berikut ini:[5]
Panah arus digambarkan searah dengan arah pergerakan seharusnya dari pembawa
muatan positif, walaupun pada kenyataannya pembawa muatan adalah muatan negatif dan
bergerak pada arah berlawanan.[5]
Konvensi demikian dapat digunakan pada sebagian besar keadaan karena dapat
diasumsikan bahwa pergerakan pembawa muatan positif memiliki efek yang sama
dengan pergerakan pembawa muatan negatif.[5]
di mana adalah arus pada penghantar, vektor J adalah rapat arus yang
memiliki arah sama dengan kecepatan gerak muatan jika muatannya positif dan
berlawan arah jika muatannya negatif, dan dA adalah vektor luas elemen yang
tegak lurus terhadap elemen.[5] Jika arus listrik seragam sepanjang permukaan
dan sejajar dengan dA maka J juga seragam dan sejajar terhadap dA sehingga
persamaan menjadi:[5]
maka
Arus yang melewati sebuah induktor akan menghasilkan medan magnet yang besarnya berbanding
lurus dengan arus listrik yang mengalir. Tidak seperti kapasitor yang terjadi perubahan kenaikan
tegangan pada kedua lempeng konduktor ketika sedang diisi muatan listrik, pada konduktor justru
timbul perubahan kenaikkan arus listrik ketika diberi tegangan listrik, perubahan kenaikan arus
listrik ini menciptakan induksi energi di dalam medan magnet. Dengan kata lain induktor mengatur
perubahan arus listrik dan dengan tidak mengubah tegangan listrik. Kemampuan induktor ini
disebut induktansi induktor dengan satuan Henry (H) dan diberi simbol L. Untuk ukuran yang lebih
kecil biasanya dinyatakan dalam satuan miliHenry (mH), mikroHenry (H), nanoHenry (nH) dan
picoHenry (pH).
Sebuah induktor mempunyai inti dengan luas penampang inti (A), Jumlah lilitan kawat per satuan
panjang (l) . Jadi jika sebuah induktor dengan N lilitan kawat dihubungkan dengan sejumlah fluk
magnetik () maka induktor akan mempunyai fluk magnetik total sebesar N.. dan arus sebesar i
yang mengalir melewatinya akan menghasilkan induksi fluk magnetik yang arahnya berlawanan
dengan arah aliran arus listrik. Menurut hukum Faraday, semua perubahan fluk magnetik akan
menghasilkan tegangan induksi yang besarnya :
Di mana : N adalah banyaknya lilitan, A adalah luas penampang inti (m2), adalah fluks magnetik
(Wb), adalah permeabilitas material inti, l adalah panjang induktor (m) dan (di/dt) adalah laju
perubahan arus dalam satuan A/s.
Laju perubahan medan magnetik (d/dt) yang menginduksi tegangan besarnya proporsional
dengan laju perubahan arus listrik (di/dt) . atau dapat ditulis:
atau
Dari persamaan ini terlihat yang berubah hanya arus listrik, sedangkan tegangan induksi tidak
berubah. Maka bila tegangan induksi = 0, perubahan arus listrik juga akan menjadi 0. Bila induktor
dihubungkan dengan sumber arus DC arus listriknya konstan terhadap waktu, maka tidak akan
timbul tegangan induksi pada induktor dan induktor hanya berfungsi sebagai sebuah penghantar
saja.
Pada konduktor arus listrik tidak dapat berubah secara mendadak karena jika hal ini terjadi, maka
akan dibutuhkan tegangan dan daya yang tidak terhingga besarnya (di/dt = ). Sebuah induktor
dengan induktansi 1 H dengan arus maksimum 1 A , bila perubahan arus dari 0 hingga maksimum
dalam waktu 1 detik, maka tegangan yg dibutuhkan akan sebesar 1 V dapat digambar seperti pada
gambar berikut ini.
Gambar 5 hubungan tegangan dan kuat arus pada induktor dengan dt=1 s dan di = 1 A
Pada induktor yg sama , jika kita mengurangi dt hingga 1/10 nya atau perubahan arus sebesar 1 A
dalam waktu 0,1 detik, maka tegangan yang dibutuhkan akan menjadi 10 kali lipat besarnya yaitu
10 V, dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6 hubungan i dengan V bila dt diubah menjadi 0,1 detik
Pada induktor yang sama, jika perubahan arus terjadi mendadak atau sangat cepat (dt=0) maka
tegangan yang dibutuhkan menjadi tidak terhingga besarnya atau dapat digambar seperti pada
gambar berikut ini.
Gambar 7 bila dt=0 maka V akan menjadi tidak terhingga besarnya
Daya di dalam induktor
P = V.i
Di mana P : daya listrik (Watt), V : tegangan listrik (V) dan i adalah arus listrik (A)
Sebuah induktor ideal tidak mempunyai hambatan (R=0) sehingga tidak ada rugi-rugi daya di dalam
induktor, jadi dapat dikatakan induktor ideal tidak terjadi rugi-rugi daya.
Ketika ada daya yang mengalir melalui sebuah induktor, maka energi listrik disimpan di dalam
induktor dalam bentuk medan magnetik. Ketka arus listrik meningkat dalam selang waktu (dt)
yang mendekati nol, maka daya sesaat di dalam rangkaian juga akan meningkat dan energi
disimpan di dalam induktor. Sebaliknya jika arus yang mengalir melewati induktor berkurang maka
daya sesaat juga akan turun (menjadi negatif). Ini berarti induktor akan membuang sejumlah
energi dari rangkaian.
Energi disimpan dalam bentuk medan magnet yang timbul disekitar induktor. Pada induktor ideal,
tidak terdapat hambatan atau kapasitansi, sehingga arus yang naik ketika melewati induktor akan
disimpan dalam bentuk medan listrik tanpa ada rugi-rugi. Medan listrik ini tidak berkurang
besarnya.
Bila induktor dilewatkan arus AC, maka induktor akan secara berkala menyimpan dan membuang
energi dalam bentuk siklus. Pada arus DC arus yang melewati induktor besarnya konstan, maka
tidak terjadi proses penyimpanan dan pembuangan energi secara berulang-ulang seperti pada arus
AC.
Melihat cara kerja induktor, dapat disimpulkan bahwa induktor adalah komponen pasif elektronika
yang dapat menyimpan dan menyalurkan energi listrik ke rangkaian listrik. Tetapi induktor tidak
dapat membangkitkan energi listrik.
Pada induktor real terdapat kerugian daya listrik akibat adanya hambatan di dalam kawat
penghantar induktor. Besar kerugian daya ini dapat dihitung dengan persamaan :
P =i2R
Di mana i adalah arus listrik (A), R hambatan dalam induktor (Ohm) dan P adalah kerugian daya
listrik (W).
Fungsi utama induktor di dalam rangkaian listrik adalah sebagai filter, rangkaian resonansi dan
sebagai pembatas arus listrik. Sebuah induktor dapat digunakan untuk memblock arus AC atau
memblok frekuensi tertentu dari arus AC. Oleh sebab itu induktor dapat digunakan untuk
menyaring frekuensi radio atau memfilter frekuensi yang melewatinya. Induktor juga dapat
digunakan untuk menjaga perangkat elektronika dari kenaikan tegangan dan arus listrik yang
mendadak.
Induktor menghasilkan induksi dengan cara membangkitkan induksi emf (electro magnetic force)
di dalam induktor itu sendiri akibat dari adanya perubahan medan magnet. Di dalam rangkaian
elektronika, ketika terjadi induksi emf di dalam rangkaian, maka akan terjadi perubahan arus
listrik yang disebut induksi diri, Induksi diri induktor sering disebut emf (tegangan) balik.
Tegangan balik induktor ini memiliki arah yang berlawanan.
Di mana L adalah induksi diri (Henry), N : banyaknya lilitan, : fluk medan magnet (Weber)
dan i adalah kuat arus listrik (A). Persamaan ini berlaku hanya untuk induktor dengan 1 lapisan
lilitan kawat.
Fluk medan magnet adalah kerapatan medan magnet yang dapat dinyatakan :
= B.A
Di mana : adalah fluks medan magnet (Weber) , B adalah kuat medan magnet (Tesla) dan A
adalah luas penampang yang dilewati oleh medan magnet (m2).
Untuk induktor dengan inti udara, kuat medan magnet dapat dinyatakan dengan persamaan :
Dengan N adalah banyaknya lilitan, i : arus listrik yang mengalir, l : panjang lilitan dan 0 adalah
permeabilitas ruang kosong (4 x 10-7). Maka persamaan induktansi induktor dapat ditulis menjadi
:
Di mana : L adalah induktansi induktor (Henry); 0 adalah permeabilitas ruang hampa (4 x 10-7); N
adalah banyaknya lilitan, A adalah luas penampang induktor (m2) dan l adalah panjang lilitan (m).
Jadi induktansi sebuah induktor berbanding kuadratik terhadap jumlah lilitan dan luas penampang
induktor, tetapi berbanding terbalik dengan panjang lilitan induktor. Untuk meningkatkan
induktansi induktor dapat dilakukan dengan mengganti inti udara dengan inti logam.
Gambar 8 menunjukan 2 buah induktor yang saling berdekatan. Induktor 1 dihubungkan dengan
arus listrik AC maka pada induktor 1 akan timbul fluks medan magnet. Akibatnya pada induktor 2
akan terinduksi oleh medan magnet sehingga timbul tegangan dan arus listrik. Prinsip ini disebut
mutual induksi. Besar Mutual induksi ini dapat dihitung dengan persamaan :
Di mana 0 adalah permeabilitas udara yang memisahkan kedua induktor, r permeabilitas bahan
inti induktor, N1 dan N2 adalah jumlah lilitan induktor 1 dan induktor 2, A luas penampang induktor
dalam hal ini kedua induktor memiliki luas penampang yang sama dan l adalah panjang induktor.
Gambar 9 dua buah induktor yang dipasang pada satu buah inti besi
Mutual induksi untuk induktor 2 terhadap induktor 1 yang dipasang pada satu inti seperti pada
gambar 9 adalah
Besar kedua mutual induksi ini sama sehingga dapat ditulis M12 = M21 = M
Persamaan ini menyatakan tidak ada kebocoran / kehilangan fluks magnetik. Namun dalam
kenyataannya fluk magnetik pasti ada yang hilang. Sehingga persamaan mutual induksi yang
sebenarnya dengan mempertimbangkan kerugiaan fluk magnetik dapat ditulis :
Di mana k adalah koefisien penghubung (coupling coefficient) . jika k = 1 maka tidak ada kerugian
fluk magnetik, pada kenyataannya k selalu < 1.
Selain kapasitor dan resistor, induktor juga dapat dirangkai secara seri. Induktor yang dipasang
seri maka induktansinya dapat dihitung sebagai berikut :
Sama seperti resistor bila induktor dirangkai secara seri, maka tidak terjadi pembagian arus listrik,
karena tidak terdapat percabangan. Sehingga dapat ditulis :
Tetapi terjadi pembagian tegangan dan total tegangan pada induktor dapat ditulis :
Sehingga didapat
Mutual induksi yang dihasilkan oleh induktor yang dirangkaian seri dapat dibagi menjadi 2 yaitu
kumulatif kopel dan diferensial kopel. Kumulatif kopel dapat dilihat seperti pada gambar berikut
ini.
Secara garis besar induktor yang dirangkai secara seri bila diketahui mutual induksinya dapat
dihitung dengan persamaan
LT = L1 + L2 + L3 2M
Induktor yang dirangkai paralel
Rangkain induktor paralel dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini.
Induktor yang dirangkai secara paralel, maka tegangan tiap induktor akan sama tetapi terjadi
pembagian arus listrik. Sehingga dapat ditulis :
dan
Maka didapat :
Mutual induksi pada rangkaian 2 induktor paralel dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu
Rangkaian 2 induktor dengan arah lilitan yang sama yang besar induktansi totalnya dapat dihitung
:
Jika kedua induktor yang diparalelkan berbeda arah lilitan, maka persamaan induktor total
dapat dihitung :
VR = i.R
Jadi di dapat