Você está na página 1de 26

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab


(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung
pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.1

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan


karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup


mereka. Gejala skIzofrenia biasanya muncul pada usia remaja atau dewasa
muda. Awitan pada laki laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada
perempuan antara 25-35 tahun. pronosisnya biasanya lebih buruk pada laki
laki bila dibandngkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun
jarang terjadi.2

Diagnosis skizofrenia, menurut sejarahnya mengalami perubahan


perubahan. Ada beberapa cara untuk menegakkan diagnosis. Pedoman utntuk
menegakkan diagnosis adalah DSM-IV ( diagnostic and statistical manual )
yang didalamnya terdapat ktiteria objektif dan spesifik untuk mendefinisikan
skizofrenia. Belum ada penemuan yang patognomonik untuk skizofrenia.
Diagnosis di tegakkan berdasarkan kumpulan gejala (sindrom) atau deskripsi
klinis dan merupakan suatu sindrom.2
2

II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Menurut seorang ahli psikiatri bernama Eugen Bleuer istilah skizofrenia


berasal dari dua kata skizo yang berati retak atu pecah (split) dan frenia
yang berati jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan jiwa
skizofrenia adalah orang yng mengalami keretakan jiwa atau keretakan
kepribadian (spilitting of personality).3
Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal
dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.3

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab


(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung
pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya
ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran
dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul
(bluntted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.1

2.2 EPIDEMIOLOGI

a. Insiden dan prevalensi

Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan secara bervariasi


terntang dari 1 sampai 1,5 persen, konsisten dengan rentang tersebut,
penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA)yang disponsori oleh
National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur
hidup sebesar 1,3%. Kira-kira 0,025% sampai 0,05% populasi total diobati
untuk skizofrenia dalam satu tahun.3
3

b. Usia dan Jenis Kelamin

Prevalensi jenis kelamin antara laki-laki dan wanita hampir sama, tetapi
berbeda dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset
skizofrenia lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki
adalah 15-25 tahun, sedangkan untuk wanita adalah 25-35 tahun. Onset
skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah usia 50 tahun adalah sangat
jarang. Kira-kira 90% pasien dalam pengobatan skizofrenia adaah antara
umur 15 dan 55 tahun.3

c. Musim kelahiran

Suatu temuan kuat dalam penelitian skizofrenia adalah bahwa orang yang
lahir pada musim dingin dan awal musim semi lebih banyak dijumpai
daripada orang yang lahir di akhir musim semi dan musim panas. Secara
spesifik, dibelahan bumi utara, termasuk Amerika Serikat, orang skizfrenik
lebih sering dilahirkan di bulan Januari sampai April.dibelahan bumi selatan,
orang skizofrenik lebih sering dilahirkan dari bulan Juli sampai September.3

d. Distribusi Geografis

Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografisdi seluruh Amerika


serikat atau diseluruh dunia. Tetapi, beberapa daerah geografis di dunia
mempunyai prevalensi skizofrenia yang tinggi secara tidak biasa. Beberapa
ahli telah menginterprestasikan geografis untuk skizofrenia tersebut sebagai
dukungan untuk suatu penyebab infektif (sebagai contohnya, virus) dari
skizofrenia.3

e. Angka Reproduksi

pemakaian obat psikoterapetik, kebijaksanaan pintu yerbuka di rumah


sakit, deinstitusionalisasi di rumah sakit negara, penekanan pada rehabilitasi
dan perawatan yang didasarkan pada komunitas bagi pasien skizofrenia
semuanya telah menyebabkan peningkatan umum angka perkawinan dan
fertilisasi diantara orang skizofrenik. Karena faktor-faktor tersebut, jumlah
4

anak yang dilahirkan dari orang tua skizofrenia menjadi dua kali lipat dari
tahun 1935 sampai 1955. Angka fertilitas untuk orang skizofrenik sekarang
mendekati angka untuk populasi umum.3

f. Penyakit Medis

Orang skizofrenik mempunyai angka mortalitas dari kecelakaan dan


penyebab alami yang lebih tinggi daripada populasi umum. Peningkatan
mortalitas tersebut tidak dijelaskan oleh variabel yang berhubungan dengan
institusi atau yang berhubungan dengan pengobatan. Beberapa penelitian
telah menemukan bahwa sampai 80 persen dari semua pasien skizofrenia
mempunyai penyakit medis bermakna yang terjadi bersama-sama dan sampai
50 persen keadaan tersebut mungkin tidak terdiagnosis.3

g. Sosial Ekonomi

Pasien skizofrenia berada dalam kelompok sosial ekonomi rendah.


Pengamatan tersebut telah dijelaskan oleh hipotesis pergeseran kebawah ,
yang menyatakan bahwa orang yang terkena bergeser ke kelompok sosil
ekonomi rendah karena penyakitnya.3

2.3 ETIOLOGI

Walaupun skizofrenia dibicarakan seakan-akan merupakan penyakit


tunggal, kategori diagnostik dapat termasuk berbagai gangguan yang tampak
dengan gejala prilaku yang agak mirip. Skizofrenia kemungkinan merupakan
suatu kelompok gangguan dengan penyebab yang berbeda dan secara pasti
memasukkan pasien yang gambaran klinisnya, respon pengobatannya dan
perjalanan penyakitnya adalah bervariasi.3

a. Model diatesis-stres
Pada model diatesis-stres yang paling umum biologis atau lingkungan atau
kedua-duanya. Komponen lingkungan dapat biologis (sebagai contohnya
5

infeksi, psikologis (sebagai contohnya situasi keluarga yang penuh


ketegangan atau kematian teman terdekat).3

b. Faktor biologis
Penyebab skizofrenia tidak diketahui. Tetapi dalam dekade yang lalu
semakin banyak penelitian telah melibatkan peranan patofisiologis untuk
daerah tertentu di otak , sistem limbil, kortek frontalis, dan ganggalia basalis.3
Hipotesis dopamin
Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin untuk skizofrenia
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan terlalu banyaknya aktivitas
dopaminergik. obat yang meningkatkan aktivtas dopaminerguk adalah
amfetamin :
Serotinin
Untuk menurunkan gejala psikotik dan dalam menurunkan perkembangan
gangguan pergerakan berhubungan dengan antagonisme-D2. Serotinin telah
berperan dalam gangguan mood, perilaku bunuh diri, dan impulsif yang juga
dapat ditemukan pada pasien skizofrenik.
Norepinefrin
Bahwa pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas
neuron noradnergik di lokus sereleus dan bahwa efek terapetik dari beberapa
antipsikotik mungkin melibatkan aktivitasnya pada reseptor adnergik.
Asam amino
Pada pasien skizofrenia mengalami kehilangan neuron GABA-ergik
didalam hipokampus.
Neuropatologi
Untuk menemukan dasar neuropatologis skizofrenia menyebabkan
klasifikasi skizofrenia sebagai suatu gangguan fungsional. Dua daerah otak
yang mendapatkan paling banyak perhatian adalah sistem limbik dan
ganggalia basalis. Sisitem limbik peranannya dalam mengendalikan emosi.
Ganggalia basalis pada skizofrenia mempunyai pergerakan yang aneh.3
6

c. Genetika
Bahwa kemungkinan menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya
juga menderita skizofrenia dan kemungkinan seseorang menderita skizofrenia
adalah berhubungan dengan dekatnya hubungan persaudraan tersebut.
Prevalensi skizofrenia pada populasi spesifik.3

Tabel 2.1 Prevalensi Skizofrenia pada Populasi Spesifik.3

Populasi Prevalensi (%)


Populasi umum 1,0
Bukan saudra kembar pasien skizofrenik 8,0
Anak dengan satu orang tua skizofrenik 12,0
Kembar dizigotik pasien skizofreni 12,0
Anak dari kedua orang tua skizofrenik 40,0
Kembar monozigotik pasien skizofrenik 47,0

d. Faktor psikososial
Bahwa suatu faktor psikososial secara langsung dan kausatif berhubungan
dengan perkembangan skizofrenia.3

2.4 GEJALA KLINIS

Beberapa pasien sebelum didiagnosis skizofrenia, mempunyai ngangguan


kepribadia skizoid, ambang, antisosial, atau skizotipal. Skizofrenia sering
memperlihatkan berbagai campuran gejala-gejala dibawah ini :2
7

Gangguan Pikiran

Gangguan proses berpikir

Pasien biasanya mengalami gangguan proses berpikir. Pikiran mereka


sering tidak dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis.
Tanda-tandanya adalah :2

Asosiasi longgar : ide pasien sering tidak menyambung, ide


tersebut dapat melompat dari satu topik ke topik lain yang tak
berhubungan sehingga membingungkan pendengar.
Pemasukan berlebihan : arus pikiran pasien secara terus
menerus mengalami gangguan karena pikirannya sering
dimasuki informasi yang tidak relevan
Neologisme : pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi
mereka mungkin mengandung arti simbolik)
Terhambat : pembicara tiba-tiba berhenti (sering pada
pertengahan kalimat) dan disambung kembali beberapa saat
(atau beberapa menit) kemudian, biasanya dengan topik yang
lain.
Klang asosiasi : pasien memilih kata-kata berikut mereka
berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja diucapakan dan
bukan isi pikiranya.
Ekolalia : pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat
yang baru saja diucapkan oleh seseorang
Konkritisasi : pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih
tinggi, sangat buruk kemampuan berpikir abstraknya
Alogia : pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan
disebabkan oleh resistensi yang disengaja (miskin
pembicaraan) atau dapat berbicara dalam jumlah normal
tetapi sangat sedikit ide yang disampaikan (miskin isi
pembicaraan).2
8

Gangguani isi pikiran

a. Waham

Waham adalah suatu keyakina salah didasarkan pada


kesimpualan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan
dengan inteligensia pasien dan latar belakang kultural yang tidak
dapat dikoreksi denagn suatu alasan.2

Waham kejar
Waham kebesaran
Waham rujukan, yaitu pasien menyakini ada arti di balik
peristiwa-peristiwa dan meyakini bahwa peristiwa-peristiwa
atau perbuatan orang lain tersebut seolah-olah diarahkan
kepada mereka
Waham penyiaran pikiran yaitu kepercayaan bahwa orang
lain dapat membaca pikiran mereka
Waham penyisipan pikiran yaitu kepercayaan bahwa pikiran
orang lain dimasukkan ke dalam benak pasien.2

b. Tilikan

Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan


tilikan yaitu pasien tidak menyadari penyakitnya serat
kebutuhanya terhadap pengobatan, meskipun gangguan yang ada
pada dirinya dapat diliahat oleh orang lain.2

Gangguan Persepsi

Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai


dengan stimulus eksternal yang nyata; mungkin terdapat atau
tidak terdapat interpretasi waham tentang pengalaman
halusinasi.
9

Ilusi dan depersonalisasi


- Ilusi : adanya misinterpretasi panca indra terhadap objek.
- Depersonalisasi yaitu adanyaperasaan asing terhadap diri
sendiri.
- Derealisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap
lingkungan sekitarnya misalnya duni terlihat tidak nyata.2

Gangguan Emosi

Pasien skizofrenia dapat memperlihatkan berbagai emosi dan dapat


berpindahdari satu emosi ke emosi lain dalam jangka waktu singkat.
Ada tiga afek dsar yang sering (tetapi tidak patognomonik):2

1) Afek tumpul atau datar : ekspresi emosi pasien sangat sedikit


bahkan ketika afek tersebut seharusnya diekspresika, pasien
tidak menunjukan kehangatan.
2) Afek tak serasi: afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi
tidak sesuai dengan pikiran dan pembicaraan pasien.
3) Afek labil :dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang
jelas.2

Gangguan Perilaku

Beberapa prilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti


gerakan tubuh yang aneh dan mmenyeringai, prilaku, ritual, sanagt
ketolol-tololan, agresif, dan prilaku seksual yang tidak pantas.
Sebagian besar pasien skizofrenia yang dalam keadaan remisi dapat
memperlihatakan tanda-tanda awal kekembuhan. Tnda-tanda awal
tersebut meliputi peningkata kegelisahan dan ketegangan, penurunan
nafsu makan, defresi ringan dan anhedonia (menarik diri), tidak bisa
tidur, dan konsentrasi terganggu.2
10

2.5 KLASIFIKASI

a) Skizofrenia Paranoid

DSM IV menyebutkan bahwa skizofrenia tipe paranoid ditandai oleh


keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar
yang sering dan tidak ada prilaku spesifik lainnya yang mengarahkan pada
tipe terdisorganisasi atau katatonik.1

Pedoman diagnotik skizofrenia berdasarkan PPDGJ III.1

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham yang harus menonjol
a. suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa(laughing);
b. halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh;
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c. waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi
waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar
yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan,
serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak
menonjol.1
11

b) Skizofrenia Hebefrenik

Pedoman diagnostik.1
Memenuhi kriteria umum diagnostik skizofrenia
Diagnostik hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan
pada usia remaja atau dewasa muda (onset mulai 15-25 tahun)
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan
seneng menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian
untuk menentukan diagnosis
Untuk diagnosis hebefrenik yang meyakinkan umumnya
diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya,
untuk memestika bahwa gambaran yang khas
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat
diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk
selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan
hampa tujuan atau hampa perasaan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar
(inappropiate), sering disertai oleh cekikikan (giggling)
atau perasaan puas diri (self satisfied), senyum sendiri
(self absorbed smilling) atau oleh sikap, tinggi hati (lofty
manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme,
mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluahan
hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-ulang
(reiterated phrase).
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak
menentu (rambling) serta inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan
proses pikir umumnya menonjol halusinasi atau waham
mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and
fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak
(drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran
12

ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri


khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless)dan tanpa maksud (
empty of puspose) adanya suatu preokupasi yang dangkal dan
bersifat dibuat buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak
lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran
pasien.1

c) Skizofrenia Katatonik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofenia


Satu atau lebih perilaku berikut ini harus mendominasi
gambaran klinisnya :1
1) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktifitas terhadap
lingkungan dan dalam gerakan serta aktifitas spontan)
atau mutisme (tidak berbicara);
2) Gaduh gelisah ( tampak jelas aktifitas motorik yang tak
bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli
eksternal);
3) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela
mengambil dan mempertahankan anggota gerak dan
tubuh dalam posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau
aneh);
4) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak
bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk
menggerakkan, atau pergerakan kearah yang
berlawanan);
5) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuhyang kaku
untuk melawan upaya menggerakan dirinya)
6) Fleksibilitas cerea/waxy flexibility (mempertahankan
anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat
dibentuk dari luar); dan
13

7) Gejala gejala lain seperti command automatism


(kepatuha secara otomatis terhadap perintah), dan
pengulangan kata - kata serta kalimat kalimat.1
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi
perilaku dan gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia
mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai
tentang adanya gejala gejala lain. Penting untuk diperhatikan
bahwa gejala gejala katatonik bukan petunjuk untuk diagnosis
skizofrenia. Geja katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit
otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat obatan, serta
dapat juga terjadi pada gangguan afektif.1

d) Skizofrenia Tak Terinci

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.


Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,
hebefrenik, atau katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau
depresi pasca skizofrenia.1

e) Defresi Pasca Skizofrenia

Diagnosis harus ditegakan hanya kalau:1


- Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi
kriteria umum skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
- Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi
tidak lagi mendominasi ggambaran klinisnya) dan
- Gejala gejala depresif menonjol dan mengganggu,
memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif
(F32.-), dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit
2 minggu.
14

Apabila pasien tidak menunjukkan lagi gejala skizofrenia,


diagnosis menjadi episode depresif (F32.-). Bila gejala
skizofrenia masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap
salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai (F20.0-F20.3).1

f) Skizofrenia Residual

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut


ini harus dipenuhi semua :1
- Gejala negatif dari skizofrenia yan menonjol,
misalnya perlambatan psikomotorik, aktifitas yang
menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi
pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk sperti
dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan
posisi tubuh, erawatan diri dan kinerja sosial yang
buruk;
- Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotikyang jelas
dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia;
- Sedikitnya sudah melewati kurun waktu satu tahun
dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata
seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari
skizofrenia;
- Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak
organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang
dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.1
15

g) Skizofrenia Simplek

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara


meyakinkankarena tergantung pada pemantapan perkembangan
yang berjalan perlahan dan progresif dari :1
- Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual
tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau
manifestasi lain dari episode psikotik; dan
- Disertai dengan perubahan perubahan perilaku
pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai
kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu,
tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan
subtipe skizofrenia lainnya.1

2.6 DIAGNOSIS

Pedoman diagnosis Skizofrenia berdasarkan PPDGJ III sebagai berikut:1

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas
(dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu
kurang tajam atau kurang jelas) :
a. - thought eco= isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang dan bergema dalam kepalanya (tidak keras)
dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda; atau
- thought insertion or withdrawal= isi pikiran yang
asing dari luar masuk ke dalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
16

- thought broadcasting= isi pikirannya tersiar keluar


sehingga orang lain atau umum mengetahuinya
b. - delusion of control= waham tentang dirinya
dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari
luar, atau
- delusion of influence= wahamtentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar,
atau
- delusion of passivity= waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang dirinya= secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan atau pengindraan khusus);
- delusional perception= pengalaman indrawi yang
tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi auditorik
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
(diantara berbgai suara yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d. Waham- waham menetap jenis lainnya, yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dari dunia lain).1
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu
ada secara jelas :
17

e. Halusiinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila


disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Prilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara
yang jarang dan respon emosional yang menumpul atau
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atu medikasi neuroleptika. 1
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodormal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek
prilaku pribadi (personal behaviour),bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
skiap larut dalm diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.1
18

2.7 PENETALAKSANAAN

Terapi Somatik (Medikamentosa)


--- -Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan
perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia.
Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum
mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok
bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan
merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mngobati
Skizofrenia. Terdapat 2 kategori obat antipsikotik yang digolongkan yaitu :
obat anti-psikosis tipikal (Typical Anti Psycohotics) dan obat anti-pasikosis
atipikal (Atypical anti psychotics).3

a. Obat Anti-psikosis Tipikal (Typical Anti Psycohotics)

----Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik


tipikal.
Walaupun sangat efektif, antipsikotik tipikal sering menimbulkan efek
samping yang serius. Contoh obat antipsikotik tipikal antara lain :4

1. Haloperidol 5. Trifluoperazine
2. Thioridazine 6. Chlorpromazine
3. Trifluoperazine 7. Perphenazine
4. Fluphenazine) 8. Pimozide

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik


tipikal, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan Obat Anti-pasikosis
Atipikal.4
19

b. Obat Anti-pasikosis Atipikal (Atypical anti psychotics).

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip


kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan
dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical
antipsycotic yang tersedia, antara lain :4
1. Risperidone
2. Clozapine
3. Olanzapine
4. Quetiapine
5. Sulpiride

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani


pasien-pasien dengan Skizofrenia.4
20

Tabel 2.2 Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran.3

NO NAMA GENERIK SEDIAN DOSIS


1 Chlorpromazid 20 mg,100 mg 150-600 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
2 Haloperidol 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg 5-15 mg/hari
Injek 5 mg/ml 50 mg/2-4 minggu
3 Perphenazine 2 mg, 4mg,8mg 12-24 mg/hari
Fluphenazine 2,5 mg, 5 mg 10-15 mg/hari
Fluphenazine decanoate Injek 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu
4 Levomepromazine 25 mg 25-50 mg/hari
5 Trifluoperazine 1 mg, 5 mg 10-15 mg/hari
6 Thioridazine 50 mg, 100 mg 150-600 mg/hari
7 Sulpiride 200 mg 300-600 mg/hari
Injek 50 mg/ml 1-4 mg/hari
8 Pimozide 1 mg, 4 mg 2-4 mg/hari
9 Risperidone 1 mg, 2 mg, 3 mg 2-6 mg/hari
10 Clozapine 25 mg, 100 mg 25-100 mg/hari
11 Quetiapine 25 mg, 100 mg, 200 50-400 mg/hari
mg
12 Olanzapine 5 mg, 10 mg 10-20 mg/hari

Pengaturan Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:3


Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak
efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga
tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien.3
21

Mulai dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari
sampai mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis)
dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal
dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2
minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun
(diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu) tapering off (dosis diturunkan
tiap 2-4 minggu) stop.3

Lama Pemberian

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama


---- Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk
penderita Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan
minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.
----
Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
---- Biasanya timbul bila pendreita berhenti minum obat, untuk itu,
sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum
obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang
ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat
menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti
dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.
---- Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter
dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan
tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam
penerapannya.4
---- Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi
obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya
dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat
diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic
22

diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi


cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.4

Pengobatan Selama fase Penyembuhan


---- Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan
walaupun setelah sembuh.
Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat
setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli
merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap
mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba
menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu
episode, atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan
pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan
merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya
penyakit.4

Terapi Psikososial

Terapi prilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan


keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Prilaku adaftif
adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk
hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah
sakit.3

Terapi berorientasi-keluarga

Keluarga adalah berguna dalam pengobatan skizofrenia, karena


pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi
parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali
mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun
23

intensif (setiap hari). terapi keluarga adalah proses pemulihan,


khususnya lama dan kecepatannya.3

Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada


rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok
mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara
psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif
dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan
meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia.3

Psikoterapi individual

Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang


ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan
hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali
kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan
kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika
seseorang mendekati. Konteks hubungan profesional sangat penting,
fleksibilitas adalah penting dalam menegakan hubungan kerja demgan
pasien.3
24

2.7 PROGNOSIS

Tabel 2.3 Gambaran yang menunjukkan prognosis baik dan buruk dalam
skizofrenia.3

Prognosis baik Prognosis buruk


Onset lambat Onset muda
Faktor pencetus jelas Tidak ada faktor pencetus
Onset akut Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual dan Riwayat sosial, seksual dan
pekerjaan pramorbid yang baik pekerjaan pramorbid yang buruk
Gejala gangguan mood Prilaku menarik diri, autistik
(terutama gangguan depresi) Tidak menikah, bercerai
Menikah ataujanda/duda
Riwayat keluarga gangguan Riwayat keluarga skizofrenia
mood Sistem pendukung yang buruk
Sistem pendukung yang baik Gejala negatif
Gejala positif Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
25

III. KESIMPULAN

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab


(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung
pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.. Penyebab
skizofrenia meliputi model diastesis-stres, faktor biologis, genetik, faktor
psikososial, secara umum ciri-ciri skizofrenia yaitu gangguan delusi,
halusimasi, disorganisasi, pendataran afek, alogia, avolisi, anhedonia. Ciri-
ciri gangguan psikotik diantaranya memiliki labilitas emosional, menarik diri
dari interaksi sosial, mengabaikan penampilan dan kebersihan diri,
mengalami penurunan daya ingat dan kognitif parah, mengalami kesulitan
mengorientasikan waktu, orang, tempat, memiliki keengganan melakukan
segala hal serta memiliki prilaku yang aneh. Skizofrenia dikelompokan
menjadi skizoprenia paranoid, skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik,
skizofrenia tak terinci, depresi pasca-skizofrenia, skizofrenia residual, dan
skizofrenia simpleks. Diagnosis dilihat dari gangguan mood, gangguan
kepribadian, gangguan auditorik, gejala khas tersebut berlangsung selama-
kurun waktu satu bulan atau lebih. Penatalksanaan skizofrenia yaitu terapi
somatik (medikamentosa), dan terapi psikososial. Prognosis tergantung dari
berbagai faktor antara lain : onset, faktor pencetus, riwayat keluarga, system
pendukung, gejala riwayat sosial, seksual, dll.
26

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R, Dr, SPKJ. Skizofrenia. Dalam: Buku saku diagnosis gangguan


jiwa PPDGJ-III, Jakarta: ilmu kedokteran jiwa FK Unika Atma Jaya.
2001. Hal: 46-53.
2. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Buku Ajar Psikiatri, Edisi II, Jakarta: FKUI.
2013.
3. Kaplan, Sadock. skizofrenia. Dalam: kaplan dan sadock sinopsi psikiatri,
Jilid 1. Edisi VII. Ilmu penegtahuan prilaku psikiatri klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara, 1997.Hal: 685-730.
4. Maslim R, Dr, SPKJ. Obat Anti-Psikosis. Dalam: Panduan Praktis
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III, Jakarta: ilmu kedokteran
jiwa FK Unika Atma Jaya. 2002. Hal: 14-15.
5. Irwan M, Fajriansyah A, Sinuhadji B, Indrayana MT, S.Ked.
Penatalaksanaan skizofrenia. Makalah,
Http://yayanakhyar.wordpress.com. FK UNRI.)

Você também pode gostar