Você está na página 1de 13

MAKALAH

INFERTILITAS PADA WANITA

Disusun Oleh :

Kiki Rahardini (dibenerin y dik, lupa lengkapnya)


NIM: 01.211.

PROGRAM PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
1. Definisi infertilitas ........................................................................ 2
2. Klasifikasi infertilitas ................................................................... 2
3. Etiologi Infertilitas pada Wanita .................................................. 3
4. Pemeriksaan Infertilitas ............................................................... 5
5. Penatalaksanaan Infertilitas .......................................................... 7
BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

ii
INFERTILITAS PADA WANITA

I. PENDAHULUAN
Infertilitas atau kemandulan menjadi salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak
wanita (istri) selalu dianggap sebagai penyebabnya (40-50% disebabkan pada
wanita). Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami kekerasan,
terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai
masalah hidupnya (Aprillia, 2010).
Infertilitas juga disebut sebagai subfertilitas dan dapat diartikan
sebagai ketidakmampuan pasangan untuk hamil atau mengandung secara
spontan. Lama waktu pasangan suami istri (pasutri) untuk mencoba mendapat
kehamilan sangat penting, dan biasanya dianggap sebagai masalah jika mereka
belum mendapat kehamilan setelah mereka melakukan hubungan seksual,
tanpa pelindung (alat kontrasepsi) selama satu tahun. Infertilitas sendiri
dibedakan atas primer dan sekunder (Prawirohardjo, 2005).
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil
setelah kehidupan seksual normal yang cukup lama. Infertilitas menjadi salah
satu penyebab perceraian pada pasutri. Estimasi angka perceraian yang
disebabkan oleh infertilitas sekitar 43% dari berbagai permasalahan
pernikahan yang ada. Infertilitas merefleksikan ketidaksempurnaan peran
orang tua karena ketidakmampuan dalam menghadirkan anak dalam
kehidupan perkawinan (Prawirohardjo, 2005).
Sebagian besar kasus infertilitas wanita disebabkan oleh masalah
dengan ovulasi. Tanpa ovulasi, tidak ada telur yang bisa dibuahi. Beberapa
tanda-tanda bahwa wanita tidak berovulasi biasanya mencakup tidak teratur
atau tidak adanya menstruasi (Kusmiran, 2013). Menurut WHO, penyebab
infertilitas pada perempuan diantaranya faktor tuba fallopi 36%, gangguan
ovulasi 33%, endometriosis 6%, dan 40% oleh faktor lain yang tidak
diketahui. faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kesuburan seseorang
misalnya faktor asupan nutrisi, tingkat stress, terpapar zat-zat aktif yang yang

1
mengganggu kesuburan, usia, ketidakseimbangan hormone, dan lain-lain
(Kumalasari, 2012).
Makalah ini bermaksud menjelaskan tentang infertilitas pada wanita
yang meliputi definisi, klasifikasi, etiologi, pemeriksaan serta
penatalaksanaannya.

II. PEMBAHASAN
1. Definisi infertilitas
Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah selama
1 tahun atau lebih dimana pasangan tersebut aktif melakukan hubungan
seksual secara teratur tanpa pemakaian alat kontrasepsi (Wiknjosastro et
al, 2011). Menurut Kusmiran (2013) infertilitas diartikan sebagai
ketidakmampuan untuk hamil sesudah 12 bulan atau enam bulan pada
wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi dan
melakukan hubungan seksual secara aktif.
Infertilitas dalam Kamus Saku Kedokteran Dorland adalah
kurangnya atau hilangnya kemampuan menghasilkan keturunan.Satu dari
beberapa jenis infertilitas yang dipercaya disebabkan adanya antibodi di
dalam tubuh wanita yang mengganggu fungsi sperma. Infertilitas atau
ketidaksuburan adalah ketidakmampuan Pasangan Usia Subur (PUS)
untuk memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan seksual secara
teratur dan benar tanpa usaha pencegahan lebih dari satu tahun
(Kumalasari, 2012).
Berdasarkan beberapa definisi tentang infertilitas maka dapat
disimpulkan bahwa infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami
istri memiliki anak meskipun telah berhubungan seksual rutin.

2. Klasifikasi infertilitas
Menurut WHO, infertilitas dibedakan atas (Hestiantoro, 2011):

2
a. Infertilitas primer, jika seorang wanita yang telah menikah setidaknya
< 12 bulan belum pernah hamil meskipun telah melakukan hubungan
seksual secara teratur tanpa perlindungan alat kontrasepsi.
b. Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan setelah berusaha
dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita yang telah
berkeluarga dengan hubungan seksual secara teratur tanpa
perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah hamil.

3. Etiologi Infertilitas pada Wanita


Terdapat berbagai tahapan yang harus terjadi untuk terciptanya suatu
kehamilan, yaitu: (Bolvin et al., 2007)
a. Tubuh wanita harus melepaskan ovum (sel telur) dari salah satu
ovarium (indung telur) ovulasi.
b. Sel telur harus bergerak melalui saluran tuba menjadi rahim.
c. Sperma pria harus dapat bergabung dengan sel telur di sepanjang
saluran tuba, dimana pada saat itulah terjadi pembuahan.
d. Sel telur yang sudah dibuahi harus bisa menempel (attachment) ke
dinding dalam rahim (implantasi).
Salah satu tahapan yang tidak tercapai memungkinkan terjadinya
infertilitas. Manuaba (2010) menyebutkan penyebab infertilitas pada
wanita sebagai berikut:
a. Gangguan ovulasi, misanyal: gangguan ovarium, gangguan hormonal.
b. Gangguan ovarium yang dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya
tumor pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel
telur tidak dapat matang. Sedangkan gangguan hormonal disebabkan
oleh bagian dari otak berasal dari hipotalamus dan hipofisis yang tidak
dapat memproduksi hormon-hormon reproduksi seperti folicle
stimulationg hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
c. Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, seperti kelainan
tuba, endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus,
kelainan rahim.

3
d. Kelainan tuba yang disebabkan karena adanya penyempitan,
perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba.
e. Kelainan rahim yang diakibatkan oleh kelainan bawaan rahim, bentuk
rahim yang tidak normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40 %
pasien dengan endometriosis adalah infertil. Endometriosis yang berat
dapat menyebabkan gangguan pada tuba, ovarium dan peritoneum.
Kebanyakan kasus infertilitas wanita disebabkan adanya gangguan
pada ovulasi. Tanpa ovulasi tidak akan ada sel telur yang dapat dibuahi
oleh sperma. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak terjadinya
menstruasi dapat merupakan tanda bahwa wanita tidak mengalami ovulasi.
Gangguan ovulasi sering disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik
(SOPK). SOPK terjadi akibat kelidakseimbangan hormon dan SOPK
adalah penyebab paling umum dari ketidaksuburan wanita. Insulisiensi
ovarium primer (IOP) adalah penyebab lain gangguan ovulasi. IOP teriadi
kelika ovarium seorang wanita berhenti bekeria normal sebelum dia
berumur 40 tahun. IOP tidak sama dengan menopause dini (Bolvin et al.,
2007).
Penyebab umum masalah kesuburan pada wanita antara lain:
a. Sumbatan saluran tuba akibat penyakit radang panggul, endometriosis
(perlumbuhan sel rahim diluar tempalnya), atau operasi pada
kehamilan di luar rahim (kehamilan ektopik).
b. Gangguan fisik rahim. Uterine fibroid, yang mempakan kumpulan
iaringan otot non-kanker pada dinding rahim.
Banyak hal yang dapat mengubah kemampuan wanita untuk
memiliki bayi, dan diantara banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko
tersebut yaitu: usia, merokok, konsumsi alkohol berlebih, stres, diet buruk,
aktifitas fisik berat, obesitas atau kurus, infeksi menular seksual (IMS),
dan gangguan kesehatan yang menyebabkan perubahan hormonal, seperti
SOPK dan IOP (Bolvin et al, 2007).
Peningkatan usia dapat mengurangi kesempatan seorang wanita
untuk memiliki bayi karena usia tua mengalami penurunan kemampuan

4
ovarium untuk melepaskan sel telur, penurunan jumlah cadangan sel telur
di ovarium, penurunan kualitas sel telur, kondisi kesehatan yang dapat
mengakibatkan gangguan kesuburan, dan peningkatan risiko keguguran.
Setidaknya satu tahun bagi wanita berusia 35 tahun atau lebih untuk
mengunjungi dokter setelah enam bulan mencoba hamil. Kesempatan
wanita memiliki bayi menurun dengan cepat dalam tiap tahunnya setelah
usia 30 tahun (Bolvin et al., 2007).
Gangguan kesehatan yang berisiko pada peningkatan infertilitas pada
wanita meliputi menstruasi dengan periode tidak teratur atau tidak
menstruasi, menstruasi dengan nyeri parah, endometriosis, penyakit
radang panggul, dan lebih dari satu kali mengalami abortus atau
keguguran (Bolvin et al., 2007).

4. Pemeriksaan Infertilitas
Pemeriksaan infertilitas pada wanita dapat dilakukan sebagai berikut
(Manuaba, 2010):
a. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk memperoleh gambaran
umum tentang alat kelamin wanita yang meliputi liang senggama,
kelainan serviks uteri, kelainan rahim, kelainan pada tuba fallopi atau
ovarium. Pemeriksaan sonde (memasukan alat duga ke dalam rahim)
dilakukan untuk mengetahui kedalaman dan kedudukan serta arah
rahim, kelainan fungsi alat kelamin secara kasar, keberadaan
perlekatan dengan organ sekitarnya, (tumor terutama pada indung
telur) atau daerah serviks.
b. Pemeriksaan ovulasi
Tindakan ini dilakukan dengan anggapan bahwa pada
pemeriksaan dalam tidak dijumpai kelainan alat kelamin wanita.
Pemeriksaan suhu basal badan dilakukan untuk membuktikan terjadi
tidaknya ovulasi. Ovulasi menyebabkan suhu badan basal menjadi
bifasik. Waktu perubahan tersebut dianggap terjadi ovulasi, sehingga

5
harus dimanfaatkan untuk melakukan hubungan seksual dengan
kemungkinan hamil yang lebih besar.
c. Pemeriksaan terhadap tuba fallopi
Tuba fallopi berfungsi sangat vital dalam proses kehamilan yaitu
sebagai tempat saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya
konsepsi (pertemuan sel telur dan spermatozoa), tempat tumbuhnya
dan berkembangnya hasil konsepsi, tempat saluran hasil konsepsi
menuju rahim, untuk dapat bernidasi (menanamkan diri). Tuba fallopi
berukuran sangat kecil sehingga sedikit saja terjadi gangguan karena
infeksi atau desakan pertumbuhan keadaan patologi dapat menghalangi
fungsinya. Gangguan fungsi tuba fallopi menyebabkan infertilitas,
gangguan perjalanan hasil konsepsi menimbulkan kehamilan di luar
kandungan (ektopik) utuh atau terganggu (pecah).
d. Histeroskopi
Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan melakukan
alat optic kedalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut
tuba fallopi dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan
dalam rahim), lapisan dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim
karena pengaruh hormone, polip atau mioma dalam rahim), dan
keteranangan lain yang diperlukan.
e. Laparaskopi
Pemeriksaan lapaskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan memasukan alat optik kedalam rahim untuk mendapatkan
keterangan tentang keadaan indung telur yang meliputi ukuran dan
situasi permukaannya, adanya graaf folikel, korpus liteum atau korpus
albikantes, abnormalitas bentuk, keadaan tubafallopi (yang meliputi,
kelainan anatomi atau terdapat perlekatan).
f. Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting bagi pasangan
infertil terutama ultrasonografi vaginal yang bertujuan mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang anatomi alat kelamin bagian dalam,

6
mengikuti tumbuh kembang folikel de Graaf yang matang, sebagai
penuntun aspirasi (pengambilan) telur (ovum) pada folikel de Graff
untuk pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi vaginal dilakukan sekitar
waktu ovulasi yang didahului dengan pemberian pengobatan dengan
klimofen sitrat atau obat perangsang telur lainnya.
g. Uji pasca senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan tembus spermatozoa dalam lender serviks. Pasangan
dianjurkan melakukan hubungan seksual di rumah dan setelah dua jam
datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Lender serviks di ambil dan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah spermatozoa yang di
jumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar
perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12,13 dan 14 dengan perhitungan
menstruasi hari pertama di anggap ke-1.
h. Pemeriksaan hormonal
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat dipastikan
penyebab infertilitas, dapat di lakukan pemeriksaan hormonal untuk
mengetahui hubungan aksis hipotalamus, hipofise, dan
ovarium.Hormone yang diperiksa adalah gonadotropin (follicle
stimulatiom hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH) dan hormone
estrogen, progesterone, dan prolaktin).
Pemeriksaan hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan
infertilitas dari kegagalan melepaskan telur (ovulasi).Pemeriksaan
harus selesai dalam waktu 3 siklus menstruasi, sehingga rencana
pengobatan dapat dilakukan.

5. Penatalaksanaan Infertilitas
Penatalaksanaan infertilitas pada wanita meliputi (Manuaba, 2010):
a. Pemberian obat-obatan untuk mengatasi masalah ovulasi.
b. Tindakan pembedahan untuk mengatasi penyebab kemandulan pada
wanita yang berhubungan dengan ovarium, tuba fallopi, dan rahim.

7
c. Inseminasi intra uterin yaitu dengan menyuntikkan sperma pilihan ke
dalam rahim. Sebelum dilakukan tindakan inseminasi intra uterin,
terlebih dahulu diberikan obat perangsang ovulasi pada wanita.
d. Pemberian nutrisi seperti vitamin E, A, C, asam folat, selenium dan
seng (zinc).
Obat yang umum digunakan untuk mengobati infertilitas pada wanita
diantaranya meliputi: (Bolvin et al., 2007)
a. Glomiphene Citrate: Obat ini menyebabkan ovulasi dengan berlindak
pada kelenjar pituitari . Obat ini sering digunakan pada wanita dengan
Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) atau gangguan ovulasi lainnya.
Obat ini digunakan dengan cara diminum.
b. Human Menopousal Gonadotropin atau hMG: Obat ini sering
digunakan untuk wanita yang tidak berovulasi karena adanya
gangguan kelenjar pituari. hMG bekerja langsung pada ovarium untuk
merangsang ovulasi. Obat ini diberikan secara injeksi.
c. Follicle-Stimulating Hormone atau FSH: FSH bekerja seperti hMG.
Obat ini merangsang ovarium untuk memulai proses ovulasi. Obat-
obatan ini juga diberikan melalui injeksi.
d. Gonadotropin-Releasing Hormone (Gn-RH) analog : Obat-obatan ini
sering digunakan untuk wanita yang tidak berovulasi teratur setiap
bulan. Wanita yang mengalami ovulasi sebelum telur mencapai
kematangan juga dapat menggunakan obat-obatan ini. Gn-RH analog
bekerja dengan meniru cara kerja Gn-RH alami dalam tubuh. Obat-
obatan ini biasanya disuntikkan atau diberikan dengan semprotan
hidung.
e. Metformin: Dokter menggunakan obat ini untuk wanita dengan
resistensi insulin dan atau SOPK. Obat ini membantu menurunkan
kadar hormon laki-laki yang tinggi pada wanita dengan kondisi ini.
Obat ini membantu tubuh untuk berovulasi. Metformin dapat
dikombinasikan dengan Glomiphene Citrate atau FSH. Obat ini
digunakan secara oral.

8
f. Bromocriptine: Obat ini digunakan untuk wanita dengan gangguan
ovulasi karena tingginya kadar prolaktin. Prolaktin merupakan hormon
yang menyebabkan terjadinya produksi susu.
Infertilitas pada wanita juga bisa memanfaatkan teknologi yang
dikenal sebagai Teknologi Reproduksi Berbantu (T RB) yaitu teknologi
yang menggunakan sekelompok metode berbeda untuk membantu
pasangan infertil. TRB mengambil sel telur dari tubuh wanita. Sel telur ini
kemudian dipertemukan dengan sperma untuk menjadi embrio. Embrio-
embrio kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh wanita (Bolvin et
al., 2007).
Tingkat keberhasilan TRB bervariasi dan tergantung pada banyak
faktor. Beberapa hal yang mempengamhi tingkat keberhasilan TRB
meliputi: usia pasangan, penyebab infertilitas, jenis TRB yang digunakan,
jenis telur yang digunakan dalam pembuahan bayi tabung apakah telur
segar atau beku. Menurut laporan US Centers for Disease Prevention
(GDC) pada tahun 2006 mengumpulkan tingkat keberhasilan TRB sebagai
berikut:
a. 39 persen pada wanita < 35 tahun
b. 30 persen pada wanita 35-37 tahun
c. 21 persen pada wanita 37-40 tahun
d. 11 persen pada wanita 41-42 tahun
TRB mahal dan memakan waktu, namun TRB memberikan
kesempatan pada pasangan infertil untuk memiliki anak. TRB memiliki
metode umum sebagai berikut:
a. Fertilisasi in vitro (FIV) berarti pembuahan di luar tubuh. FIV adalah
TRB yang paling efektif. FIV sering digunakan kelika saluran tuba
wanita tersumbat atau ketika seorang pria menghasilkan sperma terlalu
sedikit. Dokter memberikan wanita obat yang menyebabkan ovarium
menghasilkan beberapa sel telur. Setelah matang sel telur dikeluarlmn
dari tubuh wanita kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri di

9
laboratorium bersama dengan sperma pria untuk fertilisasi. Setelah 3
sampai 5 hari, embrio yang sehat ditanamkan di dalam rahim wanita.
b. Zygote lntrafallopian Transfer (ZIFI'), teknik ini serupa dengan FIV.
Pembuahan juga terjadi di laboratorium. Embrio yang sangat muda
(zigot) kemudian ditransfer ke saluran tuba.
c. Gamete lntrafallopian Transfer (GIFI). Teknik ini melibatkan
mentransfer telur dan sperma ke dalam saluran tuba wanita.
d. Intracytoplasmic Sperm Injection (IGSI) atau injeksi sperma
intrasitoplasmik. IGSI sering digunakan untuk pasangan dengan
gangguan sperma berat, kadang-kadang juga digunakan untuk
pasangan usia tua atau bagi mereka yang mengalami kegagalan dengan
FIV. Teknik IGSI dilakukan dengan cara satu sperma disuntikkan ke
dalam sel telur yang matang, kemudian embrio ditransfer ke rahim
atau saluran tuba.

III. KESIMPULAN
Infertilitas merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri memiliki
anak setidaknya setelah 12 bulan menikah meskipun telah berhubungan
seksual rutin. Infertilitas dibedakan atas infertilitas primer dan sekunder.
Penyebab infertilitas pada wanita diantaranya yaitu gangguan ovulasi,
gangguan ovarium, kelainan mekanis yang menghambat pembuahan (kelainan
tuba, endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus,
kelainan rahim) dan kelainan tuba fallopi. Diagnosis infertilitas pada wanita
antara lain melalui pemeriksaan dalam, pemeriksaan ovulasi, pemeriksaan
terhadap tuba fallopi, histeroskopi, laparaskopi, ultrasonografi, uji pasca
senggama, dan pemeriksaan hormonal. Sedangkan untuk penatalaksanaan
infertilitas pada wanita diantaranya meliputi: pemberian obat-obatan untuk
mengatasi masalah ovulasi, tindakan pembedahan untuk mengatasi penyebab
kemandulan pada wanita yang berhubungan dengan ovarium, tuba fallopi, dan
rahim, inseminasi intra uterin yaitu dengan menyuntikkan sperma pilihan ke

10
dalam rahim, dan pemberian nutrisi seperti vitamin E, A, C, asam folat,
selenium dan seng (zinc).
Penggunaan obat-obat tertentu juga dapat membantu mengatasi
infertilitas pada wanita, diantaranya: Glomiphene Citrate, Human Menopousal
Gonadotropin (hMG), Follicle-Stimulating Hormone (FSH), Gonadotropin-
Releasing Hormone (Gn-RH) analog, metformin, dan Bromocriptine.
Kesempatan untuk memiliki bayi pada wanita infertil juga dapat dilakukan
melalui Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) dengan beberapa teknik
seperti Fertilisasi in vitro (FIV), Zygote lntrafallopian Transfer (ZIFI),
Gamete lntrafallopian Transfer (GIFI), dan Intracytoplasmic Sperm Injection
(IGSI).

DAFTAR PUSTAKA

Aprillia Y., 2010, Hipnostetri. Rileks Nyaman dan Aman saat Hamil dan
Melahirkan, Gagas Media, Jakarta.
Bolvin J., Bunting L., Collins J.A., Nygren K.G., 2007, International estimates of
infertility prevalence and treatment-seeking: potential need and demand for
infertility medical care, Human Reproduction, Vol. 22, No. 6, 1506-12.
Hestiantoro A., 2011, Infertilitas dalam : Anwar M, Baziad A, Prabowo RP,
editor. Ilmu kandungan edisi Ketiga, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Kumalasari, I. 2012, Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Kusmiran, E., 2011, Kesehatan reproduksi Remaja dan Wanita, Salemba Medika,
Jakarta.
Manuaba I.B.G., 2010, Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2, EGC, Jakarta.
Prawirohardho S., 2009, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Wiknjosastro H, Saifudin A, Rachimhadhi T, 2011, Ilmu Kebidanan, Ed isi 5,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

11

Você também pode gostar